1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Pangan (UU RI No 7 Tahun 1996), pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan, baik bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Permasalahan pada pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan secara khusus dapat diidentifikasi dari aspek produksi, konsumsi, dan distribusi. Orientasi kebijaksanaan pembangunan pertanian yang mengutamakan pola produksi bahan pangan terutama beras cenderung mengabaikan potensi sumber pangan lain sehingga menyebabkan beban kebijaksanaan pangan menjadi semakin berat. Akibatnya setiap pelaksanaan program peningkatan produksi beras membutuhkan biaya yang makin mahal. Pangan, tidak lagi seperti yang dikatakan antropolog-ekonom Melville J. Herskovits (1965), adalah the primary determinants of survival bagi umat manusia. Pangan, seperti halnya sumber daya ekonomi lainnya bersifat memiliki kelangkaan (scarcity). Dalam perkembangannya, pangan bukan saja sebagai “barang”, namun juga produk atau
Dengan demikian dalam hal pangan diletakkan dalam konteks politik adalah: “pemerintah akan berusaha mempertahankan ketersediaan pangan dalam jumlah
yang cukup (bahkan kalau perlu melimpah) dan dengan harga yang murah (bukan sekedar terjangkau) (Sumodiningrat, 2001).
Mengenai persoalan pangan, dunia kembali dikhawatirkan dengan persoalan ketahanan pangan bagi masyarakat, terutama dari dimensi ketersediaan, akses terhadap pangan dan stabilitas harga pangan, mengingat fenomena perubahan iklim tidak mampu sepenuhnya diantisipasi dengan baik. Jika dilihat dari aspek konsumsi, perwujudan ketahanan pangan juga mengalami hambatan karena sebagian besar masyarakat Indonesia selama ini memenuhi kebutuhan pangan sebagai sumber karbohidrat berupa beras. Masalah yang dihadapi ke depan adalah negara harus mampu meningkatkan produksi untuk bisa menyediakan pangan beras secara berkecukupan dan berkelanjutan, namun di sisi lain terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketersediaan beras di masyarakat (Rompone, 2013).
kebutuhan nasional. Mentan memaparkan bahwa fenomena pergeseran musim yang terjadi di berbagai daerah bakal berimplikasi kepada ketersediaan pangan sehingga dapat mengganggu target swasembada bila tidak dilakukan upaya percepatan. Untuk itu, diperlukan upaya khusus guna mempercepat ketersediaan pangan sesuai arahan Presiden untuk terwujudnya swasembada pangan sesuai dengan visi misi (Priyo. B, 2015).
Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah permintaan akan pangan juga akan semakin tinggi. Komoditas pangan utama seperti beras dan jagung merupakan kebutuhan pokok yang pemenuhannya harus selalu dijaga oleh pemerintah. Beras dan jagung merupakan komoditas pangan utama yang termasuk dalam pangan strategis.
Tabel 1. Produksi Beras dan Jagung di Sumatera Utara dalam satuan ton
Tahun Beras (ton) Jagung (ton)
1999 2.361.779 683.065
2000 2.221.008 666.764
2001 2.080.237 634.162
2002 1.992.889 640.593
2003 2.150.743 687.360
2004 2.160.670 712.558
2005 2.178.752 735.456
2006 1.900.826 664.217
2007 2.064.006 804.852
2008 1.852.567 1.098.969
2009 1.975.623 1.166.550
2010 2.006.089 1.377.716
2011 2.020.147 1.294.645
2012 2.080.687 1.347.127
2013 2.087.501 1.182.925
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2014
fluktuasi sementara jumlah penduduk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan jagung di Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis perkembangan ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan strategis di Provinsi Sumatera Utara.