• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Terhadap Kinerja Karyawan Pada Polisi daerah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Terhadap Kinerja Karyawan Pada Polisi daerah Sumatera Utara"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan dan Jenis-jenis Gaya kepemimpinan

Kepemimpinan di sebuah organisasi baik pemerintahan atau swasta sangat

berperan penting untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Untuk itu, seorang pemimpin yang diberikan kepercayaaan dan kewenangan yang

lebih tinggi dibandingkan lainnya harus memiliki kemampuan dan keterampilan

yang lebih baik agar dapat memajukan organisasi lebih baik di masa mendatang.

Menurut Wibowo (2013:264), kepemimpinan adalah tentang mempengaruhi,

medisiplin kerja, dan memungkinkan orang lain memberikan kontribusi kearah

efektivitas dan keberhasilan organisasi dimana mereka menjadi anggotanya.

Menurut Sunyoto (2015:84), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi

orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang harus mereka lakukan

dan bagaimana melakukan tugas tersebut secara efektif, serta proses untuk

memfasilitasi upaya individu dan kelompok mencapai tujuan bersama (shared

goal). Sedangkan menurut Arifin (2012:2), kepemimpinan adalah sebagai proses

mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para

anggota kelompok sehingga ditemukan 3 implikasi yaitu kepemimpinan:

1. Harus melibatkan orang lain (bawahan / pengikut)

2. Mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama (antara pemimpin dan

(2)

a. Kekuasaan imbalan (reward power)

b. Kekuasaan paksaan (coercive power)

c. Kekuasaan sah (legitimate power)

d. Kekuasaan referensi (referent power)

e. Kekuasaan ahli (expert power).

3. Kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk

mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.

Berdasarkan pengertian kepemimpinan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan merupakan sebuah proses untuk mengarahkan, medisiplin

kerja dan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan pekerjaan yang

diperintahkan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

Pada dasarnya setiap orang dilahirkan untuk menjadi pemimpin, akan

tetapi pada pelaksanaan dilapangan tidak semua orang memiliki jiwa

kepemimpinan seperti yang diharapkan. Sehingga untuk menjadi seorang

pemimpin bukan hanya dari sejak dilahirkan akan tetapi bisa dilatih dengan

berbagai kejadian atau pengalaman hidup sehingga menjadikan individu tersebut

mampu untuk menjadi seorang pemimpin.

Pada hakekatnya, di lapangan dapat dijumpai bahwa ada banyak gaya

kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin dan menggabungkan gaya

kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Setiap

gaya kepemimpinan yang ada pada dasarnya mempunyai kelebihan dan

(3)

pemimpin tersebut. Menurut Sutrisno (2010:222), terdapat banyak gaya

kepemimpinan yaitu:

1. Gaya persuasif, yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan

yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan

melakukan ajakan atau bujukan.

2. Gaya refresif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan,

ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.

3. Gaya partisipasif, yaitu gaya kepemimpinan dimana memberikan

kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual,

fisik maupun materil dalam kiprahnya di organisasi.

4. Gaya inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk

menwujudkan usaha-usaha pembaharuan di dalam segala bidang, baik

politik, ekonomi, politik, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan

kebutuhan manusia.

5. Gaya investigatif, yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian

yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya

sehingga menimbulkan yang menyebabkan kreativitas, inovasi, serta

inisiatif dari bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut

melakukan kesalahan-kesalahan.

6. Gaya inspektif, yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang

sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut

(4)

7. Gaya motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi

mengenai ide-ide, program-program, kebijakan-kebijakan kepada bawahan

dengan baik.

8. Gaya naratif, yaitu pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin

yang banyak bicara namun tidak disesuaikan dengan yang dia kerjakan,

atau dikatakan pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.

9. Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan

bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada

bawahan, agar bawahan memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih

baik dari hari ke hari. Dengan demikian seorang pemimpin bergaya

edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangkan

pendidikan dan keterampilan.

10.Gaya retrogresif, yaitu pemimpin yang tidak suka melihat maju, apalagi

melebihi dirinya. Pemimpin dengan gaya retrogresif selalu menghalangi

bawahan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Lestariyo (2014:100), gaya kepempinan adalah suatu model yang

digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan, yaitu:

1. Kepemimpinan otokratis, pemimpin biasanya mengmabil keputusan tanpa

konsultasi dengan tim kerja yang melaksanakannya. Kepemimpinan ini

tidak akan efisien dalam jangka panjang.

2. Kepemimpinan demokratis, pemimpin hampir selalu melibatkan tim kerja

yang melaksanakan langkah proses pembuatan keputusan. Kelemahan

(5)

pihak merupakan keputusan yang benar dan terbaik. Gaya ini juga

mengarah pada sikap kompromis, sehingga pada akhirnya dapat

memberikan hasil yang tidak diharapkan.

3. Kepemimpinan partisipatif, pemimpin hanya sedikit memegang kendali

dalam pengambilan keputusan. Pemimpin hanya mengarahkan tim untuk

mencapai Konsensus. Kelemahan gaya ini adalah terlalu banyak buang

waktu dan tidak dapat berjalan lancar bila semua orang yang terlibat

memiliki komitmen yang tinggi terhadap kepentingan organisasi.

4. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan, pemimpin meminta anggota tim

untuk memusatkan perhatian hanya pada tujuan. Hanya strategis yang

dapat menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai

tujuan organisasi yang dibahas. Kelemahan pada pendekatan ini adalah

terlalu memiliki fokus yang sempit.

5. Kepemimpinan situasional, pendekatan yang digunakan adalah bahwa

tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer pada

semua kondisi, sehingga pendekatannya adalah penerapan gaya tertentu

berdasarkan pertimbangan situasi dan kondisi dinamika kelompok.

2.1.2 Sifat-Sifat Pemimpin

Menurut Kartono (2011:47) sifat-sifat pemimpin terdiri dari:

1. Kekuatan

kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin

yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak

(6)

2. Stabilitas emosi

Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil, artinya seorang

pemimpin tidak mudah tersinggung perasaan dan tidak meledak-ledak

secara emosional.

3. Pengetahuan tentang relansi insani

Seorang pemimpin harus memajukan dan mengembangkan semua bakat

serta potensi anggotanya, untuk dapat bersama-sama maju dan merasakan

kesejahteraan.

4. Kejujuran

Pemimpin yang baik harus memiliki kejujuran yang tinggi, yaitu jujur

pada diri sendiri dan pada orang lain (terutama pada bawahannya).

5. Objektif

Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih,

supaya objektif (tidak subjektif, berdasarkan prasangka sendiri).

6. Dorongan pribadi

Keinginan dan kesesuaian untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari

dalam hati dan sanubari sendiri.

7. Keterampilan bergaya kepemimpinan

Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap

maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan

(7)

8. Kemampuan mengajar

Pemimpin yang baik diharapkan dapat menjadi guru yang baik bagi

bawahannya, mengajar secara sistematis dan intensional pada sasaran

tertentu, guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan para

pengikutnya.

9. Keterampilan sosial

Seorang pemimpin harus dapat bersikap ramah, terbuka, dan mudah

menjalin persahabatan berdasarkan raasa saling percaya dan mempercayai.

10.Cakap secara teknis atau manajerial

Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran tekhnis

tertentu, juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana,

mengelola, menganalisis keadaan, dan membuat keputusan yang baik.

2.1.3 Efektivitas kepemimpinan

Pada dasarnya untuk menjadi seorang pemimpin tidak mudah, karena

berbagai hal penting seperti kemampuan, pengetahuan dan keterampilan harus

dimiliki seorang pemimpin agar pada saat bawahan mengalami kendala atau

hambatan dalam pelaksanaan tugasnya dapat dibantu, diarahkan atau dibimbing

oleh pimpinan. Oleh sebab itu, untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif bagi

semua anggotanya harus benar-benar diperhatikan dan memilih pemimpin yang

(8)

Menurut Wibowo (2013:291), kompetensi yang perlu dimiliki seorang

pemimpin, antara lain:

1. Personality, perhatian pemimpin atas masalah lahiriah tingkat tinggi

(ramah, aktif berbicara, suka bergaul, dan tegas) dan kesadaran

(berhati-hati, diandalkan dan disiplin diri).

2. Self-concept, keyakinan diri dan evaluasi diri positif pemimpin mengenai

keterampilan kepemimpinannya dan kemampuan untuk mencapai sasaran.

3. Drive, disiplin kerja dari dalam diri pemimpin untuk mengejar tujuan.

4. Integrity, keadaan dan kencenderungan pemimpin untuk menerjemahkan

kata-kata dalam perbuatan.

5. Leadership motivation, kebutuhan untuk mensosialisasikan kekuasaan

pemimpin untuk menyelesaikan tujuan organisasi.

6. Knowledge of the business, pengetahuan secara eksplisit pemimpin tentang

lingkungan perusahaan yang memungkinkan pemimpin membuat

keputusan intuitif.

7. Cognitive dan practical intelligence, kemampuan kofgnitif pemimpin di

atas rata-rata guna memproses informasi dan kemampuan menyelesaikan

masalah dunia nyata dengan menyesuaikan pada membentuk atau

menseleksi lingkungan yang sesuai.

8. Emotional intelligence, kemampuan pemimpin untuk memonitor emosnya

sendiri atau orang lain, mendiskriminasi di antara pegawai dan

(9)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sangat

besar keberadaannya. Hal ini menjadi salah satu unsur terpenting diperusahaan

atau organisasi yang ingin maju dan berkembang. Seorang pemimpin yang efektif

harus mampu mengelola aset yang dimiliki secara efektif dan efisien agar dapat

memberikan keuntungan dan kemajuan bagi perusahaan atau organisasi ditengah

persaingan yang semakin ketat dan kompetitif.

Menurut Arifin (2012:128), berikut ini dimensi yang terdapat pada

kepemimpinan, antara lain:

1. Instruksi

Dalam hal ini, seorang pemimpin harus mampu memberikan perintah yang

jelas dan tegas kepada pegawai atas apa yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan utama perusahaan. Untuk itu, setiap pegawai yang

diberikan tugas diwajibkan untuk melakukan tugas tersebut dan

memberikan hasil seperti yang diharapkan.

2. Konsultasi,

Pada kondisi ini, seorang pemimpin haruslah mampu menyelesaikan

masalah yang timbul secara bersama-sama, hal ini dimaksudkan agar dapat

ditemukan solusi yang tepat bagi kedua pihak. Selain itu, seorang

pemimpin yang bijaksana bersedia menerima saran atau kritik dari

pegawai bila sesuai dengan situasi dan kondisi.

(10)

Keberadaan seorang pemimpin perlu ikut ambil bagian dalam kelompok

kerja yang terbentuk di perusahaan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

penyelesaian tugas akan lebih cepat dan memberikan hasil yang optimal.

Selain itu, Seorang pemimpin juga diharapkan mampu memberikan

wewenang dan tugas yang jelas pada semua pegawai agar tidak terjadi

kesalahan atau penyimpangan yang dapat berpengaruh buruk pada hasil

yang diberikan.

4. Delegasi

Kemampuan seorang pemimpin juga dapat diketahui dari keterampilannya

dalam mendelegasikan tugas yang diberikan pada pegawai sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Dengan demikian, pegawai mampu menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya dengan hasil yang baik bagi kepentingan perusahaan. Sementara itu,

pemimpin juga mengharapkan agar pegawai dapat mencapai tujuan yang hendak

dicapai dari delegasi tugas yang telah diberikan pada pegawai tersebut.

2.2 Displin Kerja

2.2.1 Pengertian Displin dan Jenis-jenis Disiplin Kerja

Pada pelaksanaan tugas di perusahaan disiplin merupakan salah satu

bentuk perwujudan dari kepatuhan atau ketaatan pegawai atas peraturan yang

ditetapkan di perusahaan atau organisasi. Dengan adanya disiplin kerja yang

terarah dan sistematis, maka pada saat pelaksanaan tugas oleh pegawai dapat

berjalan lancar dan memberikan hasil kerja yang lebih optimal. Akan tetapi pada

(11)

disiplin yang sama, sehingga hal ini menjadi pembelajaran bagi manajemen

sumber daya manusia untuk melakukan evaluasi dan menetapkan kebijakan baru

agar dapat memperbaiki disiplin kerja yang menurun.

Menurut Darmawan (2013:41), disiplin kerja adalah suatu sikap tingkah

laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi dalam bentuk

tertulis maupun tidak. Oleh sebab itu, dalam praktiknya bila suatu organisasi telah

mengupayakan sebagian besar peraturan-peraturan yang ditaati oleh sebagian

besar pegawai, maka kedisipilinan telah dapat ditetapkan. Sedangkan menurut

Sutrisno (2010:87), disiplin adalah suatu kekuatan yang berkembang di dalam

tubuh pegawai dan menyebabkan pegawai dapat menyesuaikan diri dengan

sukarela pada keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan

perilaku. Menurut Darsono dan Siswandoko (2011:129), disiplin adalah suatu

keadaan yang menyebabkan atau memberikan dorongan kepada pegawai untuk

berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma-norma atau

aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian disiplin di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

disiplin merupakan suatu pola sikap tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai

dengan peraturan dari organisasi dalam bentuk tertulis maupun tidak yang

mempunyai tujuan ataupun usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran

terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan

agar pembinaan hukuman pada seseorang atau kelompok dapat dihindari. Dengan

(12)

mengikutinya sehingga cepat atau lambat akan mengikuti kebijakan disiplin kerja

diperusahaan.

Handoko (2008:208-209), menyatakan ada dua macam disiplin pegawai

sebagai berikut:

1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para

pegawai agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin korektif, adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran

terhadap aturan – aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Pada disiplin korektif dapat berupa hukuman dan

disebut tindakan pendisiplinan.

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi disiplin kerja

Disiplin kerja yang ada dalam diri setiap individu di perusahaan pada

dasarnya tidak sama atapun stabil dari waktu ke waktu tanpa perubahan. Selain itu,

setiap pegawai di perusahaan mempunyai pemahaman yang berbeda-beada dalam

pelaksanaan tugas di perusahaan. Pada dasarnya disiplin kerja seorang pegawai

cenderung dapat berubah dari waktu kewaktu, sehingga perubahan disiplin kerja

pegawai dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun

eksternal.

Menurut Sutrisno (2010:89), faktor yang mempengaruhi disiplin kerja

(13)

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Besar kecilnya kompensasi yang diberikan perusahaan pada pegawai

berpengaruh terhadap disiplin pegawai. Dengan pemberian kompensasi yang

adil dan jelas, maka dapat meningkatkan disiplin kerja yang memadai dan juga

produktivitas kerja pegawai menjadi meningkat.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Keteladanan pimpinan penting dibutuhkan dalam untuk perusahaan. Hal ini

disebabkan oleh karena lingkungan perusahaan, semua pegawai akan

memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan displin dirinya dan

pegawai.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai pegangan

Pembinaan disiplin tidak dapat terlaksana dengan baik, bila tidak ada aturan

tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan sebagai pegangan bersama.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.

Bila ada pegawai yang telah melanggar disiplin, maka diperlukan keberanian

pimpinan mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Kegiatan perusahaan sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai

perlu dilakukan adanya pengawasan secara ketat. Hal ini dimaksudkan agar

mengarahkan pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai

(14)

6. Ada tidaknya perhatian kepada para pegawai

Pegawai bekerja diperusahaan adalah manusia yang mempunyai perbedaan

karakteristik antara yang satu dengan lainnya. Pegawai yang mengalami

masalah dalam pelaksanaan tugasnya, umumnya akan membutuhkan perhatian

yang tepat sasaran agar disiplin kerja tetap dipertahnkan dengan baik

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin

Kebiasaan positif terdiri dari :

a. Saling menghormati, bila bertemu dilinngkungan pekerjaan.

b. Memberikan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya sehingga para

pegawai akan merasa bangga dengan pujian tersebut.

c. Sering mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan, apalagi pertemuan

yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan pegawai.

d. Memberitahukan bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan kerja,

dengan cara menginformasikan kemana dan untuk urusan apa walaupun

kepada bawahan yang berbeda.

Menurut Puji (2014:197), ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja

pegawai dalam melaknakan tugas di perusahaan, yaitu:

1. Faktor kepribadian

Faktor yang penting terdapat pada kepribadian seseorang adalah sistem nilai

yang dianut yaitu yang berkaitan langsung dengan disiplin. Sistem nilai akan

terlihat dari sikap seseorang dimana sikap ini diharapkan akan tercermin

(15)

2. Faktor lingkungan

Sikap disiplin dalam diri seseorang merupakan produk interaksinya dengan

lingkungan, terutama lingkungan social. Oleh sebab itu pembentukan disiplin

lazimnya tunduk pada kaidah proses belajar. Disiplin kerja yang tinggi tidak

muncul begitu saja, tetapi merupakan suatu proses belajar yang dilakukan

secara terus-menerus.

Menurut Hasibuan (2007:194), adapun indikator yang mempengaruhi tingkat

kedisiplinan pegawai pada suatu organisasi, yaitu:

1. Tujuan dan kemampuan

2. Teladan pemimpin

3. Balas jasa

4. Keadilan

5. Waskat

6. Sanksi hukuman

7. Ketegasan

8. Hubungan kemanusian

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang

mempengaruhi disiplin pegawai yang bekerja di perusahaan. Pada dasarnya tiap

pegawai mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam mematuhi disiplin dan

peraturan yang ditetapkan di perusahaan, ada dari segi kompensasi, sanksi

hukuman, ketegasan, balas jasa, teladan pemimpin dan sebagainya. Untuk itu,

tingkat kedisipilinan pegawai di perusahaan berbeda antara pegawai yang satu

(16)

Menurut Handoko (2008:125), adapun dimensi dari kedisiplinan pegawai

di perusahaan, antara lain:

1. Taat pada aturan waktu

Dengan adanya disiplin yang ditetapkan oleh perusahaan diharapkan pada

semua pegawai dapat mematuhi jam kerja masuk, jam pulang dan jam

istirahat. Dengan dipatuhi jam kerja tersebut maka kemungkinan kecil

terjadi pelanggaran selama jam kerja berlangsung dalam melakukan tugas

dan tanggung jawabnya.

2. Taat pada peraturan

Manajemen sumber daya manusia menerapkan disiplin kerja di perusahaan

lebih ditujukan pada kepatuhan pegawai pada peraturan yang berkaitan

dengan cara berpakaian, sikap sopan santun dalam bekerja, serta selalu

mematuhi peraturan yang telah ditetapkan selain yang telah dilakukan oleh

pegawai.

3. Taat pada aturan perilaku kerja

Disiplin yang berlaku di perusahaan pada dasarnya ditujukan agar pegawai

diberikan tugas mampu dilakukan dan sesuai dengan pekerjaan serta

kemampuan pegawai tersebut. Dengan demikian, pegawai dapat

menyelesaikan tugas tersebut dengan baik dan hasil yang optimal. Selain

itu, pegawai yang melakukan tugasnya diharapkan dapat menunjukkan

tanggung jawabnya dengan optimal bagi kepentingan perusahaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan yang diterapkan

(17)

utamanya. Dengan tingkat kepatuhan pegawai yang cukup tinggi, maka pegawai

akan mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku dalam melakukan tugas dan

tanggung jawabnya. Hal ini menjadi prioritas penting bagi manajemen sumber

daya manusia untuk memantau mengenai kedisiplinan tiap pegawai.

2.3 Kinerja Pegawai

2.3.1 Pengertian Kinerja dan Tujuan Penilaian Kinerja

Pada dasarnya kinerja pegawai merupakan suatu bentuk pencapaian yang

berhasil dicapai oleh individu atas tugas yang diberikan dengan baik seperti

diharapkan. Dengan adanya kinerja pegawai yang optimal, maka hal ini menjadi

salah satu nilai lebih bagi organisasi agar dapat bertahan dan bersaing di era

globalisasi saat ini.

Menurut Suhendi dan Anggara (2010:182), kinerja adalah catatan

mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah fungsi pekerjaan atau

aktivitas selama periode tertentu yang berhubungan dengan tujuan organisasi.

Sedangkan menurut Robbins (2007:9) bahwa kinerja pegawai (prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Menurut Al Fajar dan Heru (2013:136), penilaian kinerja

adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan

mempengaruhi atribut, perilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran yang

dikaitkan dengan pekerjaan pegawai.

Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah

(18)

pegawai dan manajemen dengan maksud agar dapat menilai dan mengetahui

bagaimana perilaku dan hasil kerja dicapai oleh individu. Saat ini hampir sebagian

besar perusahaan terutama berskala menengah dan skala besar, kebutuhan atas

penilaian kinerja pegawai menjadi sangat penting dan telah dilakukan secara rutin

oleh perusahaan dan menjadi agenda prioritas. Untuk itu, penilaian kinerja

pegawai dapat memberikan manfaat bagi pegawai dan perusahaan serta

mempunyai tujuan yang jelas.

Berikut ini ada beberapa tujuan penilaian kinerja pegawai (Hanggraini,

2012:121), yaitu:

1. Membuat keputusan dalam manajemen sumber daya manusia, seperti

promosi, transfer atau pemecatan.

2. Mengidentifikasi kebutuhan akan gaya kepemimpinan dan pengembangan.

3. Memvalidasi program seleksi dan pengembangan.

4. Memberikan umpan balik kepada pekerja atas kinerjanya.

5. Dasar untuk penentuan keputusan ekonomi remunerasi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dilakukan penilaian

kinerja lebih cenderung ditujukan untuk perbaikan lebih baik serta pemberian

kebijakan strategi. Selain itu, tujuan dari penilaian kinerja lebih cenderung

berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

2.3.2 Metode Penilaian Kinerja Pegawai

Penilaian kinerja karyaawan oleh atasan dapat dilakukan dengan

(19)

manajemen. Ada banyak metode penilaian prestasi pegawai menunjukkan bahwa

setiap metode penilaian kinerja tidak dikenal dan merasa aneh.

Menurut Hanggraini (2012:123), berikut ini metode-metode yang dapat

digunakan dalam penilaian kinerja pegawai, yaitu:

1. Rating scale, dalam metode ini orang yang memberikan penilaian terhadap

kinerja individu dengan menggunakan skala angka yang merentang dari

rendah sampai tinggi.

2. Cheklist, metode ini penilai harus memilih pernyataan-pernyataan yang

paling sesuai dengan untuk mendeskripsikan kinerja individu.

3. Paired comparison method, dalam metode ini semua pekerja dinilai secara

bersama-sama dengan teman kerjanya yang lain untuk kriteria tertentu.

4. Alternation rangking method, penilaian kinerja dengan metode ini adalah

mengurutkan semua pekerja dari yang memiliki kinerja paling bagus

sampai dengan yang memiliki kinerja paling buruk. Nanti akan diketahui

rangking dari tiap individu diantara semua pekerja.

5. Critical incident method, dalam metode ini perilaku yang dianggap tidak

biasa dan buruk dicatat untuk kemudian dilakukan review dengan pekerja

pada waktu yang telah ditentukan.

6. Narrative form, adalah metode yang memungkinkan penilai memberikan

penilaian dalam bentuk naratif atau esai tertulis.

7. Behaviorally anchored rating scale, yaitu metode yang menggabungkan

(20)

rate disertai dengan penjelasan naratif secara spesifik mengenai contoh

dari perilaku baik dan buruk.

8. Management by objective, pada metode ini kriteria penilaian ditentukan

oleh pekerja bersama-sama dengan atasannya untuk kemudian dilakukan

evaluasi secara bersama-sama secara berkala.

9. 360 degree, pada metode ini penilaian diberikan secara 360 derajat yang

berarti dari semua pihak, meliputi atasan, bawahan, teman sekerja,

penilaian oleh diri sendiri, pelanggan, serta semua pihak terlibat dalam

proses kerja individu.

Dengan demikian, ada banyak pilihan metode yang dapat digunakan oleh

pimpinan untuk menilai kinerja pegawai sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang

ingin dicapai. Untuk itu, setiap metode penilaian kinerja kerja pegawai

mempunyai kelebihan maupun kekurangan masing-masing sehingga manajemen

puncak atau atasan harus memastikan untuk menggunakan salah satu metode atau

lebih dari satu sesuai dengan kriteria penilaian dan tujuan yang hendak dicapai.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Kerja

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja kerja pegawai, baik

faktor internal maupun eksternal sehingga hal ini perlu diketahui oleh manajemen

puncak selaku pengambil keputusan. Menurut Suhendi dan Anggara (2010:189),

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja adalah :

1. Kemampuan

(21)

3. Dukungan yang diterima

4. Keberadaan pekerjaan yang dilakukan

5. Hubungan pegawai dengan organisasi

Sementara itu, menurut Rivai dan Ella (2012:205), terdapat dua faktor

yang mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Faktor kemampuan, secara psikologis kemampuan pegawai terdiri dari atas

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena

itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya.

2. Faktor disiplin kerja, faktor ini terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja. Disiplin kerja merupakan kondisi yang

menggerakkan pegawai kearah pencapaian tujuan kerja.

3. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk

berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Menurut Yusuf (2015:178), berikut ini ada beberapa dimensi dari kinerja

pegawai, antara lain:

1. Kualitas kerja

Dalam hal ini, pegawai yang diberikan tugas oleh atasan diharapkan dapat

memberikan kualitas kerja yang optimal bagi kemajuan perusahaan. Selain

itu, pemimpin dapat membandingkan antara hasil kerja yang diberikan

oleh pegawai dengan standarisasi yang telah ditetapkan, sehingga dapat

(22)

2. Kecepatan

Pegawai dalam melakukan tugasnya, diharapkan mampu menggunakan

waktu yang ada seefektif mungkin agar dapat memaksimalkan hasil

diharapkan oleh pimpinan. Dengan hasil kerja yang efektif maka pegawai

dapat mencapai target kerja yang ditetapkan dan bahkan dapat melampaui

target yang diberikan.

3. Prakarsa

Kemampuan pegawai dalam melakukan tugas pada dasarnya berbeda-beda

antara yang satu dengan lainnya. Untuk itu, pegawai diharapkan dapat

menunjukkan kreativitasnya selama bekerja sehingga hasilnya akan lebih

bagus. Selain itu, kemampuan pegawai dalam memanfaatkan waktu yang

ada haruslah sebaik mungkin sehingga tidak terbuang sia-sia untuk hal-hal

yang tidak produktif bagi kepentingan perusahaan.

4. Kemampuan

Pegawai menjadi aset penting bagi keberhasilan perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Untuk itu, pimpinan perlu menetapkan standarisasi

kerja yang jelas dan sistematis sehingga pegawai dapat mengetahui apakah

hasil kerja diberikan sudah sesuai atau belum. Selain itu, pegawai dalam

melakukan tugasnya diharapkan mampu memberikan hasil kerja yang

rapid an praktis bagi kepentingan dan kemajuan perusahaan baik di masa

mendatang.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan kinerja pegawai dapat

(23)

oleh banyak faktor. Faktor internal (dalam diri pegawai) maupun faktor eksternal

(di sekitar pegawai).

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti / Tahun

Judul Variabel peneltian Alat Analisis 2. Loyalitas pegawai 3. Kinerja pegawai

Analisis

Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai. Adapun hasil hipotesis menunjukkan pengaruh positif dan signifikan antara loyalitas pegawai terhadap kinerja pegawai. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dan loyalitas pegawai terbukti memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai PT. Kurnia Alam Perista.

Moh.

The Influence of Leadership

1. The Influence of Leadership 2. Work

The findings of analysis show that: (1) Leadership has a positive and significant influence toward job satisfaction, (2) a work attitude has a positive and significant influence toward job satisfaction, (3) A Job Satisfaction has a significant and positive influence toward employee performance, (4) Leadership has a positive and not significant influence toward employee performance, (5) Work Attitude has a positive and significant influence toward employee performance.

Dwi Agung

Pengaruh kedisiplinan,

1. Kedisiplinan 2. Lingkungan kerja

Analisis korelasi

(24)

Nugroh

3. Budaya kerja

4. Kinerja tenaga pengajar

untuk melihat seberapa besar

lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja, budaya kerja berpengaruh positif terhadap kinerja tenaga pengajar,

Nama Peneliti / Tahun

Judul Variabel peneltian Alat Analisis

dan secara bersama-sama kedisiplinankerja, lingkungan kerja dan budaya kerja berpengaruh positif terhadap

kinerja tenaga pengajar.

Sari

3. Kinerja pegawai

Analisis

(25)

Agusti 2. Disiplin kerja kerja 3.Kinerja Pegawai

disiplin kerja kerja pegawai pengembangan karier mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibandingkan dengan pengaruh Gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang sesuai diterapkan pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung adalah gaya konsultasi sedangkan kinerja sangat baik dapat dilihat tingkat kreatifitas yang sangat tinggi.

Nama Peneliti / Tahun

Judul Variabel peneltian Alat Analisis 2. Values on absence

disciplinary

The result show that it was hypothesized that the degree to which supervisorsvalued fairness moderates the relationship between external attributions and the severity of disciplinary decisions. Using a policy capturing approach, results were consistent with predictions. Implications of theresults for research and practice are discussed.

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Sunyoto (2015:84), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang

lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang harus mereka lakukan dan

bagaimana melakukan tugas tersebut secara efektif, serta proses untuk

memfasilitasi upaya individu dan kelompok mencapai tujuan bersama (shared

(26)

Darsono dan Siswandoko (2011:129), disiplin adalah suatu keadaan yang

menyebabkan atau memberikan dorongan kepada pegawai untuk berbuat dan

melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan yang

telah ditetapkan. Sedangkan menurut Hanggraeni (2012:121), penilaian kinerja

adalah sebuah proses dimana perusahaan melakukan evaluasi dan penilaian

kinerja individu setiap pekerjanya. Sedangkan menurut Robbins (2007:9) bahwa

kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kepemimpinan merupakan bagian penting di perusahaan dalam melakukan

aktivitas untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya pemimpin yang tepat

dan efektif maka dapat mengarahkan dan menggerakkan pegawai untuk bekerja

bersama-sama dalam mencapai tujuan utama perusahaan dan memberikan hasil

kerja yang optimal. pegawai yang disiplin dan mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan perusahaan didukung dengan gaya kepemimpinan yang tepat maka

pegawai akan mampu menyelesaikan target kerja yang telah di tentukan oleh

perusahaan dan memberikan hasil yang maksimal bagi kepentingan dan kemajuan

perusahaan. untuk memberikan kinerja yang baik bagi kemajuan perusahaan perlu

memiliki rasa disiplin yang tinggi dalam bekerja dan dapat menyelesaikan tugas

dengan tepat waktu. Pegawai yang tidak disiplin seperti sering absen, dan

terlambat masuk kerja, maka hasi kerja menurun. Hal ini disebabkan karena

(27)

Berdasarkan uraian di atas maka dibuat kerangka konseptual sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis

penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai di Polda Sumut.

2. Disiplin kerja pegawai secara parsial berpeng aruh signifikan terhadap kinerja

pegawai di Polda Sumut.

3. Gaya kepemimpinan dan disiplin kerja pegawai secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai di Polda Sumut.

Kinerja Pegawai (Y)

Gambar

Tabel 2.1  Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka meningkatkan kemampuan Dosen peneliti, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian

Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu dan Sumber Belajar Karakter bangsa Teknik Instrumen Bentuk Instrumen Contoh?. Standar Kompetensi

bahwa  baku  mutu  emisi  untuk  pembangkit  listrik  tenaga  uap  berbahan  bakar batu  bara  sebagaimana  tercantum  dalam  Lampiran  III  A  dan  Lampiran  III 

Sebagai peserta pada “ Workshop Peningkatan Mutu Dosen dalam Penyusunan Proposal” Program Riset Dasar yang akan diselenggarakan pada tanggal 19 s.d. Untuk memperlancar proses

Hasil analisis menunjukkan bahwa galur terung yang memiliki potensi hasil yang paling tinggi adalah galur ‘Bandung’, kandungan vitamin C buah tertinggi pada galur

Risiko bank yang terbesar dalam operasinya adalah resiko pasar (resiko suku bunga, resiko valuta asing, resiko dari perubahan harga pasar sekuritas, de- rivatif keuangan dan

Ciri-ciri dan penerapan orang yang sehat mental, ciri-ciri: Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri ( self image ), Keterpaduan antara Integrasi diri,

Analisis sidik ragam pengaruh kadar air biji kacang hijau yang berbeda dengan jenis abu terhadap jumlah telur, jumlah imago, persentase biji rusak dan persentase