1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecacingan merupakan infestasi satu atau lebih cacing parasit usus golongan nematoda usus (WHO, 2014). Menurut Bethony, et al. (2006), nematoda usus yang sering menginfeksi manusia, diantaranya cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichiuris trichiura) dan cacing tambang
(Ancylostoma duodenalae dan Necator americanus). Beberapa spesies ini merupakan sejumlah parasit yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan istilah Soil Transmitted Helminths (STH).
Menurut data WHO (2014), lebih dari 1, 5 miliar penduduk atau 24 % dari populasi dunia terinfeksi STH. Diperkirakan dari sepertiga dari populasi di dunia paling sedikit terinfeksi satu spesies dari STH, dengan angka kejadian Ascaris
Lumbricoides menginfeksi 800 juta orang, Trichiuris trichiura menginfeksi 600
juta orang, dan cacing tambang menginfeksi 600 juta orang dan menyebabkan kematian 135.000 kasus setiap tahun (Hotez, 2009).
Sebagai daerah tropis, dengan tanah lembab dan terlindung dari sinar matahari, Indonesia merupakan tempat yang baik untuk cacing yang siklus hidupnya melalui tanah. Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012), pevalensi kecacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi berkisar antara 10% - 85,9%, terutama pada golongan penduduk kurang mampu dengan sanitasi yang buruk (berdasarkan Laporan Kabupaten/ Kota 2005-2012). Angka prevalensi ini belum memenuhi target yang ingin dicapai pada tahun 2010 (<10%) sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 424/MENKES/SK/VI/2006.
Predileksi kecacingan sering terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 270 juta anak usia pra sekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah terinfeksi STH (WHO, 2014). Penelitian-penelitian tentang kecacingan pada anak sekolah dasar menunjukkan angka kejadian yang cukup tinggi. Penelitian Mardiana dan Djarismawati (2008) menemukan data prevalensi cacing usus pada murid SD
2
WGT Taskin dari lima wilayah, dua wilayah yaitu Jakarta Utara dan Jakarta Barat, penderita askariasis masing-masing 80% dan 74,70% sedangkan penderita Trikuriasis di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat masing-masing 68,42% dan 25,30%. Sementara data prevalensi kejadian kecacingan pada murid Sekolah Dasar di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar, dari 239 responden menunjukkan yang positif kecacingan lebih banyak yaitu 75,7 % atau 181 responden (Pertiwi, et
al., 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara hasil survey kecacingan pada anak sekolah dasar tahun 2012 di 10 kabupaten/ kota menunjukkan prevalensi 32,3%. Beberapa faktor penyebab masih tingginya infeksi cacing adalah rendahnya tingkat sanitasi pribadi (perilaku hidup bersih sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan di sembarang tempat, perilaku BAB tidak di WC, serta ketersediaan sumber air bersih (Rawina et al. 2011).
Perilaku hidup yang bersih dan sehat merupakan faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku ini menyangkut pengetahuan akan pentingnya higiene perorangan, sikap dalam menanggapi penyakit serta tindakan yang dilakukan dalam menghadapi suatu penyakit atau permasalahan kesehatan lainnya (Notoatmodjo, 2007). Penelitian Tumanggor (2008) yang diakukan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Dairi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku responden dengan infeksi kecacingan.
Hasil survey prevalensi kecacingan yang dilakukan pada anak sekolah dasar di desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo didapatkan sebesar 55,8 % terinfeksi STH (Ginting, 2003).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi
Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga
Julu Kabupaten Karo Tahun 2014.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, di rumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Adakah hubungan antara perilaku dengan intensitas infeksi Soil Transmitted
Helminths pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo
Tahun 2014?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara perilaku dengan intensitas infeksi Soil
Transmitted Helminths pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu
Kabupaten Karo Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi infeksi pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak dan hubungannya dengan intensitas STH pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu. 3. Untuk mengetahui hubungan sikap anak dengan intensitas STH pada
siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu.
4. Untuk mengetahui hubungan tindakan anak dengan intensitas STH pada siswa-siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Setempat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data prevalensi kecacingan di Desa Lingga Julu Kabupaten Karo serta perilaku anak sekolah dasar tentang infeksi Soil Transmitted Helminths, sehingga pemerintah setempat diharapkan dapat menyusun rencana program pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi kecacingan pada masyarakat.
4
2. Bagi orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga bagi orang tua agar lebih peduli tentang higiene serta mendidik anaknya agar berperilaku hidup bersih dan sehat.
3. Bagi murid
Melalui penelitian ini, murid dapat mengetahui penyebab infeksi kecacingan sehingga mengetahui bagaimana caranya untuk menghindari infeksi kecacingan, yaitu meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut.