• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI

DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2014

TENTANG SISTEM INFORMASI

PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BADAN

PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN

DAERAH (BAPPEDA) KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh Nur Amanah NIM. 6661121111

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nur Amanah. 6661121111. Judul Skripsi. Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Prodi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Pembimbing I Bu Dr.Ayuning Budiati,MPPM. Pembimbing II Bapak Dr.Gandung Ismanto,MM.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah terlaksananya SIPD yang diamati menggunakan teori implementasi George Edward III yang memiliki indikator sumberdaya, komunikasi, disposisi (Sikap) dan struktur birokrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kasubag Perencanaan dan satu staf yang ada di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Serang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Lalu untuk penentuan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu menarik sampel bila semua anggota populasi digunakan sampel, yang jumlah sampelnya sebanyak 50 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang belum berjalan dengan baik. Karena dari hasil pengujian Hipotesis yang menggunakan rumus T-test satu sampel didapat 61,7% Dengan kata lain bahwa implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang kurang dari nilai yang dihipotesiskan sebesar 70%.

(6)

ABSTRACT

Nur Amanah. 6661121111. Implementation of the Minister of Internal Affairs Regulation No. 8 of 2014 on Regional Development Information System at the Regional Development Planning Agency of Kota Serang. Department of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. The 1st adviser: Dr.Ayuning Budiati, MPPM. The 2nd adviser: Mr. Dr. Gandung Ismanto, MM.

This research aims to determine how far the implementation of the Minister of internal Affairs Regulation No. 8 of 2014 on Information Systems Regional Development in Regional Development Planning Agency Kota Serang. As for the object of research is the implementation of Regional Development Information System observed using the theory of implementation George Edward III which has indicators of resources, communication, disposition (attitude) and bureaucratic structure. The research method used is the descriptive quantitative approach, while the population in this research is all head of planning and one staff that existed in the Regional Work Unit of Kota Serang. The sampling technique in this research using non-probability sampling technique, is sampling technique that does not give opportunity or equal opportunity for each or member of the population to be chosen to be sample. Then for the determination of samples using saturated sampling is pulling the sample when all members of the population used sample, the number of samples as much as 50 respondents. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires and literature studies. The results of this research indicate that the implementation of the Minister of Internal Affairs Regulation No. 8 of 2014 on Regional Development Information System at the Regional Development Planning Agency Kota Serang has not run well. Because of the results of testing Hypothesis using the formula T-test one sample obtained 61.7% In other words that the implementation of the Minister of Internal Affairs Regulation No. 8 of 2014 on Information Systems Regional Development at the Regional Development Planning Agency Kota Serang less than the hypothesized value of 70 %.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat

dan inayah-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi kasus di BAPPEDA Kota Serang tanpa menemukan hambatan dan kesulitan yang berarti. Dalam skripsi ini penulis berusaha menyampaikan beberapa hal mengenai deskripsi beberapa permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian, landasan teori, dan metode penelitian yang tertuang dalam proposal skripsi ini. Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan, pelajaran, serta motivasi dan dukungan dalam upaya penyusunan proposal skripsi ini. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. DR. Agus Sjafari S.Sos M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Pembimbing Akademik yang membimbing peneliti dari awal hingga akhir.

(8)

ii

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 7. Dr. Ayuning Budiati, MPPM selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang

selalu membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan bantuannya.

8. Gandung Ismanto, MM Dosen Pembimbing II Skripsi yang selalu membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan bantuannya.

9. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

10.BAPPEDA Kota Serang yang telah memberikan informasi kepada peneliti.

11.Seluruh SKPD Kota Serang yang telah memberikan informasi kepada peneliti.

(9)

iii

13.Saudara-saudariku tercinta Aji, Sofi dan keluarga besar yang tak pernah lelah memberikan semangat waktu serta bantuan guna menyelesaikan proposal skripsi ini.

14.Sahabat-sahabatku, dan teman-teman seperjuangan kelas C Administrasi Negara angkatan 2012. Terutama sahabat ku Tangen, Mentari, Ulfah, Annisa, Silvi, Rani, Rafli, Praditya dan semua yang selalu memberikan semangat dan waktunya untuk saling membantu dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

15.Sahabat-sahabat yang sudah lama menemani, yang hampir 8 tahun selalu bersama menemani dan selalu ada Jenisya, Neng, Linda, Mutia, Shella, Dina, Ayu, Juki, Widi, Apit, Billy, Boby, Eko, Wawan, yang sudah menjadi bagian indah dari semasa SMA.

16.Sahabat terbaikku semasa KKM sampai dengan sekarang yang selalu siap menemani dan mendukung dalam hal apapun termasuk dalam menyelesaikan Proposal Skipsi ini yaitu Ibnu.

Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam proposal skripsi ini terjadi kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penulis melakukan penelitian. Terimakasih.

Serang, November 2017

(10)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS ... LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Batasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

(11)

v

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Studi Kepustakaan... 17

2.1.1 Definisi Kebijakan ... 18

2.1.2 Definisi Publik ... 19

2.1.3 Definisi Kebijakan Publik ... 20

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik ... 21

2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan ... 22

2.1.6 Definisi Sistem Informasi ... 31

2.1.7 Definisi SIPD ... 33

2.1.8 Tujuan SIPD ... 37

2.1.9 Dasar Hukum SIPD ... 38

2.1.10 Kebijakan Dalam SIPD ... 39

2.1.11 Tim Pengelola SIPD ... 39

2.1.12 Tata Cara Pengumpulan dan Pengisisan Data SIPD ... 42

2.1.13 Tata Cara Evaluasi Data SIPD ... 46

2.2 Penelitian Terdahulu ... 50

2.3 Kerangka Berfikir ... 52

(12)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 56

3.2 Populasi dan sampel ... 57

3.2.1 Populasi ... 57

3.2.2 Sampel ... 58

3.3 Instrumen Penelitian ... 58

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 62

3.5.1 Uji Validitas Instrumen ... 64

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 65

3.5.2 Uji Hipotesis ... 66

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 68

4.1.1 Panduan Penggunaan SIPD ... 72

4.2 Deskripsi Responden Penelitian ... 82

4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 82

4.2.2 Responden Berdasarkan Usia ... 83

4.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 84

4.2.4 Analisis Data ... 85

(13)

vii

4.3 Pengujian Prasyarat Statistik ... 119

4.3.1 Uji Validitas Instrumen ... 119

4.3.2 Uji Reabilitas Instrumen ... 122

4.4 Pengujian Hipotesis ... 124

4.5 Interprestasi Hasil Penelitian ... 125

4.6 Pembahasan ... 126

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 133

5.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA

(14)

viii

DAFTAR TABEL

2.1 Keterisian Data SIPD ... 34

3.1 Skoring Item Instrumen ... 59

3.2 Instrumen Penelitian ... 60

3.3 Waktu Penelitian ... 67

4.1 Hasil Uji Validitas ... 120

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

(16)

x

DAFTAR GRAFIK

4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 82

4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 83

4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 84

4.4 Sub Indikator Staf ... 86

4.5 Sub Indikator Informasi ... 89

4.6 Sub Indikator Wewenang ... 94

4.7 Sub Indikator Fasilitas ... 98

4.8 Sub Indikator Transmisi ... 101

4.9 Sub Indikator Kejelasan ... 103

4.10 Sub Indikator Konsistensi ... 105

4.11 Sub Indikator Pengangkatan Birokrat ... 107

4.12 Sub Indikator Insentif ... 109

4.13 Sub Indikator SOP ... 111

4.14 Sub Indikator Fragmentasi ... 113

(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi suatu pedoman dan dasar rencana dalam melaksanakan suatu pekerjaan, kepemimpinandan cara bertindak untuk dilaksanakan dan diterapkan oleh pihak yang berwenang dan berlaku untuk semua orang dengan tujuan untuk kepentingan bersama. Disatu sisi kebijakan mempunyai dimensi instrumental dalam menghasilkan keputusan program dan hasil lainnya dengan nilai-nilai yang diyakini dalam kebijakan yang merupakan jalur komunikasi norma-norma etika dan moral, proses membangun kepercayaan dan solidaritas antar aktor.

Kebijakan publik merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam situasi dimana keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari pada aktor tersebut. Ini merupakan sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

(19)

2

kepentingan seluruh masyarakat dan juga mengatasi permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat.

Salah satu inovasi kebijakan yang ditawarkan sekarang adalah kebijakan mengenai sistem informasi, dimana sistem informasi saat ini berkembang dengan pesat dan memiliki pengaruh yang besar sehingga makin benilai tinggi dalam sebuah organisasi. Sistem informasi yang dapat berjalan secara online memudahkan penggunanya untuk mengakses data dimana saja dan kapan saja. Dan sistem informasi yang dibangun dengan tepat akan memberikan sebuah gambaran kinerja organisasi yang akurat bagi penggunanya dalam pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan. Hal tersebut yang saat ini dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memantau perkembangan pemerintah dengan membangun sebuah sistem.

Sehingga dibuatlah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD). Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudnya sistem data dan informasi bagi pengambilan keputusan dan kebijakan perencanaan pembangunan baik didaerah maupun dipusat. Serta meningkatkan komitmen pemerintah daerah untuk pola kerjasama berbasis data dan informasi.

(20)

3

Kemajuan jaman dan teknologi menatarbelakangi adanya pembangunan sistem informasi tersebut. Namun ada faktor lain yang mendukung terciptanya sistem informasi yaitu adanya kelemahan dalam pemanfaatan data-data pembangunan. Hal itu didasari pula karena data - data pembangunan daerah tidak lengkap dan tersebar di masing-masing SKPD (Satuan Perangkat Kerja Daerah) serta tidak diperbaharui secara berkala, sehingga Instansi yang berfungsi sebagai unit perencanaan pembangunan daerah dalam hal ini yaitu BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) mengalami kendala dalam mengumpulkan data untuk kepentingan penyusunan perencanaan pembangunan daerah karena lemahnya koordinasi antara Bappeda dan SKPD di daerah. Bappeda merupakan lembaga teknis daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang di pimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah tanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan ini mempunyai tugas pokok membantu Gubernur/Bupati/ Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penelitian daan perencanaan pembangunan daerah. Bappeda mempunyai fungsi penyelenggaraan penelitian di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan, dalam rangka pengembangan pembangunan secara umum. Oleh sebab itu Bappeda berperan penting dalam penerapan sistem informaSi pembangunan daerah.

(21)

4

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang kemudian di ganti menjadi Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Adapun Dalam Pasal 152 ayat (1) Undang - Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa : “perencanaan

pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan”. Kemudian Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang Nomor

23 Tahun 2014 pada pasal 274 mengamanatkan bahwa : “perencanaan

pembangunan daerah didasarkan pada data dan sistem informasi yang dikelola

dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) ”. Dalam pasal 13

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang data dan

informasi menjelaskan bahwa : “Mendagri secara periodik melakukan

penyempurnaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah, penyempurnaan data dan informasi perencanaan daerah dilaksanakan oleh Dirjen

Bina Pembangunan Daerah”.

Serta dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) menjelaskan bahwa :

“sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan serta mengolah data

pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

(22)

5

Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) merupakan jaringan yang mengumpulkan data secara terpadu di dearah dan pusat sebagai dukungan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah dengan menggunakan teknologi informasi. Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) sendiri terdiri dari 8 (delapan) kelompok data. Tiap kelompok data diuraikan kedalam tiap data. Pengumpulan data di derah bersumber dari data yang dimiliki oleh seluruh SKPD dan/sumber lainnya yang sah dan atau dapat dipertanggungjawabkan. 8 (delapan) kelompok data tersebut yaitu :

1. Data umum berupa data Geografi, pemerintahan dan demografi

2. Sosial/Budaya berupa data kesehatan, pendidikan, kebudayaan nasional, pemuda dan olahraga

3. Sumberdaya Alam berupa data pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan dan perkebunan serta pertambangan dan energi, lingkungan hidup tata ruang dan pertanahan

4. Insfratuktur berupa data perumahan dan pemukiman, pekerjaan umum, pariwisata, pos, telekomunikasi dan informatika serta perhubungan dan transportasi

(23)

6

6. Keuangan Daerah berupa data pengelolaan aset atau barang daerah, PDRB,ringkasan APBD, dana perimbangan, pinjaman daerah, pajak daerah, retribusi daerah

7. Politik, Hukum dan Keamanan berupa data politik dalam negei dan pengawasan, hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat.

(24)

7

Oleh sebab itu penggunaan aplikasi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang difokuskan kepada pemanfaatan informasi yang dihasilkan berdasarkan pengolahan data yang telah di input oleh pemerintah daerah. Untuk menunjang hal tersebut maka dibutuhkan faktor kelengkapan, kemutakhiran, keakuratan dan validitas data menjadi unsur yang penting dalam proses pengumpulan dan penginputan elemen data yang kemudian akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan analisa data dalam aplikasi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang telah dibuat oleh pemerintah sesuai dengan Permendagri Nomor 8 Tahun 2014.

Tujuan penggunaan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 adalah untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pengambilan keputusan, baik di daerah maupun dipusat sehingga memudahkan dalam pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah serta mampu mendukung data dan informasi dalam penyusunan arah dan kebijakan pembangunan daerah. Dengan adanya Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) juga dapat mendukung dalam penetapan prioritas permasalahan di daerah guna meningkatkan kualitas produk–produk kebijakan publik dan mempromosikan potensi ekonomi daerah.

(25)

8

kondisi faktual data pembangunan daerah sendiri menggambarkan bahwa data– data pembangunan daerah masih belum lengkap dan tersebar di masing–masing OPD/Instansi serta jarangnya diperbaharui. Dimana masing-masing OPD/Instansi sering menganggap bahwa data-data pembangunan belum menjadi prioritas utama sehingga dalam proses penyusunan dan penyajian data dan informasi sering menggunakan data lama dan cenderung tidak diperbaharui sehingga instansi yang berfungsi sebagai unit pelaksana perencanaan pembangunan pemerintahan dalam hal ini yaitu Bappeda menghadapi kendala dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk kepentingan penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Peristiwa tersebut terjadi pada Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, serta Dinas Pendidikan, dimana masing-masing instansi tersebut sering mengalami keterlambatan dalam pengumpulan data SIPD. Hal tersebut dikarenakan ketiga Instansi tersebut memiliki jumlah data yang terbilang banyak dibandingkan dengan instansi lainnya, sehingga memang membutuhkan waktu serta koordinasi yang baik dalam mengelola data SIPD.

Hambatan selanjutnya adalah lemahnya koordinasi antara Bappeda dengan OPD yang terlibat dalam hal Implementasi Permendagri no 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Bappeda menganggap sumber data yang didapatkan dari masing-masing OPD untuk pengisian data dan informasi pada aplikasi SIPD masih belum real time/akurat dengan keadaan saat ini (up to date). Hal tersebut terjadi pada Dinas

(26)

9

(27)

10

koordinasi dengan PLN. Akibat dari hal tersebut berdampak pada kosongnya data isian mengenai kelistrikan yang ada di tabel keterisian data SIPD.

Permasalahan lain yang menghambat Implementasi Permendagri no 8 tahun 2014 di Bappeda Kota Serang pada saat ini masih dapat dikatakan belum berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarekan kurangnya budaya information share pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Serang yang membuat data dan informasi pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Kota Serang susah untuk diketahui oleh Bappeda Kota Serang sebagai komponen utama perencanaan di Kota Serang. Peristiwa tersebut terjadi pada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dengan Dinas Kesehatan Kota Serang yaitu mengenai sanitasi air bersih. Dimana yang memiliki kewenagan dalam hal sanitasi air bersih adalah Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, namun yang memiliki data mengenai hal tersebut adalah Dinas Kesehatan. Padahal sosialisasi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Kota Serang kepada setiap OPD yang ada di Kota Serang diharapkan membantu Bappeda Kota Serang dalam mencari data pembangunan yang terkini demi mewujudkan pembangunan sesuai dengan visi dan misi Kota Serang. Dari latar belakang masalah yang telah di ungkapkan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai :

“ IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH (SIPD) DI BAPPEDA

(28)

11 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas Peneliti mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Terbatasnya data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Permendagri nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Pembangunan Daerah (SIPD).

2. Keterbatasan SDM, dan fasilitas dalam unit kerja pengelolaan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD).

3. Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi data antara Bappeda dengan OPD.

4. Kurangnya budaya information share pada organisasi perangkat daerah di Kota Serang yang membuat data dan informasi.

1.3Batasan Masalah

(29)

12

(SIPD) di Bappeda Kota Serang. Dalam hal ini peneliti membuat batasan masalah penelitiannya ialah Seberapa besar capaian Implementasi Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang.

1.4Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat di ketahui masalah dalam pelaksanaan Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang dalam hal Perencanaan Pembangunan Daerah belum optimal dan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan amanat Undang-undang dan Peraturan yang berlaku. Sehingga dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah : Seberapa besar capaian Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang saat ini berjalan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang? 1.5Tujuan Penelitian

(30)

13 1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang berjudul Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah di Bappeda Kota Serang adalah :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan menambah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya. Ilmu Adminstrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Publik. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi Implementasi Kebijakan Publik.

2. Secara Praktis

(31)

14 1.7Sistematika Penulisan Penelitian

Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang terdiri dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah sebegai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke masalah yang spesifik dan relevan dengan judul penelitian.

Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman pribadi. Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual dan logis dengan didukung oleh data-data lapangan. Data yang ditulis dapat berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.

1.4Perumusan Masalah

(32)

15

mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan dalam perumusan masalah adalah kalimat tanya.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan penelitian. 1.7Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan penelitian secara rinci.

2 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan studi kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam kegiatan penelitian.

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian serta berisi teknik pengolahan dan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

4 BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang paparan data-data serta analisis dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

5 BAB V PENUTUP

(33)

16

6 DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan peneliti dalam penelitiannya.

7 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(34)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kedua ini peneliti akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan yang berkaitan dengan judul penelitian yang peneliti buat, yaitu mengenai pelaksanaan Implementasi Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Serang.

2.1Tinjauan Pustaka

Wahyuni (dalam Pasolong, 2010: 9) mendefinisikan teori adalah sebagai suatu himpunan konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan secara sistematis yang dibangun untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena.

Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori di dalam penelitian, yaitu (Sugiyono, 2012: 43):

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis. 2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi

perilaku yang memiliki keteraturan.

3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

(35)

18

Pada sub bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa teori daripara ahli yang berkaitan dengan masalah penelitian maupun judul penelitian.

2.1.1Definisi Kebijakan

Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Laswell dan Kaplan (dalam Abidin, 2012: 6) melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktik (a projected program of goals, values and practices). Friedrich (dalam Abidin 2012: 6) mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goals), sasaran (objective), atau kehendak (purpose).

H. Hugh Heglo (dalam Abidin, 2012: 6) menyebutkan kebijakan sebagai

(36)

19

dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.Dilihat dari definisi tersebut, kebijakan lebih diartikan sebagai sebuah dasar untuk merumuskan sebuah keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk dilakukan maupun tidak dilakukan.

Jadi, berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan yang di ambil oleh pemegang kekuasaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang didalamnya memiliki nilai-nilai serta memiliki tujuan tertentu.

2.1.2 Definisi Publik

Definisi publik pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris “public” yang berarti umum, rakyat umum, orang banyak dan rakyat (Pasolong, 2010: 6). Sedangkan menurut Syafiie (20010: 18) arti publik itu sendiri adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. Berbeda dengan Frederickson (dalam Pasolong, 2010: 6) menjelaskan konsep publik dalam 5 (lima) perspektif, yaitu:

1. Publik sebagai kelompok kepentingan, yaitu publik dilihat sebagai manifestasi dan interaksi kelompok yang melahirkan kepentingan masyarakat,

2. Publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri,

3. Publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, yaitu kepentingan

publik mewakili “suara”,

(37)

20

negara dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan dipandang sebagai sesuatu yang paling penting.

Berdasarkan beberapa definisi publik di atas, dapat disimpulkan bahwa publik adalah sekelompok atau sejumlah orang yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain dengan memiliki kepentingan sendiri.

2.1.3 Definisi Kebijakan Publik

Thomas R Dye. Dye (dalam Agustino, 2006:7) mengatakan bahwa,

“kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau

tidak dikerjakan.”Berdasarkan pengertian Thomas R Dye ini, apapun yang dipilih

pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan publik. James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, sebagai berikut:

“serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan

(38)

21

demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan. (Pasolong, 2010: 38)

Selanjutnya, Chaizi Nasucha (dalam Pasolong, 2010: 39), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat yang akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu tindakan/kegiatan yang diputuskan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu masalah publik serta mempengaruhi sebagian besar masyarakat dalam waktu tertentu.

2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. (Agustino, 2006:138) Adapun pengertian lain yang diberikan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam Agustino (2006:139) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai :

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur

(39)

22

Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006:139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai :

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijaksanaan.”

Sedangkan, Merrile Grindle dalam Agustino (2006:139) menyatakan implementasi kebijakan sebagai berikut :

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya,

dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects

dan yang kedua apakah program tujuan tersebut tercapai.”

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan. Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan pelaksanakan kebijakan guna memecahkan masalah yang dihadapi dan mendapatkan hasil yang ingin dicapai.

2.1.5 Model-model Implementasi Kebijakan Publik

(40)

23

kebijakan publik. Adapun beberapa ahli tersebut ialah Van Meter dan Van Horn, Goerge Edward III, dan Merilee S. Grindle.

Terdapat 6 (enam) variabel model implementasi kebijakan yang dikemukakan Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006:142) yang dapat mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu :

1. Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.

Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

(41)

24

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

Adapun model impelementasi kebijakan yang menurut George C. Edward III dalam Agustino (2006:149) terdapat 4 (empat) variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu ;

1. Sumberdaya

Variabel atau faktor pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Indikator sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

(42)

25

b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap hukum.

c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak, efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri atau demi kepentingan kelompoknya.

(43)

26

mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

2. Komunikasi

Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan menurut George C. Eward III, adalah komunikasi. Komunikasi menurutnya lebih lanjut sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:

a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

(44)

27

membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan. c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi ini ialah :

(45)

28

kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi pada kepentingan warga.

b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendukung yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

4. Struktur Birokrasi

(46)

29

Dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan Standar Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi. SOPs

adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga). Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya peyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktiuvitas pegawai diantara beberapa unit kerja.

Dan model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Marielee S. Grindle dalam Agustino (2006:154) terdapat 2 variabel besar yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu :

1. Content of Policy, meliputi :

a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mem-pengaruhi) Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b. Type of benefit

(47)

30

dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Extent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai) Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Pada poin ini ingin dijelaskan bahwa seberapa berapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, makapada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan.

e. Program Implementer (pelaksana program)

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus di dukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan.

f. Resource Commited (sumberdaya yang digunakan)

Pelaksanaan suatu kebijakan harus di dukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaan-nya berjalan dengan baik.

2. Context Of Policy, meliputi :

(48)

31

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau keuaaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para actor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaansuatu implementasi kebijakan.

b. Institusion and Regime Charateristic (karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

c. Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana)

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari parapelaksana, maka hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon pelaksana dalam menangggapi suatu kebijakan.

2.1.6 Definisi Sistem Informasi

Secara umum suatu sistem terdiri dari input (masukan), pengolahan, dan output (keluaran). Input (masukan) masuk kedalam sistem melalui unit input, kemudian diolah melalui unit pengolahandan dikeluarkan dalam bentuk output.

Menurut Nugroho(2008:17) sistem didefinisikan sebagai :

“Sekelompok elemen yang terintegrasidengan maksud yang sama untuk

(49)

32

system adalah elemen-elemennya. Tentunya setiap sistem memiliki elemen-elemennya sendiri, yang kombinasinya berbeda antara sistem yang satu dengan sistem yang lain. Namun demikian, susunan dasarnya tetap

sama.”

Definisi sistem lainnya diungkapkan oleh Mcleod (2004:12) yang menyatakan bahwa :

“sistem adalah elemen yang terintergrasi dengan maksud yang sama untuk

mencapai suatu tujuan. Sistem tersebut kemudian digolongkannya kedalam sistem fisik dan sistem konseptual. Perusahaan bisnis adalah suatu sistem fisik karena terdiri dari sejumlah sumber daya fisik. Suatu sistem konseptual sebaliknya, adalah sistem yang menggunakan sumberdaya konseptual yaitu informasi dan data untuk mewakili suatu sistem fisik, tetapi data dan iformasiyang tersimpan didalamnya dapat

dipandang sebagai suatu sistem konseptual.”

Data dan informasi mewakili satu atau lebih sistem fisik. Bagaimana data dan informasi itu disimpan tidak penting. Yang penting adalah apa yang diwakili oleh data dan informasi itu. Sistem fisik penting karena keberadaannya, sedang sistem konseptual penting karena penggambarannya atas sistem fisik.

(50)

33

informasi tidak diperlukan. Sedangkan Informasi menurut Mcleod (2004:12) adalah data hasil pemrosesan yang memiliki makna, biasanya menceritakan suatu hal yang belum diketahuikepada pengguna.

Berdasarkan pada definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi penerimanya. Penerima yang dimaksudkan disini adalah penerima informasi yang benar-benar membutuhkan informasi tersebut. Informasi yang digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan.

2.1.7 Definisi Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

Dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 Pasal 1 menyebutkan bahwa Sistem Informasi Pembangunan Daerah selanjutnya disingkat SIPD adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kinerja pemerintah daerah.

(51)

34

Didalam pasal 2 dijelaskan bahwa Menteri berwenang melakukan penyelenggaraan SIPD dimana Menteri melalui Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah dapat melakukan penyempurnaan dan pengembangan data dan informasi pembangunan daerah. Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah mengumpulkan, mengisi, dan mengevaluasi data SIPD. Data SIPD yang dimaksud dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 berupa kelompok data sekurang-kurangnya meliputi :

f. Politik, Hukum dan Keamanan dan g. Insidensial;

Berikut tabel keterisian data SIPD :

Tabel 2.1 Keterisian Data SIPD

NO KELOMPOK DATA JENIS DATA SIPD SUMBER DATA 1 DATA UMUM 1. Geografi 2 SOSIAL/BUDAYA 4. Kesehatan

(52)

35

(53)
(54)

37

26.Keamanan & Ketertiban Masyarakat

BIRO HUKUM

8 INSIDENSIAL 27.Bencana Alam 28.Penyakit Menular

Data SIPD sebagaimana dimaksud diatas bersumber dari seluruh SKPD dan/atau sumber-sumber lain yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Pemerntah Daerah menggunakan informasi pembangunan daerah sebagaimana yang dimaksud diatas sebagai rujukan dalam perencanaan pembangunan daerah dan tata ruang daerah.

2.1.8 Tujuan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

(55)

38

a. Meningkatkan kualitas Perencanaan dan Pengambilan Keputusan, baik di Daerah maupun di Pusat;

b. Memudahkan Pemantauan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

c. Mendukung Data dan Informasi dalam Penyusunan Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah;

d. Mendukung Penetapan Prioritas Permasalahan di Daerah; e. Meningkatkan Kualitas Produk-produk Kebijakan Publik; f. Mempromosikan Potensi Ekonomi Daerah;

2.1.9 Dasar Hukum Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

Dalam pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) memiliki beberapa dasar hukum yaitu :

Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah : Pasal 274 “Perencanaan Pembangunan Daerah didasarkan pada Data dan Informasi Pembangunan Daerah”

Pasal 152 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa : “perencanaan

pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan”

Pasal 13 Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Data dan Informasi : “Mendagri secara periodik melakukan penyempurnaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penyempurnaan data & inf perenc pembangunan daerah dilaksanakan oleh Dirjen Bina Pembangunan Daerah.”

Permendagri No 8 Tahun 2014 Tentang SIPD :“sistem

(56)

39

2.1.10 Kebijakan dalam Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

1. Memfasilitasi dan mendorong terwujudnya Sistem Data dan Informasi bagi Pengambilan Keputusan dan Kebijakan Perencanaan Pembangunan baik di Daerah maupun Pusat;

2. Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun pola kerja sama berbasis Data dan Informasi;

3. Membangun database Provinsi, Kabupaten/Kota yang menggambarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki Daerah; 4. Mengembangkan Sistem Informasi pengelolaan database profil

daerah yang valid dan akurat;

2.1.11 Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

Adapun tim pengelola SIPD terdiri dari tim pengelola SIPD Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota :

1) Tim Pengelola SIPD Nasional

Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah membentuk Tim Pengelola SIPD Nasional yang terdiri dari :

a. Pengarah yaitu Menteri Dalam Negeri

b. Penanggungjawab yaitu Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah

c. Ketua yaitu Sekretatis Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah

(57)

40

e. Sekretaris yaitu Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah

f. Anggota yaitu Pejabat di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri

Adapun tugas dari Tim Pengelola SIPD Nasional yaitu :

a) Menyusun rekomendasi penyempurnaan dan atau pengembangan SIPD;

b) Mengevaluasi pengumpulan, pengisian, dan hasil evaluasi data dan informasi SIPD;

c) Menetapkan dan mensosialisasikan kebijakan dan mekanisme pengelolaan SIPD; dan

d) Memberikan pelatihan bagi tim pengelola SIPD Provinsi dan Kabupaten/Kota;

2) Tim Pengelola SIPD Provinsi

Gubernur melalui Bappeda Provinsi membentuk tim pengelola SIPD Provinsi yang terdiri dari :

a. Pengarah yaitu Gubernur

b. Penanggungjawab yaitu Sekretaris Daerah Provinsi c. Ketua yaitu Kepala Bappeda Provinsi

d. Sekretaris yaitu Kepala Bidang pada Bappeda Provinsi yang melaksanakan tugas dibidang pengelolaan data

(58)

41

Dalam tim sebagaimana yang dimaksud di atas dapat melibatkan unsur terkait sesuai dengan kebutuhan, serta tim yang dimaksud diatas ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

Adapun tugas yang harus dilaksanakan oleh tim SIPD Provinsi yaitu :

a) Mengumpulkan dan mengisi data dan informasi SIPD Provinsi; b) Mengevaluasi pengumpulan, pengisian, dan hasil evaluasi data dan

informasi SIPD Kabupaten/Kota di wilayahnya;

c) Memberikan pelatihan bagi tim pengelola SIPD Kabupaten/Kota. 3) Tim Pengelola SIPD Kabupaten/Kota

Tim Pengelola Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD)

Kabupaten/Kota yang terkandung dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 dalam pasal 10 adalah sebagai berikut :

a. Pengarah yaitu Bupati/Walikota

b. Penanggungjawab yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota c. Ketua yaitu Kepala Bappeda Kabupaten/Kota

d. Sekretaris yaitu Kepala Bidang pada Bapedda Kabupaten/Kota yang melaksanakan tugas di bidang pengelolaan Data

e. Koordinator Bidang yaitu Kepala SKPD Kabupaten/Kota terkait sesuai kebutuhan

(59)

42

Tim pengelola SIPD Kabupaten/Kota bertugas untuk mengumpulkan dan mengisi data dan informasi SIPD kabupaten/kota. Serta mengevaluasi data dan informasi SIPD kabupaten/kota.

2.1.12 Tata Cara Pengumpulan dan Pengisian Data

A. Pembentukan Tim

Pembentukan tim pengelola SIPD di Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui penerbitan Surat Keputusan (SK) kepala daerah yang dilakukan paling lambat bulan februari disetiap tahunnya. Adapun perangkat yang dibentuk melibatkan unsur Satuan Keja Perangkat Daerah (SKPD), yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Tim yang telah terbentuk dimasing-masing daerah provinsi maupun kabupaten/kota dapat mengakomodir perwakilan instansi vertikal pemerintah pusat didaerah sesuai dengan kondisi, potensi, dan permasalahan terkait data dan informasi.

B. Rapat koordinasi Pengumpulan Data

Dua agenda utama dalam rapat koordinasi pengumpulan data adalah : 1. Pemetaan Keteserdiaan Objek Data

(60)

43

didaerah. Dalam situasi ini, pemerintah daerah perlu melakukan pendataan untuk objek data yang tersedia namun datanya belum ada.

2. Pemetaan Data menurut SKPD

Koordinator bidang berkewajiban mengumpulkan data SIPD di SKPD masing-masing. Dalam rapat koordinasi pengumpulan data, seluruh data SIPD harus dipetakan menurut SKPD. Selanjutnya, tiap koordinator bidang mengumpulkan data sesuai pembagian yang telah ditetapkan. Rapat koordinasi pengumpulan data dilakukan paling lambat di bulan Maret disetiap tahunnya.

C. Pengumpulan Data SIPD

Pengumpulan data SIPD dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Desember disetiap tahunnya. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan database SIPD. Database SIPD terdiri dari 8 kelompok data yaitu :

a. Umum; b. Sisal budaya; c. Sumberdaya alam; d. Infrastuktur; e. Ekonomi;

f. Keuangan daerah;

(61)

44

Data SIPD pada prinsipnya adalah data sektoral, model pengumpulan data yang utama dilakukan melalui kompilasi produk administrasi. Dalam hal data tidak ada, pemerintah daerah perlu melakukan pengumpulan data sendiri, dengan menggunakan metode yang sesuai.

Adapun ringkasan dalam tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Data yang harus diisi berdasarkan permintaan Dirjen Bangda yang dipilah-pilah sesuai SKPD Penanggung-jawab Data;

2. Form pengisiian data yang sudah dipilah dibagikan kepada SKPD Penanggung-jawab Data sesuai tanggungjawab urusan;

3. Tidak semua data tersedia di SKPD sehingga perlu kerjasama dan koordinasi dengan instansi lain, missal : BPS, BPN, BMKG, dan lain-lain;

4. Diadakan pertemuan antara BAPPEDA dengan SKPD untuk verifikasi keterisian data;

5. Rekapitulasi dan Entry Data kedalam Form SIPD; D. Mekanisme Pengisian Data

(62)

45

memahami data yang terampil tanpa harus membaca teks atau tabel yang monoton. SIPD memiliki 3 (tiga) level pengguna dengan tingkat kewenangan akses yang berbeda beda pada tiap levelnya. 3 (tiga) level pengguna tersebut adalah :

a. Administrator Sistem

Kewenangan administrator sistem mencakup semua pengaturan, pengendalian dan pengorganisasian data beserta atributnya pada sistem informasi ini. Administrator memilikihak akses menyeluruh terhadap penanganan sistem termasuk blocking akses pada user yang telah menjadi bagian dari sistem.

b. Agen Data

Agen data adalah bagian dari sistem yang hanya memiliki kewenangan untuk input dan editing data pada masing-masing daerah agen.

c. Pengguna Umum

(63)

46 2.1.13 Tata Cara Evaluasi Data

Dalam Lampiran II Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD di jelaskan mengenai tata cara evaluasi data SIPD. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Tim Pengelola SIPD Provinsi dan Kabupaten/Kota menyelenggarakan evaluasi data SIPD paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun, evaluasi tersebut terdiri dari :

1. Evaluasi pengumpulan Data SIPD

Pada tahap ini, setiap daerah provinsi, kabupaten/kota membahas kekurangan data dan informasi yang dihimpun oleh koordinator bidang, sesuai dengan kesepakatan dalam rapat koordinasi. Basis utama dalam melakukan evaluasi data adalah data sebagaimana diisi dalam aplikasi SIPD. Tujuan evaluasi pengumpulan data ini adalah untuk menelaah :

a. Kelengkapan dan keterisian data

Jika data ditemukan belum lengkap, maka koordinator bidang terkait perlu kembali melakukan pengumpulan data untuk melengkapi data yang belum ada. Apabila, data data tersebut tidak tersedia karena objek datanya tidak ada, maka tim pengelola SIPD terkait merubah pemetaan ketersediaan data.

(64)

47

Jika terjadi tumpang tindih dan duplikasi data, maka forum evaluasi pengumpulan data perlu menyepakati data mana yang akan digunakan dengan mempertimbangkan tingkat validitas data dan SKPD mana yang berwenang mengeluarkan data tersebut. Jika data bersumber dari lembaga/instansi yang otoritatif, maka data yang diinput kedalam aplikasi SIPD adalah data yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan perencanaan sebelumnya.

Hasil rapat evaluasi pengumpulan data dituangkan dalam rumusan hasil rapat. Tim Pengelola SIPD Provinsi, kabupaten/kota menyampaikan rumusan hasil rapat kepada Tim Pengelola SIPD Nasional.

2. Evaluasi terpadu data SIPD

Evaluasi ini dilakukan secara bersama-sama oleh Tim Pengelola SIPD Provinsi, kabupaten/kota diwilayah Provinsi terkait. Adapun fokus utama evaluasi terpadu terdiri dari :

a. Sinkronisasi Data

(65)

48

operasional data, validitas data dan instansi yang berwenang mengeluarkan data terkait.

b. Validitas data

Fokus ini untuk mengevalasi sejauh mana data yang sudah diisi kedalam aplikasi SIPD adalah data yang valid. Pengujian validitas data adalah antara lain dilakukan antara lain dengan cara :

1) Melihat metode pengumpulan data

Perbedaan data sering terjadi karena perbedaan metode pengumpulan data. Secara umum, untuk data dasar metode pengumpulan data yang dianggap paling sahih adalah sensus, karena metode pengumpulan data ini tidak mengenal tingkat deviasi.

2) Memperhatikan definisi operasional data

Perbedaan definisi juga sering menimbulkan perbedaan data. Sebagai contoh, perbedaan definisi tentang penduduk, yang mengakibatkan perbedaan data jumlah penduduk di beberapa intansi.

3) Kewenangan mengeluarkan data

(66)

49

mengeluarkan data tersebut biasanya adalah SKPD yang menangani urusan dibidang pendidikan.

Setelah dilakukan evaluasi terpadu data SIPD, Tim Pengelola SIPD Provinsi, Kbupaten/Kota melakukan perubahan dan pemukhtahiran data dalam aplikasi SIPD, sesuai kesepakatan dalam rapat evaluasi terpadu. Data dalam aplikasi ini selanjutnya dicetak dan ditandatangani oleh kepala daerah provinsi maupun kabupaten/kota sebagai data yang sahih dan dikirim ke Tim Pengelola SIPD Nasional.

DATA DITANDATANGANI OLEH KEPALA DAERAH ATAU YANG MEWAKILI DAN

DIKIRIM E TIM PENGELOLA SIPD NASIONAL

EVALUASI PENGUMPULAN DATA

(masing-masing Tim Pengelola SIPD)

EVALUASI TERPADU

(bersama-sama oleh tim pengelola SIPD)

PERUBAHAN DAN PEMUKHTAHIRAN DATA

(67)

50 2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya hampir sejenis dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu bermanfaat dalam mengolah atau memecahkan masalah yang timbul dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi Kasus di Bappeda Kota Serang. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah penelitian ini. Berikut hasil penelitian yang peneliti baca.

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Ilhami(2013) Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dalam

Skripsinya yang berjudul “Implementasi Sistem Informasi Data Perencanaan

Pembangunan (SIDARENBANG) di Bappeda Kota Tangerang”. Dalam penelitian

(68)

51

Informasi Data Perencanaan Pembangunan (SIDARENBANG) di Bappeda Kota

Tangerang” belum berjalan baik seperti yang di harapkan.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Rosmalasari(2016) Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dalam Skripsinya yang berjudul “Implementasi Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Tangerang” dalam penelitian ini masalah yang ditemukan

(69)

52 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Dan berdasarkan teori-teori yang telah di deskripsikan, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sementara, Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2008:65) mengemukakan bahwa: “Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.”

(70)

53

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

(Sumber: Peneliti, 2016) PROSES

Model Implementasi kebijakan George C. Edward III dalam Agustino (2006:149), yaitu : 1. Komunikasi

2. Sumberdaya 3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Hasil (Output)

Untuk mengetahui bagaimana Implemenentasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Pembangunan (SIPD) di Bappeda Kota Serang. Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014

Tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di Bappeda Kota Serang.

INPUT Masalah :

1. Kurang lengkapnya data-data pembangunan didaerah dan OPD/Instansi yang terkait serta jarangnya data-data diperbaharui

2. Belum optimalnya dalam pendistribusian data di OPD/Instansi yang tersebar, sehingga kurang validnya data

3. Kurangnya koordinasi antara Bappeda dengan OPD/Instansi yang terlibat serta kurangnya Fasilitas yang memadai

4. Rendahnya dari segi keterisian data sehingga data sering dianggap kurang real time/akurat

(71)

54 2.4 Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008:64).

Pada penelitian ini hipotesis yang digunakan peneliti adalah hipotesis deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan pernyataan berkenaan dengan keadaan atau status dari suatu variabel atau lebih tanpa membandingkan dan membuat hubungan diantara variabel tersebut. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternatif dan Hipotesis nol. Dengan demikian, hipotesis didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat positif

Ha = > 70%

Ha = “Pelaksanaan Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Studi Kasus di Bappeda Kota Serang paling rendah 70%”

Hipotesis Nol (Ho), yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam kalimat negatif

Gambar

Tabel 2.1 Keterisian Data SIPD
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen
Tabel 3.4 Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu agar tidak keluar dari objek, maka berdasarkan pemaparan mengenai hal-hal dalam latar belakang dan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kecamatan Ciruas.. Penelitian

Pasal 62 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan

Proses Penyusunan RENSTRA berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam melakukan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan

Renja SKPD disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan secara teknis berpedoman pada

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Permendagri

Pekerjaan Rencana Aksi Pembangunan Kota Inklusif dimaksudkan untuk memberikan arahan pelaksanaan program pembangunan di Kota Yogyakarta sebagai Kota Inklusif