• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

1. Indikator Sumber Daya

Grafik 4.4 Sub Indikator Staf

Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah

Berdasarkan Grafik 4.4 diatas didapatkan perolehan untuk pernyataan pada sub indikator staf, dimana pada sub indikator staf dibagi menjadi empat pernyataan yang berbeda, adapun hasil perolehan pada masing-masing pernyataan tersebut. Yang pertama, untuk pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah memiliki keahlian khusus dalam menjalankan implementasi permendagri tersebut mendapatkan perolehan sebesar 67%, dengan adanya perolehan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut meskipun masih banyak responden yang masih belum setuju terhadap pernyataan tersebut, karena sebagian besar responden merasa bahwa tidak perlu memiliki keahlian khusus untuk bisa melaksanakan permendagri tersebut. Karena dari masing-masing OPD/Instansi yang terlibat hanya perlu menyerahkan data

Keahlian Khusus Sesuai Kebutuhan Pemahaman ttg Operasional Pemahaman Pengumpulan data Rerata 67.00% 67.50% 67.50% 67.00% 67.25%

87

yang dibutuhkan oleh Bappeda saja, selanjutnya data tersebut Bappeda yang bertugas dalam hal memilih data dan mengisi pada web yang telah disediakan oleh Bangda. Namun jika tidak didukung dengan keahlian khusus yang dimiliki oleh tim pengelola SIPD maka ppelaksanaan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD tidak bisa tercapai dengan optimal, hal tersebut dikarenakan dalam menjalankan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD dibutuhkan sumber data serta tim pengelola yang mampu mendukung tercapainya Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD secara optimal.

Kedua, tim pengelola SIPD melibatkan unsur terkait sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD didapatkan persentase atas jawaban tersebut sebesar 67,50%, dengan adanya peristiwa tersebut maka sebagian responden sudah melibatkan unsur yang sesuai dengan kebutuhan dalam hal pelaksanaan Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Tim Pengelola SIPD yang tersebar di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Serang melibatkan unsur terkait yang sesuai dengan pasal 10 ayat 2 yang tertuang dalam Permendagri no 8 tahun 2014, dimana dalam pasal tersebut disebutkan bahwa unsur yang terlibat dalam pengelolaan SIPD merupakan anggota yang terlibat yaitu Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) beserta staff yang terlibat. Dengan adanya perolehan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah melibatkan unsur yang sesuai dengan yang tertera dalam Permendagri no. 8 tahun 2014 tentang SIPD, meskipun masih ada beberapa reponden yang menilai bahwa tim pengelola yang terlibat tidak semuanya merupakan operator yang ada di bidang Perencanaan, Evaluasi

88

dan Pelaporan (PEP) pada setiap OPD/Instansi maka dengan adanya hal tersebut pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD dapat berjalan dengan baik meskipun masih belum optimal.

Ketiga, mengenai Tim Pengelola SIPD yang telah memahami tentang Pendefinisian Operasional data SIPD didapatkan perolehan sebanyak 67,50%. Dalam pernyataan ini sebagian besar responden sudah memahami makna dari pendefinisian operasional terkait dengan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Dimana data SIPD merupakan gambaran data dan informasi terkait perencanaan pembangunan, serta data gambaran secara umum mengenai potensi yang dimiliki suatu daerah. Minimnya pengetahuan tentang pendefinisian operasional tersebut akibat dari kurangnya koordinasi serta arahan dari atasan kepada setiap anggota pada tim pengelola SIPD yang terlibat, sehingga dengan adanya peristiwa tersebut merupakan salah satu faktor yang menghambat berjalannya Implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD secara optimal.

Keempat, pernyataan mengenai pemahaman dalam pengumpulan data dimana pada grafik diatas didapatkan perolehan sebanyak 67%. Dengan adanya peristiwa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa antar tim pengelola SIPD sudah memahami beban kerja masing-masing dalam hal pengumpulan data SIPD, karena pengumpulan data SIPD merupakan tugas yang cukup penting dalam proses mendukung berhasilnya Implementasi Permendagri no 8 tahun 2014 tentang sistem informasi pembangunan daerah, karena dengan berhasilnya capaian dalam proses pengumpulan data, maka jumlah keterisian data pada tabel data isiin SIPD

89

dapat terpenuhi sehingga data yang tersaji pada SIPD dapat ditampilkan dan dapat digunakan sebagai mana mestinya sesuai dengan yang tertuang dalam Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD. Maka dapat disimpulkan perolehan yang didapatkan pada sub indikator staf rata-rata perolehan nya sudah mencapai 67,25%, dengan besarnya capaian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sub indikator staf dalam hal pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD sudah baik namun masih belum optimal.

Grafik 4.5

Sub Indikator Informasi

Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah

Dengan melihat Grafik 4.5 diatas, yang menggambarkan capaian pada sub indikator informasi, adapun dalam sub indikator informasi terdapat lima pernyataan yang masing – masing berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai pemahaman dalam proses Evaluasi Data dalam pelaksanaan Implementasi Permendagri No 8 tahun 2014 tentang SIPD sudah mencapai 65,50%. Dengan

Pemahaman Proses Evaluasi Data Pemahaman Informasi Data SIPD Kesesuaian Data Berdiskusi dan Bertukar Informasi Sinkronisasi Data Rerata 65.50% 66.50% 65.50% 65.50% 67.00% 66.00%

90

adanya capaian tersebut maka sebagian besar responden sudah mesrasa bahwa mereka sudah memahami dalam proses pengumpulan, pengisian dan evaluasi data SIPD dan telah sesuai dengan yang tertuang dalam pasal 11 pada Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang SIPD. Dalam temuan dilapangan peneliti melihat sendiri dimana sebagian dari tim pengelola dalam hal pengumpulan, pengisian dan evaluasi data SIPD masih belum menjalankan dengan optimal, dimana beberapa intansi masih belum menyempurnakan data SIPD, sehingga sebagian intansi masih menggunakan data lama dan masih belum memperbaharui data. Dengan adanya hal tersebut seringkali terjadi tumpang tindih data SIPD, beberapa instansi yang saling berkaitan dalam mengisi data SIPD seringkali terkesan saling melempar tanggungjawab dalam penyajian data yang seharusnya menjadi kewenangan intstansi tersebut. Adapun beberapa responden yang di tugaskan untuk mengumpulkan dan mengisi data SIPD masih belum mengerti dan kurang memahami untuk apa data SIPD tersebut dibuat, sebagian dari mereka hanya menyajikan data atas dasar permintaan dari bappeda saja.

Oleh karena itu dalam setiap rapat Evaluasi data SIPD bappeda senantiasa mengundang dan melibatkan seluruh instansi yang terlibat untuk ikut serta dalam menyajikan data SIPD dalam hal penyempurnaan data SIPD, namun pada kenyataannya seringkali data SIPD tidak banyak yang berubah dan masih banyak menggunakan data lama, tentu hal tersebut harus menjadi perhatian bagi bappeda selaku badan yang bertanggungjawab pada Implementasi tersebut, karena seharusnya bappeda yang mensosialisasikan dan mengkoordinasikan antar tim pengelola SIPD betapa pentingnya pembaharuan dan pemuktahiran data SIPD,

91

karena data SIPD berperan penting bagi pembangunan di Kota Serang, dimana dengan tersajinya data gambaran umum dan keseluruhan data serta pontensi apa saja yang dimiliki suatu daerah, tentu memudahkan pemerintah untuk membangun daerah tersebut sesuai dengan potensi yang dimilki oleh daerah tersebut.

Kedua, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah mengetahui segala informasi terkait Permendagri no.8 tahun 2014 sudah mencapai 66,50%. Dengan adanya peristiwa tersbut maka sebagian responden tim pengelola SIPD yang terlibat telah mengetahui segala informasi data SIPD yang tertuang dalam Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD adapun sebagian responden masih belum memahami segala informasi yang berkaitan dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD tersebut. Hal ini didukung pula oleh temuan peneliti dari beberapa responden, dimana mereka hanya mengetahui mengenai SIPD saja serta beberapa responden belum mengerti mengenai adanya Permendagri no 8 tahun 2014 dimana peraturan mentri tersebut berisi seluruh peraturan yang berkaitan dengan SIPD, mereka hanya mengetahui bahwa SIPD merupakan kewenangan dari bappeda saja, sehingga mereka belum mengerti keseluruhan informasi terkait SIPD. Adapun peneliti sendiri melakukan wawancara bagaimana sebagian responden hanya memberikan saja data mengenai instansi mereka tanpa mengetahui data tersebut merupakan data yang akan di sajikan pada daftar isian data SIPD dalam hal Implementasi Peremendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah.

Ketiga, pernyataan mengenai adanya kesesuaian data antar tim pengelola SIPD baik data yang dimiliki oleh OPD/Instansi terkait maupun data yang

92

dimiliki oleh Bappeda sudah mencapai 65,50%. Maka dapat disimpulkan pada pernyataan kali ini yaitu mengenai adanya kesuaian data dan informasi mengenai SIPD antar tim pengelola sudah cukup baik, dimana baik OPD/Instansi yang terlibat serta Bappeda sudah melakukan koordinasi dalam hal penyesuaian data dan informasi SIPD. Walaupun sebagian data dan informasi SIPD masih banyak yang belum terpenuhi, dimana masih sering terjadi data yang tidak diperbaharui atau masih menggunakan data lama, adapun tumpang tindih data serta kurangnya kesadaran dari masing-masing pihak yang belum memahami bagaimana pentingnya sebuah data dan informasi SIPD yang realtime dan aktual. Karena data dan Informasi SIPD merupakan data dan Informasi pembangunan berbasis teknologi yang dapat membantu penyusunan dalam perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Sehingga dalam perencanaan pembangunan selanjutnya pemerintah hanya perlu menyesuaikan data dan informasi yang dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan potensi serta keadaan daerah yang dimilikinya.

Keempat, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD senantiasa bertukar informasi dengan sesama rekan kerja yang terlibat sudah mencapai 65,50%. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini tim pengelola SIPD senantiasa melakukan pertukaran informasi antar sesama rekan kerja yang terlibat, adapun kendala yang dihadapi mereka sering menemukan tumpang tindih data SIPD hal tersebut diakibatkan karena seringkali data yang dimiliki masing-masing OPD/Instansi beberapa jenis data dimiliki juga oleh OPD/Intansi lainnya, sehingga sering muncul jenis data yang sama namun dengan jumlah yang berbeda. Hal tersebut

93

dibuktikan pula dengan masih adanya jawaban kurang setuju pada pernyataan tersebut. Maka dalam hal ini antar tim pengelola SIPD masih belum optimal dalam koordinasi serta diskusi terkait data dan informasi mengenai SIPD sebagaimana yang tertuang dalam Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah.

Kelima, pernyataan mengenai sinkronisasi data dan informasi SIPD sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD pada lampiran II berisi mengenai evaluasi terpadu data dan informasi SIPD sudah mencapai 67% dengan demikian maka pernyataan menggenai adanya sinkronisasi dan informasi SIPD sudah sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 serta sudah sesuai dengan Lampiran II yang ada di Permendagri tesebut yang berisi mengenai adanya Evaluasi terpadu data dan informasi SIPD. Adapun dalam penyelenggaraan evaluasi terpadu data dan informasi SIPD yaitu Bappeda selaku badan yang berwenang dalam penyelenggaraan implementasi permendagdri no.8 tahun 2014 tentang SIPD tersebut yang memfasilitasi dalam penyelenggaraan Evaluasi terpadu data dan informasi. Dalam penyelenggaraan evaluasi terpadu, antar tim pengelola SIPD yaitu Bappeda dan OPD/Intansi yang terlibat dalam penyusuan data dan informmasi SIPD saling bertemu dan berkoordinasi dalam penyediaan data dan informasi dari masing-masing OPD/intansi tersebut. Namun dari temuan lapangan, peneliti menemukan bahwa masih banyak instansi yang tidak dilibatkan langsung dalam evaluasi terpadu yang diselenggarakan, karena masih banyak instasi yang hanya memberikan data nya melalui email saja tanpa ikut menghadiri evaluasi terpadu yang diselenggarakan oleh Bappeda. Hal tersebut terbukti dengan

94

masih banyaknya jawaban kurang setuju pada pernyataan tersebut. Maka dapat disimpulkan perolehan yang didapatkan pada sub indikator informasi rata-rata perolehan nya sudah mencapai 66%, dengan besarnya capaian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sub indikator staf dalam hal pelaksanaan implementasi Permendagri No 8 Tahun 2014 tentang SIPD sudah baik namun masih belum optimal.

Grafik 4.6

Sub Indikator Wewenang

Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah

Berdasarkan Grafik 4.6 diatas, pada sub indikator wewenang terdapat empat pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah memahami komitmen yang tinggi dalam menjalankan SIPD sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang sistem informasi pembangunan daerah sudah mencapai 66%. maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki komitmen yang tinggi dalam

Komitmen Yg Tinggi Pemahamanan Kewenangan

Kewenangan terkait mengeluarkan Data…

Kewenangan yg jelas terkait SIPD Rerata 66.00% 65.50% 65.50% 63.00% 65.00%

95

pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang sistem informasi pembangunan daerah. Namun masih ada beberapa responden yang merasa bahwa belum sepenuhnya berkomitmen dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD tersebut. Hal tersebut dikarenakan masih belum optimalnya antar tim pengelola SIPD menjalankan Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tersebut, serta kesadaran akan pentingnya sistem informasi berbasis teknologi yang masih rendah dan belum menjadi prioritas utama. Padahal tujuan dan manfaat adanya SIPD sangatlah berdampak besar bagi perencanaan pembangunan suatu daerah, dengan adanya Sistem Informasi Pembangunan (SIPD) dapat mendukung dalam penetapan prioritas permasalahan di daerah guna meningkatkan kualitas produk-produk kebijakan publik dan mempromosikan potensi ekonomi daerah yang dimiliki.

Kedua, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah memahami kewenangan dalam menjalankan SIPD sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah sudah mencapai 66%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada pernyataan tersebut sebagian besar responden letah memahami kewenangan yang dimilikinya. Adapun sebagian responden masih belum memahami kewenangannya dalam pelaksanaan Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD, hal tersebut tentu sesuai dengan apa yang ada dilapangan, peneliti menemukan masih banyak responden yang ikut serta dalam tim pengelola SIPD belum sesuai dengan kewenangannya, dimana tim yang terkait dalam pengelolaan SIPD adalah tim yang memiliki keahlian khusus, adapun pada setiap OPD/Instansi yang mengurusi urusan SIPD adalah bagian

96

Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP). Namun masih banyak instansi yang menyerahkan tugas dalam hal pengumpulan data SIPD tidak kepada orang yang bersangkutan, dalam hal ini pegawai yang berada di bidang Perencanaan. Seharusnya orang yang ikut serta dalam tim pengelola SIPD adalah Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP), masih banyak instansi yang lebih mengandalkan tenaga kerja honorer atau staf nya saja yang sebenarnya bukan tugas mereka. Banyak kasubag dari beberapa OPD/Instansi mnyerahkan tugasnya kepada bawahan yang sebenarnya bukan termasuk dalam tim pengelola SIPD.

Ketiga, pernyataan mengenai adanya kewenangan terkait data yang dimiliki dalam hal mengeluarkan data dan informasi SIPD telah sesuai dengan Permendagri no.8 tahun 2014 sudah mencapai 65,50%. maka dapat disimpulkan pada pernyataan tersebut diketahui kewenangan terkait data dan informasi yang dikeluarkan sudah sesuai namun masih belum sepenuhnya optimal. Meskipun sudah mencapai 65,50% namun peneliti menemukan beberapa hal pada temuan lapangan, dimana peneliti menemukan adanya koordinasi yang kurang antar tim pengelola SIPD, sehingga kewenangan terkait data yang dimiliki oleh masing-masing OPD/Instansi masih sulit untuk dipublikasikan, oleh karena itu dalam hal mengeluarkan data dan informasi masih seringkali menemui kendala. Adapun kendalanya adalah seringkali data dan informasi SIPD masih menggunakan data lama dan belum diperbaharui, dengan adanya data lama tersebut menimbulkan terjadinya tumpang tindih data. Tumpang tindih data tersebut seringkali terjadi pada saat penyelenggaraan evaluasi terpadu data dan informasi yang diadakan oleh Bappeda. Sehingga Bappeda sendiri kesulitan memilih data mana yang lebih

97

akurat untuk mereka input pada kolom isiian Sistem Informasi Pembangunan Daerah yang sudah disediakan oleh Badan Pembangunan Daerah. Maka dapat disimpulkan pernyataan mengenai kewenangan terkait data yang dimiliki dalam hal mengeluarkan data dan informasi SIPD masih belum optimal.

Keempat, pernyataan mengenai kewenangan dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 sudah cukup jelas sudah mencapai 63%. dimana sebagian besar responden sudah mengerti akan kewenangan yang dimilikinya, yaitu kewenangan dalam hal pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD). Sebagian besar tim pengelola SIPD menyadari bahwa yang memiliki wewenang dalam hal pelaksanaan SIPD adalah bidang Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP). Dimana setiap OPD/Instansi yang terlibat memiliki bidang Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) selaku bidang yang menangangi dan terlibat dalam tim pengelola SIPD. Namun sebagian reponden menganggap bahwa kewenangan dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD) masih belum jelas, hal tersebut ditemukan oleh peneliti pada saat wawancara langsung kepada responden yang terlibat. Dimana masih ada beberapa SKPD/instansi yang masih merasa kewenangan dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 masih belum jelas, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menghambat berjalannya pelaksanaan implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Indormasi Pembangunan Daerah (SIPD) secara optimal. Maka dapat disimpulkan capaian yang diraih pada sub indikator wewenang yaitu

98

sebsesar 65%, dengan adanya capaian tersebut pada sub indikator wewenang dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik namun masih belum optimal.

Grafik 4.7 Sub Indikator Fasilitas

Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah

Dengan adanya grafik 4.7 diatas, pada sub indikator fasilitas terdapat empat pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai tim pengelola SIPD telah disediakan fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) sudah mencapai 67%, dengan adanya capaian tersebut sebagian sudah merasa cukup namun belum optimal, sebagian responden merasa fasilitas pendukung pada saat evaluasi data terpadu pengumpulan serta pengisian data dan informasi SIPD cukup memadai. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden merasa sudah cukup namun masih belum

Fasilitas Yg Memadai Sarana Pendukung dlm Evaluasi Data Tersedianya Ruang Khusus Biaya Pengelolaan SIPD Rerata 67.00% 66.50% 66.50% 66.00% 66.50%

99

optimal dalam mendapatkan fasilitas pendukung dalam hal pelaksanaan SIPD tersebut. Adapun temuan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, menemukan peristiwa dimana setiap OPD/Instansi tidak memiliki ruang khusus maupun akses internet dalam menunjang pelaksanaan SIPD. Bappeda selaku badan yang bertugas menginput data dan informasi mengenai SIPD sendiri tidak memiliki ruang khusus dalam penginputan data dan informasi SIPD, sehingga implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 masih belum tercapai secara optimal.

Kedua, pernyataan mengenai telah disediakan fasilitas sarana pendukung pada saat rapat evaluasi data terpadu sudah mencapai 66,50% dimana bappeda selaku badan yang berwenang dalam hal pelaksanaan SIPD berupaya untuk menyediakan fasilitas sarana pendukung pada saat pelaksanaan evaluasi terpadu data dan informasi SIPD. Hal tersebut dilakukan demi mendukung terapainya implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang SIPD berjalan dengan baik, namun pada temuan lapangan peneliti menemukan bahwa masih ada beberapa instansi yang hanya dimintai data dan informasi mengenai instansinya saja serta hanya melalui surat dan email yang dikirim oleh bappeda saja, sehingga beberapa instansi memberikan data terkait instansinya tanpa tahu untuk apa data tersebut digunakan.

Ketiga, pernyataan mengenai tersedianya ruang khusus dalam mengelola dan menginput data dan informasi SIPD sudah mencapai 63%, diketahui bahwa dalam hal penginputan data OPD/Intansi yang terlibat tidak menggunakan ruang khusus sehingga mereka bisa mengelola data dan informasi SIPD dimana saja, hal tersebut sejalan dengan yang terjadi di bappeda selaku badan yang berwenang

100

penuh dalam proses mengelola dan menginput keseluruhan data dan informasi yang didapatkan dari setiap OPD/instansi yang terlibat. Bappeda melakukan Inputing data melalui web yang disediakan Badan Pembangunan Daerah, sehingga hanya operator dari bappeda saja yang bisa log in ke web yang disediakan oleh Bangda. Oleh sebab itu OPD/instansi lain hanya melakukan pengumpulan data SIPD terkait intansi masing-masing lalu diserahkan ke Bappeda selaku penginput data SIPD tersebut. Hal tersebut sebanding dengan temuan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, dimana pada saat penelitian pada lokasi penelitian, peneliti tidak menemukan adanya ruangan khusus baik di di Bappeda maupun OPD/Instansi yang terkait dalam Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD).

Keempat, pernyataan mengenai adanya biaya pengelolaan SIPD yang bersumber dari APBN, APBD dan lain-lain pendapatan yang sah dan tidak mengikat seperti yang dalam Permendagri No.8 Tahun 2014 tentang Sistem Pembangunan Daerah (SIPD) sudah mencapai 66%, dan sudah dapat dipastikan bahwa biaya pengelolaan dalam hal Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) sudah sesuai dengan yang tertuang dalam Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD). Maka dapat disimpulkan pada sub indikator fasilitas rata-rata mencapai 65,50%, hal tersebut semakin membuktikan bahwa fasilitas serta ruang khusus untuk mengolah dan menginput data SIPD belum tersedia, sehingga Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) masih belum optimal

101 2. Indikator Komunikasi

Grafik 4.8

Sub Indikator Transmisi

Sumber : Hasil Penelitian Dari Data yang Diolah

Berdasarkan grafik 4.8 diatas, pada sub indikator transmisi terdapat tiga pernyataan, masing-masing pernyataan berbeda. Yang pertama, pernyataan mengenai telah terciptanya kerjasama yang baik antar OPD/Instansi dengan Bappeda dalam Pemukhtakiran data dan informasi SIPD sudah mencapai 64,50%, dalam pernyataan ini maka kerjasama antar tim pengelola SIPD yaitu OPD/Instansi dan Bappeda sudah melaksanakan koordinasi dengan cukup baik khususnya dalam hal pemukhtakiran data dan informasi yang berkaitan dengan Implementasi Permendagri no.8 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD). Adapun beberapa responden masih merasa bahwa

Dokumen terkait