• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC SKIPPING DAN SPLIT JUMP TERHADAP HASIL KECEPATAN LARI SPRINT 60 METER UNTUK PESERTA USIA 1517 TAHUN DI SMAN 1 TUREN | Ummah | Jurnal Sport Science 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC SKIPPING DAN SPLIT JUMP TERHADAP HASIL KECEPATAN LARI SPRINT 60 METER UNTUK PESERTA USIA 1517 TAHUN DI SMAN 1 TUREN | Ummah | Jurnal Sport Science 1 SM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC SKIPPING DAN SPLIT JUMP TER-HADAP HASIL KECEPATAN LARI SPRINT 60 METER UNTUK PESERTA

EKTRAKURIKULER USIA 15-17 TAHUN DI SMAN 1 TUREN

Riza Thoyibatul Ummah

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail:Riza.ummah@gmail.com

Slamet Raharjo

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail:Slamet.raharjo.fik@um.ac.id

Sapto Adi

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail:Sapto.adi.fik@um.ac.id

Abstract: This research has purposes to determine differences in the effects of exercise plyometric jump skipping and split with conventional exercise on the results of running speed sprint 60 meters at students aged 15-17 years in SMAN 1 Turen. The same subject within these divisions is done by ordinal matching pairing with two groups: the ex-perimental and conventional as a comparison group. Samples of the research is senior high school (SMAN 1) Turen. From the Anova test results showed that the Sig. <α , ie 0.002 <0.05 which means that H0 is rejected. The difference can be seen with the ex-perimental group of Fhitung 11,599 > 4,20 Ftabel, concluded that there is significant in the experimental groupplyometric skipping and split jump.

Keyword: exercise plyometric skipping and split jump, speed.

Lari cepat atau sprint merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.“Cabang olahraga a t-letik didalamnya terdiri dari empat no-mor utama yaitu jalan, lari, lempar, lompat dan tolak (Luli, 2012:4)”.Lari sprint mempunyai cabang nomor dalam pertandingan seperti lari sprint 60 me-ter, lari sprint 100 meme-ter, lari sprint 200 meter, lari sprint 400 meter.“Proses k e-langsungan lari jarak 60 m sama dengan lari jarak 100 m, 200 m dan 400 m, na-mun yang membedakan adalah peng-gunaan tenaga dengan jarak tempuh yang berbeda, dari keseluruhan teknik dasar lari dan cara masuk finish semuanya sama (Indra dan

Lumintuar-so, 2014:156)”. Untuk menguasai dalam nomor-nomor lomba harus mempunyai kecepatan agar dapat mencapai jarak dan waktu yang diinginkan.

(2)

a-han bagi seorang sprinter bertujuan un-tuk kecepatan reaksi, yaitu digunakan pada saat lepas dari start block“. K e-lincahan adalah salah satu komponen dalam menunjang kecepatan gerakan saat lari jarak pendek.

“Kecepatan merupakan salah satu komponen biomotorik yang paling dom-inan dibutuhkan dalam perlombaan lari cepat (Benediktus, 2014:18)”.Kecepatan juga berkaitan dengan kelentukan, kare-na tanpa kelentukan seorang atlet tidak dapat ber-gerak lincah.Upaya yang dil-akukan untuk meningkatkan kelentukan, seorang atlet harus adanya peningkatan kemampuan otot pada bagian gerak bawah yang dapat di-lakukan dengan latihan plyometric.

Plyometric

Plyometric dapat dijelaskan se-bagai bentuk kombinasi pelatihan isometrik dan isotonik yang mem-pergunakan pembebanan dinamis, yang terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali, atau pelatihan yang memungkinkan otot untuk men-capai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin (Kanca dkk, 2014:2)”. Kecepatan dan kelincahan sangat penting dalam lari cepat saat melakukan start setelah ada aba-aba (stimulus) segera melakukan respons berupa aksi gerakan (meninggalkan start block).“Sedangkan untuk k e-cepatan, atlet menggunakan saat setelah beberapa langkah dari start, berlari se-cepatnya, mempertahankan kecepatan dan mencapai garis finish (Rahim, 2011:48)”

Koordinasi antara kecepatan reaksi dan kelincahan saat tubuh memerlukan berbagai gerakan yang berbeda untuk menjadi gerak-an tunggal saat lari cepat (sprint), dari sikap jongkok hingga sampai finish sangat diperlukan. Karena itu, perlu menguasai tahap-tahap terse-but yang dapat menunjang kecepatan lari.

Plyometric merupakan salah satu model latihan yang sering digunakan untuk para pelatih untuk meningkatkan eksplosif kekuatan (Subekti, 2011:15)”.Terkait dengan penggunaan latihan plyometricakan diberikan bentuk gerakan latihan yang

variatif untuk mengurangi kejenuhan dalam program latihan dengan split jump dan skipping. Karena adanya kemiripan gerak yang tidak adanya perbedaan pada pre-impact.komponen yang ada dalam kondisi fisik terutama kecepatan, kelincahan, dan kekuatan dalam lari jarak pendek.

Tuti (2008:41) mengatakan “pri n-sip-prinsip latihan plyometric secara umum sama dengan prinsip-prinsip da-sar latihan fisik”. Penambahkan beban latihan atau intensitas latihan pada saat eksperimen di-lakukan secara bertahap untuk mencapai kemampuan fisik yang maksimal.Tahap pertama peserta di ukur untuk mengetahui repetisi maksi-mal, pada tahap kedua dan selanjutnya penambahan beban ditingkatkan.Dilihat dari psikologis pengumpulan tenaga un-tuk persiapan latihan dengan beban dil-akukan secara bertahap, dan kontinyu untuk mengurangi stress yang timbul karena aktivitas fisik.

(3)

melakukan kecepatan berlari.“Pelatihan pliometrik merupakan pelatihan yang efektif meningkatkan daya ledak otot, baik dalam lari jarak pendek atau jarak jauh (Nala, 1998:59)”.

“Skipping merupakan gerakan

plyo-metric yang digunkan untuk menggerakkan otot tungkai dan

otot-otot khusus (Pertama,

2013:6)”.Aprianto (2014:24) mendefi n-isikan sebagai berikut. Latihan skipping dilakukan dengan cara meloncat satu kaki bergantian kanan dan kiri, masing-masing kaki 10 repetisi dan meningkat 4 repetisi setiap 3 kali petemuan, setiap pertemuan 4 set, dilakukan dengan irama secepat mungkin (eksplosif), re-covery 30 detik antar set, pemberian perlakuan dilakukan 3 kali seminggu dengan lama pemberian 16 kali tatap muka.Berikut ini adalah Gambar 1 tentang meloncat dengan dua kaki.

Gambar 1 Meloncat Dengan Dua Kaki Latihan split jump merupakan latihan dasar untuk mengembangkan power otot-otot flexor, extensor, quadriceps, gluteuals, hamstrings. Latihan plyometric digunakan untuk meningkatkan elastisitas dan kekuat-an otot. “latihansplit jump sangat dianjur-kan untuk diterapdianjur-kan dalam latihan ka-rena terbukti memberikan impact (pengaruh positif), di mana pengaruhnya berupa penambahan ke-cepatan (Azizi, 2013:11)”.Adapun Gambar 2 tentang gerakan split jump dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 2 Gerakan Split Jump

Plyometric merupakan gerakan yang cepat dan kuat.Sehingga diper-lukan pembentukan energi secara cepat yaitu ATP-PC.Sistem energi dalam keadaan anaerob dibagi menjadi dua yaitu sistem energi alatik (phospage system) dan sistem energi laktit (lactid acid system).Adapun sistem energi dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3 Sistem Energi

(Sumber:Sukadiyanto dan Muluk, 2011:40)

Lari Sprint

(4)

konstribusi sumber energi anaerobik (Benediktus, 2014:28)”.Adapun sistem energi dapat dilihat pada Tabel 1 di

(Sumber: Bompa, 2009:90)

Bompa (2009:91) mengatakan “kegiat-an pada jarak waktu yang pen-dek tidak memberikan kesempatan kepada saraf pusat autonomic untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan ter-sebut, jadi sistem peredaran darah tidak cukup waktu untuk menyesuaikan dengan tuntutan fisik yang di-lakukan sehingga dapat menimbulkan hutang oksigen 80-90% dari kebutuhan oksi-gen”.

Kecepatan merupakan salah satu teknik pada olaharaga dengan mengguna-kan ujung kaki, yang dil-akukan secara berturut-turut dalam wak-tu yang sesingkat-singkatnya. “K e-cepatan seorang pelari me-rupakan hasil kali antara panjang langkah dan frek-uensi langkah per detiknya (Rahim, 2011:4)”.Seorang atlet lari harus mem-iliki frekuensi langkah yang tepat, maka harus dilakukan dengan latihan teratur dan terus-menerus. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat akan tetapi dapat pula dengan menggerakkan anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. “Kecepatan adalah kemam-puan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1988:217)”. Sedangkan

menurut Sukadiyanto dan Muluk (2011:116) “kecepatan mengandung pengertian kemampuan se-seorang un-tuk melakukan gerakan atau rangkaian gerakan secepat mungkin se-bagai jawaban terhadap rangsang’

Untuk mendapatkan hasil ke-cepatan yang maksimal saat lari maka yang di-lakukan seperti berikut.Start Jongkok “Start termasuk kondisi siap ketika sudut depan adalah 90 derajat dan sudut lutut belakang adalah 120 de-rajat (Indra dan Lumintuarso, 2014:158)”. Konsentrasi saat panitia memberi aba-aba “bersedia”, maka pan-dangan melihat garis start. Saat panitia memberikan aba-aba “ya” pandangan mengikuti pergerakan tubuh saat la-ri.Pada tungkai kaki, terjadi gerakan fleksisaat ber-ada pada tumpuan start block, dan bertemunya permukaan rec-tus abdominis dengan permukaan recrec-tus femoris.Adapun sikap bersedia dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Sikap Besedia

Berada di start block , tumpuan di-lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kaki yang digunakan tolakan

harus dengan kaki yang

(5)

Sikap finish adalah gerakan tamba-han sebelum berhenti secara mendadak. Di-lakukan sedemikian dengan badan condong ke depan untuk mendapatkan waktu yang baik dan kepala di-tundukkan dengan mempertahankan po-sisi saat lari, kaki tetap dalam ke-cepatan, tangan tetap mengayun dengan begitu koordinasi, kekuatan, kemampu-an pencapaikemampu-an energi maksimal dkemampu-an mempunyai hasil yang maksimal pula. Hal ini bertujuan agar tubuh dapat be-radaptasi kembali dari gerakan lari sampai berhenti total untuk mencegah terjadinya cedera. Gambar 5 sikap finish dapat dilihat di halaman berikut.

Gambar 5 Sikap Finish

Dalam latihan 60 meter harus ber-konsentrasi pada pemeliharaan sudut lengan pada siku sebesar 90 derajat dan ayunan ke depan dan ke belakang harus paralel dengan arah lari. Menurut Luli (2012:7) “berkonsentrasi pada pemel i-hara-an sudut lengan pada sikut sebesar 90 derajat dan ayunan ke depan dan ke belakang harus paralel dengan arah la-ri”.

Dalam cabang olahraga lari sprint menggunakan rangsangan yang berupa kecepatan reaksi yang sangat menun-jang sebagai gerakan awal. “Rangsa n-gan dalam bidang olahraga yang paling sering dialami yang erat kaitannya dengan waktu reaksi adalah bunyi le-tusan pistol yang diterima oleh indera telinga pada waktu start pada cabang lari (Hanafi, 2010:7)”. Saat me-lakukan gerakan lari sprint 60 meter di mulai dari start, lari, hingga finish memiliki

perubahan komponen elastis di sel otot.Atlet yang berlari sprint menunjuk-kan aktivitas yang lebih tinggi pada otot femur dibandingkan dengan atlet lari jarak jauh.Begitu juga dikatakan Nala (1998:48)“aktivitas yang lebih tinggi terjadi karena dibutuhkan untuk menarik (ekstensi) tungkai bawah pada sendi lutut”.

Latihan untuk meningkatkan ke-cepatan, kelincahan dan kekuatan dengan menstimulus berbagai peru-bahan dalam sistem neuromuscular, yang digunakan adalah meningkatkan dalam kelompok otot-otot besar agar dapat memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat.“Ada dua macam otot, yaitu lambat (slow twitch fiber) dan otot cepat (fast twitch fiber) Herman (2010:31)”.“Pada otot putih (serabut otot cepat) kemampuan dan enzimatik yang berkaitan dengan metabolisme an-aerobik lebih tinggi, tetapi kemampuan melaksana-kan metabolisme energi me-lalui aerobik rendah (Sugiharto, 2014:101)”.

(6)

Gambar 6 Otot-otot yang Bekerja saat Lari

Sprint

(Sumber: www.Wikipedia.com) Gerakan kaki anterior dan posterior, secara kinesio olahraga peng-gunaan tumpuan ujung kaki flexion dan exten-sion.Mekanika gerakan lari jarak pen-dek saat langkah melakukan percepatan dengan berpatok pada kemampuan tolakan dan ke-condongan badan. “D a-lam melakukan gerakan lari dipengaruhi oleh: 1) kecepatan kontraksi otot itu sendiri melalui latihan cepat dan beru-lang-ulang, 2) kekuatan kontraksi otot dan jumlah tenaga yang mampu dihasilkan melalui latihan yang menggunakan beban, 3) koordinasi an-tara otot melalui latihan keterampilan gerak, 4) tuas tubuh melalui latihan kombinasi yang optimal dari tuas tubuh yang terlibat (Hariadi, 2012:3)”.

Latihan

Metode latihan untuk meningkat-kan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometrik dan isotonik yang meng-gunakan pem-bebanan dinamik. “Kerja latihan plio-metrik yaitu: (1) adanya rangkaian elas-tis otot melalui tendon, cross-bridge, aktin dan miosin yang menyusun serabut otot, (2) sensor-sensor dalam muscle spindel (proprioreceptor) yang berperan mendeteksi perubahan panjang otot dan kecepatan regangan otot (Saifu, 2011:2)”.“Tujuan latihan adalah me -ningkatkan kemampuan yang dimiliki atlet untuk mencapai prestasi

semaksi-mal mungkin, dengan begitu persiapan dalam mencapai perlombaan yang dil-aksanakan akan terpenuhi (Budiwanto, 20012:40)”.

Budiwanto (2012:16) menjelaskan bahwa ada beberapa unsur prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan pelatih maupun atlet sebagai berikut. Prinsip beban berlebih (overload), prin-sip spesialisasi (specialization), prinprin-sip perorangan (individualization), prinsip variasi (variety), prinsip beban mening-kat bertahap (progressive increase of load), prinsip perkembangan multilat-eral (multilatmultilat-eral development), prinsip pulih asal (recovery), prinsip reversibili-tas (reversibility), meng-hindari latihan beban berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse training), prinsip aktif partisipasi dalam latihan, dan prinsip proses latihan menggunakan model.

Adapun penjelasan tentang prinsip-prinsip latihan sebagai berikut.

Prinsip penambahan beban berlebi-han atau overload. Dengan prinsip ini maka otot akan berkembang kekuatann-ya secara efektif. “Penggunaan beban secara overload, dapat merangsang penyesuaian dalam tubuh secara fisiolo-gis, yang mendorong meningkatnya kekuatan otot (Hanafi, 2010:4)”. “Dengan prinsip overload maka ke-lompok-kelompok otot akan berkem-bang kekuatanya secara efektif, karena dapat merangsang penyesuaian fisiolo-gis dalam tubuh yang mendorong meningkatkan kekuatan otot (Sajoto, 1995:30)”.

(7)

tingkat prestasi diperlukan secara indi-vidual semua kemampuan dan potensi-nya, karakteristik belajar, dan kekhu-susan cabang olahraga Budiwanto (2012:18)”. Sedangkan menurut Nala (1998:13)“setiap orang mempunyai k e-mampuan, potensi, karakter belajar dan spesifikasidalam olahraga, yang berbeda satu dengan yang lain”.

“Program latihan yang baik harus disusun bervariasi untuk menghindari kejenuhan, keenggangan, dan kesehatan yang merupakan kelelahan secara fisi-ologis (Sukadiyanto dan Muluk, 2011:20)”. Harsono (1988:108) “bahwa prinsip menyeluruh atau multilateral development ini mengacu pada perkem-bangan keseluruh-an seseorang dari berbagai macam aspek seperti kekuatan, kelincahan, daya tahan dan koordinasi gerak”.

“Anak-anak dan remaja lebih cepat beradaptasi terhadap pelatihan yang di-berikan dibandingkan dengan orang dewasa, terutama terhadap volume pelatih-an yang tinggi dengan intensitas sedang, dibandingkan dengan volume rendah tetapi memerlukan rangsangan tinggi (Nala, 1998:27)”. Pengaturan kondisi tubuh saat latihan sangat di-pengaruhi oleh suhu lingkungan, begitu juga dikatakan Indri (2007:169) “inte n-sitas latihan juga berpengaruh secara langsung pada suhu tubuh, semakin tinggi intensitas latihan yang dilakukan, makin tinggi pula peningkatan suhu yang terjadi pada tubuh”.

Budiwanto (2012:33) menjelaskan bahwa “kemampuan fisik diperlukan untuk memperoleh keterampilan teknik yang baik, kemampuan teknik yang lebih baik, persiapan untuk memperoleh kemampuan taktik, dan kemampuan taktik diperoleh, maka bermanfaat digunakan untuk per-siapan mem-peroleh kemampuan kematang-an ber-tanding”. Menurut Sutoro (2009:3) “terdapat 3 (tiga) macam program lati-han yakni program latilati-han jangka pan-jang (8-12 tahun), pan-jangka menengah

(2-7 tahun), dan jangka pendek atau ta-hunan. Program latih-an terdiri dari Periode persiapan, Periode kompetisi dan Periode transisi”.Harsono (1988:105) “latihan yang berat akan mengakibatkan: (a) Ketakutan bahwa latih-an yang berat akan mengakibatkan kondisi-kondisi fisiologis yang abnor-mal akan me-nimbulkan stalenes, (b) Kurangnya motivasi, (c) Kurangnya keberanian untuk bertindak tegas dan disiplin dalam me-lakukan program latihan.

Selain prinsip latihan yang digunakan dalam berlatih ada faktor penting lain yang harus diperhatikan pelatih yaitu komponen lati-han,komponen latihan berguna sebagai kontrol dalam pelaksanaan prinsip han. Berikut beberapa komponen lati-han yang perlu dipahami.1) Intensitas latihan, 2) Volume latihan, 3) Recovery. Sukadiyanto dan Muluk (2011:26) me-ngatakan “intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas (mutu) suatu rangsangan atau pembebanan”. Bompa (2009:89) mengatakan “intensitas ad a-lah fungsi dari kekuatan rangsangan saraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan atau rangsangan tergantung

dari beban kecepat-an

gerakanya.Sugiharto (2014:123) me-ngatakan “intensitas adalah hal yang paling penting menuju sukses dalam latihan pliometrik”.

(8)

Hasil penelitian yang relevan Pra-setyo (2014), Pengaruh Latihan Plio-metrik Loncat Kedua Paha Didekatkan di Dada untuk Meningkatkan Daya Le-dak Otot Tungkai pada Peserta Ektraku-rikuler Bolavoli Putri SMA 1 Luma-jang. Hasil analisis untuk daya ledak otot tungkai pretest dan postest menggunakan uji-t diperoleh t- hitung 6,164 > t-tabel 2.093 dengan taraf sig-nifikan 5% yang berarti hopotesis diterima.

Penelitian lainnya yang masih rele-van dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar (2011), Pengaruh Latihan Pliometrik Modifikasi terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai bagi Atlet Bolavoli Putri UABV UM. Hasil penelitian ada-lah hasil uji t- untuk kelompok eksperi-men pada tes long jump sebelum dan sesudah didapatkan nilai t- hitung sebe-sar 4,86 lebih besebe-sar dari nilai t- tabel dengan df = 8 sebesar 2,31, kemudian nilai sig < α = (0,001< 0,005). S e-dangkan uji t- kelompok eksperimen pada tes vertical jump sebelum dan sesudah di dapatkan nilai t- hitung sebe-sar 4,64 lebih besebe-sar dari nilai t tabel dengan df = 8 yaitu sebesar 2,31 kemudian nilai sig < α = 0,002 <0,05. Adanya perbedaan antara tes long jump dan tes vertical jump.

METODE

Metode penelitian yang diguna-kan adalah eksperimental semu (quasi ek-sperimental), “Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah the randomized control group pretest posttest design.Penelitian eksperimen yang di-gunakan untuk pembenaran

hipotesis yang peneliti

ajukan.Pelaksanaan penelitian eks-perimen ini dilakukan dengan cara memberikan program latihan kepada kelompok eksperimen dengan meng-gunakan latihan plyometricskipping dan split jump yang dilakukan selama 24 kali pertemuan. Tujuannya adalah untuk

me-ngetahui bagaimana pengaruh mas-ing-masing latihan tersebut serta untuk membandingkan hasil manakah di anta-ra kedua latihan tersebut yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil ke-cepatan lari sprint 60 meter.

Populasi dalam penelitian ini ada-lah siswa-siswi di SMA Negeri 1 Tu-ren, usia 15-17 tahun terdiri dari 40 siswa yang mengikuti ektrakurikuler atletik.Sampel penelitian sebanyak 30 siswa dengan teknik random sampling bermaksut agar memihak antara laki-laki dan perempuan.Penelitian ini dil-akukan saat ektrakurikuler atletik di lapangan Talok dan di SMAN 1 Turen. Latihan dilaksanakan dalam 2 bulan 3 kali seminggu,setiap hari minggu, selasa, jum’at. “Instrumen penelitian ini jenis tes yang digunakan untuk men-gukur hasil kecepatan lari cepat 60 me-ter dengan validitas 0,92 dan 0,92 reli-abilitas dengan katagori tinggi sekali (Sumanadi, 2010:5)”.

Dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan observasi, dokumen-tasi dan tes kecepatan. Teknik pe-ngumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut 1) tahap persiapan, mempersiapkan keper-luan yang ber-hubungan dengan proses penelitian, 2) Tahap pe-laksanaan, melakukan tes awal sebagai data sebe-lum diberikan perlakuan, dari hasil pre-test dilakukan pembagian menjadi 2 kelompok. Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen berupa latihan plyometric.Latihan diberikan selama 8 minggu.Latihan dilakukan 3 kali dalam satu minggu, dengan jumlah latihan 24 kali latihan.Dan dipertemuan terkhir me-laksanakan tes akhir.

(9)

menggunakan teknik analisis varians (Anova) satu jalur. 5) Uji t- (paired sampel t-test) digunakan untuk menge-tahui perbedaan mean kelompok ek-sperimen dan kelompok konvensional. Pengujian semua data menggunakan aplikasi Statistic Packet for Sosial Sci-ence (SPSS versi 22).

HASIL

Berdasarkan pengumpulan data da-lam penelitian ini, maka diperoleh data pretest dan postest. Selanjutnya menggunakan analisis deskripsi data tes awal dan tes akhir, namun sebelumnya diubah terlebih dahulu ke dalam t-score karena untuk menyamaratakann data waktu.

Hasil analisis statistik diskripsi da-ta kelompok eksperimen ada-tau pem-berian latih-an plyometric skipping dan split jumppretest yaitu rata-rata = 44,6788dan standar deviasi = 9,78893. Sedangkan pada analisis statistik deskripsi data posttest yaitu rata-rata = 55,3212 dan standar deviasi = 7,11647.

Hasil analisis statistik diskripsi data kelompok konvensional atau pemberian latihan gerak dasar pretest yaitu rata-rata = 46,9276dan standar deviasi = 10,05844. Sedangkan pada analisis statistik deskripsi data posttest yaitu ra-ta-rata = 53,0724 dan standar deviasi = 9,25972.

Uji prasyarat pertama adalah uji normalitas.uji normalitas adalah me-nggunakanteknik kolmogorov-smirnov. Berdasarkan uji normalitas data pretest kelompok eksperimen memperoleh hasil 0,75 lebih kecil dari signifikansi 0,05, maka data hasil pretest berdistri-busi normal dan data postest kelompok eksperimen mem-peroleh hasil 0,08, maka data hasil posttest ber-distribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Postest

N 15 15

Normal Mean 44.6788 55.3212

Parame-tersa,b

Std.

Devia-tion 9.78893 7.11647 Most

Extreme Differ-ences

Absolute ,210 ,260 Positive ,127 ,104 Negative

-,210 -,260

Test Statistic ,210 ,260 Asymp. Sig. (2-tailed) ,075c ,008c a. Test distribution is Normal.

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan levene statistic. Ber-dasarkan hasil uji homogenitas, dengan signifikansi 0,114, α=0,05. Hasil uji menunjukkan bahwa data hasil penelitian memiliki nilai Sig. > α. nilai signifikansi dari variabel terikat (ke-cepatan lari 60 meter). Ke-simpulanya bahwa, varians pada kelompok eksper-imen adalah sama besar atau homogen.

Test of Homogeneity of Variances Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,666 1 28 ,114

Setelah dilakukan uji prasyarat yai-tu uji normalitas dan uji homogenitas, maka selanjutnya adalah menghitung signifikansi pemberian perlakuanlatihan kelompok eks-perimen (plyometric skipping dan split jump)dan kelompok konvensional dengan menggunakan perbedaan pengaruh.Peng-ujian beda rerata antar kelompok secara serempak dilakukandengan meng-gunakan Ana-lisis Varians (Anova).

ANOVA Hasil

df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 1 849,457 11,599 ,002

Within

Groups 28 73,234

Total 29

(10)

didapat-kan, p eksperimen = 0,002 < 0,05. Dari hasil tersebut menunjukkan p < 0,05 yang berarti Ho ditolak. Maka dapat dilihat ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pemberian latihan ek-sperimen (skipping dan split jump) ter-hadap hasil kecepatan lari 60 m. Dari perhitungan berdasarkan hasil deskripsi statistik didapatkan latihan kelompok eksperimen memberikan pengaruh yang lebih besar. Fhitung kelompok eksperimen

11, 599 > 4,20 Ftabel, disimpulkan bahwa

adanya pengaruh yangsig-nifikan dalam kelompok eksperimen.

Uji-t digunakan untuk meng-analisis perbedaan dari kedua kelompok eksperimen dan kelompok konvension-al.Hasil uji-t menunjukkan bahwa Sig. < α, yakni 0,000 < 0,05 yang berarti H0

ditolak, dengan demikian data ke-lompok eksperimen dan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan dapat dilihat dengan Thitung

10,107 > 2,048 Ttabel data kelompok

ek-sperimen, Thitung 5,131 > 2,048 Ttabel

da-ta kelompok konvensional.Dapat disim-pulkan adanya perbedaan peningkatan yang sig-nifikan dari data kelompok ek-sperimen dan kelompok konvensional.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diberikan frekuensi latihan 3 kali per minggu menunjukkan terjadinya peningkat-an yang signifikan terhadap kenaikan kecepatan dalam lari jarak pendek. Untuk menunjang kebutuhan lari sprint adalah dengan latihan plyom-etric.Latihan plyometric dalam penelitian ini digunakan untuk mening-katkan kelincahan dan pe-ningkatan ke-cepatan.Dalam lari jarak pendek yang merupakan gerakan plyometric yaitu sikap start (posisi saat meninggalkan papan start), sikap lari (gerakan kaki), sikap finish (posisi kaki). Pada penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Turen, dengan usia siswa 15-17 tahun

hal tersebut menunjuk-kan bahwa lati-han yang diberikan dengan volume pelatihan yang tinggi, dengan intensitas sedang siswa dapat cepat ber-adaptasi program latihan.

Gerakan plyometric yang cepat di-perlukan pembentukan energi secara cepat yaitu ATP-PC, Sistem pemben-tukan ATP, ADP+P1+Energi. ATP yang disediakan untuk dapat digunakan untuk lari sprint yang akan menghasilkan selama 1-2 detik. CP+ADPC+ATP yang terbentuk untuk penggunaan lari sprint selama 6-8 detik. Dan jika selama lari sprint 60 meter seorang atlet mampu menempuh 15-120 detik maka sistem glikolisis anaerob yang terdapat di sitosol akan digunakan(glukosa+ADP+asam laktat). Saat melaku-kan gerakan lari sprint 60 meter dimulai dari start, lari, hingga finish, durasi waktu yang dibutuhkan 7-11 m/s sehingga peng-gunaan intensitas maksimal 90-100% (Bompa, 2009:90).

“Latihan pada penelitian ini adanya peningkatan repetisi dan set untuk me-nunjang peningkatan hasil kecepatan lari. Prog-ram pelatihan pliometrik yang di-lakukan selama 6 minggu untuk meningkat-kan kelincahan (Sugiharto, 2014:124)”.Dalam uji homogenitas menunjukkan bahwa data hasil penelitian memiliki nilai Sig. > α. Dapat dilihat pada Tabel 3 hasil homogenitas varians, nilai signifikansi dari variabel terikat (kecepatan lari 60 meter) data kelompok eksperimen homogen.Ke-simpulannya bahwa, program latihan yang diberikan di SMAN 1 Turen menunjukkan kebutuhan intensitas 70-95% sudah mencukupi.

Selanjutnya dengan program lati-han yang dilakukan antara kelompok eks-perimen plyometric skipping dan split jump dengan kelompok konven-sional meng-gunakan one way Anova didapatkan, p eks-perimen = 0,002 < 0,05, dilihat dari Fhitung kelompok

ek-sperimen 11,599 > 4,20 Ftabel,

(11)

pe-ningkatan dalam hasil kecepatan lari 60 meter di usia 15-17 tahun di SMAN 1 Turen.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ten-tang pengaruh latihan plyometric skip-ping dan split jump yang telah diuraikan dikemuka-kan sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang signifikan untuk latihan plyometric skipping dan split jump ter-hadap hasil kecepatan lari sprint 60 me-ter untuk siswa usia 15-17 tahun di SMAN 1 Turen. Terdapat pengaruh latihan konvensional terhadap hasil ke-cepatan lari sprint 60 meter untuk siswa usia 15-17 tahun di SMAN 1 Turen. Terdapat perbedaan pengaruh yang sig-nifikan antara latihan kelompok eksper-imen (latihan plyometric skipping dan split jump) dan latihan kelompok kon-vensional terhadap pe-ningkatan ke-cepatan lari sprint 60 meter.

Saran

Pada bagian ini dikemukakan sa-ran-saran oleh peneliti sehubungan dengan latihan plyometric.Untuk meningkatkan kecepatan pelatih dapat memberikan latihan plyometric. Kom-ponen plyometric dalam penelitian ini meliputi: skipping dan split jump. Untuk penelitian lain disarankan memangkat masalah yang sejenis dengan variabel standing jump dan single leg hops hara-pannya agar memberikan hasil eks-perimen yang lebih luas. Diharapkan latihan plyometric dijalankan secara ter-encana sehingga siswa SMAN 1 Turen dapat meningkatkan hasil kecepatan

DARTAR RUJUKAN

Aprianto.2014. Pengaruh Latihan Skip-ping dan Naik Turun Bangku ter-hadap Tinggi Loncatan Atlet Bo-lavoli Putri Baja 78 Usia 15-18

Tahun.Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta.

Azizi, M. 2013. Pengaruh Latihan Split Jump terhadap Peningkatan Ke-cepat-an. Surabaya: Unesa.

Benediktus. 2014. Pelatihan Lari Inter-val 4 X 50 Meter di Pantai Berpasir Lebih Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter daripada Pelatihan Lari Interval 4 X 50 Meter di Lapangan pada SiswaKelas X SMK N Kakuluk Mesak NTT. Denpasar:UniversitasUdayna.(onlin e).www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_t

hesis/unud1051925353676-tesis.pdf. Diakses 3 Oktober 2015.

Bompa, O.T. 2009. Theory and Meth-odo-logy of Training.United States: Human Kinetics.

Budiwanto, S. 2012. Metodologi Lati-han Olahraga. Malang: Universitas Negeri Malang UMPRESS.

Hanafi, S. 2010. Efektifitas Latihan Beban dan Latihan Pliometrik da-lam Me-ningkatkan Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Reaksi. Ju-rusan Pen-didikan Olahraga FIK Universitas Negeri Makassar.

(Online).http://-digilib.unm.ac.id/files/disk1/7/univ ersitas20negeri20makassar-digilib- unm-suriahhana-318-1-1.ibus-h.pdf.diaskes 30 Oktober 2015.

Hariadi. 2012. Peran Interval Sprint, Akselerasi Sprint, Hollow Sprint terhadap Peningkatan Kecepatan Siswa Sekolah Sepak Bola Gorontal. Gorontalo: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas

(12)

Harsono. 1998. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Herman. 2010. Pengaruh Latihan ter-hadap Fungsi Otot dan Pernapa-san. Makasar: Universitas Negeri Makasar.

Indra, E. 2007.Adaptasi Fisiologi Tubuh terhadap Latihan di Suhu Ling-kungan Panas dan Dingin. Yogya-karta:FIK UNY.

Indra, G,.& Lumintuarso, R. 2014. Pen-ingkatan Hasil Pembelajaran Lari Sprint 60 Meter Melalui Metode Permainan SDN 009 Teluk Pelala-wan. Riau: Universitas Negeri

Yogyakar-ta.(online)http://eprints.uny.ac.id/11 876/1-abstrak-gevi-indra.pdf. Di-akses 20 Desember 2015.

Kanca, I Nyoman., Jaya, Putu., & Wahyuni, N, P, D, S. 2014. Pengaruh Pelatihan Playometric Single Leg Speed Hop dan In-crimental Vertical Hop terhadap Kecepatan dan Power. Bali: Uni-versitas Pendidikan Ganesha Singa-raja Indonesia.

Luli, G. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Lari Jarak Pendek Melalui Media Pem-belajaran yang Dimodifikasi pada Siswa Kelas Iii Sd N Pondok 03 Nguter Sukoharjo. Surakarta:

Uni-versitas Sebelas Maret.

(online)http://jurnal.fkip.uns.ac.id/i ndex.php/penjaskesrek/article/view/ 559. Diakses 3 Oktober 2015.

Nala, N. 1998.Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Universitas Udayana.

Pertama, I Putu. 2013. Pengaruh Pelatihan Alternate Leg Bound dan Skipping terhadap Kelincahan dan Daya Ledak Otot Tungkai. Denpasar: Universitas Udayana. (online) http://jurnal.untad. ac.id/jurnal/index.php/PJKR/article/ .../1404. Diakses 20 Desember 2015.

Rahim, Adam. 2011. Aplikasi Pendeka-tan Latihan Interval Teratur dalam Me-ningkatkan Kemampuan Ke-cepatan Nomor Lari 100 dan 200 Meter pada SiswaSMP. (online) Jurnal ILARA, volume 11,nomor1. http://eprints.uns. ac.id/1956/ di-askes 30 Oktober 2015.

Rumini, Soegiyanto., Lumintuarso, R., & Rahayu, S. 2012. Pengaruh Metode Latihan, Bentuk Latihan Kecepatan dan Kelincahan ter-hadap Prestasi Lari 100 Meter. Semarang:Universitas Negeri

Se-marang 2012. (Online)

http://journal.unnes.ac.id/nju/index. phpmiki. Diaskes 2 November 2015.

Saifu. 2011. Pengaruh Metode Latihan dan Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Kecepatan Lari. Jurusan Pendidik-an Olahraga dan

Kesehatan FKIP

Unhalu.http://ojs.uho.ac.id/index.ph p/selami/article/download/30/23. diaskes 30 Oktober 2015.

(13)

Sugiharto. 2014. Fisiologi Olahraga. Malang: Universitas Negeri Ma-lang.

Sukadiyanto dan Muluk, D.

2011.Pengantar Teori dan Metod-ologi Melatih Fisik. Bandung: Lu-buk Agung.

Sumanadi. 2010. Pengaruh Pelatihan Continuous Circuit rerhadap Pe-ningkatan Kecepatan dan Kelinca-han.Bali.FOK Universitas

Pendidi-kan

Gane-sha.http://ejournal.undiksha.ac.id/in dex.php/JJIK/article/download/158 7/1413. Diaskes 2 November 2015.

Sutoro. 2012. Peningkatan Kemampuan Melatih Lari Sprint 100 M, 200 M, dan 400M. Papua: Cakrawala Pen-didikan.

(online)http://journal.uny.ac.-id/index.php/cp/article/viewFile/14 73/pdf. Diaskes 2 November 2015.

Wikipedia. 2016. Kontraksi Otot. (online),

(http://www.wikipedia.com), di-akses pada tanggal 7 Agustus 2016.

Gambar

Gambar 2 Gerakan Split Jump
Gambar 4 Sikap Besedia
Gambar 5 Sikap Finish

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Tata Busana..

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas maka permasalahan secara spesifik yang dicari dalam penelitian ini adalah adakah peningkatan prestasi

[r]

Layanan petugas laborato- rium yang perlu ditingkatkan supaya proses belajar mengajar di Jurusan Teknik Industri sukses antara lain asisten laboratorium harus memiliki kemam- puan

Setelah mempelajari arsip menurut kata, asal usul dari beberapa sumber diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arsip adalah kumpulan data/warkat/surat/naskah berupa

Jika pada Beauvoir, transendensi sepenuhnya adalah usaha manusia (secara khusus perempuan) untuk keluar dari belenggu budaya patriarki lewat tiga strategi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah latar belakang ketiga subjek dalam pengambilan keputusan menjadi pemain wayang orang karena mencintai kesenian

Majunya lima anggota dewan perempuan daerah Kota.. Tasikamalaya dalam dunia politik sudah dirintis dari munculnya seorang anggota organisasi perempuan menjadi anggota dewan.