• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Motivasi dan Psikis terhadap Keikutsertaan Suami dalam Vasektomi di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deliserdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Motivasi dan Psikis terhadap Keikutsertaan Suami dalam Vasektomi di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deliserdang"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). Menurut Gray, dkk, 1984 menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau external bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Winardi, 2007). Motivasi adalah kegiatan penyuluhan dan promosi yang mengandung unsur ajakan dan dorongan, bertujuan memperkenalkan alat/metode kontrasepsi kepada masyarakat agar mau memakai alat/metode kontrasepsi tersebut (BKKBN, 2007).

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang (Sudrajat, 2008).

(2)

Menurut teori Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhadur (1978) dalam Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri dari : (1) Motif atas kebutuhan (motive); (2) Pengharapan atas lingkungan (expectation); (3) Kebutuhan atas imbalan (Insentive).

Jadi, mengacu pada pendapat-pendapat para ahli diatas, Zurnali (2004) mengemukakan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh motif, harapan, dan insentif yang diinginkan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing variabel motivasi tersebut:

2.1.1. Motif Atas Kebutuhan (Motive)

Motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah laku atau bersikap tertentu. Menurut Zurnali (2004), mengutif pendapat Fremout E. Kast dan James E. Rosenzweig (1970) yang mendefenisikan motive sebagai suatu dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya adalah suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu.

Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut.

A. Pembagian Motif

(3)

1. Woodworth dan Marquis (1955), membedakan motif yang berdasarkan kebutuhan manusia menjadi 3 macam.

a. Motif kebutuhan organis, seperti minum, makan, bernafas, seksual, bekerja, dan beristirahat.

b. Motif darurat, yang mencakup dorongan-dorongan menyelamatkan diri, berusaha, dan dorongan untuk membalas.

c. Motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan sebagainya.

2. Pembagian motif berdasarkan atas terbentuknya motif tersebut mencakup. a. Motif-motif pembawaan, yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari,

misalnya dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dorongan seksual dan sebagainya.

b. Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari, seperti dorongan untuk belajar sesuatu, dorongan untuk mengejar kedudukan, dan sebagainya.

3. Pembagian motif menurut penyebabnya.

a. Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.

(4)

B. Relevansi Motif terhadap Proses Belajar-Mengajar

1. Kegiatan yang didorong oleh motif-motif instrinsik lebih baik daripada yang didorong oleh motif ekstrinsik. Maka yang penting adalah menimbulkan dan mengembangkan minat sasaran belajar dalam bidang-bidang studi yang dianggap relevan.

2. Persaingan sehat, baik secara individual maupun kelompok, akan dapat meningkatkan motif untuk belajar.

3. Diskusi mengenai aspirasi yang dikehendaki sangat baik untuk mengembangkan motif-motif.

2.1.2. Harapan (Expectation)

Mengacu pada pendapat Victor Vroom, menurut Zurnali (2004) mengemukakan bahwa expectation adalah adanya kekuatan dari kecenderungan untuk melakukan kegiatan secara benar tergantung pada kekuatan dari pengharapan bahwa kegiatan akan diikuti dengan pemberian jaminan kesehatan, fasilitas dan lingkungan atau outcame yang menarik. RL. Kahn (1951) secara singkat mengemukakan pendapatnya tentang expectation yakni merupakan kemungkinan bahwa dengan perbuatan akan mencapai tujuan.

2.1.3. Kebutuhan Atas Imbalan (Insentive)

(5)

Morris S. Viteles (1973) merumuskan insentif sebagai keadaan yang membangkitkan kekuatan dinamis individu, atau persiapan-persiapan dari pada keadaan yang mengantarkan dengan harapan dapat memHubungani atau merubah sikap atau tingkah laku orang (Zurnali, 2004).

2.2. Psikis (Kejiwaan)

Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara umum kata psikologi bisa diartikan sebagai suatu studi yang mempelajari tentang jiwa. Menurut William James, 1980, psikologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan mental dan fenomena psikisnya, seperti perasaan, keinginan, kognitif, persepsi, atau pikiran logis. Psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam individu seseorang dan unsur-unsur psikologis meliputi: persepsi, pembelajaran, kepribadian, memori, emosi, kepercayaan, dan sikap, sedangkan psikis adalah yang berhubungan dengan jiwa (psyche).

(6)

2.2.1. Persepsi

Persepsi berlangsung saat orang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantu seperti alat indera yang kemudian masuk ke otak. Yang disebut proses sensoris.

Menurut Green Persepsi merupakan salah satu faktor predisposisi seseorang untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman dan sebagainya, setiap orang mempunyai persepsi berbeda meskipun obyeknya sama.

(7)

2.2.2. Perasaan

Feeling and emotion menurut Chaplin (1972) adalah keadaan atau state individu sebagai akibat persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal. Stren, 1950 membedakan perasaan menjadi tiga golongan yaitu : 1) perasaan presens, perasaan yang timbul dalam keadaan yang nyata dihadapi; 2) perasaan yang menjangkau maju (masih dalam pengharapan); 3) perasaan yang berkaitan dengan masa lampau yang timbul setelah melihat kejadian tersebut.

Disamping itu Max Scheler mengajukan empat tingkatan dalam perasaan : a) perasaan tingkat sensorik, yaitu perasaan yang didasarkan pada kesadaran; b) perasaan kehidupan vital, yaitu perasaan karena tergantung jasmani misalnya sakit,

kelelahan; c) perasaan psikis dan kejiwaan, yaitu perasaan senang, susah, takut; d) perasaan kepribadian, berkaitan dengan sifat kepribadian seseorang.

Manusia sebagai makhluk sosial, sudah barang tentu dalam mewujudkan dirinya sebagai makhluk sosial tersebut, manusia membutuhkan atau menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang antara lain terdiri dari :

a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia hidup (di lingkungan tempat tinggal dan ditempat kerja).

(8)

c) Kebutuhan akan perasaan kemajuan, dan tidak seorangpun yang menyukai kegagalan dalam tugas atau pekerjaan apa pun. Kemajuan atau keberhasilan sebuah pekerjaan atau tugas adalah merupakan kebutuhan setiap orang.

d) Kebutuhan akan perasaan “ikut serta” atau berpartisipasi. Setiap orang, setiap kariawan akan merasa senang jika ia dikut sertakan dalam berbagai kegiatan. Keikutsertaan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan bukan hanya dalam bentuk fisik atau kegiatan saja, tetapi juga dalam bentuk pendapat, idea tau saran-saran. 2.2.3 Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan kenyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. (Mulyanti, 2011). Salah satu faktor yang memHubungani kepercayaan adalah sosial psikologi antara lain orang terdekat atau keluarga dan pengalaman sebelumnya.

Pandangan para ahli psikologi kognitif mengenai perilaku manusia bukan hanya Hubungan dari penerimaan rangsangan yang pasif, namun ada proses pengolahan informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan kategori-kategori baru. Individu aktif dalam mempersepsikan, mengingat, reproduksi, pengolahan informasi, menafsirkan, dan mengambil keputusan.

(9)

memberikan reaksi dan akhirnya terjadi pembentukan atau perubahan perilaku (Pieter, 2010).

Kurt Lewin, berpendapat Secara garis besar struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga bagian:

1) Pribadi

Pribadi adalah sifat-sifat individu (Kebutuhan, Kenyakinan, Opini, dan sebagainya) yang saling berinteraksi antara sesama manusia dan lingkungan yang menimbulkan ruang hidup.

2) Lingkungan Psikologis

Lingkungan psikologis adalah bagian dari ruang hidup yang ditentukan sifat-sifat lingkungan objektif dan sifat-sifat pribadi. Yang termasuk kedalam lingkungan psikis adalah hal-hal yang menyangkut persepsi, berfikir, perasaan ataupun cara-cara berperilaku.

3) Ruang Hidup

Ruang hidup (medan psikologis atau keseluruhan situasi) adalah totalitas realitas psikologis yang berisikan semua fakta-fakta yang bisa memengaruhi tingkah laku pada suatu saat, dengan kata lain, tingkah laku manusia adalah fungsi dari pada ruang hidup. Ruang hidup adalah hasil interaksi antara pribadi dan lingkungan psikologis.

(10)

pria untuk ber-KB. Akibatnya, tak cukup banyak peserta KB pria hingga saat ini (BKKBN RI, 2005).

Teori Kurt lewin terkenal dengan teori psikologi lingkungan. Lewin (dalam Asad, 1987), berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat dua kekuatan yang sama besar yaitu faktor pendorong (driving force) dan faktor penghambat (restraint forces). Untuk itu, dalam upaya meningkatkan keikutsertaan pria/suami dalam penggunaaan kontrasepsi peneliti melakukan kajian secara komprehensif faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat untuk melakukan vasektomi (Pieter, dkk 2010).

Beberapa faktor pendorong keberhasilan vasektomi menurut hasil penelitian Saputra, tahun 2008, antara lain : 1) peningkatan KIE dan advokasi bagi ulama tentang vasektomi dan rekanalisasi; 2) keteladanan; 3) reward, sedangkan yang

menjadi faktor penghambat dalam melakukan vasektomi antara lain adalah : 1) pengetahuan tentang vasektomi yang masih relative rendah baik dari sisi pengelola

dan pelaksana program di masyarakat, maupun tokoh agama; 2) keterbatasan alat kontrasepsi; 3) rendahnya dukungan keluarga; 4) rendahnya dukungan orang yang berHubungan; 5) keterbatasan tempat pelayanan.

(11)

Faktor-faktor penyebab timbulnya perubahan perilaku manusia, antara lain : a. Meningkatnya kekuatan stimulus

Semakin meningkat kekuatan stimulus pendorong terjadinya pembentukan perilaku, maka semakin besar efeknya. Misalnya, Pria yang tidak ikut KB diHubungani keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dan kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Akibat pemberian stimulus terus menerus agar ikut program KB menyebabkan perilakunya berubah dan mau mengikuti program KB. b. Melemahnya kekuatan penahan

Melemahnya kekuatan penahan yang mengubah kepercayaan, sikap atau pandangan sehingga membentuk perilaku baru.

c. Hubungan kekuatan stimulus dan kekuatan penahan

Kekuatan pendorong meningkat, maka kekuatan penahan akan melemah. Seperti contoh diatas, Penyuluhan program KB dilakukan dengan memberikan konsep pentingnya KB dan tidak benar kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Usaha ini meningkatkan kekuatan pendorong sekaligus menurunkan kekuatan penahannya.

2.3 Keikutsertaan PUS (Pasangan Usia Subur) dalam Vasektomi

(12)

dapat terpenuhi sepenuhnya. Kenyataan yang ada hanya memperlihatkan bahwa kebutuhan yang pertama menjadi penting sampai dapat dipenuhi. Setelah itu akan muncul kebutuhan kedua, ketiga dan seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, setiap individu akan terlibat dalam kehidupan masyarakat (live of society) ataupun kehidupan berkelompok (live of group).

Partisipasi merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau suatu kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu (Soekanto, 1993). Partisipasi terdiri dari beberapa jenis diantaranya partisipasi sosial. Partisipasi sosial merupakan derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial. Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya (Sastropoetra, 1995).

Theodorson dalam Mardikanto, tahun 1994 mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil keputusan.

2.3.1. Metode Partisipasi

(13)

Artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu program. baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun perintah lisan. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awareness), tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

2) Partisipasi dengan persuasi dan edukasi

Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditimbulkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya.

Menurut Margono didalam Mardikanto (2003), menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsure pokok, yaitu :1. adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, 2. adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, 3. adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan setiap kesempatan.

2.3.2. Syarat Tumbuh Partisipasi

(14)

1) Kemauan secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan, atau tekanan dari pihak luar).

2) Kesempatan untuk berpartisipasi, dalam kenyataan banyak program pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan untuk berpartisipasi sangat diHubungani oleh a) kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam pembanguana, b) kesempatan untuk memperoleh informasi, c) kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.

3) Kemampuan berpartisipasi, beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik antara lain adalah: a) kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, b) kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, c) kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki. Menurut Robbins (1998) menyatakan pada hakekatnya kemampuan individu tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

2.3.3. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi

(15)

1) Partisipasi spontan

Yaitu keikutsertaan yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan dan kenyakinannya sendiri.

2) Partisipasi terinduksi

Yaitu keikutsertaan yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, Hubungan, dorongan) dari luar meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.

3) Partisipasi tertekan oleh kebiasaan

Yaitu keikutsertaan yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau keikutsertaan yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakat.

4) Partisipasi tertekan oleh peraturan

Yaitu keikutsertaan yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.

5) Partisipasi tertekan oleh alasan sosio-ekonomi

Yaitu keikutsertaan yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

(16)

dalam pengambilan keputusan, 2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, 3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi, 4) partisipasi dalam pemanfaat hasil

pembangunan.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, menunjukan adanya kepercayaan dan kesempatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk terlibat secara aktif di dalam proses pembangunan. Artinya, tumbuh dan kembanganya partisipasi masyarakat, memberikan indikasi adanya pengakuan (aparat) pemerintah bahwa masyarakat bukanlah sekedar obyek atau penikmat hasil pembangunan, melainkan subyek atau pelaku pembangunan yang memiliki kemauan dan kemampuan yang dapat diandalakan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan (Mardikanto, 2001).

2.4 Keluarga Berencana

2.4.1 Definisi Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami-istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

(17)

reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan resiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan; meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, edukasi dan informasi, konseling dan pelayanan KB, dan meningkatkan pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera program KB mempunyai empat dimensi yaitu: pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, peningkatan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), maksudnya adalah: “Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran”. Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan pengunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua.

(18)

Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dan jalan memberi nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.

2.4.2 Visi dan Misi Program Keluarga Berencana

Paradigma baru Keluarga Berencana Nasional (KBN) telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).

Paradigma baru program Keluarga Berencana, menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan

(19)

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana

Keluarga Berencana bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).

Adapun manfaat dari program Keluarga Berencana (Mochtar, 1998) adalah : 1. Untuk kepentingan orang tua

Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rezeki dan Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai mahluk insani diberi akal, ilmu dan pikiran sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan fikiran sehat, tersebut untuk mendapatkan jalan dan hidup yang sehat supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada. Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia. 2. Untuk kepentingan anak-anak

(20)

mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa.

3. Untuk kepentingan masyarakat

Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat. Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara dimana mereka hidup dan berbakti (Mochtar, 1998).

2.4.4. Pandangan Berbagai Agama tentang Keluarga Berencana

(21)

1. Agama Islam

Pandangan para ulama di Indonesia tentang KB pada umumnya menyetujui atau sekurang-kurangnya tidak menentang. Bahkan masa Nabi Muhammad SAW telah dikenal metode kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan nama azl atau coitus interptus yang disebut juga dengan senggama terputus. Namun, beberapa pemikir Islam meragukan hukum ber – KB, karena menyamakan program KB dengan larangan membunuh bayi. Pembunuhan bayi sama sekali tidak sama dengan memakai alat kontrasepsi, karena pembunuhan bayi adalah pembunuhan nyata dari anak yang telah lahir sedangkan memakai alat kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan. Oleh karena itu aborsi sebagai metode KB dilarang di Indonesia dan cara KB lainnya diperbolehkan (Ebrahim, 1997).

Metode kontap sebagai salah satu alat KB juga diperdebatkan oleh para ulama Islam, karena sifatnya yang permanen dan menganggap cara ini sama dengan pengebirian yang dilarang dalam hukum Islam. Namun belakangan metode ini akhirnya diperbolehkan dengan pertimbangan bila metode KB lain memang tidak sesuai dan alasan kesehatan dari Pasangan Usia Subur (PUS) itu sendiri.

2. Agama Kristen

(22)

bersama antara suami istri, c) Dalam konsili disebutkan bahwa cara-cara KB yang dilarang adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu cara coitus interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak juga dilarang, d) Cara ber KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala. Mengenai cara ini ensiklik hummanae menolak semua cara ber- KB selain pantang berkala, e) Bila cara pantang berkala telah dicoba mengalami kesulitan atau membahayakan kesehatan, maka suami istri dapat meminta nasehat kepada imam sebagai bapak rohani untuk menentukan jalan keluar yang tepat (BKKBN, 1980).

3. Agama Hindu

Pandangan Agama Hindu terhadap program KB sangat positif bahkan cenderung mendukung karena program ini dianggap sejalan dengan ajaran agama Hindu. Alat kontrasepsi tercipta dari ilmu pengetahuan, dan ilmu yang dipergunakan untuk kesejahteraan manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang. Bahkan penggunaan alat kontrasepsi diatur agar sesuai dengan desa / tempat, kala/ waktu, dan putra/keadaan (BKKBN, 1980).

Namun demikian metode pengguguran (abortus criminalis) dianggap sebagai dosa besar karena bertentangan dengan ajaran Ahimsa Karma. Pengguguran janin dianggap sama dengan pembunuhan orang suci. Oleh karena itu, metode ini sangat ditentang oleh umat Hindu.

4. Agama Budha

(23)

b) Kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami istri dengan maksud memberikam kesempatan mendidik, merawat, mempersiapkan diri buat kehidupan anak-anak yang sudah ada, c) Tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari tanggung jawab, d) Semua tindakan ber KB dilakukan atas dasar bimbingan dan pengawasan para ahli yang bersangkutan (BKKBN, 1980).

Agama Budha memperbolehkan pemakaian kontrasepsi karena pencegahan kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi dianggap sama dengan pencegahan pertemuan sel telur dengan sel sperma yang berarti pula mencegah terjadinya mahluk. Hal ini berarti tidak terjadi pembunuhan, karena sel telur dan sel sperma sendiri menurut agama Budha bukanlah mahluk.

2.4.5. Kontrasepsi Vasektomi

Menurut BKKBN (2005), Kontrasepsi berasal dari bahasa kontra, berarti “mencegah” atau “melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, jadi kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma.

(24)

1. Manfaat Alat Kontrasepsi

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mengamanatkan bahwa tujuan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat termasuk daerah pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu dapat mengatur jarak kelahiran, menunda kelahiran serta mencegah kehamilan.

Adapun tujuan dari gerakan Keluarga Berencana Nasional menurut Meilani (2010) adalah:

a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikut sertakan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada.

b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB yang menggunakan alat. Kontrasepsi efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu.

(25)

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan pengamalan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.

e. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan. f. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga

dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.

g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.

h. Memeratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai.

i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan.

2. Metode Kontrasepsi Pria

(26)

Namun, seiring peningkatan penyuluhan dan keterbukaan seksual, lebih banyak pria sangat tertarik terhadap bidang ini, seperti terlihat dari jumlah pria yang memilih sterilisasi. Badan penyuluhan kesehatan dan media telah mencoba meningkatkan pemakaian kondom pria dalam mencegah penyakit menular seksual (PMS) dan penyebaran human immunodeficiency virus (HIV), namun Hubungannya masih terbatas, masih ada kepercayaan bahwa “itu tidak akan terjadi pada saya”, dan selama kepercayaan ini masih ada, penyebarluasan pemakaian kondom akan terhambat (Everett, 2008).

Adapun metode kontrasepsi yang tersedia bagi pria adalah : a. Koitus Interuptus

Metode koitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya perubahan (kehamilan) bias dikurangi (Meilani dkk, 2010).

b. Kondom

(27)

c. Sterilisasi Pria

Sterilisasi pria telah menjadi pilihan kontrasepsi pemanen yang popular untuk banyak pasangan, prosedur bedah tersebut dikenal dengan vasektomi (Everett, 2008).

Sterilisasi pria telah menjadi pilihan kontrasepsi permanen yang populer untuk banyak pasangan, prosedur bedah tersebut dikenal sebagai vasektomi. Eksperimen pertama dengan melakukan sumbatan pada vasdeferens dilakukan pada awal tahun 1830 oleh Sir Astley Cooper, dan kemudian pada abad ke-20 seiring kemajuan dibidang pembedahan dan anastesi, vasektomi tersedia bagi pria. Hal ini merintis dibukanya klinik vasektomi pertama oleh Family Planning Assiciation pada oktober 1968 (Everett, 2008).

Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004).

1. Pengertian Vasektomi

(28)

jadi tidak memproduksi hormone testosterone. Vasektomi tidak akan menyebabkan laki-laki menjadi impoten, sebab saraf-saraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi berada dibatang penis. Sedangkan tindakan vasektomi hanya dilakukan disekitar buah zakar (testis), jauh dari persarafan untuk ereksi.

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum dengan sperma) tidak terjadi (Pinem , 2009).

Vasektomi adalah pemotongan atau penyumbatan kedua saluran tersebut untuk mencegah jalannya sperma. Vasdeferens dipotong tepat di atas testis. Vasektomi tidak mengganggu produksi cairan seminalis sehingga tidak akan bisa membedakan perbedaan jumlah cairan yang diproduksi saat ejakulasi cairan itu sendiri tidak mengandung sperma. Operasi dilakukan dibawah anestesi lokal dan dilakukan selama kurang dari setengah jam. Sayatan kecil dibuat pada kulit ditengah-tengah atau pada masing-masing sisi skrotum dan vas deferens yang berada tepat di bawah kulit kemudian dipotong atau disumbat. Kulit dapat ditutup dengan jahitan atau dibiarkan menutup sendiri (Glasier, 2006).

(29)

Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi (Meilani, 2010).

2. Syarat untuk Menjadi Akseptor Vasektomi

Adapun persyaratan untuk menjadi akseptor vasektomi adalah : a. Harus secara sukarela

Artinya klien memutuskan pilihan atas keinginannya sendiri dengan mengisi dan menandatangani informed concent.

b. Mendapat persetujuan istri dalam melakukan vasektomi harus ada persetujuan dari istri.

c. Jumlah anak yang cukup

Setiap suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak yang cukup minimal 2 orang dan yang paling kecil harus sudah berumur 4 tahun.

d. Mengetahui akibat-akibat vasektomi

Calon akseptor vasektomi harus mengetahui akibat setelah melakukan vasektomi yaitu setelah melakukan vasektomi maka akseptor tidak bisa lagi memiliki keturunan.

e. Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun (Suratun, 2008). 3. Metode Vasektomi

(30)

beberapa instrumen sederhana. Dalam suatu perbandingan satu hari di Bangkok, 680 vasektomi yang dilakukan dengan menggunakan metode tanpa scalpel mengalami 3 komplikasi, 523 vasektomi yang dilakukan dengan menggunakan teknik standart mengalami 16 komplikasi. Metode ini sama sulitnya untuk dibalik seperti vasektomi lain. Kaset video dan peralatan untuk metode ini dapat diperoleh di AVSC Internasional, 79 Madison Avenue, Newyork, NY 10016 (FAX 212-779-9439) (Speroff, 2005).

Gambar 2.1. Metode Vasektomi a) Prosedur Kontap Pria

Prosedur kontap pria meliputi beberapa langkah tindakan : (1) Identifikasi dan isolasi vasdeferens

1. Kedua vas deferens merupakan struktur paling padat di daerah mid-scrotum, tidak berpulsasi (berbeda dengan pembuluh darah)

(31)

2. vasdeferens yang sangat tipis spermatic cord yang tebal, 3. testis yang tidak turun, 4. otot cremaster berkontraksi dan menarik testis keatas. 3. Kedua vasa vasdeferens harus diidentifikasi sebelum meneruskan

prosedur kontap.

4. Dilakukan immobilisasi vasdeferens diantara ibu jari dan jari telunjuk atau dengan memakai klem (doek-klem atau klem lainnya)

5. Dilakukan penyuntikan anastesi local. (2) Insisi skrotum

1. vasdeferens yang telah diimmobilisasi didepan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum

2. Insisi horizontal atau vertical, dapat dilakukan secara : 1. tunggal digaris tengah (scrotal raphe), 2. dua insisi, satu insisi di atas masing-masing vasdeferens

(3) Memisahkan lapisan-lapisan superfisial dari jaringan-jaringan sehingga vasdeferens dapat di isolasi.

(4) Okulasi vasdeferens

1. Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua vasdeferens (1-3cm), yang harus dilakukan jauh dari epididimis

(32)

ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vasdeferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes ke jaringan sekitarnya dan terjadi granuloma, untuk mencegah kedua ujung vasdeferens agar tidak menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas dapat dilipat kebelakang lalu diikatkan/dijahitkan pada dirinya sendiri, atau vaskia dari vasdefrens dapat ditutupkan di atas satu ujung sehingga terdapat suatu barier dari jaringan fascia; atau vasdeferens ditanamkan

kedalam jaringan fascia; 2.electro-koagulasi/thermo-koagulasi; 3. Clips: masih dalam fase experimental, keuntungan clips : lebih cepat

dibandingkan ligasi, lebih mudah memperhitungkan tekanan yang diperlukan untuk aplikasi clips dibandingkan dengan ligasi, tantalum, bahan clips, tidak diserap dan biologis iner, potensi reversibilitas besar, umumnya dipasang dua sampai tiga clips pada masing-masing vasdeferens.

(5) Penutupan luka insisi

1. Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap

(33)

b) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor kontap-pria akan tindakan operasi (yang umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk lebih menggalakkan penerimaan/pelaksanaan kontap-pria, di Indonesia sekarang telah diperkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau (VTP).

(1) Persiapan pre-operatif

a. Cukur rambut pubis, untuk lebih menjamin sterilitas

(34)

b. Tidak perlu puasa sebelumnya

(2) Mencari, mengenal dan fiksasi vas deferens kemudian dijepit dengan klem khusus yang ujungnya berbentuk tang catut, lalu disuntikan anastesi local

(3) Dilakukan penusukan pada garis tengah skrotum dengan alat berujung bengkok dan tajam untuk membuat luka kecil, yang kemudian dilebarkan sekitar 0,5 cm. Akan terlihat vas deferens yang liat dan keras seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens dibuka secara hati-hati. Setelah pembungkus vas deferens disisihkan ke tepi, akan tampak jelas saluran sperma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara.

(4) Selanjutnya dilakukan oklusi vas deferens dengan ligasi + re-seksi suatu segmen vas deferens

(5) Penutupan luka operasi.

(35)

4. Efektivitas Vasektomi

Vasektomi secara umum dianggap lebih efektif daripada sterilisasi wanita. Di studi oxford/EPA, Vessey Et All (1982) melaporkan bahwa angka kegagalan 0.02 perseratus tahun pria setelah di vasektomi 1 dalam 2000 (Glasier, 2006).

Kegagalan kontap-pria umumnya disebabkan oleh: a) senggama yang tidak

terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa; b) rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan

granuloma spermatozoa; c) pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.

5. Kelebihan dan Keterbatasan Vasektomi

a) Kelebihan vasektomi :1) Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormone, 2) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup. 3) Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri 4) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), 5) Lebih Praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), 6) Lebih Efektif (Tingkat kegagalannya sangat kecil), 7) Lebih Ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan), 8) Tidak mortalitas, 9) Pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit, 10) Tidak ada resiko kesehatan, 11) Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan Sifatnya permanen.

(36)

nyeri, atau terjadi perdarahan setelah operasi, 4) Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum, apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur (Meilani dkk, 2010).

6. Indikasi dan Kontra Indikasi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Arum, 2009).

Sedangkan kontra-indikasi adalah : a. Ketidakmampuan fisik yang serius; b. Masalah urologi; c. Masalah hubungan; d. Tidak didukung oleh pasangan (Everett, 2008).

Adapun kontraindikasi yang lain menurut Meilani dkk (2010), adalah : a. Penderita hernia; b. Penderita kencing manis; c. Penderita kelainan pembekuan darah; d. Penderita penyakit kulit atau jamur di daerah kemaluan; e. Tidak tetap pendirianny; f. Infeksi di daerah testis; g. Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar); h . Buah zakar membesar karena tumor; i. Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar); j. Buah zakar tidak turun (kriptokismus); k. Penyakit kelainan pembuluh darah.

7. Komplikasi Vasektomi

(37)

diujung- ujung vasdeferens yang dipotong akibat respons peradangan local terhadap sperma yang bocor, Rasa tidak nyaman dan nyeri intra skrotum kronik (sindrom pasca vasektomi) adalah sebagian pria mengeluh rasa nyeri tumpul di skrotum yang mungkin meningkat saat terangsang secara seksual dan saat ejakulasi, Rekanalisasi lambat adalah kegagalan dapat terjadi sampai 10 tahun setelah vasektomi walaupun dua sampel cairan seminalis setalah vasektomi memberi hasil negative, Antibodi antisperma adalah setelah vasektomi, pada sebagian besar pria terjadi pembentukan auto antibodi dalam kadar yang dapat dideteksi yang diduga timbul sebagai respons terhadap kebocoran sperma, Penyakit kardiovaskuler, endokrin dan auto imun adalah kekhawatiran mengenai kemungkinan keterikatan antara vasektomi dan penyakit kardiovaskuler diangkat pada tahun 1970-an setelah pengamatan bahwa vasektomi meningkatkan aterosklorosis pada monyet rhesus, Penyakit kanker, dua studi epidemiologis dari AS dan Skotlandia menyatakan adanya resiko kanker testis setelah vasektomi, pengamatan ini tidak dapat dibuktikan oleh penelitian selanjutnya (Hartanto, 2004).

8. Perawatan Pasca Bedah Vasektomi

Hal yang perlu diperhatikan setelah operasi adalah : a. Usahakan bekas luka tetap kering dan jangan sampai basah sebelum sembuh karena akan mengakibatkan terjadinya infeksi, b. Segera kembali apabila terjadi perdarahan,

(38)

sisa-sisa sperma yang terdapat dalam cairan sperma, ada baiknya tetap menggunakan alat kontrasepsi sekitar 3 bulan, f. Memeriksa ulang setelah 1-2 minggu setelah pembedahan (Saifuddin, 2006).

9. Reanastomosis atau Rekanalisasi (Pemulihan)

(39)

10. Efek Psikologis dari Kontap-Pria

a) Prosedur kontap pria hanya menimbulkan efek local yaitu oklusi vas deferens, dan tidak akan menimbulkan perubahan fungsi psiko-seksual yang normal

b) Problem psikologis terjadi pada < 1-5% dari akseptor kontap-pria, dengan keluhan rasa takut yang timbul setelah kontap-pria yang meliputi :

(1) Rasa takut trauma tubuh yakni : berkurangnya kekuatan fisik tubuh; rasa lelah; insomnia; sakit kepala; depresi; berat badan menurun.

(2) Rasa takut trauma seks yakni : libido menurun; dispareunia; tetapi sampai sekarang belu ada bukti-bukti ilmiah bahwa kontap pria memHubungani kemampuan seksual. Bahkan di Negara-negara yang sudah maju, dilaporkan pada 44-73% pria yang menjalani kontap didapatkan adanya peningkatan kegairahan seksual, yang dihubungkan dengan hilangnya rasa cemas/takut akan menghamili pasangannya.

(40)

(4) Rasa takut trauma moral yakni : adanya konflik yang berhubungan dengan agama, kebudayaan atau ketakutan bahwa pria yang telah menjalani kontappria akan melakukan perbuatan-perbuatan serong/penyelewengan. (5) Rasa takut truma kelompok/golongan : Hubungan, kekuasaan atau

(41)

2.5 Landasan Teori

Gambar 2.4. Kerangka Teori Motivasi dan Psikologis terhadap Keikutsertaan dalam Vasektomi. Modifikasi dari Teori Motivasi Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur (1987), Teori Psikologis K. Lewin (1987), dan Teori Partisipasi

Teori Motivasi Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur (1987) perpendapat variabel motivasi terdiri dari :

1.Motif atas kebutuhan 2.Expectation (harapan) 3.Insentive (imbalan)

Teori Psikologis Kurt Lewin (1987) berpendapat bahwa secara garis besar struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga yakni :

1.Pribadi (kebutuhan,

Menurut Theodorson partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu.

(42)

2.6 Kerangka Konsep

Keikutsertaan dalam vasektomi merupakan hasil keputusan pria, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama dengan istri atau keluarga. Keikutsertaan ini bukan merupakan suatu keputusan yang diambil begitu saja oleh pria, tetapi dihubungkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan baik melalui motivasi maupun psikis terhadap keikutsertaan pria/suami dalam vasektomi.

Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Motivasi dan Psikis terhadap Keikutsertaan Suami dalam Vasektomi

Gambar

Gambar 2.1. Metode Vasektomi
Gambar 2.2 Metode Vasektomi dengan Menggunakan Pisau
Gambar 2.3 Metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Gambar 2.4. Kerangka Teori Motivasi dan Psikologis terhadap Keikutsertaan dalam Vasektomi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian dan evaluasi lelang serta berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang No.. Kintelan No.17

Pendaft aran dan pengambilan Dokumen Pengadaan dilakukan langsung di t empat pendaft aran per Paket Pekerjaan. Pendaft ar membaw a surat t ugas dari Perusahaan

Energi listrik merupakan energi utama masyarakat pada era globalisasi, namun di beberapa daerah ada yang belum mendapatkan listrik karena tempat yang susah

Dari nilai inputan yang terlihat pada gambar 12 maka diperoleh bahwa mikrokontroler akan menyiram tanaman, hal ini terlihat dari pesan yang ditampilkan pada

Mohon kehadiran warga Jemaat asal Maluku dalam Perayaan Natal Masyarakat Maluku Kota Depok, yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 10 Desember 2016 pukul 17.00 WIB

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Net Asset