STRUKTUR BETON BERTULANG I
Perancangan Balok Beton Bertulang
Prinsip Perancangan dan Analisis.
• Perancangan umumnya dilakukan dalamsituasi balok tidak diketahui dimensi dan tulangannya, walaupun tidak menutup kemungkinan balok sudah diketahui
dimensinya tetapi belum diketahui luasan tulangannya.
• Analisis penulangan lentur dan geser balok
Berat sendiri balok bergantung pada dimensi yang
kemudian akan mempengaruhi nilai momen, gaya geser yang terjadi, sedang pada saat yang sama dimensi itu sedang dalam proses pencarian.
Dengan demikian harus ada yang ditetapkan lebih
dahulu atau diabaikan lebih dahulu. Untuk itu prosedur peramncangan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
1) Mengasumsikan lebih dahulu dimensi balok
kemudian, setelah itu dimensi dibandingkan dengan hasil hitungan kebutuhan optimumnya,
2) Mengabaikan pengaruh berat sendiri balok, setelah diketahui kebutuhan dimensi baloknya kemudian
dihitung ulang gaya-gaya internal balok (momen dan gaya geser) dengan melibatkan pengaruh berat
sendiri balok tersebut.
Analisis
Berdasarkan pada data dimensi dan
spesifikasi bahan beton (
f
c’
) dan baja
(
f
y) yang ada, dihitung kemampuan
balok dalam menahan momen dan
gaya geser atau geser-puntir.
Dengan demikian analisis balok
dimaksudkan untuk mengetahui
perilaku balok apa adanya,
mengasumsikan balok sudah dimuat
di lapangan dengan segala
Kesetimbangan Gaya
Perimbangan antara beton sebagai penahan
tekan dan baja sebagai penahan tarik
menghasilkan keseimbangan sehingga gaya-gaya eksternal dapat diimbangi gaya-gaya-gaya-gaya internal.
Ada tiga kemungkinan yang terjadi oleh
perimbangan gaya internal antara bahan beton dan baja tulangan sebagai berikut.
underreinforced design ballance design
underreinforced design
Bila kemampuan baja lebih lemah dari
betonnya maka oleh beban ultimit baja rusak/ leleh lebih dahulu. Perancangan yang
menghasilkan kerusakan pada baja ini
dinamakan perancangan liat/ daktail (ductile reinforcement)
Ciri dari balok dengan tipe ini yaitu ; oleh
beban ultimit, tulangan akan meleleh lebih
dahulu dan balok akan berotasi yang ditandai oleh lenturan/ lendutan/ putaran yang
balance design
Kondisi berimbang merupakan kondisi yang
ideal, yaitu baja tarik meleleh bersamaan dengan rusaknya beton. Namun demikian, kondisi ini tidak pernah terjadi karena
kenyataan di lapangan banyak hal yang menyebabkan berubahnya kondisi itu.
kualitas beton yang tidak mungkin benar-benar tepat
dipenuhi dan seragam,
luasan tulangan yang dirancang tidak dapat secara
balance design
Oleh karenanya perlu ditetapkan suatu
daerah yang dapat mengakomodasi ketidak pastian/ keterbatasan di lapangan itu
sehingga balok tetap akan berperilaku daktail (underreinforced).
SNI 03-2847-2002 menetapkan batasan bila
tulangan yang dipasang tidak lebih dari 75% dari luasan seimbang/ balansnya maka dapat dijamin bahwa balok itu masih akan
overreinforced design
Pemasangan tulangan berlebihan dapat menjadikan balok berperilaku getas. Karena baja sangat kuat
menahan tarik sehingga beton tekan akan mengalami kerusakan lebih dahulu.
Kerusakan itu bersifat getas, mendadak sehingga tidak memberikan kesempatan pemakainya untuk
menghindar dari bencana tersebut. Tanda-tanda
kerusakan tidak tampak betul, bila diperhatikan tanda-tanda awal itu berupa adanya pengelupasan (spalling) pada sisi tekan sekitar momen maksimumnya.
Oleh karenannya wajib untuk dihindarkan dalam
perancangan, atau apabila kondisi itu sudah terjadi di lapangan, bila mungkin, maka harus dibatasi
Balok persegi dengan tulangan tunggal
Dalam keadaan seimbang gaya tekan beton
(Cc) akan diimbangi oleh gaya tarik tulangan baja (Ts). Pada kondisi ini tulangan baja telah mengalami pelelehan (fs = fy), sehingga
Cc = Ts
Cc = 0,85 . f’c . ab . b
Ts = As . fs = As .fy ;
cb = 0,003.d / (0,003 + εs)
bila εs = . fy/Es
dengan Es = 200000 MPa.
ab = 1 . cb ; bervariasi misalnya 1 = 0,85 untuk f‘c 30 MPa
ab = 1.600.d / (600 + fy) ;
agar penulangan liat maka digunakan
a = 0,75. ab =1. 450.d / (600 + fy),
a merupakan fungsi dari d (1 dan fy diketahui)
Cc = 0,85 . f’c . b. a dan Mn = Ts (d – ½.a)
= Cc (d – ½.a)
Bila Mn disamakan dengan Mu / dan
memasukkan a ke dalam persamaan terakhir maka akan didapatkan fungsi kuadrat dalam
d bila b ditetapkan.
Langkah-langkah perancangan dapat
• 1 = 0,85 untuk fc’ ≤ 30 MPa atau
• memasukkan a ke dalam persamaan
Mn = 0,85 . f’c . b. a. (d – ½.a)
sehingga Mn merupakan fungsi b dan d
• menyamakan Mn dengan Mu /
• menetapkan nilai lebar balok b dalam persamaan
• menetapkan tinggi total balok h = d +
penutup beton (biasanya antara 50 s/d 60
mm) dan nilai h ini dibulatkan ke atas.
• bila berat sendiri balok belum termasuk dalam
momen terfaktor, hitunglah momen terfaktor baru dengan memasukkan berat sendiri balok.
• memasukkan momen terfaktor baru untuk
mendapatkan nilai a baru dengan
memasukkan nilai d terakhir yg didapat.
• luas tulangan dihitung berdasarkan atas nilai a
terbaru, dan luasan tulangan yg diperlukan dapat dihitung : Ast= 0,85. f’c . b. a./ fy
• Kontrol luas tulangan yang didapat terhadap