EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
Penurunan Angka Kematian Bayi di Waingapu, Pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur
CITRA ARIESTA HADIANI 2011330111 NAUFALDHIA ABDURAHMAN 2011330154
Jumlah Dana yang Diajukan kepada World Health Organization (WHO)
Informasi Umum
Judul Proyek : Penurunan angka kematian bayi di Nusa Tenggara Timur
Total Anggaran : Rp. 1.897.000.000
Jangka Waktu Proyek : Satu tahun
Pelaksana Proyek : Oxfam Indonesia
Lembaga Terlibat : Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur, Pemkot Waingapu, dan Ikatan dokter Indonesia
Profil Yayasan Oxfam
Oxfam merupakan salah satu NGO internasional yang terdiri dari 17 cabang
organisasi yang telah bekerja sama dengan masyarakat di lebih dari 90 negara. Oxfam
memiliki prinsip bahwa kemiskinan harus dihapuskan dengan cara menggerakkan
kekuatan masyarakat untuk melawan kemiskinan.
Oxfam bekerja untuk menciptakan cara inovatif bagi manusia untuk berkembang
dan melepaskan diri dari kemiskinan. Oxfam aktif bekerja dalam aktivitas bantuan
krisis dan aktif dalam fungsi kampanya untuk membela hak hak masyarakat miskin.
Selain itu Oxfam juga bergerak dalam bidang pergerakan global, pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan isu perubahan iklim
Oxfam juga ikut bekerja dalam mewujudkan poin poin dalam Millenium Development Goals (MDGs). Dalam proyek ini, Oxfam akan bergerak dalam poin ke-5 dari MDGs, yaitu improvematernal health. Proyek akan dilakukan pada daerah dengan angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Timur.
Uraian Proyek
I.
Latar Belakang
Kesejahteraan merupakan tolak ukur yang paling mendasar dalam
menentukan baik buruknya tingkat pembangunan disuatu negara.
Kesejahteraan yang dimaksud seringkali merujuk pada potensi dan kecakapan
masyarakat untuk menghasilkan pendapatan ekonomi dan kemampuan
kriteria bagi kesejahteraan suatu negara yang baik tidak hanya diukur dari
besarnya angka kesejahteraan ekonomi semata, melainkan mencakup
aspek-aspek lain yang tidak kalah penting. Aspek kesejahteraan lainnya mencakup
pendidikan, kesehatan, tingkat mortalitas, hingga pemerataan pembangunan
dan aspek-aspek lainnya yang sudah terangkum secara rapi dalam poin-poin
Millenium Development Goals yang kita kenal saat ini. Adapun poin-poin MDGs yang dimaksud adalah: (1) Upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan
ekstrim, (2) Pemerataan pendidikan dasar, (3) Mendukung upaya persamaan
gender dan pemberdayaan perempuan, (4) Mengurangi tingkat kematian anak,
(5) Meningkatkan kesehatan ibu, (6) Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria,
dan penyakit lainnya, (7) Menjamin daya dukung lingkungan hidup, dan (8)
Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Indonesia, sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam
menandatangani Deklarasi Millenium dan mengesahkan poin MDGs pada
tahun 2000 di kota New York menyadari, dari delapan butir Tujuan
Pembangunan Milenium atau MDGs, ada tiga butir yang perlu mendapat
perhatian khusus Indonesia. Ketiga butir itu adalah tingkat kematian ibu
melahirkan, angka kematian balita, dan akses terhadap air bersih.1 Tiga poin ini
dinilai oleh mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai poin MDGs
yang hingga saat ini masih belum dikembangkan secara maksimal, khususnya
1 Tiga dari Delapan Pon MDGs Perlu Peratian le ih Indonesia , Artikel tanggal Juli
di wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini juga berhubungan langsung dengan
adanya ketimpangan pembangunan yang terjadi di Indonesia, dimana proses
pembangunan yang berjalan saat ini masih berpusat di pulau jawa dan efek
pembangunan hanya terlihat di kota-kota besar saja.
Tingkat pembangunan di Indonesia yang tidak merata dan masih bersifat
java entris ini menyebabkan wilayah-wilayah lain seperti di wilayah timur
Indonesia mengalami ketertinggalan dalam pembangunan. Salah satunya
dalam pembangunan fasilitas kesehatan publik yang berdampak pada
langkanya tenaga medis terlatih yang dapat diakses oleh masyarakat. Dalam
kasus ini, bidan terlatih, klinik, atau rumah sakit bersalin yang layak sangat
jarang ditemui sehingga proses kelahiran hanya dibantu oleh dukun-dukun
tradisional dengan keadaan sanitasi yang buruk. Keadaan sanitasi yang buruk
tersebut juga dipengaruhi oleh iklim wilayah Indonesia bagian timur yang
kering, sehingga askes kepada ketersediaan air bersih sangat sulit. Keadaan
seperti ini menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan seperti adanya infeksi
hingga penanganan yang tidak tepat pada proses kelahiran yang sulit, sehingga
kematian bayi di wilayah ini cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya.
Berdasarkan hasil konversi jumlah kasus kematian pada bayi mengalami
fluktuasi dari tahun 2008-2012. Pada tahun 2008 sebanyak 1.208 atau 12,8 per
1000 kelahiran hidup. Selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2009
sebanyak 1.240 kematian atau 13,1 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2010
mengalami penurunan kembali dimana kematian sebesar 1.159 atau 12,5 per
1000 kelahiran hidup,selanjutnya pada tahun 2011 sebesar 1.210 kematian
atau 12,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 kasus kematian bayi
sebanyak 1.350 kematian atau 15,1 per 1000 kelahiran hidup. Berikut ini adalah
gambaran konversi Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2008-2012 di provinsi NTT.2
II.
Profil Target
Target wilayah proyek ini secara spesifik adalah kota Waingapu yang
terletak di Pulau Sumba yang berada di timur Indonesia. Secara general,
wilayah Pulau Sumba dibagi menjadi 4 Kabupaten: Kabupaten Sumba Barat
Daya (Kab. SBD), Kab. Sumba Barat, Kab. Sumba Tengah, Kab. Sumba Timur.
Pulau Sumba termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kab. SBD terdiri dari 8
kecamatan dan 95 desa/kelurahan. Luas wilayah 1.445,32 km² dengan populasi
penduduk sebanyak 235.632 jiwa.3
Data dari Susenas (Survei Kesehatan Nasional)/ UNFPA (United Nations Fund for Population Activities) menunjukkan kondisi kemiskinan di Wilayah Sumba masih tinggi, yakni 66,21%. Angka kematian bayi (AKB) di Nusa
Tenggara Timur (NTT), pada umumnya masih yang tertinggi di Indonesia : AKB
anak laki-laki 56 /1000mmm, anak perempuan 42,01 /1000. Angka kematian
ibu (AKI) melahirkan tergolong tinggi di Asean yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup.
Kota Waingapu dipilih sebagai wilayah target utama karena kota tersebut
merupakan wilayah yang strategis dan dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat pulau sumba, ketersediaan infrastuktur jalan yang sudah cukup
layak juga akan memudahkan pelaksana untuk mendapatkan sumber daya dan
akses yang mudah dalam menjalankan proyek ini.
Berdasarkan survei yang dilakukan di empat unit pelayanan kesehatan
(UPK): RS Kharitas Waitabula, BP Karitas Elopada, BP Karitas Hombakaripit, BP
Karitas Katikuloku, penyebab dari keadan tersebut (tingginya AKI dan AKB)
adalah faktor kemiskinan dan tingkat pendidikan yang masih rendah mengenai
kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan dan persalinan.4
III.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari dilaksanakannya proyek ini antara lain:
Memunculkan kesadaran yang lebih besar terhadap pentingnya
prosedur persalinan secara medis yang aman yang dilakukan oleh
tenaga-tenaga bidan terlatih.
Masyarakat Waingapu dapat mengakses klinik-klinik bersalin dan
mendapatkan jasa medis yang layak secara lebih mudah.
Menurunnya angka kematian bayi yang baru lahir di pulau Sumba,
secara spesifik di kota Waingapu.
Melalui pencapaian tersebut, proyek ini telah berkontribusi dalam
mencapai salah satu poin MDGs, yaitu untuk mengurangi tingkat kematian
anak.
Proyek yang didasari akan pentingnya menjaga kesehatan selama
kehamilan dan melakukan prosedur persalinan secara medis yang layak
merupakan salah satu solusi untuk menekan bertambahnya angka kematian
bayi secara berkelanjutan.
IV.
Kegiatan dan Keluaran
Kegiatan dan keluaran yang dihasilkan dari proyek ini antara lain adalah:
Pemberdayaan Masyarakat
Langkah awal yang dilakukan dari proyek ini adalah memberikan
penyuluhan kepada masyarakat secara general dan tenaga bidan
tradisional atau dukun beranak di pulau sumba akan pentingnya
prosedur medis yang layak dalam proses persalinan.
1. Masyarakat : Mengadakan pelatihan bagi
keluarga melalui pendidikan pertolongan pertama, nutrisi, dan
usaha pencegahan penyakit yang dipimpin oleh ahli kesehatan.
2. bidan tradisional : Mengadakan pelatihan bagi 120 dukun
beranak mengenai perawatan kelahiran dasar, mengenal
penyakit dari ibu ke bayi serta Mengadakan workshop bagi bidan setempat untuk meningkatkan kemampuan dan
pengalaman dalam bidang kesehatan ibu
Merenovasi dua klinik bersalin agar layak dan sesuai standar nasional
Mengadakan kegiatan monitoring dan evaluasi sebanyak dua kali pada
pertengahan tahun dan di akhir program.
V.
Manajemen Proyek
Jabatan Nama Organisasi
Penanggung Jawab Naufaldhia Abdurahman
Yayasan Oxfam Indonesia Pemimpin Proyek Citra Ariesta Hadiani Yayasan Oxfam
Indonesia
Wakil Pemimpin Proyek Meila Ghaisani Pemerintah Daerah NTT
Sekretaris Nadhila Renaldi Pemerintah Daerah NTT
Bendahara Dimas Pramudya Yayasan Oxfam Indonesia
Yuriano Augusta Ikatan Dokter Indonesia
Koordinator Sarana dan Prasarana Windy Novindra Pemkot Waingapu
Koordinator Hubungan Masyarakat Sidhi Budjana Pemerintah Daerah NTT
VI.
Anggaran/Biaya
2 Sewa venue 12 bulan, 2 x 1 bulan Rp.5.000.000/bulan Rp.60.000.000 3 Peralatan
pendukung
Peralatan medis, alat peraga, komputer,
1 Tenaga Ahli 3 x 1 tahun, 3 orang/sesi Rp.3.000.000/sesi Rp.27.000.000 2 Sewa venue 3 x 1 tahun Rp.5.000.000/sesi Rp.15.000.000 3 Peralatan pendukung Peralatan medis,
pembagian kotak P3K peserta estimasi max 200
Rp.35.000.000 Rp.105.000.000
C. Pembangunan Infrastruktur
NO JENIS
PENGELUARAN
RINCIAN BIAYA TOTAL
1 Bahan material 2 klinik Rp.300.000.000 Rp.600.000.000 2 Tenaga buruh
3 Peralatan medis Peralatan medis, inventaris obat, furniture, dsb x 2 klinik
Rp.250.000.000 Rp.500.000.000
Rp.1.226.000.000
TOTAL ANGGARAN PENGELUARAN Rp. 1.897.000.000
ANGGARAN PENDAPATAN
NO JENIS PENDAPATAN RINCIAN TOTAL
1 Uang kas Yayasan
KONTAK
Apabila Bapak/ibu memiliki pertanyaan, komentar, ataupun masukan yang berkaitan
dengan proposal atau proyek ini, silakan menghubungi :
Yayasan Oxfam Indonesia
Jl. Taman Margasatwa 26-A RT 005/01, Ragunan, Pasar Minggu
Jakarta, Indonesia 40123
Telp: +62-21-7811827 – +62-21-7811839
Email: phd@oxfam.org.uk