• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Analisis Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Air Isi Ulang (Studi Kasus : Kecamatan Medan Johor) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi dan Analisis Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Air Isi Ulang (Studi Kasus : Kecamatan Medan Johor) Chapter III V"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di daerah Kecamatan Medan Johor. Secara umum

topografi wilayah Kecamatan Medan Johor adalah dataran dan tidak ada yang

berbatasan dengan laut, rata-rata ketinggian wilayahnya antara 34 - 49 meter di atas

permukaan laut. Luas wilayahnya adalah 16,96 km2. Ketinggian 34 – 49 m dpl.

Secara geografis terletak pada koordinat 3 535611’ LU dan 98 676769’ BT. Peta

Kecamatan Medan Johor dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Medan Johor

Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia, 2015

Secara geografis, Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan Kecamatan

Medan Polonia di sebelah utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan,

Kecamatan Medan Amplas di sebelah timur, dan berbatasan dengan Kecamatan

(2)

Kecamatan Medan Johor terdiri dari 6 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Kwala Bekala

2. Kelurahan Gedung Johor

3. Kelurahan Kedai

4. Kelurahan Durian

5. Kelurahan Suka Maju

6. KelurahanTiti Kuning

7. Kelurahan Pangkalan Masyhur

3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah 3 (tiga) bulan yang dimulai pada bulan April sampai

Juni 2016.

3.3 Metodologi Penelitian 3.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dalam permasalahan asosiatif yaitu penelitian

yang berupaya untuk mengkaji bagaimana suatu variabel memiliki keterkaitan atau

hubungan dengan variabel lain atau apakah suatu variabel dipengaruhi oleh variabel

lainnya atau apakah suatu variabel menjadi sebab perubahan variabel lainnya.

Penelitian asosiatif memerlukan hipotesis atau dugaan terhadap hubungan yang ada

(3)

3.3.2 Populasi dan Sample

Populasi adalah wilayah generaliasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kecamatan

Medan Johor yang merupakan pelanggan PDAM Tirtanadi yang berjumlah 17.212

kepala keluarga seperti ditunjukkan dalam table 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Medan Johor

Kelurahan Pelanggan

Sumber : Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2015

Pertanyaan seringkali diajukan dalam metode pengambilan sampel adalah

berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Sampel yang terlalu kecil

dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi populasi yang

sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat mengakibatkan

pemborosan biaya penelitian.

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah

menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 2007), sebagai berikut:

N n =

(4)

dimana

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi

kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil

toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya,

penelitian dengan batas kesalahan 10% berarti memiliki tingkat akurasi 90%.

Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

Dengan menggunakan rumus Slovin:

n = N / ( 1 + N e² )

�= 29.687

1 + (29.687 � 0.1 � 0.1)

� = 99,66 (���������� 100)

Dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 100 kepala keluarga.

Pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling (sampel bertujuan)

adalah sampel dipilih berdasarkan tujuan tertentu. Dalam hal penelitian Persepsi

Masyarakat dalam Pemanfaatan Air Isi Ulang di Kecamatan Medan Johor maka

sampel dipilih berdasarkan kriteria/tujuan yang sudah ditetapkan. Adapun kriteria

sampling yang ditetapkan adalah :

- KK yang tinggal di Kecamatan Medan Johor lebih dari 10 tahun.

- Pelanggan PDAM.

(5)

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dengan pengamatan/observasi, wawancara

dan kuisioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder (merupakan data tambahan) diperoleh dari instansi terkait

meliputi : Pemerintah Kota Medan, PDAM Tirtanadi, buku-buku literatur, studi

(6)

3.5 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini

Gambar 3.2 : Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Sumber : Hasil analisis Penelitian

Mulai

Observasi Awal Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer :

- Observasi di lapangan - Kuisioner

- Wawancara

Data Sekunder :

- Pemerintah Kota Medan, - PDAM Tirtanadi

- Buku-buku literature - Studi pustaka

- Jurnal ilmiah

- Laporan penelitian terdahulu

Selesai Analisis Data

(7)

3.6 Analisis Data

Tabel 3.2 Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian

No Tujuan Penelitian Metode Analisis

1 Mengetahui persepsi masyarakat Kecamatan Medan Johor terhadap kualitas air PDAM Tirtanadi dan air isi ulang untuk pemanfaatan air minum

Analisis Deskriptif

2 Mengetahui pola pemanfaatan air isi ulang untuk pelanggan PDAM Tirtanadi.

Uji Chi Square

3 Mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap pemanfaatan air isi ulang untuk air minum.

Analisis Regresi Logistik

Sumber : hasil analisis peneliti, 2016

Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif yaitu berusaha mengungkapkan bagaimana persepsi, pola pemanfaatan

dan pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap pemanfaatan air isi ulang

untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hubungan antara

persepsi pemanfaatan air minum yang aman dan variabel - variable yang disusun

sebagai penjelas dimodelkan dengan menggunakan regresi logistik (Wright, A, et.

al., 2012). Adapun metode pengujian yang digunakan adalah :

1. Analisis Regresi Logistik

Regresi Logistik untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat

dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Dalam regresi logistik variabel terikat

bersifat dikotomi dan kategori dengan dua atau lebih kemungkinan. Regresi

logistik umumnya melibatkan berbagai variabel baik numerik ataupun kategorik.

Regresi logistik membentuk persamaan dengan pendekatan maximum likelihood

yang memaksimalkan peluang pengklasifikasian objek yang diamati menjadi

kategori yang sesuai kemudian mengubahnya menjadi koefisien regresi yang

(8)

2. Regresi logistik menghasilkan rasio peluang antara keberhasilan dan kegagalan

dari suatu analisis. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor yang

merupakan kombinasi linier dari variabel bebas. Nilai variabel prediktor ini

kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit sebagai

berikut:

Ln P �

1−� y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ b5X5 + b6D1+b7D2+µ

Dimana :

Y = Pola pemanfaatan air minum 1 = air isi ulang

0 = air PDAM

X1 = pendidikan (tahun)

X2 = jumlah anggota keluarga (orang) X3 = penghasilan (ribu Rp)

X4 = Pengeluaran (ribu Rp) X5 = luas rumah (m2) D1 = Pekerjaan

1 = PNS 0 = lainnya D2 = Pekerjaan

1 = pegawai swasta 0 = lainnya

a = konstanta

b1, b2, ...., bn = koefisien regresi/parameter µ = eror

3.7 Pengolahan Data

Untuk pengolahan data, peneliti membuat skor dalam alternative jawaban (a,

(9)

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Penilaian Menggunakan Skala Likert

No Kriteria Penilaian Skor Nilai

1 Sangat setuju 21 - 25 5

2 Setuju 16 - 20 4

3 Cukup setuju 11 - 15 3

4 Tidak setuju 6 - 10 2

5 Sangat tidak setuju 1 – 5 1

3.8 Definisi Variabel Penelitian

a) Persepsi adalah penafsiran dan penilaian seseorang terhadap sesuatu.

b) Kualitas air adalah kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi,

dan biologisnya yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter -

parameter tertentu dan metode tertentu.

c) Pola pemanfaatan air adalah bagaimana bentuk dan cara pemanfaatan air.

d) Kondisi sosial ekonomi adalah segala sesuatu dampak yang disebabkan

oleh pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan,

perumahan, pendidikan, kesehatan.

e) Air isi ulang adalah air yang sudah diolah yang berasal dari mata air,

yang telah melewati tahapan dalam membersihkan kandungan air nya

dari segala kuman dan bakteri yang terkandung didalamnya tanpa harus

dimasak (cara tradisional), sehingga air tersebut dapat langsung

diminum, dan hal ini dapat dilakukan secara terus menerus, mengapa

dinamakan air minum isi ulang karena konsumen yang mengkonsumsi

air yang telah melalui proses ini biasanya menggunakan Galon air dari

beberapa merk, sehingga dinamakan air isi ulang.

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang

terletak di 3 535611’ Lintang Utara dan 98 676769’ Bujur Timur dengan luas

wilayah sekitar 16,96 km2 atau sekitar 6,39 persen dari total luas wilayah Kota

Medan. Secara geografis, Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan Kecamatan

Medan Polonia di sebelah utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan,

Kecamatan Medan Amplas di sebelah timur, dan berbatasan dengan Kecamatan

Medan Tuntungan di sebelah barat. Secara umum topografi wilayah Kecamatan

Medan Johor adalah dataran dan tidak ada yang berbatasan dengan laut, rata-rata

ketinggian wilayahnya antara 34 - 49 meter di atas permukaan laut. Kecamatan

Medan Johor terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan

Gedung Johor, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi

Kuning, dan Kelurahan Pangkalan Masyhur.

Pada tahun 2014, Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 130.414 jiwa, terdiri dari

64.387 jiwa laki –laki dan 66.027 jiwa perempuan dengan jumlah total kepala

keluarga sebanyak 29.687 KK.

Tabel 4.1 Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Medan Johor

Kelurahan Pelanggan

(11)

4.2 Deskripsi PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara berdiri pada tanggal 08 September

1905, dengan nama NV. Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih berkantor pusat di

Amsterdam Belanda. Tahun 1979, nama perusahaan ditetapkan menjadi PDAM

Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) Berkedudukan di Medan Sumatera Utara. Pada Tahun 1991 PDAM

Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara selain melayani Kebutuhan Air Minum juga

melayani Pengelolaan Limbah.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sibolangit terletak ± 35 km sebelah Selatan

Kota Medan yang secara administratif termasuk Kabupaten Deli Serdang. Sumber

Mata Air daerah ini merupakan sumber air pertama dan tertua yang dibangun pada

zaman Belanda tahun 1905 dengan kapasitas nominal ± 620 l/det. Sumber mata air

tersebut berasal dari air hujan disekitar cekungan alam perbukitan Sibolangit dan

meresap serta mengalir melalui rongga yang terdapat pada susunan dan celah batuan

dan muncul ke permukaan menjadi mata air.

Mata – mata air tersebut disadap dengan membangun bron (bangunan penyadap)

yang saat ini berjumlah 27 bron yang tersebar pada 4 (empat) lokasi yaitu :

1. Rumah Sumbul = 3 bron dengan kapasitas total 180 l/det, berada pada

ketinggian 520 m dpl (diatas permukaan laut).

2. Lau Kaban = 8 bron dengan kapasitas total 151 l/det, berada pada ketinggian 485

m dpl.

3. Lau Puang Aja = 4 bron dengan kapasitas total 132 l/det, berada pada ketinggian

(12)

4. Lau Bengklewang = 12 bron dengan kapasitas total 180 l/det dan berada pada

ketinggian 510 m dpl.

Air tersebut diambil melalui bangunan penyadap (bron) yang diteruskan ke

bak pemancar/aerasi untuk menghilangkan CO2 agresif melalui kontaminasi Air

dengan udara, penambahan jumlah oksigen dan menghilangkan hydrogen sulfide (H2

S), methan (C H4) serta berbagai senyawa organik yang bersifat volatile (menguap)

yang berkaitan untuk rasa dan bau. Air tersebut kemudian dibubuhi kapur atau soda

ash untuk mengatur tingkat keasaman (pH) air serta kaporit atau sodium hypochlorite

sebagai desinfektan (pembunuh bakteri pathogen) dan selanjutnya disalurkan ke

Medan dengan menggunakan pipa transmisi Ø 200 – 300 mm secara gravitasi.

Adapun bahan kimia yang digunakan adalah :

1. Soda Ash dengan kadar (97 – 98) %

(Na2CO3 + H2O) ฀ (2NaOH + H2CO3)

2. Sodium Hypochlorite dengan kadar (10-12) %

NaOCl + H2O ® NaOh + HOCl.

Namun kapasitas produksi saat ini mulai berkurang menjadi berkisar antara

550 –600 l/det disebabkan oleh berbagai faktor seperti perluasan pemukiman

penduduk, pembangunan sarana rekreasi, pengambilan air melalui mobil tangki (air

isi ulang), pengaruh musim kemarau, perambahan hutan dll.

Kecamatan Medan Johor berada di wilayah pelayanan Cabang Padang Bulan

PDAM Tirtanadi, khusus untuk wilayah Kecamatan Medan Johor 100 % pelanggan

terlayani dengan memanfaatkan air dari mata air Sibolangit karena wilayah tersebut

(13)

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Medan Johor yang Dilayani PDAM Tirtanadi Dengan Memanfaatkan Mata Air Sibolangit

Sumber : PDAM Tirtanadi, 2016

Analisis kualitas air mata air Sibolangit olahan PDAM Tirtanadi selama

3 (tiga) bulan terakhir, yaitu April, Mei dan Juni tahun 2016 yang dilakukan oleh

(14)

Table 4.2 Kualitas Air Mata Air Sibolangit olahan PDAM Tirtanadi Aluminium (Al) mg/L 0.2 < 0,001 Spektrofotometry Ammonia (NH3) mg/L 1,5 0,024 Spektrofotometry Besi (Fe) mg/L 0,3 < 0,030 AAS Flourida (F) mg/L 1,5 0,100 Spektrofotometry Khlorida (Cl) mg/L 250 9,855 SNI 6989.19-2009 Kesadahan (sebagai

CaCO3)

mg/L 500 102 Titrimetry

Kromium Total (Cr) mg/L 0,05 < 0,015 Spektrofotometry Mangan (Mn) mg/L 0,4 < 0,006 AAS Nitrat (sebagai NO3) mg/L 50 < 1,21 Spektrofotometry Nitrit (sebagai NO2) mg/L 3 0,026 Spektrofotometry

pH - 6,5 – 8,5 7,1 Comparator

Seng (Zn) mg/L 3 0,036 Spektrofotometry Sianida (CN) mg/L 0,07 <0,001 Spektrofotometry Sulfat (SO4) mg/L 250 22,51 Spektrofotometry Sulfida (H2S) mg/L 0,05 < 0,001 Spektrofotometry Tembaga (Cu) mg/L 2 < 0,008 AAS

Faecal Coliform Jlh/100 mL

0 < 2 SNI 06-3957-1995

Sumber : PDAM Tirtanadi, 2016

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil analisis PDAM Tirtanadi terhadap

keempat parameter kualitas air mata air Sibolangit olahan PDAM Tirtanadi, yaitu

fisika, unorganik, mikrobiologi, dan organik, memperlihatkan bahwa kualitas air

mata air Sibolangit memenuhi standard yang ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu

(15)

tentang baku mutu air minum. Secara umum air minum harus aman dan sehat untuk

dikonsumsi manusia, secara fisik tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa,

secara kimia memiliki PH netral dan tidak mengandung racun dan logam yang

berbahaya. PDAM Tirtanadi melakukan pemeriksaan rutin terhadap kualitas air

Sibolangit minimal per jangka waktu 3 bulan sesuai dengan PERMENKES

No. 492/MENKES/Per/IV/2010 tentang baku mutu air minum.

4.3 Deskripsi Air Isi Ulang

Air minum isi ulang merupakan air yang telah mengalami proses pengolahan

yang berasal dari mata air dan telah melewati tahapan dalam membersihkan

kandungan airnya dari segala mikroorganisme pathogen tanpa harus dimasak

sehingga air tersebut dapat langsung diminum. Hal ini dapat dilakukan secara

terus-menerus dengan menggunakan galon yang sama. Masyarakat Kecamatan Medan

Johor memanfaatkan air isi ulang untuk memenuhi kebutuhan air minum mereka.

Sampel air dianalisis untuk mengetahui temperature, pH, warna, turbidity,

total padatan terlarut, residu klorin dan nitrat serta indikator mikrobiologi (Massoud.

M, et al, 2013). Analisis kualitas air isi ulang selama 3 (tiga) bulan terakhir, yaitu

April, Mei, dan Juni tahun 2016 yang dilakukan oleh Peneliti ditunjukkan dalam

(16)

Tabel 4.3 Kualitas Air Isi Ulang Warna TCU 15 7,571 Spektrofotometry

Bau dan rasa - - - - Daya Hantar Listrik (DHL) us/cm - 142,1 Conductivity

Meter Total Padatan Terlarut (TDS) mg/L 500 88,54 TDS Meter B. KIMIA ANORGANIK

Alkalinitas mg/L - 23 Titrimetry Aluminium (Al) mg/L 0,2 0,036 Spektrofotometry Besi (Fe) mg/L 0,3 < 0,030 AAS

Flourida (F) mg/L 1,5 0,069 Spektrofotometry Khlorida (Cl) mg/L 250 9,362 Spektrofotometry Kesadahan (sebagai CaCO3) mg/L 500 40 Spektrofotometry Kromium Total (Cr) mg/L 0,05 < 0,015 Spektrofotometry

Mangan (Mn) mg/L 0,4 < 0,006 AAS

Nitrat (sebagai NO3) mg/L 50 1,250 Spektrofotometry Nitrit (sebagai NO2) mg/L 3 0,007 Spektrofotometry

pH - 6,5 – 8,5 7,3 Comparator

Seng (Zn) mg/L 3 0,043 Spektrofotometry Sianida (CN) mg/L 0,07 <0,001 Spektrofotometry Sulfat (SO4) mg/L 250 26,71 Spektrofotometry Sulfida (H2S) mg/L 0,05 < 0,001 Spektrofotometry

Tembaga (Cu) mg/L 2 0,008 AAS

C. KIMIA ORGANIK

Zat Organik (sbg KMnO4) mg/L 10 3,084 SNI 06-6989.22-2004 D. MIKROBIOLOGI

Total coliform (bakteri bentuk Coli)

Jlh/100 mL

0 < 2 SNI 06-4158-1996

Faecal Coliform Jlh/100 mL

0 < 2 SNI 06-3957-1995

Sumber : Lab. PDAM Tirtanadi, 2016

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil analisis Laboratorium PDAM Tirtanadi

terhadap keempat parameter kualitas air isi ulang, yaitu fisika, anorganik,

mikrobiologi, dan organik, memperlihatkan bahwa kualitas air isi ulang memenuhi

(17)

736/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yang mengatur

persyaratan kualitas fisik, kimia, biologi, dan radioaktif untuk produk air isi ulang.

Secara umum air minum harus aman dan sehat untuk dikonsumsi manusia, secara

fisik tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, secara kimia memiliki pH netral

dan tidak mengandung racun dan logam yang berbahaya.

4.4 Berbandingan Harga Air PDAM Tirtanadi dan Air Isi Ulang

Dalam menentukan harga air, PDAM Tirtanadi melakukan pengelompokan

pelanggan atau golongan pelanggan berdasarkan luas rumah yaitu Kelompok Sosial

Umum (S.1), Sosial Khusus (S.2), Rumah tangga 1 (RT 1) sampai Rumah tangga 6

(RT 6). Sedangkan untuk mobil tangki sebagai sumber air baku untuk air isi ulang

mengelompokkan harga air berdasarkan wilayah sebarannya, semakin jauh jarak

tempuh maka harga akan semakin mahal.

Perbandingan harga air PDAM tirtanadi dan Air Isi ulang dapat dilihat pada

table 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Perbandingan Harga Air

No PDAM Tirtanadi Mobil Tangki

Kelompok

Amplas Rp. 370.000/7.000 liter 2. Sosial Khusus

(S.2)

Rp. 1/10.000 liter

Tembung Rp. 380.000/7.000 liter 3. Rumah tangga 1

(RT.1)

Rp. 1/10.000 liter

Marelan Rp. 370.000/7.000 liter

(18)

Dari table 4.4 dapat diketahui bahwa Harga air PDAM Tirtanadi dikelompokkan

berdasarkan golongan pelanggan. Pengelompokan pelanggan berdasarkan luas

rumah. Kelompok sosial umum (S.1) Rp. 1/10.000 liter, Sosial khusus (S.2) Rp.

1/10.000 liter, Rumah tangga 1 (RT 1) Rp. 1 / ≤ 10.000 dan Rp. 1,2 / > 10.000,

Rumah tangga 2 (RT 2) Rp. 1,25 / ≤ 10.000 dan Rp. 2,50 / > 10.000, Rumah tangga

3 (RT 3) Rp. 1,75 / ≤ 10.000 dan Rp. 3,45 / > 10.000, Rumah tangga 4 (RT 4) Rp.

2,05 / ≤ 10.000 dan Rp. 5,45 / > 10.000, Rumah tangga 5 (RT 5) Rp. 2,95 / ≤ 10.000

dan Rp. 6,20 / > 10.000, Rumah tangga 6 (RT 6) Rp. 3,70 / ≤ 10.000 dan Rp. 7,15 / >

10.000. Sedangkan untuk harga sumber air baku untuk air isi ulang yang berasal dari

mobil tangki dilihat dari wilayah sebaran. Wilayah Medan Amplas dan sekitarnya

Rp. 370.000/7.000 liter. Wilayah Medan Tembung dan sekitarnya Rp. 380.000/7.000

liter. Wilayah Medan Marelan dan sekitarnya Rp. 370.000/7.000 liter. Wilayah

Kampung Lalang dan sekitarnya Rp. 370.000/7.000 liter. Wilayah Langkat dan

sekitarnya Rp. 570.000/7.000 liter. Wilayah Pangkalan Susu dan sekitarnya Rp.

750.000/7.000 liter. Berdasarkan perbandingan harga sumber air baku untuk minum

ini dapat disimpulkan bahwa air PDAM Tirtanadi jauh lebih murah dari pada harga

air dari mobil tangki yang merupakan sumber air baku dari air isi ulang. Persepsi

masyarakat yang berlaku adalah harga yang mahal mencerminkan kualitas yang

tinggi (Tjiptono, 2008).

(19)

4.5 Curah Hujan di Kota Medan

Analisis curah hujan di Kota Medan dapat dilihat pada table 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kota Medan

Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali Medan Sumber : BPS Sumatera Utara, 2016

Data curah hujan diperoleh dari rata-rata data curah hujan tahunan di Kota

Medan dalam rentang waktu 4 tahun yang berasal dari Stasiun Klimatologi Sampali

(20)

kurun waktu 4 tahun terakhir dipilih dengan asumsi perubahan curah hujan dalam

waktu 4 tahun tidak terlalu signifikan dan bisa dijadikan rujukan.

4.6 Karakteristik Responden

4.6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui questioner yang terdiri dari 5

pertanyaan untuk variabel persepsi terhadap air minum (Y), 4 pertanyaan untuk

variabel pola pemanfaatan air minum (X), dan 12 pertanyaan untuk variabel sosial

ekonomi (X). Berikut disajikan data-data mengenai karakteristik responden.

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Karakteristik Frekuensi Presentase

Jenis Kelamin

1. Laki – laki 77 77 %

2 Perempuan 23 23 %

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden rata-rata berjenis kelamin laki-laki,

yaitu sebesar 77,00 % dan selebihnya adalah perempuan, yaitu 23,00 %. Dua

kelompok jenis kelamin ini diperkuat dengan statusnya di keluarga. Bagi laki-laki,

mereka adalah Kepala Keluarga dan bagi perempuan mereka adalah Ibu Rumah

Tangga. Tujuan dari menjaring responden dalam dua kelompok ini adalah kedua

kelompok inilah yang dapat mengambil keputusan dalam keluarga.

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Karakteristik Frekuensi Presentase

Usia

(21)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa yang menjadi responden adalah mereka yang

berusia dewasa. Responden paling banyak yang berusia antara 36 – 45 tahun, yaitu

sebanyak 35 %, kemudian berusia antara 17 – 25 tahun sebanyak 27 %, berusia 46 –

55 tahun sebanyak 19 %, berusia 26 – 35 tahun sebanyak 18 %, dan yang paling

sedikit adalah yang berusia > 56 tahun sebanyak 1 %. Karena responden yang digali

adalah mereka yang menjadi kepala keluarga dan ibu rumah tangga, ini menjelaskan

bahwa responden telah berumah tangga dan sudah siap dalam mengambil keputusan

dalam keluarga.

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Presentase

1 Perguruan tinggi/akademi/D3 83 83 %

2 SLTA 15 15 %

3 SMP 1 1 %

4 Tidak sekolah 1 1 %

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari segi pendidikan, responden yang terjaring

rata – rata adalah mereka yang berpendidikan tinggi. Paling banyak responden

tamatan Perguruan tinggi/akademi/D3, yaitu sebesar 83 %, kemudian tamatan SLTA

sebanyak 15 %, tamatan SMP sebanyak 1 %, dan tidak sekolah sebanyak 1 %.

Artinya dari segi pendidikan, responden penelitian ini adalah orang yang

berpendidikan, sehingga keputusan yang diambil nantinya merupakan keputusan

yang didasarkan atas pengetahuan. Tingginya pendidikan responden juga sesuai

dengan hasil pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka responden memiliki

(22)

Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan adalah

cara seseorang untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Tabel 4.9 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Presentase

1 PNS/TNI/POLRI 51 51 %

2 Pegawai swasta 32 32 %

3 Wiraswasta 14 14 %

4 Lain – lainnya 3 3 %

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Pekerjaan responden sangatlah bervariasi. Secara garis besar, jenis pekerjaan dalam

penelitian ini dikelompokkan sebagai pegawai pemerintah (PNS/TNI/POLRI),

pegawai swasta, serta wiraswasta dan lainnya. Pekerjaan responden yang paling

banyak sebagai pegawai pemerintah (PNS/TNI/POLRI) sebanyak 51 %, kemudian

sebagai pegawai swasta sebanyak 32 %, serta wiraswasta sebanyak 14 % dan lain –

lain sebanyak 3 %. Jenis pekerjaan sangat berhubungan dengan pendapatan

responden.

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

No Penghasilan Frekuensi Presentase

1 > Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 6 6 %

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.10 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendapatan.

Dilihat dari segi pendapatan, yang paling banyak antara > Rp. 5.000.000 yaitu

(23)

3.000.000 sebanyak 21 %, responden berpendapatan > Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000

sebanyak 14 %, responden berpendapatan > Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000 sebanyak

13 %, responden berpendapatan > Rp. 4.000.000 s/d Rp. 5.000.000 sebanyak 9 %,

dan responden berpendapatan > Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000 sebanyak 6 %. Hal ini

menunjukkan dari segi pendapatan, responden penelitian ini mayoritas adalah orang

yang berkecukupan.

Kondisi rumah juga menjadi perhatian dalam penelitian ini. Pertama apakah

rumah milik sendiri dan bukan menyewa. Karena apabila menyewa, kebijakan untuk

menentukan pemakaian air PDAM berada pada pemiliknya bukan pada penyewa.

Oleh karena itu dalam penelitian ini, salah satu kriteria responden adalah mereka

yang mendiami rumah sendiri, bukan menyewa atau menumpang. Tabel 4.11

menunjukkan karakteristik responden berdasarkan kondisi rumah.

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Rumah

No Karakteristik Rumah Frekuensi (n) Presentase (%)

Luas Rumah

(24)

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa rumah yang ditempati responden paling

banyak memiliki luas rumah 55 – 100 m2 yaitu sebanyak 35 %, kemudian luas rumah 201 – 300 m2 sebanyak 19 %, luas rumah 36 m2 sebanyak 19 %, luas rumah

101 – 200 m2 sebanyak 13 %, luas rumah > 300 m2 sebanyak 8 % dan luas rumah 37 – 54 m2 sebanyak 6 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ekonomi responden

cukup memadai, atau kelas menegah ke atas. Hal ini juga menunjukkan bahwa

sebenarnya responden sangat mampu berlangganan PDAM untuk memenuhi

kebutuhan air bersih.

Tabel 4.11 juga menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga yang

mendiami rumah yang paling banyak adalah 4 – 6 jiwa dalam 1 rumah yaitu 65 %,

kemudian berjumlah < 3 jiwa sebanyak 31 %, antara 7 – 10 jiwa sebanyak 4 %, dan

tidak ada yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 10 orang. Selain itu,

seluruh responden sudah tinggal di daerah Kecamatan Medan Johor selama lebih dari

10 tahun, yaitu sebanyak 100 %. Jumlah anggota keluarga responden yang mendiami

suatu rumah perlu diketahui untuk mengetahui dan memprediksi konsumsi air dalam

rumah tangga tersebut. Semakin besar jumlah anggota keluarga yang ada dalam

suatu rumah, maka semakin besar pula jumlah pemakaian air. Konsumsi air yang

digunakan keluarga dalam penelitian ini sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan

4 - 6 jiwa.

Berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa pendidikan responden

yang tinggi yaitu lulusan perguruan tinggi, akademi, D3 sebanyak 83 % berpengaruh

terhadap pekerjaan responden yang mayoritas PNS/TNI/POLRI sebanyak 51 %

berpengaruh terhadap pendapatan responden yang mayoritas > Rp. 5.000.000.

(25)

dipengaruhi oleh besarnya jumlah anggota keluarga yang mayoritas berjumlah 4 – 6

orang sebanyak 65 % dan mereka tinggal dirumah yang besar ditandai dengan luas

rumah responden mayoritas 55 – 100 m2.

4.6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Pemanfaatan Air Minum

Air adalah kebutuhan utama manusia. Oleh sebab itu, responden di perkotaan

membutuhkan sumber air untuh memenuhu kebutuhannya sehari – hari. Tabel 4.12

menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status berlangganan PDAM.

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Berlangganan PDAM

No Sumber Air Frekuensi (n) Presentase (%)

1 PDAM 100 100 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa seluruh responden memanfaatkan air yang

disediakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan airnya. Seluruh responden adalah

pelanggan PDAM yaitu sebanyak 100 %. Kebutuhan akan air ini dipergunakan untuk

keperluan sehari-harinya seperti, untuk mandi, cuci pakaian, BAB (Kakus), cuci

piring, memasak, meminum dan bahkan mencuci kendaraan. Tabel 4.13

menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pola pemanfaatan air minum.

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Pemanfaatan Air Minum

No Pola Pemanfaatan Air Frekuensi (n) Presentase (%)

1 Mandi, cuci, kakus 51 51 %

2 Mandi, cuci, kakus, masak Minum

49 49 %

Total 100 100 %

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa paling banyak responden yang memanfaatkan

air PDAM hanya untuk mandi, cuci, kakus sebanyak 51 % dan responden yang

(26)

%. Hal ini berarti sebanyak 51 % responden tersebut memanfaatkan air isi ulang

sebagai sumber air minum, sementara sisanya sebanyak 49 % memanfaatkan air

PDAM sebagai sumber air minum. Ini menunjukkan bahwa air isi ulang adalah

sumber air minum utama responden untuk kehidupan sehari – hari.

4.7 Persepsi Masyarakat Kecamatan Medan Johor terhadap Kualitas Air PDAM Tirtanadi dan Air Isi Ulang untuk Pemanfaatan Air Minum

Penilaian persepsi masyarakat Kecamatan Medan Johor terhadap kualitas air

PDAM meliputi kejernihan, keamanan untuk dikonsumsi, kualitas, tidak

terkontaminasi dengan zat lain, dan keterjangkauan harganya. Tabel 4.14

menunjukkan persepsi responden terhadap kualitas air PDAM.

Persepsi masyarakat terhadap kejernihan air PDAM adalah paling banyak

responden menyatakan puas dengan kejernihan air PDAM sebanyak 50 %,

menyatakan sangat puas sebanyak 41 %, menyatakan cukup puas sebanyak 8 %, dan

menyatakan tidak puas sebanyak 1 %. Hal ini berarti mayoritas responden sudah

menganggap bahwa air PDAM jernih.

Persepsi masyarakat terhadap keamanan mengkonsumsi air PDAM dalam

jangka panjang adalah paling banyak responden menyatakan sangat puas sebanyak

33 %, menyatakan cukup puas sebanyak 33 %, menyatakan puas sebanyak 29 %, dan

menyatakan tidak puas sebanyak 5 %. Hal ini berarti mayoritas responden sudah

menganggap bahwa air PDAM cukup aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.

Tabel 4.14 Persepsi Responden terhadap Kualitas Air PDAM

No Air PDAM Frekuensi (n) Presentase (%)

Kejernihan

1 Tidak puas 1 1 %

2 Cukup puas 8 8 %

(27)

4 Sangat puas 41 41 %

Aman untuk Dikonsumsi dalam Jangka Panjang

Tidak Terkontaminasi dengan Zat Lain

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Persepsi responden terhadap kualitas air PDAM adalah paling banyak

responden menyatakan sangat puas sebanyak 37 %, menyatakan puas sebanyak 35

%, menyatakan cukup puas sebanyak 25 %, dan menyatakan tidak puas sebanyak 3

%. Hal ini berarti mayoritas responden sudah menganggap bahwa kualitas air PDAM

baik. Hal ini sesuai dengan hasil uji laboratorium PDAM Tirtanadi yang

menunjukkan bahwa pH 6,5 – 8,5 yang sesuai dengan PERMENKES no.

492/MENKES/Per/IV/2010 tentang baku mutu air minum.

Persepsi masyarakat terhadap tidak terkontaminasinya air PDAM dengan zat

lain adalah paling banyak responden menyatakan puas sebanyak 42 %, menyatakan

(28)

berarti mayoritas responden sudah menganggap bahwa air PDAM tidak

terkontaminasi dengan zat – zat lain.

Persepsi responden terhadap harga air PDAM adalah paling banyak responden

menyatakan sangat puas sebanyak 49 %, menyatakan puas sebanyak 41 %,

menyatakan cukup puas sebanyak 8 %, dan menyatakan tidak puas sebanyak 2 %.

Hal ini berarti mayoritas responden sudah menganggap bahwa harga air PDAM

cukup terjangkau dan tidak mahal.

Tabel 4.15 Persepsi Responden terhadap Kualitas Air Isi Ulang

No Air Isi Ulang Frekuensi (n) Presentase (%)

Aman untuk Dikonsumsi dalam Jangka Panjang

Tidak Terkontaminasi dengan Zat Lain

(29)

4 Puas 23 23 %

5 Sangat puas 34 34 %

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Penilaian persepsi masyarakat Kecamatan Medan Johor terhadap kualitas air

isi ulang meliputi kejernihan, keamanan untuk dikonsumsi, kualitas, tidak

terkontaminasi dengan zat lain, dan keterjangkauan harganya. Tabel 4.15

menunjukkan persepsi responden terhadap kualitas air isi ulang.

Persepsi terhadap kejernihan air isi ulang adalah paling banyak responden

menyatakan puas dengan kejernihan air isi ulang sebanyak 45 %, menyatakan

sangat puas sebanyak 32 %, menyatakan cukup puas sebanyak 17 %, menyatakan

tidak puas sebanyak 6 %. Hal ini berarti mayoritas responden sudah menganggap

bahwa air isi ulang cukup jernih.

Persepsi masyarakat terhadap keamanan mengkonsumsi air isi ulang dalam

jangka panjang adalah paling banyak responden menyatakan cukup puas sebanyak

36 %, menyatakan puas sebanyak 27 %, menyatakan sangat puas sebanyak 26 %,

dan menyatakan tidak puas sebanyak 11 %. Hal ini berarti mayoritas responden

sudah menganggap bahwa air isi ulang cukup aman untuk dikonsumsi dalam jangka

panjang.

Persepsi masyarakat terhadap kualitas air isi ulang adalah paling banyak

responden menyatakan cukup puas sebanyak 31 %, menyatakan puas sebanyak 31 %,

menyatakan sangat puas sebanyak 27 %, dan menyatakan tidak puas sebanyak 12 %.

Hal ini berarti mayoritas responden sudah menganggap bahwa kualitas air isi ulang

cukup baik.

Persepsi masyarakat terhadap tidak terkontaminasinya air isi ulang dengan zat

(30)

menyatakan puas sebanyak 29 %, menyatakan sangat puas sebanyak 29 %,

menyatakan sangat tidak puas sebanyak 4 %, dan menyatakan tidak puas sebanyak 3

%. Hal ini berarti mayoritas responden sudah menganggap bahwa air isi ulang tidak

terkontaminasi dengan zat – zat lain.

Persepsi masyarakat terhadap harga air isi ulang adalah paling banyak

responden menyatakan sangat puas sebanyak 34 %, menyatakan cukup puas

sebanyak 29 %, menyatakan puas sebanyak 23 %, menyatakan tidak puas sebanyak 9

%, dan menyatakan sangat tidak puas sebanyak 5 %. Hal ini berarti mayoritas

responden sudah menganggap bahwa harga air isi ulang cukup terjangkau dan tidak

mahal.

Meskipun air PDAM sudah cukup jernih, aman untuk dikonsumsi dalam

jangka panjang, berkualitas baik, tidak terkontaminasi dengan zat – zat lain, serta

cukup terjangkau dan tidak mahal, namun masyarakat masih memilih untuk

menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum dikarenakan air isi ulang

praktis tidak perlu dimasak, harganya murah, dan mudah didapat karena depot yang

ada disekitar perumahan masyarakat. Responden menyatakan bahwa mereka puas

dengan kualitas air PDAM dan Air Isi ulang, berdasarkan hasil uji laboratorium

menyatakan bahwa kualitas air PDAM sama baiknya dengan kualitas air isi ulang

tetapi responden masih memilih air isi ulang untuk minum. Harga air PDAM yang

murah membuat responden berpersepsi bahwa air PDAM tidak memiliki kualitas

yang baik untuk langsung diminum. Persepsi masyarakat sangat rendah untuk

menerima kualitas air keran, sementara masyarakat berpersepsi bahwa kualitas air

(31)

botol lebih diterima oleh masyarakat untuk langsung diminum. (Azlan. A. et. al,

2012)

4.8 Pola Pemanfaatan Air Isi Ulang untuk Pelanggan PDAM Tirtanadi

Pola pemanfaatan air isi ulang pelanggan PDAM Tirtanadi dapat dilihat

dengan menganalisis hubungan antara sumber air minum pelanggan PDAM dengan

sumber air yang digunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kecukupan

air pada musim kemarau, dan kecukupan air pada musim hujan. Tabel 4.16

menunjukkan hubungan antara sumber air minum dengan sumber air. Hasil analisis

menunjukkan bahwa 51 % responden menggunakan air isi ulang dan 49 %

menggunakan air PDAM sebagai sumber air minum.

Tabel 4.16 juga menunjukkan bahwa 98 % responden menggunakan air

PDAM, 1 % menggunakan air PDAM dan sumur dangkal, dan 1 % menggunakan air

air PDAM dan sumur bor. KK pengguna air PDAM dalam penelitian ini yang

menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum sama banyaknya dengan yang

menggunakan air PDAM sebagai sumber air minum, yaitu sebanyak 49 KK. KK

yang menggunakan air PDAM dan sumur dangkal sebanyak 1 KK lebih memilih

untuk memanfaatkan air isi ulang sebagai sumber air minum. KK yang menggunakan

air PDAM dan sumur bor sebanyak 1 KK lebih memilih untuk memanfaatkan air isi

(32)

Tabel 4.16 Hubungan Antara Sumber Air Minum dengan Sumber Air

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016 Tabel 4.16.1 Symmetric Measures

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .139 .375

N of Valid Cases 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Hasil analisis uji Chi Square memperoleh nilai Contingency Coefficient

sebesar 0.139 dengan tingkat signifikansi 0.375 (> α 0.05) menunjukkan bahwa H0

diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara

(33)

berarti tingkat keeratan hubungan antara sumber air minum dengan sumber air adalah

sebesar 13,9 %.

Tabel 4.17 Sumber Air Minum dengan Kecukupan Air Musim Kemarau Crosstab

Kecukupan Air Musim Kemarau

Total Cukup Tidak Cukup

Sumber Air Minum

Air Minum Isi Ulang

Count 36 15 51

% within Sumber Air Minum

70.6% 29.4% 100.0%

% within Kecukupan Air Musim Kemarau

44.4% 78.9% 51.0%

Air PDAM Count 45 4 49

% within Sumber Air Minum

91.8% 8.2% 100.0%

% within Kecukupan Air Musim Kemarau

55.6% 21.1% 49.0%

Total Count 81 19 100

% within Sumber Air Minum

81.0% 19.0% 100.0%

% within Kecukupan Air Musim Kemarau

100.0% 100.0% 100.0%

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016 Tabel 4.17.1 Symmetric Measures

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .261 .007

N of Valid Cases 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa 81 % responden merasa airnya cukup pada

musim kemarau dan 19 % merasa airnya tidak cukup pada musim kemarau. KK yang

merasa cukup 44,4 % menggunakan air isi ulang dan 55,6 % menggunakan air

(34)

menggunakan air isi ulang dan 21,1 % menggunakan air PDAM sebagai sumber air

minum.

Hasil analisis uji Chi Square memperoleh nilai Contingency Coefficient

sebesar 0.261 dengan tingkat signifikansi 0.007 (< α 0.05) menunjukkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara sumber

air minum dengan kecukupan air minum pada musim kemarau. Nilai Contingency

Coefficient sebesar 0.261 berarti tingkat keeratan hubungan antara sumber air minum

dengan kecukupan air minum pada musim kemarau adalah sebesar 26,1 %.

Tabel 4.18 Sumber Air Minum dengan Kecukupan Air Musim Hujan

Crosstab

% within Sumber Air Minum

96.1% 3.9% 100.0%

% within Kecukupan Air Musim Hujan

50.0% 100.0% 51.0%

Air PDAM Count 49 0 49

% within Sumber Air Minum

100.0% .0% 100.0%

% within Kecukupan Air Musim Hujan

50.0% .0% 49.0%

Total Count 98 2 100

% within Sumber Air Minum

98.0% 2.0% 100.0%

% within Kecukupan Air Musim Hujan

100.0% 100.0% 100.0%

(35)

Tabel 4.18.1 Symmetric Measures

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .139 .161

N of Valid Cases 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa 98 % responden merasa airnya cukup pada

musim hujan dan 2 % merasa airnya tidak cukup pada musim hujan. KK yang

merasa cukup yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum sama

banyaknya dengan yang menggunakan air PDAM sebagai sumber air minum, yaitu

49 KK. KK yang merasa tidak cukup sebanyak 2 KK lebih memilih menggunakan

air minum isi ulang.

Hasil analisis uji Chi Square memperoleh nilai Contingency Coefficient

sebesar 0.139 dengan tingkat signifikansi 0.161 (> α 0.05) menunjukkan bahwa H0

diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara

sumber air minum dengan kecukupan air minum pada musim hujan. Nilai

Contingency Coefficient sebesar 0.139 berarti tingkat keeratan hubungan antara

sumber air minum dengan kecukupan air minum pada musim hujan adalah sebesar

13,9 %.

Berdasarkan data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa sangat sulit

membedakan antara musim hujan dan musim kemarau di Kota Medan, Sehingga

perbedaan kecukupan jumlah air di musim kemarau dan musim hujan tidak terlalu

(36)

4.9 Analisis Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Air Isi Ulang untuk Air Minum.

Untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap

pemanfaatan air isi ulang untuk air minum dapat dilihat melalui pengaruh antara

faktor – faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan (X1), jumlah anggota keluarga (X2),

penghasilan (X3), pengeluaran (X4), luas rumah (X5) dan pekerjaan (D).

4.9.1 Uji Goodness of Fit Model

Tabel 4.19 menunjukkan hasil uji Hosmer and Lemeshow model regresi

binary logistic. Hosmer dan Lemeshow Test digunakan untuk menguji hipotesis nol

bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model. Hipotesis uji sebagai berikut.

H0 = diterima, artinya tidak ada perbedaan antara model dengan data observasinya,

sehingga model dapat diterima atau dapat dikatakan fit dengan data.

H1 = diterima, artinya ada perbedaan antara model dengan data observasinya,

sehingga model tidak dapat diterima atau dapat dikatakan tidak fit dengan data.

Tabel 4.19 Uji Hosmer and Lemeshow

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 18.588 7 .100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.100. Nilai ini lebih

besar dari kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5% (0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara model

dengan data observasinya, sehingga model dapat diterima atau dapat dikatakan fit

(37)

Tabel 4.20 Klasifikasi Model

Classification Tablea

Observed

Predicted Pola Pemanfaatan Air

Percentage Correct

.00 1.00

Step 1 Pola Pemanfaatan Air .00 42 9 82.4

1.00 11 38 77.6

Overall Percentage 80.0

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.20 menunjukkan hasil klasifikasi model. Hasil analisis menunjukkan

nilai overall percentage sebesar 80.0%. Hal ini berarti kemampuan model penelitian

ini untuk menebak dengan tepat kondisi yang terjadi adalah sebesar 80.0%.

Tabel 4.21 Koefisien Determinasi Model

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 95.675a .349 .465

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.21 menunjukkan nilai koefisien determinasi model. Hasil analisis

menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.465. Hal ini berarti 46,5 % variasi

variabel terikat pola pemanfaatan air minum telah mampu dijelaskan oleh variasi

variabel bebas pendidikan (X1), jumlah anggota keluarga (X2), penghasilan (X3),

Pengeluaran (X4), luas rumah (X5), Pekerjaan (D). Sedangkan sisanya sebesar 53,5

(38)

Tabel 4.22 Uji Chi Square

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 42.914 7 .000

Block 42.914 7 .000

Model 42.914 7 .000

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Tabel 4.22 menunjukkan hasil uji Chi Square model regresi binary logistic.

Hasil analisis menunjukkan nilai Uji Chi Square sebesar 42.914 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari kesalahan yang dapat ditolerir

sebesar 5% (0,05) yang berarti H0 ditolak atau H1 diterima. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa variabel bebas pendidikan (X1), jumlah anggota keluarga (X2),

penghasilan (X3) pengeluaran (X4), luas rumah (X5), dan pekerjaan (D) secara

serempak berpengaruh nyata terhadap pola pemanfaatan air minum isi ulang.

4.9.2 Uji Pengaruh Variabel Bebas secara Parsial

Tabel 4.23 menunjukkan hasil uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial pada model regresi binary logistic. Model persamaan pola

pemanfaatan air minum yang dipengaruhi oleh pendidikan (X1), jumlah anggota

keluarga (X2), penghasilan (X3) pengeluaran (X4), luas rumah (X5), dan pekerjaan

(D) dapat dinyatakan sebagai berikut.

Ln �

1−� = 4.543 - 0.135 X1 - 0.385 X2 + 0.000 X3 + 0.000 X4 + 0.012 X5 - 0.510 D1 -

1.093 D2

...(Persamaan 1)

Atau �

1−� = e

(39)

= e 4.543 x e - 0.135xX1 x e - 0.385xX2 x e 0.000xX3 x e 0.000xX4 x e 0.012xX5 x e - 0.510xD1 x e -

1.093xD2

= 93.929 x 0.873X1 x 0.681X2 x 1.000X3 x 1.000X4 x 1.012X5 x 0.601D1 x 0.335D2

...(Persamaan 2)

Tabel 4.23 Uji Pengaruh Variabel Bebas secara Parsial

Variabel B S.E. Sig. Exp(B) Kesimpulan

Pendidikan (X1) -.135 .173 .433 .873 - TN

Jumlah anggota keluarga (X2) -.385 .162 .018 .681 - N

Penghasilan (X3) .000 .000 .733 1.000 + TN

Pengeluaran (X4) .000 .000 .172 1.000 + TN

Luas rumah (X5) .012 .003 .000 1.012 + N

Pekerjaan Pegawai Pemerintah (D1) -.510 1.034 .622 .601 - TN Pekerjaan Pegawai Swasta (D2) -1.093 1.060 .302 .335 - TN

Constant 4.543 2.538 .073 93.929

Keterangan + = berpengaruh positif, - = berpengaruh negative, N = berpengaruh nyata, TN = berpengaruh tidak nyata

Sumber : Hasil Analisis Data, 2016

Hasil analisis pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap

pemanfaatan air isi ulang untuk air minum menunjukkan bahwa:

1. Untuk variabel bebas pendidikan (X1), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

-0.135 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.433. Nilai ini lebih besar dari

kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5% (0,05) yang berarti H0 diterima atau

H1 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas pendidikan

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pola pemanfaatan air minum isi

ulang. Jika Pendidikan naik dengan faktor 1 maka kecenderungan KK untuk

menggunakan air minum isi ulang akan turun dengan faktor 0.873. Dengan kata

lain, semakin tinggi pendidikan KK maka kecenderungan KK untuk menjadikan

(40)

berpendidikan tinggi sudah lebih berpikiran terbuka dan mengetahui bahwa

kualitas air isi ulang dengan air PDAM sama baiknya, bahkan air PDAM

terkadang lebih baik, sehingga untuk keperluan konsumsi cukup menggunakan

air PDAM di rumah dan tidak perlu lagi membeli air isi ulang.

2. Untuk variabel bebas jumlah anggota keluarga (X2), diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar -0.385 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.018. Nilai ini lebih

kecil dari kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5% (0,05) yang berarti H0

ditolak atau H1 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel

bebas jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap pola

pemanfaatan air minum isi ulang. Jika jumlah anggota keluarga naik dengan

faktor 1 maka kecenderungan KK untuk menggunakan air minum isi ulang akan

turun dengan faktor 0.681. Dengan kata lain, semakin banyak anggota keluarga

maka kecenderungan KK untuk menjadikan air isi ulang sebagai air minum

semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan semakin banyaknya anggota

keluarga, maka konsumsi air minum akan bertambah dan akan sangat

merepotkan untuk memasak air PDAM agar dapat diminum, sementara air isi

ulang lebih praktis bisa langsung diminum tanpa dimasak.

3. Untuk variabel bebas penghasilan (X3), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.733. Nilai ini lebih besar dari

kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5% (0,05) yang berarti H0 diterima atau

H1 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas penghasilan

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pola pemanfaatan air minum isi

ulang. Jika penghasilan naik dengan faktor 1 maka kecenderungan KK untuk

(41)

lain, semakin banyak penghasilan maka kecenderungan KK untuk menjadikan

air isi ulang sebagai air minum tetap sama atau tidak berubah. Hal ini

dikarenakan kebutuhan seseorang akan air minum akan tetap berapapun

penghasilannya.

4. Untuk variabel bebas pengeluaran (X4), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.172. Nilai ini lebih besar dari

kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5% (0,05) yang berarti H0 diterima atau

H1 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas pengeluaran

secara parsial berpengaruh nyata terhadap pola pemanfaatan air minum isi

ulang. Jika pengeluaran naik dengan faktor 1 maka kecenderungan KK untuk

menggunakan air minum isi ulang juga akan naik dengan faktor 1. Dengan kata

lain, semakin banyak pengeluaran maka kecenderungan KK untuk menjadikan

air isi ulang sebagai air minum tetap sama atau tidak berubah. Sama dengan

penghasilan, hal ini dikarenakan kebutuhan seseorang akan air minum akan

tetap berapapun pengeluarannya sehingga pengeluaran yang dianggarkannya

untuk memenuhi kebutuhan air minumnya juga akan tetap.

5. Untuk variabel bebas luas rumah (X5), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.012 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari

kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5% (0,05) yang berarti H0 ditolak atau H1

diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas luas rumah

secara parsial berpengaruh nyata terhadap pola pemanfaatan air minum isi

ulang. Jika luas rumah naik dengan faktor 1 maka kecenderungan KK untuk

menggunakan air minum isi ulang juga akan naik dengan faktor 1.012. Dengan

(42)

ulang sebagai air minum semakin besar. Hal ini dikarenakan dengan semakin

luasnya rumah, maka akan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk mengurus

rumah dan akan sangat merepotkan untuk memasak air PDAM agar dapat

diminum, semetara air isi ulang lebih praktis bisa langsung diminum tanpa

dimasak.

6. Untuk variabel pekerjaan (D), diperoleh nilai koefisien regresi D1 sebesar

-0.510 dan D2 sebesar -1.093 dengan tingkat signifikansi D1 sebesar 0.622 dan

D2 sebesar 0.302. Nilai ini lebih besar dari kesalahan yang dapat ditolerir

sebesar 5% (0,05). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas

pekerjaan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pola pemanfaatan air

minum isi ulang. Kecenderungan pola pemanfaatan air minum KK untuk

menggunakan air minum isi ulang paling besar apabila KK bekerja sebagai

wirasasta atau lainnya dengan faktor 1, diikuti pegawai pemerintah dengan

faktor 0.601 kali pekerjaan wirasasta atau lainnya, dan paling kecil pegawai

swasta dengan faktor 0.335 kali pekerjaan wirasasta atau lainnya. Dengan kata

lain, apabila memiliki pekerjaan sebagai wirasasta atau lainnya, maka

kecenderungan KK untuk menggunakan air isi ulang sebagai air minum lebih

besar daripada jika bekerja sebagai pegawai pemerintah, dan apabila bekerja

sebagai PNS, maka kecenderungan konsumen untuk menggunakan air isi ulang

sebagai air minum lebih besar daripada jika bekerja sebagai pegawai swasta. Hal

ini dikarenakan untuk mengkonsumsi air isi ulang, membutuhkan waktu dan

tenaga lebih untuk membelinya, sementara air PDAM bisa langsung diperoleh di

rumah. Responden yang bekerja sebagai wirasasta atau lainnya cenderung

(43)

dan pegawai pemerintah cenderung memiliki waktu yang lebih fleksibel

dibandingkan dengan pegawai swasta untuk meluangkan waktu dan tenaga

keluar rumah membeli air isi ulang atau menunggu tukang antar air isi ulang di

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan tentang persepsi masyarakat terhadap

air PDAM dan air isi ulang di Kecamatan Medan Johor, dapat disimpulkan bahwa:

1. Persepsi masyarakat terhadap air PDAM dan air isi ulang dilihat dari kejernihan,

aman konsumsi, kualitas, kandungan zat dan harga menyatakan sangat puas.

2. Pola pemanfaatan menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat menggunakan air

PDAM hanya untuk MCK sementara air untuk dikonsumsi bersumber dari air isi

ulang. Ketersediaan air pada musim kemarau dan hujan tidak menunjukkan

perbedaan yang berarti karena dalam kurun waktu 4 tahun perubahan curah

hujan di Kota Medan tidak terlalu signifikan.

3. Variabel jumlah anggota keluarga dan luas rumah mempengaruhi persepsi

masyarakat terhadap penggunaan air isi ulang, sementara variabel pendidikan,

penghasilan, pengeluaran dan pekerjaan secara parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap pola pemanfaatan air minum isi ulang.

5.2 Saran

1. PDAM tirtanadi sangat perlu untuk mensosialisasikan kepada masyarakat di

Kecamatan Medan Johor bahwa air PDAM Tirtanadi bersumber dari mata air

yang sama dengan air isi ulang yaitu mata air Sibolangit dengan cara memasang

(45)

atau langsung disampaikan oleh karyawan PDAM yang berhubungan langsung

dengan pelanggan seperti costumer service atau pencatat meter air.

2. PDAM Tirtanadi harus memenuhi ketersediaan air bersih dan memenuhi

kebutuhan air minum masyarakat Kota Medan hingga 100 %.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan pola pemanfaatan air minum

masyarakat dan perlunya konservasi mata air Sibolangit sebagai sumber air baku

Gambar

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Medan Johor
Tabel 3.1 Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Medan Johor
Gambar 3.2 : Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.3 Tabel Kriteria Penilaian Menggunakan Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Della Susilawati, et al (2017) dan Mutiara Muhtar, Andi Aswan (2017) menyebutkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan

Tabel 4.10 Hasil Output Uji Statistik Deskriptif Tobin’s Q, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris dan Komite Audit setelah Outlier Data

[r]

[r]

pendapatan, minimnya pemenuhan dan akses pela- yanan sarana dan prasarana terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, pertambahan jumlah penduduk yang tidak diiringi

[r]

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Para Musyrif dan Musyrifah dituntut untuk dapat memberikan teladan atau contoh yang baik bagi santri-santrinya. Sebaik- baik pendidik adalah yang mampu menjadi