• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam pembangunan dan

perekonomian Indonesia memiliki peran strategis. Berdasarkan data

Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2013, peran strategis UMKM dapat

dilihat dari beberapa aspek, pertama jumlah industri UMKM yang besar

yaitu 57 juta unit usaha yang meningkat 2,41 persen dari Tahun 2012. Kedua,

mampu menyerap 114 juta tenaga kerja atau 96,9 persen dari total tenaga

kerja yang terdapat pada UMKM dan besar. Ketiga, memberikan kontribusi

dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama kurun waktu

2008-2013 jumlah PDB UMKM meningkat sebanyak Rp4.328.355,2 miliar

atau 50,62%. Pada tahun 2012-2013 jumlah PDB UMKM meningkat

sebanyak Rp844.978,7 miliar atau 17,35 persen. Selain itu, UMKM mampu

memasuki berbagai sektor terutama pada sektor pertanian.

Meskipun memiliki peran strategis, tidak dapat dipungkiri

perkembangan UMKM masih terkendala oleh berbagai permasalahan. Salah

satu permasalahan klasik yang dihadapi adalah keterbatasan pendanaan yang

antara lain disebabkan oleh masih sulitnya UMKM dalam akses ke lembaga

keuangan bank dan non bank, padahal pembiayaan/kredit merupakan salah

satu hal yang krusial dalam pengembangan usaha di samping aspek pasar dan

kapasitas teknis/manajemen. Laporan Bank Indonesia tentang perkembangan

kredit UMKM per Triwulan I tahun 2014, menunjukkan bahwa hanya 21,8

persen yang disalurkan bagi usaha mikro (www.bi.go.id). Beberapa aspek

yang menghambat akses usaha mikro ke perbankan adalah adanya tuntutan

jaminan (collateral) sebagai persyaratan untuk mendapatkan layanan kredit

(2)

2

2012; BI Solo, 2013). Selain itu, Situmorang dan Situmorang (2008)

menemukan tingginya suku bunga kredit perbankan juga sebagai salah satu

penyebabnya. Tambunan (2012) juga menegaskan bahwa

hambatan-hambatan lain yang dihadapi usaha mikro dalam mengakses modal dari

perbankan adalah ketidaktahuan tentang prosedur pengajuan kredit, prosedur

pengajuan kredit yang berbelit-belit, dan adanya kekuatiran kredit yang

diajukan tidak memenuhi standar. Kesulitan dalam mengakses modal dengan

sendirinya akan menghambat pemilik usaha mikro dalam mengembangkan

usahanya (Ackah dan Vuvor, 2011).

Permasalahan klasik tentang keterbatasan modal juga terjadi pada

usaha mikro kain tenun di Sumba Timur (Radda, 2005; Babang, 2008).

Keterbatasan modal ini akan menghambat pemilik usaha mikro dalam

mengembangkan usahanya. Demi berlangsungnya usaha, maka pemilik usaha

mikro akan mencari tambahan modal dari luar, dalam hal ini hutang. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa sampai saat ini, keputusan pendanaan

khususnya hutang masih menjadi isu yang penting bagi pemilik usaha mikro,

terutama di Sumba Timur.

Penelitian tentang keputusan pendanaan umumnya difokuskan pada

perusahaan go-public, yang mendapatkan manfaat dari berbagai peluang

pendanaan (Myers, 2001). Sebaliknya usaha yang sangat kecil (mikro)

memiliki karakteristik tertentu dan kendala pendanaan, yang menciptakan

isu-isu pendanaan yang berbeda dibandingkan dengan yang dihadapi oleh

perusahaan yang lebih besar atau bahkan usaha kecil dan menengah (Aktas,

2011). Salah satu karakteristik yang membedakan usaha mikro dengan skala

usaha yang lain adalah kepemilikan usaha. Pada usaha besar terdapat

pemisahan antara pemilik (owner) dan manajer (manager), sedangkan pada

usaha mikro pemilik sekaligus sebagai manajer (Holmes et al., 2003; Ang

dan Lawson, 2010). Perbedaan ini akan mempengaruhi pada

(3)

keputusan pendanaan pada usaha mikro dilakukan secara individual oleh

pemilik (owner) yang berperan langsung sebagai pengelola (manager).

Penelitian tentang keputusan pendanaan pada usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) selama ini lebih menekankan pada kaitannya dengan

karakteristik yang melekat pada individu pemilik usaha. Penelitian tersebut

antara lain yang berkaitan dengan karakteristik demografi seperti umur

(Briozzo dan Vigier, 2007), gender (Coleman dan Cohn, 2000; Carter dan

Auken, 2007; Huang dan Kisgen, 2008; Alesina et al., 2008; Cole dan

Mehran, 2009; Alina, 2011; Zabri, 2012; Asiedu et al., 2012; Gonzales dan

Ozuna, 2012), etnik (Fraser, 2005), pendidikan (Vos et al., 2007), dan

pengalaman (Woldie et al., 2008). Selain faktor demografi, beberapa peneliti

menekankan pada preferensi pemilik usaha dalam memilih pendanaan hutang

atau modal sendiri (Vos et al., 2005; Briozzo dan Vigier, 2007; Mac an

Bhaird, 2010; Daskalakis, 2010; Zabri, 2012). Studi lainnya meneliti

pengaruh bias psikologis terhadap pengambilan keputusan hutang seperti

overconfidence dan illusion of control (Supramono dan Putlia, 2010).

Penelitian-penelitian di atas hanya menekankan pada satu dimensi

faktor yaitu faktor dari dalam diri individu. Padahal keputusan pendanaan

UMKM dapat ditentukan oleh multidimensi faktor baik dari dalam individu

maupun luar individu (Michaelas et al., 1998; Holmes et al., 2003). Studi ini

akan menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam Theory of Planned

Behavior (TPB) sebagai kerangka kerja untuk mendapatkan pengertian yang

lebih baik tentang faktor penentu perilaku pengusaha khususnya skala mikro

dalam membuat keputusan hutang. Adapun pertimbangan penggunaaan

Theory of Planned Behavior (yang dikemukakan oleh Ajzen, 1991) adalah

pertama, merupakan salah satu teori yang telah secara luas digunakan untuk

menjelaskan perilaku individu, dantelah terbukti dapat menjelaskan berbagai

perilaku pengambilan keputusan individu dalam perusahaan termasuk

(4)

4

2014; Koropp et al., 2014). Kedua, Theory of Planned Behavior dapat

mengakomodir faktor multidimensi yang mempengaruhi perilaku individu

(Lu dan Chen, 2013). Faktor multidimensi dimaksud yaitu faktor dari dalam

diri individu (dapat diakomodir oleh faktor sikap, yang menggambarkan

perasaan individu apakah menerima atau menolak suatu perilaku), pengaruh

dari luar individu (dapat diakomodir oleh faktor norma subyektif, yang

menggambarkan pihak-pihak yang mempengaruhi individu untuk melakukan

suatu perilaku), dan faktor-faktor pendukung lainnya (dapat diakomodir oleh

faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan, yang menggambarkan

kemudahan atau kesulitan yang dipersepsikan oleh individu untuk melakukan

suatu perilaku).

Penelitian keputusan hutang yang menggunakan faktor-faktor dalam

Theory of Planned Behavior sejauh yang diketahui masih terbatas. Koropp et

al. (2014) menggunakan Theory of Planned Behavior untuk melihat

pengambilan keputusan pemilik usaha tentang pilihan berbagai pendanaan

(termasuk hutang) pada family firms saat melakukan investasi. Namun

penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut, di mana Koropp et al.

(2014) meneliti tentang keputusan berbagai pilihan pendanaan (

multiple-choice behaviors), sedangkan penelitian ini fokus pada satu jenis pendanaan

yaitu hutang. Hal ini sesuai dengan konsep Theory of Planned Behavior yang

lebih tepat untuk menggambarkan keputusan yang sifatnya tunggal (

single-choice decisions) (Sharma et al., 2003)

Penelitian Koropp et al. (2014) dilakukan di negara Jerman, dengan

ukuran perusahaan yang menjadi sampel penelitian cenderung merupakan

usaha besar berdasarkan kriteria Indonesia. Uni Eropa (termasuk di dalamnya

Jerman) mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha yang memiliki karyawan

kurang dari 50 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta, dan

jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta. Usaha menengah adalah usaha yang

(5)

dan jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta. Usaha mikro merupakan usaha yang

dilakukan dengan karyawan kurang dari 10 orang, pendapatan setahun tidak

melebihi $ 2 juta, jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta (Nauwelaerts dan

Hollaenders, 2012). Jika dikurskan dalam rupiah (kurs per 31 Desember

2015, $1=Rp13.795), maka pendapatan setahun maksimum untuk usaha

mikro Rp27,59 milyar; usaha kecil Rp137,95 milyar, dan usaha menengah

Rp689,75 milyar.

Di Indonesia, sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6

disebutkan kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta; usaha kecil memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500

juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta sampai dengan paling banyak Rp2

milyar; usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta

sampai dengan paling banyak Rp10 milyar termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2,5 milyar sampai

dengan paling banyak Rp50 milyar. Rata-rata penjualan perusahaan yang menjadi sampel penelitian Koropp et al sebesar €36,580,196.70 atau setara Rp494 milyar sesuai kurs pada tahun 2009 (tahun penelitian), dimana jumlah

tersebut jauh di atas kriteria penjualan usaha mikro bahkan usaha menengah

di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Perbedaan kriteria definisi UMKM dapat menimbulkan permasalahan

yang berbeda yang dihadapi masing-masing pemilik usaha termasuk dalam

keputusan pendanaan. Kondisi tersebut dapat saja mempengaruhi hasil

penelitian. Selain itu, jenis hutang yang diteliti berbeda dengan penelitian ini.

Fokus penelitian Koropp et al. (2004) pada hutang yang digunakan untuk

(6)

6

pada hutang yang digunakan untuk kelangsungan proses produksi dari usaha

mikro yang cenderung bersifat jangka pendek (kredit modal kerja).

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa masih adanya kesenjangan

(research gap) dalam penelitian keputusan hutang pada usaha mikro

berdasarkan faktor-faktor dalam Theory of Planned Behavior yang meliputi

sikap, norma subyektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan, dan niat.

Penelitian ini dilakukan pada usaha mikro kain tenun Sumba Timur

karena beberapa karakteristik berikut yang dimiliki oleh usaha tersebut.

Karakteristik umum yang dimiliki: Pertama, Usaha kain tenun di Sumba

Timur merupakan usaha mikro terbesar di Sumba Timur yang banyak

menyerap tenaga kerja (Sumba Timur dalam angka Tahun 2015). Kedua,

sama seperti usaha mikro lainnya, usaha kain tenun mengalami pemasalahan

klasik yaitu keterbatasan modal (Radda, 2005; Babang, 2008), namun

berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumba

Timur menunjukkan jumlah unit usaha kain tenun mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Jumlah unit usaha kain tenun tahun 2011 sebanyak 628

unit yang mengalami peningkatan sebesar 135 persen pada tahun 2014

menjadi 1.477 unit usaha (www.sumbatimurkab.go.id). Namun peningkatan

jumlah unit usaha tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan skala usaha.

Selain karakteristik umum di atas, usaha kain tenun di Sumba Timur

memiliki karakteristik-karakteristik khusus. Pertama, usaha kain tenun di

Sumba Timur merupakan usaha rumah tangga, yang aktivitasnya tidak

terlepas dari nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Aktivitas kehidupan

masyarakat Sumba Timur sangat kuat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya

yang diyakini dan diwariskan oleh nenek moyang. Salah satunya adalah

hubungan kekerabatan menurut kabihu (suku/marga) yang sangat kuat yang

tercermin dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Kabihu (marga)

memegang peranan sangat penting sebagai unit kesatuan masyarakat

(7)

syukuran kelahiran, pernikahan, upacara kematian, dan kegiatan lainnya),

akan melibatkan keluarga yang lain, terutama yang berada dalam kabihu

yang sama. Kegiatan-kegiatan tersebut cenderung membutuhkan biaya besar.

Hal ini akan mempengaruhi ekonomi rumah tangga, termasuk usaha yang

dikelola, sehingga ada kecenderungan dana usaha dicampuradukkan dengan

keperluan keluarga (Radda, 2005). Kondisi ini dapat menyulitkan bagi

pemilik usaha untuk memperoleh hutang dari pihak luar, yang akan

menghambat perkembangan usaha mereka. Selain itu, biaya sosial yang

tinggi dapat membuat pemilik menggunakan dana usaha untuk keperluan

keluarga. Kedua, usaha kain tenun di Sumba Timur umumnya dimiliki oleh

perempuan yang telah berkeluarga. Berkaitan dengan karakteristik pertama,

dimana usaha kain tenun merupakan usaha rumah tangga, pengambilan

keputusan terkait usaha dapat dipengaruhi oleh suami, orang tua, dan saudara

lainnya. Mengingat dalam satu rumah tangga di Sumba Timur, biasanya

terdiri dari beberapa kepala keluarga yang masih berhubungan darah

(Bappenas, 2008). Karakteristik-karakteristik di atas dapat mempengaruhi

pemilik usaha dalam melakukan keputusan hutang.

Karakteristik-karakteristik khusus di atas dapat diakomodir oleh

faktor-faktor yang terdapat dalam Theory of Planned Behavior untuk

menggambarkan perilaku keputusan hutang usaha kain tenun di Sumba

Timur. Karakteristik pertama berkaitan dengan hambatan yang dihadapi

pengusaha mikro untuk memperoleh hutang, dapat diakomodir oleh faktor

kontrol perilaku yang dipersepsikan. Karakteristik kedua berkaitan dengan

pengaruh dari pihak-pihak di luar pengusaha kain tenun, dapat diakomodir

oleh faktor norma subyektif.

1.2. Masalah dan Persoalan Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi

(8)

8

didominasi oleh faktor demografis dan bias psikologis yang sifatnya satu

dimensi. Kedua, penelitian tentang keputusan hutang pada pemilik usaha

mikro berdasarkan faktor mutidimensi dalam Theory of Planned Behavior

masih terbatas.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan

faktor-faktor yang terdapat dalam Theory of Planned Behavior dalam

menggambarkan perilaku keputusan hutang usaha mikro. Model asli Theory

of Planned Behavior digunakan tanpa melakukan modifikasi, dengan

pertimbangan bahwa karakteristik khusus yang menjadi keunikan usaha

mikro kain tenun di Sumba Timur, dapat dijelaskan oleh faktor-faktor dalam

model tersebut.

Menurut Theory of Planned Behavior, suatu perilaku (dalam hal ini

keputusan hutang) dipengaruhi faktor niat terhadap perilaku tersebut. Faktor

niat dipengaruhi oleh faktor-faktor sikap, norma subyektif, dan kontrol

perilaku yang dipersepsikan. Selain itu, faktor kontrol perilaku yang

dipersepsikan dapat mempengaruhi perilaku secara langsung tanpa melalui

mediasi faktor niat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan norma sosial

untuk faktor norma subyektif dengan mengacu pada beberapa penelitian

sebelumnya (Woon dan Pee, 2005; Espel et al., 2009).

Mengacu pada masalah penelitian yang telah paparkan di atas, maka

beberapa persoalan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah faktor sikap terhadap hutang mempengaruhi niat berhutang

pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur?

2. Apakah faktor norma sosial mempengaruhi niat berhutang pemilik

usaha kain tenun di Sumba Timur?

3. Apakah faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi

niat berhutang kain tenun di Sumba Timur?

4. Apakah faktor niat berhutang mempengaruhi keputusan hutang

(9)

5. Apakah faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi

keputusan hutang pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk menggambarkan keputusan hutang pada usaha kain tenun di Sumba

Timur berdasarkan faktor-faktor dalam Theory of Planned Behavior (TPB).

Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka secara khusus tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh faktor sikap terhadap hutang pada niat berhutang

pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

2. Menguji pengaruh faktor norma sosial terhadap niat berhutang

pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

3. Menguji pengaruh faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan

terhadap niat berhutang pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

4. Menguji pengaruh faktor niat berhutang terhadap keputusan hutang

pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

5. Menguji pengaruh faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan

terhadap keputusan hutang pemilik usaha kain tenun di Sumba

Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berangkat dari kesenjangan penelitian tentang

faktor-faktor penentu keputusan hutang usaha mikro, dengan pertimbangan

karakteristik yang dimiliki usaha mikro dimana pemilik usaha berperan

langsung sebagai manajer (owner-manager), sehingga secara teoritis hasil

(10)

10

1. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih menekankan pada satu

dimensi faktor yaitu faktor internal individu (Coleman dan Cohn,

2000; Cole dan Mehran, 2009; Supramono dan Putlia, 2010), maka

penelitian ini akan melihat faktor multidimensi (internal dan

eksternal individu) dengan mengacu pada faktor-faktor yang

terdapat dalam Theory of Planned Behavior.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

membuktikan bahwa faktor-faktor non keuangan dapat

mempengaruhi keputusan keuangan yang dilakukan pemilik usaha

mikro (Michaelas et al., 1998; Holmes et al., 2003).

3. Selain itu juga penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian

sebelumnya (Hailu et al., 2005; Espel et al., 2009; Phan dan Zhou,

2014; Koropp et al., 2014) dengan menunjukkan bahwa Theory of

Planned Behavior dapat menjelaskan perilaku keputusan keuangan

yang dilakukan manajer atau pemilik usaha.

1.4.2.Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Pemilik usaha mikro, memberikan pemahaman tentang

pentingnya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku mereka dalam mengambil keputusan hutang, sehingga

dapat membantu mereka untuk mengambil keputusan hutang yang

lebih baik dalam menunjang perkembangan usahanya.

2. Pemerintah daerah dan lembaga keuangan, hasil penelitian ini

berkontribusi dalam memberi masukan untuk pengambilan

kebijakan terkait pengembangan usaha mikro yang berkaitan

(11)

1.5. Struktur Disertasi

Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang

pentingnya penelitian ini. Bab ini dimulai dengan menguraikan pentingnya

UMKM dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia, namun masih

mengalami kendala dalam pendanaan. Penjelasan selanjutnya berkaitan

penelitian-penelitian yang dilakukan pada keputusan pendanaan usaha mikro,

kecil dan menengah, yang mengarah pada research gap. Bab ini diakhiri

dengan pemaparan masalah, persoalan, tujuan dan manfaat penelitian.

Bab II membahas tentang literatur dan teori yang dijadikan acuan

dalam mengembangkan hipotesis dan model penelitian. Bab ini dimulai

dengan penjelasan teoritis tentang keputusan pendanaan secara umum,

keputusan hutang pada usaha mikro dan Theory of Planned Behavior (TPB).

Kemudian dipaparkan hipotesis yang dikembangkan serta model penelitian

yang digunakan.

Bab III memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini seperti populasi dan sampel, pengukuran variabel yang

digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV membahas tentang gambaran obyek penelitian. yang

memaparkan kondisi umum Kabupaten Sumba Timur, gambaran sektor

industri, gambaran usaha kain tenun, dan kebijakan pemerintah terhadap

usaha kain tenun.

Bab V membahas tentang gambaran keputusan hutang, yang

memaparkan karakteristik pemilik usaha, karakteristik usaha, karakteristik

keputusan hutang. Bab ini diakhiri dengan persepsi pemilik usaha terhadap

faktor penentu keputusan hutang dengan menggunakan analisis nilai indeks

variabel.

Bab VI membahas tentang pengujian hipotesis faktor-faktor penentu

keputusan hutang sesuai yang telah dikembangkan pada bab II dengan

(12)

12

analisis faktor konfirmatori, uji reliabilitas, uji asumsi persamaan struktural,

dan diakhiri dengan uji hipotesis.

Bab VII membahas tentang analisis keputusan hutang berdasarkan

hasil pengujian lima hipotesis.

Disertasi ini akan diakhiri dengan Bab VIII yang memaparkan tentang

kesimpulan atas persoalan penelitian, implikasi hasil penelitian baik

implikasi teoritis maupun praktis, dan keterbatasan penelitian serta agenda

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “ Makna Kain Tenun Sumba Timur dan Penataannya di Museum Provinsi Nusa Tenggara Timur” berdasarkan pada permasalahan tentang kelemahan

Para pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono juga menjalankan komunikasi pemasaran (promotional mix) sebagai pendukung dalam memperkenalkan produk kain tenun ATBM

terhadap niat berhutang menunjukkan bahwa norma sosial pemilik usaha.. berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat

Dengan menggunakan tingkat signifikansi (alfa) sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat cukup bukti yang kuat secara empirik untuk menolak H0 dan menerima

mendapatkan hutang karena hubungan baik Niat berhutang Niat berhutang adalah keadaan sejauh mana pemilik usaha termotivasi untuk menggunakan hutang Variabel niat berhutang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah produksi kain tenun lejo yang diproduksi oleh Yudi

Pemerintah daerah selaku perintis dari kegiatan pelestarian kain tenun ikat di Sumba Timur belum menyediakan tempat kusus untuk pusat penjualan dari hasil produksi tenun

Corak/desain gambar kain tenun ikat menggambarkan simbol atribut budaya leluhur masyarakat Sumba dengan makna `masing-masing yang tidak dapat ditemukan di Negara