• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembuatan Perjanjian Kawin Setelah Dilangsungkannya Perkawinan dan Perlindungan Hukum Pihak Ketiga (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi No. 60 PUU-XIII 2015) - Ubaya Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Pembuatan Perjanjian Kawin Setelah Dilangsungkannya Perkawinan dan Perlindungan Hukum Pihak Ketiga (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi No. 60 PUU-XIII 2015) - Ubaya Repository"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

xi ABSTRAK

Tujuan dibuatnya suatu perjanjian kawin oleh calon suami istri adalah untuk mengatur akibat-akibat perkawinan yang menyangkut mengenai harta kekayaan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menentukan bahwa perjanjian kawin dibuat sebelum atau pada saat perkawinan berlangsung. Syarat tersebut berkaitan dengan tujuan agar terdapat kepastian hukum atas status harta benda suami dan istri setelah perkawinan.

Melalui putusan No. 69/PUU-XIII/2015, Mahkamah Konstitusi telah memperluas makna perjanjian kawin, sehingga perjanjian kawin tidak lagi dimaknai sebagai perjanjian yang dibuat sebelum atau pada saat perkawinan, melainkan juga dapat dibuat setelah perkawinan berlangsung. Dengan dikabulkannya permohonan uji materiil kepada Mahkamah Konstitusi tersebut maka terjadi perubahan pemahaman norma hukum atas pembuatan perjanjian kawin dalam sistem hukum nasional.

Perjanjian kawin yang dibuat setelah perkawinan memang memberikan manfaat yang besar bagi pasangan suami istri yang ingin mengadakan perjanjian kawin setelah perkawinan mereka berlangsung. Nanun hal yang perlu dicermati bahwa akibat hukum perjanjian kawin tidak hanya mengikat kepada suami dan istri yang membuatnya, tetapi juga mengikat kepada pihak ketiga yang tersangkut. Dapat berubahnya status harta perkawinan suami istri mengakibatkan ketidakpastian hukum yang dapat merugikan kepentingan pihak ketiga tersangkut.

(2)

xii ABSTRACT

Prospective husband and wife make a nuptial agreement in order to establish property and financial rights in the event of marriage. Law Number 1 of 1974 regarding Marriage regulates that nuptial agreement shall be made before or as the couple enter the marriage. This requirement is created in order to ensure legal certainty concerning financial assets of husband and wife after the marriage.

Through Judgment Number 69/PUU-XIII/2015, Constitutional Court has broadened the meaning of nuptial agreement. It was decided that nuptial agreement does not have to be concluded only at the time or before marriage (prenuptial agreement), but it can also be made during the marriage (postnuptial agreement). By granting the petition in the judgment, Constitutional Court has transformed the legal norm regarding nuptial agreements in national legal system.

Postnuptial agreement may have brought benefits, especially to married couples that have not created the agreement before or at the time of their marriage and would like to create one now. However, it should be taken into account that postnuptial agreement do not have effects solely to the married couples who created them, but also to third party concerned. Changes in the married couples’ assets may cause legal uncertainty that will eventually cause disadvantages for the aforementioned third party.

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Pada PT Sarigading juga melayani konsumen lewat telepon apabila ada

Nilai dari bilangan penyabunan bergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon suatu minyak atau asam lemak, dan dapat dikatakan nilai dari bilangan penyabunan

Untuk mengelola data, agar mendapatkan hasil yang komparatif, penulis menganalisa dokumen – dokumen program tahfidz al-qur’an di MTs N 9 Sleman Yogyakarta, mengamati hasil

Tabel 4.4 tersebut di atas, merupakan garis besar dari prosesi ritual tabut di Provinsi Bengkulu yang dalam perkembangannya telah mengalami pergeseran nilai

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan berenang 10 menit/hari dan puasa makan selama 5 hari dapat menyebabkan stres oksidatif

Hasil uji korelasi ganda diperoleh Rhitung = 0,971 yang lebih besar dari Rtabel = 0,254, maka hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang signifikan antara

Berbeda dengan jumhur ulama baik dari golongan Syafi’iyah, Malikiyah maupun Hanbaliyah mereka berpendapat bahwa tambahan hukum terhadap nash yang sudah ada, tidak

tenaga kerja bernilai konstan. Nilai elastisitas produktivitas tenaga kerja jangka pendek sebesar -0,005, hal ini berarti setiap kenaikan nilai produktivitas tenaga kerja