• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepribadian, Kompetensi, Semangat Kerja terhadap Kinerja pada PT.PP London Sumatera Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepribadian, Kompetensi, Semangat Kerja terhadap Kinerja pada PT.PP London Sumatera Medan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Kepribadian karyawan

Pola sikap karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan

konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang diartikan sebagai

kepribadian. Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam sistem psikologis

individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap

lingkungannya (Robbins, 2008:126-127).

Menurut Ardana (2008:12), kepribadian adalah keseluruhan cara bagaimana

individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain yang digambarkan dalam

bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan dilihat seseorang.

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah

seluruh tingkah laku dan kebiasaan individu dalam berinteraksi dan menyesuaikan

diri dalam lingkungannya.

2.1.1.1Faktor-faktor Penentu Kepribadian

Menurut Robbins (2008:127), kepribadian dihasilkan oleh faktor keturunan

dan lingkungan :

1. Faktor Keturunan

Faktor keturunan merujuk pada faktor genetik seseorang individu. Tingkat

fisik, bentuk wajah, gender, tempramen, komposisi otot dan refleks, tingkat

energi, dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya

(2)

orangtua anda, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan

mereka. Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan pokok

mengenai kepribadian seseorang adalah struktur molekul dari gen yang

terdapat dalam kromosom.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentukan

karakter manusia dalam lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan.

Norma dalam keluarga, teman-teman, dan kelompok sosial, dan pengaruh

lain yang dialami. Faktor-faktor lingkungan ini memiliki peran dalam

pembentukan kepribadian kita.

2.1.1.2 Tipe-tipe Kepribadian

Sedarmayanti (2004:36-37), memaparkan bahwa ada dua jenis tipe

kepribadian individu.

1. Kepribadian Tipe A

Individu dengan kepribadian tipe A adalah individu yang secara agresif

terlibat dalam suatu pergulatan yang kronis dan tak henti-hentinya untuk

mencapai lebih banyak waktu yang lebih singkat, dan jika diminta

melakukan hal itu, bertabrakan dengan upaya perlawanan dari hal- hal lain

atau orang lain.

Kepribadian tipe A adalah:

a. Selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat.

(3)

c. Bergulat keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih

secara serentak.

d. Tidak dapat mengatasi waktu luang.

e. Terobsesi oleh bilangan, yang mengukur sukses mereka dalam bentuk

berapa banyak hal yang mereka peroleh.

2. Kepribadian tipe B

Kepribadian tipe B adalah jarang diganggu oleh hasrat untuk memperoleh

hal-hal yang jumlahnya meningkat secara liar atau berpartisipasi dalam

suatu deretan peristiwa yang tak henti-hentinya tumbuh dalam kurun waktu

yang semakin singkat.

Kepribadian tipe B adalah:

a. Tidak pernah menderita rasa urgensi waktu bersama ketidaksabaran

yang mengiringi rasa itu.

b. Tidak merasakan perlunya memperagakan atau membahas prestasi

mereka kecuali bila paparan semacam itu dituntut oleh situasi.

c. Bermain untuk kesenangan dan kesantaian, bukannya untuk

memperagakan keungulan mereka dengan biaya apapun.

d. Dapat santai tanpa rasa salah.

2.1.1.3 Dimensi Kepribadian

Menurut Robbins dan Judge (2008:132), ada lima model besar dimensi

kepribadian (The Big Five Models of Personality). Dimensi lima model

(4)

1. Sifat berhati-hati (Conscientiousness)

Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan individu yang bertanggung

jawab, teratur, dapat diandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan

sikap berhati-hati yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan

tidak bisa diandalkan. Individu dengan kepribadian Conscientiousness yang

tinggi didalam organisasi, akan menjadi karyawan teladan karena memiliki

disiplin diri yang tinggi dan menjadi karyawan yang dapat diandalkan jika

diberi tugas-tugas yang cukup berat.

2. Stabilitas Emosi (Emotional Stability)

Stabilitas emosi sering juga disebut berdasarkan kebaikan, yaitu

Neurotiscm. Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan

stress. Individu dengan stabilitas emosi yang positif cenderung tenang,

percaya diri, dan memiliki pendirian diri yang teguh. Sementara itu,

individu dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup,

khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh. Didalam

organisasi individu dengan stabilitas emosi dengan tinggi akan mudah

menyesuaikan tugas maupun konflik didalam organisasi tersebut karena

memiliki kepribadian yang rileks dan tidak mudah khawatir.

3. Terbuka terhadap hal–hal baru (Openness to Experience)

Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan individu

berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru.

Individu yang sangat terbuka cenderung, kreatif, ingin tahu, dan sensitif

(5)

kurang cenderung memiliki sifat konvensional dan merasa nyaman dengan

hal-hal yang telah ada.

4. Mudah akur atau mudah sepakat (Agreeableness)

Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap

individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat adalah individu

yang senang bekerja, hangat dan penuh kepercayaan. Sementara itu,

individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak

ramah dan suka menentang. Dalam organisasi karyawan yang memiliki

Agreeableness yang tinggi dapat bekerja sama dengan karyawan lain dengan

baik, karena memiliki sifat yang sopan, ramah, dan peduli sehingga

meningkatkan produktivitas kinerja didalam organisasi itu.

5. Ekstravensi (Ekstraversion)

Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam

berhubungan dengan individu lain. Individu yang memiliki ekstraversi

cenderung suka hidup berkelompok, tegas dan mudah bersosialisasi.

Sebaliknya individu yang memiliki introver cenderung memiliki sikap

penyendiri, penakut, dan pendiam. Individu dengan karakteristik ini

memiliki kepribadian yang banyak bicara dan sangat mudah bersosialisasi

sehingga jika melihat kepribadiannya, individu dengan karakteristik

ekstraversi akan memiliki banyak teman. Begitu pula didalam organisasi,

karyawan dengan kepribadian seperti ini akan mudah beradaptasi terhadap

(6)

Dari kelima dimensi kepribadian diatas, yang mendominasi timbulnya

perilaku ekstra dalam bekerja adalah sifat berhati-hati (Conscientiouness) dan

ekstraversi (Ekstarversion) dimana karyawan yang memiliki sifat berhati-hati

(Conscientiouness) yang tinggi menandakan bahwa karyawan bersedia bekerja

keras menyelesaikan pekerjaannya hingga tuntas. Karyawan merasa antusias serta

sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan dan sukarela mengambil tanggung

jawab ekstra dalam pekerjaan (Robbins, 2001:90).

Selain itu, karyawan yang memiliki dimensi ekstraversi kepribadian

(Ekstarversion) yang tinggi menandakan bahwa karyawan mampu menjadi teman

yang mudah berbagai, mudah bergaul, aktif, dan banyak bicara sehingga

seringkali menciptakan ikatan keluarga dengan orang lain yang tidak mempunyai

hubungan darah tetapi secara sosial dekat dengan yang lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat dari kelima dimensi model

lima besar tersebut menunjukkan pengaruh positif terhadap organisasi.

Sebaliknya, jika tingkat dari kelima model dimensi tersebut rendah maka

menunjukkan pengaruh negatif terhadap organisasi.

2.1.2 Kompetensi

2.1.2.1 Pengertian Kompetensi

Menurut Wibowo (2007:324), kompetensi adalah suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi

atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut

oleh pekerjaan tersebut. Sedangkan Hutapea dan Thoha (2008:28)

(7)

melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan perusahaan. Adapun tiga komponen utama pembentukan kompetensi yaitu

pengetahuan yang dimiliki seseorang, kemampuan/keterampilan, dan perilaku

individu/sikap.

2.1.2.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi

seseorang. Faktor–faktor yang mempengaruhi kompetensi antara lain sebagai

berikut (Jewell, 2000:56-58):

1. Keyakinan dan nilai-nilai

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat

mempengaruhi prilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif

dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau

berbeda dalam inovatif. Untuk itu setiap orang harus berpikir baik tentang

dirinya maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri berpikir kedepan.

2. Keterampilan

Keterampilan memainkan peranan dalam kompetensi. Berbicara di depan

umum merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, dipraktekkan, dan

diperbaiki. Keterampilan menulis individu akan meningkat kecakapannya

dalam kompetensi tentang perhatian terhadap komunikasi. Pengembangan

keterampilan yang secara spesifik berkaitan dengan kompetensi dapat

(8)

3. Pengalaman

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman

mengorganisasikan orang, komunikasi di hadapan kelompok,

menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Orang yang tidak pernah

berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin

mengembangkan kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika

kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan.

4. Karakteristik kepribadian

Dalam kepribadian termaksuk banyak faktor yang diantaranya sulit untuk

berubah. Akan tetapi, kepribadian bukannya sesuatu yang tidak dapat

berubah. Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang

merespon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya.

Kepribadian dapat mempengaruhi keahlian manajer dan pekerja dalam

sejumlah kompetensi termasuk dalam penyelesaian konflik, menunjukkan

kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim, memberikan

pengaruh dan dapat membangun hubungan yang baik.

5. Motivasi

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah. Dengan

memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan, dengan

memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat

mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi bawahan. Jika seorang

manajer dapat mendorong motivasi pribadi seorang pekerja, kemudian

(9)

peningkatan penguasaan dalam sejumlah kompetensi yang mempengaruhi

kinerja. Kompetensi menyebabkan orientasi pada hasil, kemampuan

mempengaruhi orang lain, meningkatkan inisiatif. Peningkatan kompetensi

akan meningkatkan kinerja bawahan dan kontribusinya pada organisasi akan

meningkat.

6. Isu emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Adanya rasa

takut membuat kesalahan, rasa malu, merasa tidak disukai atau tidak

menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

Perasaan tentang kewenangan dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi

dan menyelesaikan konflik dengan manajer.

7. Kemampuan intelektual

Kompetensi bergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran

konseptual dan pemikiran analitis, faktor pengalaman dapat meningkatkan

kecakapan dalam kompetensi.

8. Budaya organisasi

Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumber daya manusia dalam

kegiatan sebagai berikut :

a. Praktik rekrutmen dan seleksi karyawan, dalam mempertimbangkan

siapa di antara pekerja yang dimasukkan dalam organisasi dan tingkat

keahliannya.

b. Sistem penghargaan dapat mengkomunikasikan pada pekerja

(10)

c. Praktik pengambilan keputusan mempengaruhi kompetensi dalam

memberdayakan orang lain, inisiatif, dan memotivasi orang lain.

d. Filosofi organisasi misi, visi, dan nilai–nilai berhubungan dengan

kompetensi.

e. Kebiasaan dalam memberi prosedur dan memberi informasi kepada

pekerja berapa banyak kompetensi yang diharapkan.

f. Komitmen pada pelatihan dan pengembangan mengkomunikasikan

pada pekerja tentang pentingnya kompetensi tentang pembangunan

berkelanjutan, proses organisasional yang mengembangkan pemimpin

secara langsung mempengaruhi kompetensi kepemimpinan.

2.1.2.3 Tujuan Kompetensi

Penggunaan kompetensi dalam organisasi atau perusahaan pada umumnya

adalah untuk tujuan sebagai berikut (Hutapea dan Thoha, 2008:16-19):

1. Pembentukan pekerjaan

Kompetensi teknis dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi, peran,

dan tanggung jawab pekerjaan disuatu organisasi. Besarnya fungsi, peran,

dan tanggung jawab tersebut tergantung dari tujuan perusahaan, besar

kecilnya perusahaan, tingkat level pekerjaan dalam organisasi serta jenis

usaha. Sedangkan kompetensi prilaku digunakan untuk menggambarkan

tuntutan pekerjaan atas prilaku pemangku jabatan agar dapat melaksanakan

(11)

2. Evaluasi pekerjaan

Kompetensi dapat dijadikan salah satu faktor pembobot pekerjaan, yang

digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan serta tantangan pekerjaan

merupakan komponen yang memberikan porsi terbesar dalam menentukan

bobot suatu pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah

komponen dasar pembentukan kompetensi.

3. Rekrutmen dan seleksi

Pembentukkan organisasi biasanya diikuti dengan pembentukan pekerjaan

serta penentuan persyaratan/kualifikasi orang yang layak melaksanakan

pekerjaan tersebut. Kompetensi dapat digunakan sebagai salah satu

komponen dalam persyaratan jabatan, yang kemudian dijadikan pedoman

untuk menyeleksi calon karyawan yang akan menduduki jabatan atau

melaksanakan pekerjaan tersebut. Untuk mengetahui kompetensi yang

dimiliki calon karyawan, pewawancara harus menggunakan metode

wawancara yang dapat dipelajari terlebih dahulu melalui pelatihan.

4. Pembentukan dan pengembangan organisasi

Organisasi yang kukuh adalah organisasi yang mempunyai kerangka fondasi

yang kuat. Kekuatan kerangka dan fondasi ditentukan oleh kemampuan

teknis, nilai atau budaya organisasi serta semangat kerja atau motivasi

orang-orang yang bekerja dalam organisasi. Semua itu harus didasari oleh

(12)

pembentukan dan pengembangan organisasi kearah organisasi yang

produktif dan kreatif apabila semua orang bekerja dalam organisasi.

5. Membentuk dan memperkuat nilai dan budaya perusahaan

Peran kompetensi prilaku sangat diperlukan untuk membentuk dan

mengembangkan nilai budaya perusahan kearah budaya kerja yang

produktif. Pembentukan nilai-nilai produktif dalam organisasi akan mudah

tercapai apabila pemilihan nilai-nilai budaya perusahaan sesuai dengan

kompetensi inti.

6. Pembelajaran organisasi

Peran kompetensi bukan hanya untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan, melainkan juga untuk membentuk karakter pembelajaran yang

akan menopang proses pembelajaran yang berkesinambungan.

7. Manajemen karier dan penilaian potensi karyawan

Karyawan dan tindakan kompetensi dapat digunakan untuk membantu

perusahaan atau organisasi menciptakan pengembangan ruang karir bagi

karyawan serta membantu karyawan untuk mencapai jenjang karir yang

sesuai dengan potensi yang dimiliki. Melalui assesment center (pusat

penilaian potensi karyawan) penggunaan kompetensi dapat mendorong

pengembangan karier yang lebih terpola dan sejalan dengan kebutuhan

perusahaan.

8. Sistem imbal jasa

Sistem imbal jasa akan memperkuat kerangka pekerjaan yang berbasis

(13)

pencapaian kompetensi individu akan mendukung pelaksanan sistem

kompetensi yang digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan.

2.1.2.4 Pengertian Penilaian dan Manfaat Kompetensi

Penilaian kompetensi atau model kompetensi adalah mengidentifikasi

keahlian, pengetahuan dan karakteristik pribadi yang dibutuhkan untuk mencapai

kinerja terbaik dalam pekerjaannya. Penilaian kompetensi ini dilakukan dengan

memastikan para karyawan mendapatkan pelatihan dan pengembangan yang

diperlukan dalam merealisasikan dan meningkatkan potensi yang dimiliki.

Penilaian kompetensi yang diaplikasikan pada suatu organisasi digunakan untuk

memutuskan kriteria kesuksesan yang tepat dan menghubungkannya dengan

kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang karyawan dalam melaksanakan

pekerjaannya. Pelaksanaan penilaian kompetensi dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang kemajuan yang dicapai dan ketuntasan penguasan kompetensi

karyawan (Suwandi, 2012:23).

Kompetensi karyawan sangat diperlukan setiap organisasi terutama untuk

meningkatkan kinerja. Menurut Prihadi (2004:57), manfaat kompetensi adalah:

1). Prediktor kesuksesan kerja. Model kompetensi yang akurat akan dapat

menentukan dengan tepat pengetahuan serta keterampilan apa saja yang

dibutuhkan untuk berhasil dalam suatu pekerjaan. Apabila seseorang

pemegang posisi mampu memiliki kompetensi yang dipersyaratkan pada

posisinya maka ia dapat diprediksikan akan sukses.

2). Merekrut karyawan yang andal. Apabila telah berhasil ditentukan

(14)

maka dengan mudah dapat dijadikan kriteria dasar dalam rekrutmen

karyawan baru

3). Dasar penilaian dan pengembangan karyawan. Indentifikasi kompetensi

pekerjaan yang akurat juga dapat dipakai sebagai tolak ukur kemampuan

seseorang. Dengan demikian, berdasarkan sistem kompetensi ini dapat

diketahui apakah seseorang telah bagaimana mengembangkannya, dengan

pelatihan dan pembinaan atau perlu dimutasikan kebagian lain.

2.1.2.5 Hambatan Penilaian Kompetensi

Adapun hambatan yang timbul pada penilaian kompetensi atau model

kompetensi menurut Manopo (2011:12), yaitu:

1. Kompetensi bukanlah trait (sifat)

Dalam mengelola manajemen sumber daya manusia baik eksekutif dalam

praktisi SDM sering kali menganggap kompetensi sebagai kepribadian yang

dimiliki seseorang yang diperlukan dalam pekerjaannya. Kepribadian

karakter kenyataannya merupakan sesuatu yang sulit diubah, tetapi prilaku

dan pikiran dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

2. Kompetensi bukanlah kapasitas atau kemampuan

Dasar yang perlu diingat bahwa kemampuan tidak memberikan korelasi

yang positif terhadap kinerja dimasa depan.

3. Kompetensi bukanlah sikap

Secara umum sikap dianggap memberi kontribusi terhadap kinerja

(15)

yang memegang jabatan. Namun, sikap tidak memberikan pengaruh

terhadap kinerja seseorang dimasa yang akan datang.

4. Kompetensi bukanlah kinerja

Secara hirarki, kompetensi memang berhubungan secara langsung dengan

kinerja seseorang. Artinya, seorang karyawan tidak dapat menunjukkan

kinerja yang sesuai dengan standar tanpa memiliki kompetensi yang sesuai

untuk pekerjaannya. Namun, kompetensi tidak berarti menjadi jaminan

seseorang karyawan akan menunjukan kinerja sesuai dengan harapan

perusahaan.

2.1.2.6 Upaya Mengatasi Hambatan Penilaian Kompetensi

Adapun upaya untuk mengatasi hambatan penilaian kompetensi menurut

Manopo (2011:19), yaitu:

1. Menentukan metode pengumpulan data

Mempelajari hal yang dianggap kritikal dan perlu yang merefleksikan

kinerja tertentu pada jabatan tertentu. Menentukan jumlah populasi yang

akan mewakili jabatan tertentu sebelum melakukan wawancara dan diskusi

kelompok. Jumlah yang sesuai akan menggambarkan kompetensi yang

dibutuhkan dalam organisasi dan jumlahnya bergantung pada sebuah

organisasi atau perusahaan.

2. Mengumpulkan dan mengolah data

Jika sudah mendapatkan informasi yang diperlukan melalui deskripsi

pekerjaan, proses dan prosedur kerja, serta indikator kinerja yang ditentukan

(16)

merangkum semua informasi tersebut menjadi sebuah informasi yang akan

kita gunakan untuk pengecekan validitasnya melalui proses diskusi

kelompok dan wawancara dengan pemegang jabatan, sejawat, atasan yang

bersangkutan.

3. Menentukan kompetensi yang dibutuhkan perfungsi atau jabatan

Langkah selanjutnya adalah menyusun model kompetensi yang sesuai

dengan organisasi melalui informasi yang diperoleh dari observasi,

wawancara, bedah data, dan diskusi kelompok. Setelah itu membuat definisi

kompetensi sesuai dengan organisasi.

2.1.2.7 Dimensi Kompetensi

Adapun dimensi kompetensi menurut Wibowo (2007:132), yaitu:

1. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seorang karyawan inti

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan bidangnya,

pengetahuan karyawan menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan

tugas yang diberikan oleh perusahaan karyawan mempunyai pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.

2. Kemampuan/keterampilan merupakan suatu upaya untuk melaksanakan

tugas yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang dikerjakan

dengan baik dan maksimal.

3. Sikap perilaku karyawan. Sikap merupakan pola tingkah laku seseorang

karyawan di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

(17)

2.1.3 Semangat Kerja

2.1.3.1 Pengertian Semangat kerja

Menurut Hasibuan (2003:94), semangat kerja adalah keinginan dan

kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Westra (2000:72), semangat

kerja adalah sikap dari individu atau kelompok sukarelanya untuk bekerja sama

agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Menurut

Sastrohadiwiryo (2000:35), semangat kerja adalah keadaan psikologis seseorang.

Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat

kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk

seseorang dengan giat dan konsekuan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan

oleh perusahaan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan semangat kerja adalah kemampuan individu dalam

menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu dengan didukung oleh hubungan

yang baik antara individu dengan rekan sekerja untuk mencapai tujuan organisasi

dengan giat dan penuh rasa tanggung jawab

2.1.3.2 Dimensi Semangat Kerja

Menurut Westra (2000:95), tinggi rendahnya semangat kerja karyawan

dalam suatu organisasi dapat diketahui melalui presensi, kerjasama, kegairahan

kerja dan hubungan yang harmonis. Untuk memahami pengertian tersebut maka

(18)

1. Presensi

Presensi merupakan kehadiran karyawan yang berkenan dengan tugas dan

kewajiban. Pada umumnya suatu instansi/organisasi selalu mengharapkan

kehadiran karyawannya tepat waktu dalam setiap jam kerja sehingga

pekerjaannya akan mempengaruhi kinerja karyawan, sehingga suatu

organisasi akan mencapai tujuan secara optimal. Presensi/kehadiran

karyawan dapat diukur melalui:

a. Kehadiran karyawan ditempat kerja.

b. Ketepatan karyawan datang/pulang kerja.

c. Kehadiran karyawan mengikuti kegiatan/acara dalam suatu organisasi.

2. Kerjasama

Kerjasama adalah sikap dari individu atau sekelompok untuk saling

membantu atau menginformasikan agar dapat mencurahkan kemampuannya

secara menyeluruh. Kerjasama dapat menimbulkan dampak positif apabila

dilakukan dengan niat baik, tujuan baik, dan dilakukan dengan cara yang

baik. Kerjasama sangat bermanfaat dalam memecahkan berbagai masalah,

sedangkan kerjasama negatif merupakan kerjasama yang dilakukan dengan

tujuan yang tidak baik untuk mendapatkan kepentingan pribadi dengan cara

yang dapat merugikan orang lain. Untuk mengukur adanya kerjasama dalam

perusahaan digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Kesediaan karyawan untuk bekerja sama baik dengan teman sejawat

(19)

b. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan

dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Adanya kemauan untuk memberi kritik atau menerima kritik dan

saran sehingga diperoleh cara yang baik.

d. Cara menangani kesulitan didalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Kegairahan Kerja

Setiap karyawan yang memiliki kesenangan dalam bekerja yang

dipercayakan kepadanya, pada umumnya pasti memiliki semangat kerja

yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh beban kerja, jenis, sifat pekerjaannya

sesuai dengan minat dan bakat maupun perhatian yang akan menimbulkan

rasa senang dan bergairah tanpa ada tekanan atau paksaan dalam

melakukan pekerjaan.

4. Hubungan yang Harmonis

Hubungan yang baik antara pemimpin dan karyawan sangat besar

pengaruhnya terhadap semangat kerja. Pimpinan yang memperlakukan

karyawan secara manusiawi, dengan sikap saling menghormati, saling

mempercayai, dan saling menerima satu sama lain, baik selama melakukan

pekerjaan maupun diluar jam kerja akan menimbulkan rasa senang yang

(20)

2.1.4 Kinerja Karyawan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan pekerjaan dan tugas seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan

seseorang yang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakannya. Kinerja merupakan

perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang

dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja

karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan

untuk mencapai tujuannya.

Kinerja menurut Bangun (2012:231), adalah hasil pekerjaan yang dicapai

seseorang berdasarkan persyaratan pekerjaan (Job Requitmen). Suatu pekerjaan

mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan

yang disebut juga sebagai standar pekerjaan (Job Standart). Standar kinerja adalah

tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat diselesaikan, dan

merupakan perbandingan atas tujuan atau target yang ingin dicapai dalam bekerja.

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara

tertentu dengan mengunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran

(21)

2.1.4.2Penilaian Kinerja

Penilaian kerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang

digunakan untuk mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan

dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termaksud tingkat ketidakhadiran.

Menurut Sofyandi (2008:122), penilaian kinerja (Performance appraisal)

adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan.

Penilaian kinerja memberikan dasar bagi keputusan–keputusan yang

mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi

kondisi kepegawaian lainnya.

Di dalam dunia usaha yang berkompetisi secara global, perusahaan

memerlukan kinerja yang tinggi. Karyawan memerlukan umpan balik atas hasil

kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku mereka dimasa yang akan datang.

Penilaian prestasi merupakan hasil kerja karyawan dalam lingkup tanggung

jawabnya. Adapun tujuan dan kegunaan penilaian kerja (Maltis dan Jackson,

2006:45) adalah:

1. Mengetahui pengembangan, yang meliputi: Identifikasi kebutuhan

pelatihan, umpan balik kinerja, menentukan transfer dan penugasan, serta

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan .

2. Pengambilan keputusan admistratif, yang meliputi: Keputusan untuk

menentukan gaji, promosi, mempertahankan atau memberhentikan

karyawan, pengakuan kinerja karyawan, pemutusan hubungan kerja, dan

(22)

3. Keperluan perusahan, yang meliputi: Perencanaan SDM, menentukan

kebutuhan pelatihan, evaluasi pencapaian tujuan perusahaan, informasi

untuk mengidentifikasi tujuan, evaluasi sistem SDM, dan penguatan

terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan.

4. Dokumentasi, yang meliputi: Kriteria untuk validasi penelitian, dokumentasi

keputusan-keputusan tentang SDM, dan membantu untuk memenuhi

persyaratan hukum.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan tidak hanya

sekedar mempunyai sistem penilaian kinerja saja tetapi juga sistem yang efektif

dan berkesinambungan, dan layak untuk digunakan. Dengan terpenuhinya

kondisi-kondisi tersebut akan menghasilkan peningkatan yang diperlukan sumber

daya manusia.

2.1.4.3Evaluasi Kinerja

Menurut Jerome (2001:5), evaluasi kinerja merupakan proses yang

mencakup perencanaan sejak awal dan memeliharanya secara teratur. Evaluasi

kinerja memberi cara untuk menjelaskan bagaimana anggota tim dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dan bagaimana untuk memperbaiki

kinerja dimasa yang akan datang sehingga karyawan tersebut memiliki manfaat.

Moeheriono (2009:63), mengemukakan bahwa evaluasi kinerja dapat

(23)

1. Alat yang baik untuk menentukan apakah karyawan telah memberikan hasil

kinerja yang memadai dan sudah melaksanakan aktivitas kinerja sesuai

dengan standar kinerja yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2. Cara untuk menilai kinerja karyawan dengan melakukan penilaian kekuatan

dan kelemahan karyawan.

Sebagai alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan

mengembangkan karyawan, keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada

kecakapan seluruh anggota organisasi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya sesuai dengan tujuan organisasi. Pelaksanaan pemberian penilaian

terlebih dahulu dalam memberikan penilaian pada evaluasi kinerja agar lebih

berhasil, evaluasi kinerja sebaiknya menggunakan metode yang cocok dan tepat

dengan organisasi yang bersangkutan karena sebuah metode yang tepat di suatu

tempat belum tentu cocok dengan tempat yang lainnya. Evaluasi disuatu

perusahan atau instansi pemerintah sebaiknya ditentukan penilaian yang tepat

untuk atasan maupun bawahan selanjutnya penilaian harus mengumpulkan data

terlebih dahulu melalui pengamatan terhadap kinerja karyawan .

Dharma (2010:102), mengemukakan bahwa sasaran evaluasi kinerja adalah:

1. Memotivasi

Untuk merancang orang dalam meningkatkan kinerja dan mengembangkan

keahlian.

2. Pengembangan

Untuk memberitakan dasar untuk mengembangkan dan memperluas atribut

(24)

dimasa depan terutama karyawan yang memiliki potensi untuk

melakukannya. Pengembangan dapat di fokuskan kepada peran yang

dipegang saat ini, memungkinkan orang untuk memperbesar dan

memperkaya jangkauan tanggung jawab mereka dan keahliaan yang mereka

perlukan dan mendapat imbalan sebagaimana mestinya.

3. Komunikasi

Untuk berfungsi sebagai saluran komunikasi dua arah tentang peran,

sasaran, hubungan, masalah kerja, dan aspirasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam evaluasi kinerja sangat

penting untuk memfokuskan dan mengarahkan karyawan terhadap tujuan strategi

pada penempatan, penggantian perencanaan, dan tujuan pengembangan sumber

daya manusia. Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat

dijadikan sebagai dasar penelitian setiap pekerjaan.

2.1.4.4Dimensi Kinerja

Menurut Usman (2006:489), untuk mempermudah kinerja karyawan,

standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Menurut Mathis

(2002:78), kinerja pegawai mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan

kontribusi kepada organisasi. Sehubungan dengan itu maka suatu pekerjaan dapat

diukur melalui dimensi-dimensi berikut :

1. Kuantitas pekerjaan

Dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjan yang dihasilkan individu atau

kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. Setiap

(25)

harus memenuhi persyaratan tersebut baik pengetahuan, keterampilan,

maupun kemampuan yang sesuai. Berdasarkan persyaratan pekerjaan

tersebut dapat diketahui jumlah karyawan yang membutuhkan untuk dapat

mengerjakan beberapa unit pekerjaan.

2. Kualitas Pekerjaan

Setiap karyawan dalam perusahan harus memenuhi persyaratan tertentu

untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu

pekerjaan tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu

yang harus disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakan sesuai

dengan ketentuan karyawan memiliki kinerja baik bila dapat menghasilkan

pekerjaan sesuai dengan persyaratan kualitas yang dituntut pekerjaan

tersebut.

3. Ketepatan Waktu

Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan

tertentu harus diselesaikan dengan tepat waktu, karena memiliki

ketergantungan atas pekerjaan lainnya. Jadi, bila pekerjaan pada bagian

tertentu tidak selesai dengan tepat waktu akan menghambat pekerjaan pada

bagian lain, sesuatu pekerjaan harus diselesaikan tepat waktu karena batas

waktu pesanan pelanggan dan penggunaan hasil produksi. Pelanggan sudah

melakukan pemesanan produk sampai batas waktu tertentu. Untuk

memenuhi tuntutan tersebut, pihak perusahaan harus menghasilkan tepat

waktu. Pada dimensi ini, karyawan dituntut untuk dapat menyelesaikan

(26)

4. Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakan

sesuai waktu yang ditentukan. Ada tipe pekerjaan menuntut kehadiran

karyawan selama delapan jam sehari untuk lima hari kerja dalam semingu.

Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat kehadiran karyawan dalam

mengerjakannya.

5. Kemampuan Kerja sama

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja.

Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang

karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama antar karyawan.

Kinerja karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerjasama dengan

rekan sekerja lainnya.

Dengan dilakukannya penilaian kinerja diharapkan pimpinan memantau

kinerja karyawan baik dalam kinerja individual atau kinerja tim, oleh sebab itu

seorang pemimpin harus mempunyai kriteria penilaian yang akurat dalam setiap

aktivitas pekerja. Untuk penilaian kinerja yang efektif maka dilakukan penilaian

kinerja secara spesifik dalam setiap aktivitas pekerjaan sehingga dapat

(27)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Hasil

(28)

Tabel 2.1

(29)

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Wibowo (2007:7), kinerja karyawan adalah hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan yang kuat dan strategis organisasi, kepuasaan konsumen,

dan memberikan kontribusi kepada ekonomi. Semakin tinggi minat karyawan

bekerja maka maksimalah kinerja karyawan. Sebaliknya jika semakin rendah

kinerja karyawan berarti masih ada yang perlu diperbaiki dari cara karyawan

bekerja.

Kepribadian karyawan sangat menentukan bagaimana karyawan bertahan

dalam suatu perusahaan. Kepribadian karyawan yang sesuai dengan jenis

pekerjaan akan membuat karyawan merasa nyaman dalam perusahaan dan

karyawan akan mengeluarkan setiap kemampuannya. Kenyamanan yang telah

dimiliki karyawan akan membentuk semangat kerja. Semangat kerja karyawan

yang telah terbentuk akan meningkatkan kinerja karyawan.

1. Pengaruh Kepribadian terhadap Kinerja

Dalam organisasi kepribadian merupakan hal penting yang

mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja. Menurut Nelson dan

Quick (2006:80), bahwa sebuah organisasi terdiri dari individu-individu

yang berbeda, masing-masing individu menunjukkan keunikan dalam

teminologi kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, tindakan, nilai

dan etika. Hal ini dinyatakan melalui sikap dan mempunyai arti yang

penting dalam perilaku organisasional, karena karyawan yang mempunyai

sikap positif dalam bekerja cenderung menghasilkan kinerja yang lebih baik

(30)

harus memperhatikan kepribadian, karena dalam menempatkan suatu posisi

kepribadian individu harus dicocokkan dengan jenis pekerjaannya (Sunarto

2004:45).

2. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja

Menurut Nasution (2010:88), kompetensi didefinisikan sebagai suatu

sifat seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksaan suatu

pekerjan secara efektif. Disamping itu kompetensi menunjukkan

keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam

suatu bidang tertentu sebagai suatu yang terpenting. Kompetensi

mempengaruhi kinerja seseorang, yang berarti kemampuan individu dalam

bekerja menunjukkan bagaimana hasil kinerja yang dihasilkan oleh

individu. Pengukuran kompetensi dasar akan mempermudah pihak

mengelola manajemen dan sumber daya manusia untuk lebih mudah

menempatkan orang pada tempat dan tepat pada pekerjaannya (the right

man on the right place) (Moeheriono 2009:9).

3. Pengaruh Semangat kerja Terhadap Kinerja

Menurut Schuler dan Jackson (2001:71), semangat kerja merupakan

suatu kondisi bagaimana seseorang karyawan melakukan pekerjaan

sehari-hari. Semakin tinggi semangat kerja akan meningkatkan kinerja karyawan.

Semangat kerja akan merangsang seseorang untuk berkarya dan

berkreativitas dalam pekerjaannya. Semangat kerja dan produktivitas akan

meningkat jika dalam suatu unit kerja saling memahami dan setiap

(31)

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka konseptual dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Sumber: Handoko (2000:322)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan

hipotesis penelitian ini adalah:

H1 = Kepribadian berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada PT. PP

London Sumatera Medan

H2 = Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada PT. PP

London Sumatera Medan

H3 = Semangat kerja karyawan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pada PT. PP London Sumatera Medan Kepribadian

Karyawan

Semangat

Kerja

Kompetensi Kinerja Karyawan

(32)

H4 = Kepribadian, Kompetensi, Semangat Kerja Karyawan secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Lanjutan Penelitian Terdahulu Jurnal Internasional
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

RENCANA KERJA TAHUN

Berdasarkan Peraturan Bupati Lingga Nomor : 17 Tahun 2017 Tentang Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) Kabupaten Lingga Tahun 2017 bahwa Rencana program dan kegiatan yang

(1) Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasald. 68 huruf c merupakan unit pelayanan administrasi

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W4, 2015 International Conference on Unmanned Aerial Vehicles

1) Pengetahuan siswa tentang hubungan kondisi geografis dengan kondisi masyarakat 2) Pengetahuan perilaku di rumah yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung. dalam sila kedua

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W4, 2015 International Conference on Unmanned Aerial Vehicles

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR 17 TAHUN 2Oi2 TENTANG BIAYA PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, DPRD DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI