BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun
keatas. Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia.
World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi
empat yaitu:
1. usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
2. lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
3. lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi
menjadi empat bagian yaitu: fase iuventus antar usia 25-40 tahun, fase verilitas
antara usia 40-50 tahun, fase praesenium antara usia 55-60 tahun, fase senium
antara usia 65 tahun hingga tutup usia (Nugroho, 2010). Menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologis, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yakni ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (BKKBN,
2011).
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia 1. Pra Lansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia Potensial
Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia Tidak Potensial
Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
2.1.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna di bidang
kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas serta
diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan
pokok puskesmas lainnya. Upaya tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
dengan dukungan peran serta masyarakat baik didalam gedung maupun diluar
gedung Puskesmas. Adapun upaya pelayanan kesehatan lanjut usia, yaitu:
1. Pelayanan promotif
Upaya promotif bertujuan untuk membantu orang-orang merubah gaya hidup
mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat
tentang perilaku mereka dan secara tidak langsung merupakan tindakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit.
2. Pelayanan preventif
Mencakup pelayanan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer
meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor resiko, tidak ada
penyakit dan promosi kesehatan. Pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi penyakit
belum tampak klinis dan menghidap faktor resiko. Pencegahan tersier
dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat, mencegah cacat
3. Pelayanan rehabilitatif
Pelayanan rehabilitatif berupa upaya pengobatan bagi lanjut usia yang sudah
menderita penyakit agar mengembalikan fungsi organ yang sudah menurun.
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Lainnya Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
Selain posyandu, pelayanan kesehatan lanjut usia dapat dilakukan melalui
Posbindu. Posbindu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan
inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut.
Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) berbeda dengan posyandu, karena
Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki
lanjut usia maupun yang sudah memasuki lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI,
2011).
Tujuan diadakannya Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu
diharapkan adanya kesadaran dari lanjut usia untuk membina kesehatannya serta
meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi
kesehatan lanjut usia. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lanjut usia
supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat,
produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
Pada prinsipnya pembentukan posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pembentukan Posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi
masing-masing daerah, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang sudah ada
seperti pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan lanjut usia dan
lain-lain. Pembentukan Posbindu dapat juga menggunakan pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan dan merupakan
pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu.
Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survei mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
Salah satu kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah Posbindu PTM.
Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Pos Pembinaan Terpadu
terhadap faktor risiko penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi,
hiperkolestrol, hiperglikemia, maag, rematik, risiko kepikunan, aktivitas fisik,
risiko jatuh dan merokok berupa bentuk peran serta aktif kelompok masyarakat
dalam upaya pencegahan sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan
mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak menunjukkan gejala pada yang
mengalaminya. Didaerah tertentu Posbindu PTM disebut juga posyandu lansia
dan Karang Werdha (Kementerian Kesehatan, 2011). Sasaran kegiatan Posbindu
PTM adalah kelompok masyarakat berusia di atas 10 tahun sampai lanjut usia.
Kegiatan Posbindu PTM ini dibina oleh Puskesmas.
2.1.5 Masalah Kesehatan pada Lanjut Usia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur
yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia
menyatakan bahwa ada 14 I yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu:
a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor
lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi, otot, gangguan saraf dan
penyakit jantung.
b. Instability (mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor instrinsik (yang
berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit
maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu
yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan
psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh.
c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan
frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi
sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan
membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
d. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), merupakan
kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan
yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
sehari-hari.
e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan
asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
f. Impairment of vision dan hearing taste, smell, communication, convalencence,
skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit),
merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang
fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan
untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak
dengan trauma yang minimal.
g. Impaction (sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan,
h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah
depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja
seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pencernaan dan lain-lain.
i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat),
terutama karena kemiskinan dan gangguan panca indera. Sedangkan faktor
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan dan
lainnya.
j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka
kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin
berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai
penghasilan.
k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang
mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu
yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya
penyakit akibat obat-obatan.
l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka
mengalami sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan
mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur
m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat
dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat daripenyakit
menahun, kurang gizi dan lainnya.
n. Impotence (impotensi), merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan
atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Hal ini disebabkan karena
terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan
pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.
2.1.6 Penyakit yang sering terjadi pada Lanjut usia
Menurut The National Old People’s Welf are Council di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12
macam yakni:
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronchitis kronis
4. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa atau sendi panggul
6. Anemia
7. Demensia
8. Gangguan penglihatan
9. Ansiesta atau kecemasan
10.Dekompensasi kordis
12.Gangguan pada defekasi
Sekarang ini, penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia adalah penyakit
degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari
kerusakan ini dapat disebabkan oleh seiring dengan usia ataupun gaya hidup yang
tidak sehat. Di Indonesia, penyakit-penyakit degeneratif mulai menjadi perhatian
karena meningkatnya angka kejadian dan angka kematian.
Beberapa penyakit degeneratif yang terjadi pada lansia, yaitu:
1. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang.
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih
tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang
terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh
darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung dan gagal ginjal.
3. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa atau gula darah yang disebabkan oleh tubuh tidak
4. Dimensia
Dimensia merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan
fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis
dimensia yang paling sering terjadi pada lansia.
5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung
terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan,
hingga kebingungan.
6. Osteo Artritis (OA)
Osteo Artritis adalah peradangan sendi yang tejadi akibat peristiwa mekanik
dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi
dan perkapuran.
2.2 Puskesmas
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes
Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggarakan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termask sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi:
a. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan menajerial dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara
meyeluruh (comprehensive health care services) kepada seluruh masyarakat di
wilayah kerjanya, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama.
1. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat esensial
dan Upaya Kesehatan Masyarakat pengembangan.
a. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
1) Pelayanan promosi kesehatan
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
4) Pelayanan gizi
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan, merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif
dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan
dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi
sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.
1) Pelayanan kesehatan jiwa
2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
5) Pelayanan kesehatan indera
6) Pelayanan keseahatan lansia
7) Pelayanan kesehatan kerja
8) Pelayanan kesehatan lainnya
2. Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari
d. Home care
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
2.3 Posyandu
2.3.1 Pengertian Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dananak balita.
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
tenaga kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), Posyandu merupakan wadah
masyarakat serta dibimbing petugas kesehatan terkait dalam hal ini petugas dari
puskesmas.
2.3.2 Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
2.3.3 Fungsi Posyandu
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2.3.4 Pengelola Posyandu
Pengelola posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah dan dunia usaha yang
dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap pelayanan
sosial dasar masyarakat di posyandu.
Pengelola posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan posyandu. Kriteria pengelola posyandu sebagai
a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
2.3.5 Kegiatan Pelayanan di Posyandu
A. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup:
1. Gizi
2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Keluarga Berencana
4. Imunisasi
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
B. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya:
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
3. Bina Keluarga Lansia (BKL)
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2.4 Posyandu Lansia
2.4.1 Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu
wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan
pelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya
promotif dan preventif (Komnas Lansia, 2010). Posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu, yang
sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan dan merupakan kebijakan pemerintah untuk
pengembangan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang penyelenggaraannya
melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lanjut usia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial (Kementerian Kesehatan, 2010).
Posyandu lanjut usia merupakan perwujudan pelaksanaan program
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lanjut
usia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia
lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal
(Artinawati, 2014). Dasar pembentukan posyandu lanjut usia adalah untuk
2.4.2 Dasar Hukum
Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa
undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan
pembinaan. Dasar hukum atau ketentuan perundang-undangan dan peraturan
dimaksud adalah:
1. UU No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan
2. UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tentang kesehatan usia lanjut
3. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
4. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
5. UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
6. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi.
2.4.3 Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan umum dari Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan
kesejahteraan lansia melalui kegiatan posyandu lanjut usia yang mandiri dalam
masyarakat.
Tujuan khususnya, meliputi:
1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya.
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
3. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.
2.4.4 Sasaran Posyandu Lansia Sasaran Posyandu lansia adalah:
a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok
usia lanjut (60 tahun ke atas) dan kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi
(70 tahun ke atas).
b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, oraganisasi
sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat luas
(Departemen Kesehatan RI, 2003).
2.4.5 Organisasi Posyandu Lanjut Usia
Organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non
struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang
diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris,
bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak
saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh:
1. Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Majelis Ta’lim, Warga usia
lanjut, kelompok gereja, dan lain-lain
2. Organisasi profesi
3. Institusi pemerintah atau swasta
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
2.4.6 Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang
namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang
1. Ketua Posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kader sekitar 5 orang:
a. Meja 1: pendaftaran anggota kelompok lanjut usia sebagai pelaksanaan
pelayanan
b. Meja 2: penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
c. Meja 3: pencatatan tentang pengukuran tinggi dan berat badan, Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan mengisi KMS
d. Meja 4: penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi, serta Pemberian
Makanan Tambahan (PMT)
e. Meja 5: mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS dan
diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk selalu membawa
KMS lansia guna memantau status kesehatannya
Adapun tugas dan fungsi masing-masing SDM diuraikan sebagai berikut:
1. Ketua Posyandu
a) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
b) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stakeholder dalam
rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
2. Sekretaris
Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta
3. Bendahara
Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu
4. Kader
Kader posyandu lanjut usia adalah kader yang bertugas di posyandu lanjut
usia dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu tenaga kesehatan saat
pemeriksaan kesehatan pasien lanjut usia.
2.4.7 Mekanisme Kerja
Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap
lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan
yang benar dan tepat waktu serta pengendalian yang akurat.
2.4.7.1 Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan dibutuhkan data-data:
1) Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan
2) Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan
3) Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur)
4) Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan
5) Jumlah lanjut usia yang mandiri
6) Jumlah lanjut usia yang cacat
7) Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar
8) Jumlah lanjut usia yang produktif
9) Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan penelantaran, pelecehan,
Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui
PKK dengan kegiatan Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga.
Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat serta produktif harus dibuat kriteria yang
jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran)
rencana yang harus disusun adalah:
a. Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia
Frekuensi kegiatan posyandu tergantung dari banyaknya jenis kegiatan yang
dilakukan posyandu tersebut. Untuk pencapaian lanjut usia sejahtera
dibutuhkan kegiatan sebagai berikut:
a) Olahraga/senam minimal 1 minggu sekali
b) Pengajian 1 minggu sekali
c) Pengukuran IMT dan pemeriksaan kesehatan setiap bulan
d) Pemberantasan buta aksara tergantung kondisi (peserta, pengajar, waktu
dan tempat)
e) Konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi serta masalah sosial, karya
atau usaha ekonomi produktif dan pendidikan
f) Peningkatan pendapatan
g) Dan lain-lain sesuai kesepakatan
Setelah memperhatikan banyaknya kegiatan maka penyelenggaraan
posyandu dimusyawarahkan dengan warga atau anggota, sehingga
b. Jenis kegiatan Posyandu
Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan
kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat lain di masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya tidak
hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya
serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang dihadapi
lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah
sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama
lainnya. Adapun jenis kegiatannya yaitu:
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan seperti makan, minum, mandi, berjalan, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar dan kecil dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan hasilnya dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
perhitungan denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan diatas.
9) Penyuluhan kesehatan.
10)Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan sesuai kebutuhan
dan kondisi setempat dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lanjut usia.
11)Kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
12)Program kunjungan lanjut usia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan
sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan setempat.
c. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang
saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing-masing seusai
bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapat diberdayakan
membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan
mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan memberikan
banyak manfaat antara lain:
1. Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
2. Para lanjut usia merasa dihargai atau dihormati
3. Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan
kesehatan dan mencegah kepikunan
4. Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang
5. Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga
akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan
lainnya
d. Biaya kegiatan posyandu
Perencanaan biaya kegiatan posyandu harus di hitung dengan seksama
agar kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Yang harus di hitung
adalah biaya sebagai berikut:
1) Alat tulis kantor (pulpen, pensil, kertas)
2) Makanan (PMT)
3) Transport narasumber dan pelatih senam
4) Obat diluar bantuan puskesmas
5) Pemeriksaan Laboratorium diluar bantuan puskesmas
6) Dokumentasi
7) Biaya tak terduga
2.4.7.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah disepakati. Pelaksana dari posyandu lanjut usia adalah kader dan
dibantu dengan tenaga kesehatan. Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara
lain:
1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu
1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu alat penimbangan, Kartu Menuju
Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur, bahan atau materi
penyuluhan
2. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu lansia
untuk datang ke posyandu
3. Menghubungi pokja posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah
petugas sektor bisa hadir pada hari posyandu
4. Melaksanakan pembagian tugas yaitu menentukan pembagian tugas di
antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan
kegiatan
b. Pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu
Tugas kader pada hari pembukaan posyandu disebut juga sebagai tugas
pelayanan 3 meja atau 5 meja (disesuaikan dengan sistem yang
digunakan)
c. Setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi:
1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke
dalam buku register atau buku bantu kader
2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan
tindak lanjut dan mengajak para lansia datang ke posyandu pada
kegiatan bulan berikutnya.
2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam
kegiatan posyandu
a. Langsung ke tengah masyarakat
b. Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat
3) Membantu tugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan dan berbagai
usaha kesehatan masyarakat lainnya termasuk pelaksanaan senam lansia
2.4.7.3 Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi.
Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan, perlu dimonitoring dan dievaluasi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan ataupun perkembangan, serta hambatan dan
peluang. Demikian juga halnya dengan posyandu lanjut usia, pengendalian dapat
di kelompokkan menjadi pengendalian internal dan pengendalian eksternal.
Pengendalian internal adalah pengendalian yang dilakukan oleh tenaga posyandu,
sedangkan pengendalian eksternal adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak
luar seperti lanjut usia, masyarakat sekitarnya, atau pihak luar lainnya.
Pengendalian eksternal ini penting dilakukan karena memberikan hasil yang lebih
objektif. Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan beberapa
indikator. Indikator yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut usia
adalah:
2. Kehadiran kader
3. Pelayanan kesehatan
- Cakupan penimbangan
- Cakupan pemeriksaan laboratorium
- Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
- Cakupan penyuluhan kesehatan
4. Frekuensi pelaksanaan senam
5. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan
2.4.8 Pembiayaan
Secara umum biaya berasal dari masyarakat itu sendiri melalui berbagai
cara antara lain:
a. Iuran dari para warga
b. Donator tidak tetap atau tetap
c. Usaha mandiri dari posyandu
d. Bantuan dari dunia usaha
e. Bantuan dari kelurahan
f. Subsidi pemerintah
g. Dan lain-lain sebagainya
2.4.9 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia
Beberapa kendala yang dihadapi oleh para lanjut usia dalam mengikuti
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu
pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghadari
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana
cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya tahan
atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika
lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu
tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini
dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian keamanan ini merupakan faktor eksternal dari
terbentuknya motivasi menghadiri posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika
lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas posyandu merupakan
dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu.dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu
hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang menghendaki suatu respon.
5. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, dibutuhkan saran
dan prasarana penunjang, yaitu tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer dan KMS lansia.
2.4.10 Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Melalui Posyandu Lanjut Usia
Penilaian keberhasilan pembinaan lanjut usia melalui kegiatan pelayanan
pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat
dari:
a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lanjut usia dengan berkembangnya
jumlah orang masyarakat lanjut usia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya.
b. Berkembanganya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan
pelayanan kesehatan bagi lansia.
c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga.
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia.
e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lanjut usia.
2.5 Kerangka Pikir
Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan posyandu lansia dapat diukur
melalui indikator masukan (input), proses (process) dan luaran (output). Oleh
karena itu kerangka pikir dapat disusun sebagai berikut:
Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi kerangka pikir
sebagai berikut:
1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
posyandu lanjut usia agar dapat berjalan dengan baik, meliputi: ketersediaan
SDM , pendanaan, sarana dan prasarana.
a. SDM adalah tenaga kesehatan maupun kader dari masyarakat yang
melaksanakan posyandu lanjut usia.
b. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan
untuk pelaksanaan posyandu lanjut usia.
c. Sarana dan prasarana termasuk didalamnya yaitu obat, peralatan untuk
pemeriksaan, KMS lansia dan tempat untuk pelaksanaan posyandu lansia.
2. Proses (Process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi sebelum hari pelaksanaan
kegiatan posyandu, pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu dengan membuka
sistem 3 atau 5 meja, setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu.
3. Keluaran (output) adalah keberhasilan pelaksanaan posyandu lanjut usia yaitu