51
BAB IV
GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro
kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan salah satu
kabupaten dari 22 (dua puluh dua) kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Sumba Timur memiliki luas wilayah daratan 700.050 ha
yang tersebar pada satu pulau utama (Pulau Sumba) dan tiga pulau kecil yaitu
Pulau Prai Salura, Pulau Mengkudu dan Pulau Nuha (belum berpenghuni).
Sekitar 40% luas Sumba Timur merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal
terutama di daerah bagian Selatan, dimana lereng-lereng bukit tersebut
merupakan lahan yang cukup subur, sementara daerah bagian Utara berupa
dataran yang berbatu dan kurang subur (Sumba Timur dalam Angka, 2015).
Sumba Timur terdiri dari 22 kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk 245.260 orang pada tahun 2014 dengan jumlah laki-laki 126.065
dan perempuan 119.195. Rata-rata kepadatan penduduk Sumba Timur 34
orang per km2 dan laju pertumbuhan penduduk 1,4 persen per tahun.
Penduduk Sumba Timur sebagian besar berada pada usia produktif yaitu usia
15-64 tahun. Selengkapnya indikator kependudukan Sumba Timur dapat
52
Tabel 4.1
Indikator Kependudukan Sumba Timur
Uraian 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk (000 jiwa) 234 ,2 237,9 237,9
Pertumbuhan penduduk 1,4 1,4 1,4
Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 33 34 34
Sex Ratio (L/P) 106 106 106
Presentase penduduk menurut kelompok umur:
0-14 tahun 15-64 tahun > 64 tahun
38,0 57,1 4,9
36,8 58,7 4,5
36,8 58,7 4,5
Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Sumba Timur 2015
Jumlah angkatan kerja di Sumba Timur Tahun 2014 mengalami
penurunan dimana berbanding terbalik dengan jumlah penduduk bukan
angkatan kerja yang justru mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami sedikit pergeseran
menjadi 66,12 persen. Peningkatan jumlah penduduk yang bukan merupakan
angkatan kerja disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang
sekolah dan mengurus rumah tangga. Menurunnya jumlah angkatan kerja
dan meningkatnya jumlah penduduk bukan angkatan kerja memberikan
pengaruh baik dalam menekan jumlah pengangguran tahun 2014.
Selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Statistik Ketenagakerjaan Sumba Timur
Uraian 2012 2013 2014
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71,35 67,34 66,12
Angkatan Kerja 106.067 108.527 104.375
Bekerja 102.827 104.449 102.612
Pengangguran 3.240 4.078 1.763
Bukan Angkatan Kerja 42.583 46.570 53.482
Sekolah 13.971 12.712 18.212
Mengurus Rumah Tangga 22.971 27.632 30.414
Lainnya 5.641 6.226 4.856
53
menjadi sektor andalan penduduk Sumba Timur yang bekerja, diikuti sektor
tersier (perdagangan, angkutan, keuangan, dan jasa), kemudian sektor
sekunder (pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas, dan
konstruksi). Namun cenderung fluktuatif dalam 5 tahun terakhir (dapat dilihat
pada Tabel 4.3).
Tabel 4.3
Persentase Penduduk Sumba Timur
yang Bekerja Dirinci Menurut Lapangan Kerja Utama Tahun 2010-2014
Lapangan Usaha Utama 2010 2011 2012 2013 2014
Primer 61,84 68,03 61,43 65,71 64,85
Sekunder 12,42 8,13 13,62 16,7 12,85
Tersier 25,74 23,84 24,95 16,76 22,30
Sumber: Indikator Ekonomi Kabupaten Sumba Timur 2015
Dilihat dari pendidikan, Angka Partisipasi Murni (APM) untuk jenjang
SD yang jauh lebih besar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Sumba Timur usia SD telah
mengenyam pendidikan di bangku SD. Sementara itu, APM untuk jenjang
pendidikan setelah SD masih lebih kecil yang mengindikasikan bahwa tidak
semua penduduk lulusan SD melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Dilihat berdasarkan jenis kelamin, APM penduduk laki-laki masih lebih besar
dibandingkan perempuan yang berimbas pada jumlah penduduk buta huruf
perempuan yang lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki.
54
Tabel 4.4
Indikator Pendidikan Sumba Timur Tahun 2014 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total
Angka Partisipasi Murni (%) SD
Sumber: Sumba Timur Dalam Angka 2015
Data Statistik Kabupaten Sumba Timur 2015 menunjukkan bahwa
sekitar 20% penduduk usia 5 tahun ke atas mengenyam pendidikan di SD,
8% duduk di bangku SMP, 5% di SMA sementara hanya 2% yang
melanjutkan di PT. Sebanyak 57 % tidak sekolah lagi dan 8% belum/tidak
sekolah. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
.
Gambar 4.1
Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Status Pendidikan Tahun 2014
55
Bruto (PDRB) di Sumba Timur relatif masih kecil disebabkan karena
sebagian besar kegiatan industri pengolahan yang ada di Sumba Timur masih
berupa kegiatan industri kecil/industri rumah tangga, sementara perusahaan
industri besar dan sedang masih sangat sedikit. Gambaran industri
kecil/industri rumah tangga Sumba Timur Tahun 2013 dapat dilihat dalam
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa industri yang terbanyak adalah industri
tenun ikat, industri anyaman pandan/lontar, industri roti/kue, industri
anyaman bambu serta industri kecil/industri rumah tangga lainnya yang bila
dicermati dari nilai jualnya masih sangat rendah. Industri tenun ikat dengan
2.740 unit usaha merupakan industri yang paling banyak menyerap tenaga
kerja yaitu 4.926 orang.
Tabel 4.5
56
Industri Rumah Tangga Menurut Jenis Industri Tahun 2013
Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja
A. BAHAN MAKANAN 1. Kacang bawang 2. Minyak nabati 3. Roti dan Kue 4. Gula Merah 5. Garam Rakyat 6. penggilingan padi 7. macam-macam es 8. tahu/tempe 9. jamu cair 10. Pembuatan Mie 11. Tepung Beras 12. Kerupuk Udang
20 B. SANDANG DAN KULIT
1. pencelupan benang 2. tenun ikat C. BAHAN KIMIA DAN MEUBEL
1. penggergajian kayu 2. meubel kayu 3. ukiran kayu/batu 4. meubel bambu/rotan 5. percetakan dan penjilidan 6. tambal ban
7. jasa tambal ban bakar 8. pembakaran kapur 9. batu bata
10. sablon 11. tegel 12. Batu Potong 13. Batako
14. Pembuatan Kasur 15. Pembuatan Gong 16. Kapur Alam
1. anyaman bambu 2. anyaman pandan/lontar
136 4.2. meubel besi
6 1
20 5 Sumber: Indikator Ekonomi Sumba Timur Tahun 2014
57
Kabupaten Sumba Timur, unit usaha kain tenun Sumba Timur tersebar pada
14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada. Persebaran unit usaha tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel tersebut menunjukkan sebagian besar unit
usaha terdapat di Kecamatan Kambera, disusul Pandawai, Umalulu, Pahunga
Lodu, dan Rindi. Sedangkan jumlah unit usaha terkecil terdapat di
Kecamatan Karera.
Tabel 4.6
Banyaknya Unit Usaha Kain Tenun dan Tenaga Kerja per Kecamatan Tahun 2014
No Kecamatan Unit Usaha Tenaga Kerja
1 Kota Waingapu 80 134
2 Kambera 425 826
3 Pandawai 276 274
4 Umalulu 262 767
5 Rindi 149 153
6 Pahunga Lodu 74 79
7 Wula Waijelu 13 13
8 Paberiwai 9 9
9 Karera 4 3
10 Tabundung 8 30
11 Kanatang 89 94
12 Haharu 30 32
13 Kambata Mapambuhang 33 33
14 Kahaungu Eti 25 35
Total 1.477 2.482
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumba Timur, 2015
Namun dari keempat belas kecamatan tersebut di atas, terdapat 7
(tujuh) kecamatan yang merupakan sentra produksi kain tenun di Sumba
Timur. Dimana dua kecamatan merupakan sentra produksi kain tenun
songket yaitu Kecamatan Umalulu dan Rindi. Sedangkan sentra produksi
kain tenun ikat berada pada kecamatan Pandawai, Pahunga Lodu, dan
58
(kain tenun ikat dan songket), tenaga kerja, kapasitas produksi dan nilai
produksi pada ketujuh kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Banyaknya Unit Usaha Kain Tenun, Tenaga Kerja, Kapasitas Produksi dan Nilai Produksi Berdasarkan Lokasi Sentra Produksi Tahun 2014 No Kecamatan Unit
Usaha
Tenaga Kerja
Kapasitas Produksi (lembar)
Nilai Produksi
(Rp 000) Tenun Songket
1 Umalulu 121 615 14.760 3.447.730
2 Rindi 54 54 1.744 364.169
Jumlah 175 669 16.504 3.881.899
Tenun Ikat
1 Pahunga
Lodu
55 55 495 414.975
2 Kota
Waingapu
25 27 780 95.730
3 Kambera 28 47 227 390.146
4 Pandawai 78 78 936 235.560
5 Rindi 35 35 326 257.934
6 Kanatang 12 12 176 58.718
Jumlah 235 254 2.940 1.453.063
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumba Timur, 2015
Tabel 4.7 menunjukkan usaha kain tenun songket yang terdapat
kecamatan Umalulu menyerap tenaga kerja cukup banyak dengan rata-rata 5
orang tenaga kerja per unit usaha, dengan rata-rata kapasitas produksi 121
lembar tenunan untuk setiap usaha. Sehingga rata-rata setiap unit usaha
menghasilkan kurang lebih 10 lembar tenunan per tahun. Banyaknya tenaga
kerja pada unit usaha kain tenun di kecamatan Umalulu, diduga karena
tenaga kerja yang digunakan merupakan orang-orang yang tinggal dalam
rumah pengusaha atau dalam konteks masyarakat Sumba disebut ata
(hamba). Hal ini terkait erat dengan masih kuatnya budaya
rata-59
produksi 12 lembar tenunan per unit usaha dan setiap unit usaha
menghasilkan kurang lebih 1 lembar per tahun. Hal ini dikarenakan proses
produksi kain tenun ikat yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding
tenun songket.
Usaha kain tenun di Sumba Timur merupakan usaha yang telah ada
sejak dahulu. Usaha kain tenun pada awalnya dilakukan oleh setiap rumah
tangga yang ada di Sumba Timur, karena kain tenun yang dihasilkan,
digunakan untuk keperluan adat istiadat yang sangat erat dalam kehidupan
masyarakat Sumba Timur. Usaha ini juga awalnya masih merupakan kegiatan
sampingan yang dilakukan bersama dengan kegiatan rumah tangga lainnya
dan belum dijadikan sebagai mata pencaharian utama orang Sumba Timur
(Radda, 2005). Namun saat ini usaha kain tenun yang umumnya dilakukan
oleh perempuan sudah mulai dimanfaatkan masyarakat Sumba Timur sebagai
penopang ekonomi keluarga dan sebagai mata pencaharian utama (Gero,
2011).
Kain tenun Sumba Timur terdiri dari tiga jenis: tenunan polos tanpa
motif, tenunan ikat dengan berbagai motif, dan tenunan songket yang hanya
untuk membuat sarung (lawu), dalam istilah Sumba, lawu pahikungu (Beding
dan Beding, 2003). Kain tenun dihasilkan dalam berbagai corak yang
memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Sumba Timur. Kain tenun Sumba
Timur didominasi oleh jenis warna utama yang merupakan lambang spriritual
yakni putih, hitam dan merah, dengan berbagai variasi biru muda, biru tua,
kuning atau campuran warna-warna tersebut (Radda, 2005), sehingga dari
corak dan warna kain tenun dapat diketahui produksi daerah mana dan asal
keluarga atau marga. Karakteristik corak dan warna yang berbeda ini
60
4.4. Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Kain Tenun di Sumba Timur
Meskipun usaha kain tenun baik tenun songket maupun tenun ikat
menyumbang penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak dibanding usaha
kecil/mikro lainnya, namun perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba
Timur terhadap pengembangan usaha kain tenun masih kurang. Hal ini dapat
terlihat dari program Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan tahun 2010-2015 sebagai berikut:
1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang
dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan IKM berupa
pengadaan crane unit system.
2. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri yang
dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan pasar dan distribusi
barang/produk (informasi harga) dan pengembangan los pasar
desa/kecamatan.
3. Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan
yang dilaksanakan melalui kegiatan operasional tertib usaha di
bidang perlindungan konsumen dan pengawasan pergudangan.
Dari ketiga program di atas, terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumba Timur melakukan pengembangan Industri Kecil dan Menengah secara