• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Aga. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Pembelajaran Pendidikan Aga. pdf"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELAULUI PEMBIASAAN DAN KETELADANAN

DI SEKOLAH

Oleh Andi Abd Muis

Email:andiabdmuis31@gmail.com

Universitas Muhammadiyah Parepare

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach), dengan menggunakan analisis pendekatan studi kasus yang bersifat kualitatif-refresentatif. Metode yang digunakan adalah 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumentasi.

Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah Parepare antara lain dapat dilihat dalam setiap mata pelajaran guru selalu memberikan contoh pembiasaan dan keteladanan terkait dengan mata pelajaran yang dibawakannya. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah antara lain dapat dilihat dalam setiap mata pelajaran guru selalu memberikan contoh pembiasaan dan keteladanan terkait dengan mata pelajaran yang dibawakannya. Efektivitas pembiasaan dan keteladanan dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam di sekolah penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya siswa setuju atau berminat dalam penerapan proses pembiasaan dan keteladanan di sekolah pare dan tentunya hal itu karena mereka tidak merasa terbebani dengan semua proses pembelajaran tersebut.

A. Latar Belakang Masalah

Di era pembangunan dewasa ini masalah pendidikan sudah dirasakan sebagai kebutuhan pokok yang merupakan upaya mencapai keselarasan dan keseimbangan dimana dunia pendidikan kita tidak mampu memberikan jaminan mutu moral anak bangsa. Masalah semakin panjang deratan moral obligation dunia pendidikan yang harus segera ditebus oleh para pelaku dalam dunia pendidikan kepada masyarakat. Berbagai kasus disebabkan oleh rendahnya moralitas tidak hanya dilakukan oleh orang yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah, lebih berbahaya lagi karena juga dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan cukup memadai.

Mata pelajaran agama memegang peran paling sentral dalam hal pendidikan moralitas. Ketika pendidikan agama Islam sudah tidak mampu lagi memberikan kontribusinya secara signifikan, maka sudah seharusnya kita evaluasi kembali kekuangannya. Tidak salah ketika dalam sebuah kesempatan K.H. Sahal Mahfuz mengkritik, orientasi pendidikan agama Islam di sekolah hanya menciptakan Islamolog. Pendidikan agama seharusnya beriorentasi untuk membentuk siswa menjadi pemeluk agama yang taat1.

Ajaran agama yang menyangkut Hablun Minallah (hubungan dengan Allah) maupun Hablun Minannas (hubungan dengan sesama manusia) sangat kental

1K. H. Sahal Mahfuz,, Seminar Nasional Orientasi Pendidikan Agama Islam ( Jakarta:

(3)

dengan muatan nilai moral dan budi pekerti. Hal ini sejalan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi manusia dan warga yang demokratis, bertanggung jawab.2.

Selain tujuan tesebut tentunya pendidikan juga memegang peranan penting. Pendidikan yang bermutu adalah ketika peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang dilakukan secara sadar dan terencana.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional bertujuan:

1. Menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Menyiapkan siswa agar mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan IPTEK dan kesenian yang dijiwai ajaran agama.

3. Menyiapkan siswa agar menjadi anggota masyarakat dalam mengandalkan hubungan timbal balik dengan sosial budaya3.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka para pendidik perlu menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat kepada siswanya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI di sekolah yang notabenenya pelajaran agamanya lebih banyak dibanding dengan sekolah umum tentunya perlu menggunakan metode pendekatan pembiasaan dan keteladanan agar ilmu agama yang diberikan tidak hanya mengedepankan knowledge akan tetapi juga harus merambah kepada tataran in action.

Salah satu penyebab rendahnya moral/akhlak generasi saat ini adalah rendahnya moral guru dan orang tua. Kecenderungan tugas gur hanya mentransper ilmu pengetahun tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat beriorentasi pada perolehan angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan untuk mengetahui tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah,,untuk mengetahui pembiasaan dan keteladanan efektif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. dan untuk memahami faktor-faktor apa yang menghambat efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.

Namun kenyataan yang terjadi sekolah sering tidak semanis yang diharapkan. Banyak terjadi kasus yang awalnya diperkirakan tidak akan merembet kepada siswa, ternyata dengan terpaksa harus diterima. kasus-kasus tersebut misalnya siswa laki-laki secara sembunyi-sembunyi mulai mengenal rokok dan menonton video porno, siswa perempuan tidak lagi memakai jilbab ketika keluar rumah atau membolos ramai-ramai jika pelajaran sedang kosong dan siswa sudah tidak lagi terlihat membiasakan shalat berjamaah.

2http: //www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

3Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam UU SISDIKNAS,

(4)

Melihat hal tersebut sekolah sebagai lembaga pendidikan formal perlu melakukan perubahan terhadap perubahan sikap siswa yang kurang baik tersebut. sekolah perlu melakukan terobosan-terobosan baru yang dapat merubah kebiasaan buruk siswa menjadi kebiasaan yang baik. karena jika siswa sudah dapat terbiasa melakukan hal-hal yang baik maka sikap tersebut akan ditiru oleh siswa di sekolah yang lain sebagai bentuk keteladanan siswa.

Pendidikan Agama Islam di sekolah diterapkan yang tidak hanya dalam satu mata pelajaran akan tetapi mencakup 4 (empat) mata pelajaran yaitu Akidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang agama dan tentunya guru adalah pemegang peranan utama dalam membentuk kepribadian yang baik terhadap anak didiknya.

Meskipun disadari bahwa untuk merubaha sikap kebiasaan kurang baik siswa tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. diperlukan banyak kesabaran dalam mendidik dann memberikan contoh keteladanan yang baik serta guru perlu membiasakan siswa melakukan hal-hal yang baik di sekolah.

Untuk itu dalam skripsi ini penulis akan mengembangkan lebih jauh tentang penerapan pembiasaan dan keteladanan khususnya dalam pelajaran agama di sekolah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditentukan hal-hal yang menjadi rumusan masalah. Adapun yang menjadi masalah pokok adalah “sejauh manakah peran pembiasaan dan keteladanan dalam memberikan sifat dan sikap yang baik terhadap anak didik”.

Dari masalah pokok di atas maka dapat ditentukan sub pokok masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran pembiasaan dan keteladanan guru pendidikan agama islam di MAN. 2 Parepare ?

2. Bagaimana Proses pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan oleh guru MAN. 2 Parepare ?

3. Bagaimana efektivitas pembiasaan dan keteladanan dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam di MAN. 2 Parepare ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare. b. Untuk mengetahui proses pembiasaan dan keteladanan efektif dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare.

c. Untuk memahami efektivitas pembiasaan dan keteladanan dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam di MAN. 2 Parepare.

2. Kegunaan

a. Kegunaan Ilmiah

(5)

penulis dan menjadi jawaban yang bersifat penguat bagi penulis dalam menemukan hasil dari penelitian.

b. Kegunaan Praktis

Kajian ini diharapakan dapat memberikan motivasi kepada para penulis agar pemikiran dan wawasan yang saat sekarang dimiliki dapat dikembangkan.

D. PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembiasaan Dan Keteladanan

Pembiasaan merupakan kata dasar dari “biasa” artinya tidak ada rasa canggung untuk melakukan suatu hal karena sudah dilakukan berkali-kali. Dalam kaitannya dengan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu pembiasaan untuk hal-hal yang baik. Jadi ilmu yang telah diperolah dari pembelajaran agama hauslah di amalkan dan dibiasakan. Jika sudah terbiasa maka hal tersebut akan terasa mudah dan biasanya orang yang talah membiasakan melakukan hal-hal yang baik, jika ada yang mengajaknya untuk berbuat kajahatan maka ia akan canggung karena ia tidak terbiasa dengan hal tersebut.

Makna kata “teladan” terkandung dalam hal-hal yang dapat diikuti dan ditiru; baik dalam hal-hal terpuji ataupun tercela karena kata ini ketika digunakan sebagai kata kerja, berarti mengikuti dan meniru, seperti ungkapan “sebagai muslim, kita wajib meneladani Rasulullah.” Kata teladan sepadan dengan kata panutan. Oleh karena itu, al-Qur’an menjadikan Rasulullah sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik) untuk orang-orang beriman dan mengharap kebahagiaan akhirat.

Allah berfirman dalam Qur’an Surah al-Ahzab sebagai berikut:

 bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”4.

Menurut Al-Gazali menjelaskan bahwa perubahan dan peningkatan akhlak dapat dicapai sepanjang melalui usaha dan latihan moral yang sesuai5, untuk itu maka dalam mewujudkan akhlak yang baik dapat dilakukan dengan pembiasaan dan keteladanan.

Terdapat sedikit perbedaan antara pembiasaan dan keteladanan. akan tetapi kedua hal tersebut saling menujang. keteladanan merupakan konotasi kata yang positif, sehingga hal-hal yang mengikuti adalah perilaku, sikap, maupun perbuatan yang secara normative baik dan benar. dalam keteladanan terdapat unsure

4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,PT. Toha Putra Semarang,

tahun 2002.

(6)

mengajak secara tidak langsung, sehingga terkadang kurang efektif tanpa ada ajakan secara langsung yang berupa pembiasaan.

Begitu pula dengan pembiasaan yang secara lengsung mengarahkan pada suatu perilaku, sikap mapun perbuatan yang diharapkan, kurang dapat berhasil dengan baik tanpa adanya keteladanan.

1. Pentingnya Pembiasaan dan Keteladanan

Pembiasaan dan ktetladanan tentunya sangat berperan penting khususnya di sekolah terutama disekolah madarasah yang diharapakan bias memberikan contoh yang baik terhadapa sekolah umum. Dengan kata lain sekolah yang memiliki mata pelajaran pendidikan agama Islam yang lebih banyak agar agar member contoh kebiasaan yang atut ditiru. Pembiasaan dan keteladanan juga sangat beperan penting terhadap ahklak manusia baik itu terhadap siswa atau gurunya. Jika guru memberikan contoh kebiasaan keteladanan yang baik terhadap siswanya dalam kehidupan sehari-hari maka tentu saja siswa juga akan melakukakan kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan menjadikan gurunya teladan.

Contoh pembiasaan kecil yang tentunya sangat mudah dilakukan tetapi memberikan dampak yang baik seperti mebuang sampah pada tempatnya. Dan dampak yang bias dipetik dari penbiasaan itu adalah lingkungan kita dapat terlindung dari penyakit. Dengan demikian pembiasaan daan keteladanan yang dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh dapat mengubah sifat seseorang untuk belajar meneladani rasul yang selalu melakukan kebiasaan yang baik yang berguna bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

A. Pembiasaan dan Keteladanan Guru dalam Pembelajaran

Keteladanan dan pembiasaan guru dalam pembelajaran di sekolah adalah metode efektif untuk menumbuhkan akhlaqul karimah pada anak-anak. Guru harus menjadi model dalam pembelajaran pendidikan agama dan moral, baik pada pembelajaran akidah akhlak, qur’an hadist, kebudayaan Islam dan lain sebagainya. Demikian pula dengan pembelajaran pendidikan moral kebengsaaan (nasionalisme) maupun pembelajaran lainnya di sekolah seperti gotong royang, bakti social, shalat berjamaah, membaca al-Qur’an dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut wajib didikuti setiap warga sekolah termasuk guru, tidak hanya sebagai penganjur yang baik kepada anak didiknya6.

Salah satu penyebab rendahnya moral/akhlak generasi saat ini adalah rendahnya moral guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat beriorentasi pada perolehan angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan.

Seorang pendidik, sebelum mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan sudah barang tentu dia memiliki bekal yang cukup dibidang ilmu pengetahuannya maupun ruhaniahnya, karena itulah sebagai modal dasar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa sering dihadapkan pada nilai-nilai yang bertentangan, pada suatu sisi dididik untuk bertingkah laku yang baik, jujur, hormat, hemat, rajin, disiplain,

(7)

sopan, dan sebagainya, tetapi pada yang bersamaan, mereka dipertontongkan hal-hal yang bertolak belakang dengan apa yang mereka pelajari, misal hukuman atau sanksi pelanggaran tata tertib sekolah hanya berlaku untuk siswa sementara guru kebal hukum/sanksi, siswa dilarang melakukan kekerasan tetapi banyak guru melakukan kekerasan terhadap siswa, guru perokok melarang anak didiknya merokok dan masih banyak peristiwa merusak citra profesi guru.

Hal-hal yang bertolak belakang inilah yang menyebabkan peserta didik kesulitan dalam mencari figure teladan yang baik (uswatun hasanah) di lingkungannya termasuk di sekolah hingga akhirnya banyak siswa yang benci terhadap gurunya.

Tentunya semua hal-hal tersebut tidak sepantasnya di lakukan oleh guru. Guru harus mengetahui betul posisinya sebagai pendidik, bukan hanya sekedar mengajar di dalam kelas tetapi sekaligus sosok yang patut diteladani. Guru harus belajar menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar. Hubungan guru dengan murid harus baik, guru harus memperhatiakan siswa serta pelajaran mereka, guru juga seharusnya peka terhadap perasaan siswa serta harus memiliki kepribadian yang baik.

Guru seharusnya mencontoh akhlak rasul dalam mendidik umatnya semasa hidupnya. Sebagaimana diketahui bahwa akhlak yang paling mulia adalah akhlak Rasulullah sebagaimana terdapat dalam sebuah hadist di bawah

م ﻣ ﺘ ﻻ ت ﺴ ﻌ ﺑ ﻠ ا ا ﻣ ﻨ ا

ﻖ ﻠ ﺨ ﻻ م ﺮ ا ﻗ ﻣ

Artinya:

Sesunggunhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlaq. (HR. Ahmad dan Baihaqi)7.

Meneladani Rasulullah dapat ditinjau dari berbagai sudut yakni

1. Ibadah: Bahwa beliau adalah orang yang paling tahu dan mengenal Allah SWT., orang yang paling takut dan bertaqwa, namun beliau oran yang kadang-kadang berpuasa dan kadang-kadang berbuka, tidur dan bangun serta menggauli wanita (istri) dengan baik, namun tidak mempengaruhi keadaan beliau sebagai orang yang paling banyak beribadah.

2. Berinteraksi dengan tetangga: Nabi SAW. bersabda: “ Jibril selalu

mewasiatkan kepada saya tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa tetangga mendapat hak warisan” (Muttafaq ‘Alaih)

3. Berinteraksi dengan sesama manusia: beliau kadang-kadang menjual dan membeli, sangat sopan jika menjual dan sangat ramah jika membeli, ramah ketika memuuskan hukum dan ramah pula saat menuntut hukuman. 4. Akhlak dan perilaku secara umum: nabi SAW. adalah sebaik-baik manusia

dalam berakhlak dan beretika, orang yang paling mulia dan paling bertaqwa dalam berinteraksi. Allah berfirman sambil memuji nabi SAW.:

 



 8

7Al-Imam Al Hafids Ibnu Hajar Asqalani, Fathul Baari Syara Shahih, (Riyadh:Maktabah

(8)

Terjemahannya:

“ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung9”.

5. Damai dalam perang serta selalu menghormati dan memenuhi janji: “Rasulullah SAW. masuk ke kota Madinah dengan mengangkat bendera perdamaian. ketika masuk kota madinah beliau berkata: “Wahai sekalian mansia, tebarkanlah sala, berilah makan, sholat malamlah ketika orang lain tidur lelap niscaya masuk syurga dengan selamat”. (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Salam

Guru ditempatkan pada tempat yang mulia sesuai dengan hadist nabi: Pada suatu hari, Rasulullah keluar rumah kemudian beliau melihat 2 majelis yang satu terdiri dari orang yang berdo’a kepada Allah dan mengharap kepadanya. Majelis yang kedua terdiri dari orang yang mengajarkan agama kepada manusia. Beliau bersabda adapun yang itu (yang pertama) mereka memohon kepada Allah jika Dia berkenan mereka akan diberi dan Dia juga berkenan untuk tidak memberi. Dan yang itu (yang kedua) mereka mengajari manusia, dan bahwasanya aku di utus hanya untuk mengajar. Kemudian beliau maju dan ikut duduk pada kelompok yang kedua. Dengan demikian nabi yang mulia telah membuat sebaik-baik contoh buat kita agar menjadi pengajar dan pendorong dalam mengajar dan mengakui keutamaannya.

Gambaran jelas tentang akhlak yang baik telah tercatat dalam al-Qur’an dan hadist sebagaimana yang telah dilakukan oleh nabi besar kita Muhammad SAW. yang harus dijadikan contoh teladan yang ideal. gambaran ini harus dijadikan pedoman bagi guru dalam mendidik dan membiasakan siswa dalam melakukan hal-hal yang baik.Apabila kita mengikuti sirah Rasulullah Muhammad dalam memberikan Pendidikan agama, di sana ditemukan tiga hal penting yang itu merupakan jati diri pendidikan agama. Pendidikan agama Islam harus meliputi tiga tahapan : tahu, mampu dan mau.

Pembiasaan–pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam (beribadah), membina hubungan yang harmonis antara guru dan siswa, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan, dan nasehat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh guru agar perilaku yang menyimpang di sekolah dapat dikendalikan.

Pola pendidikan dapat diupayakan melalui proses interaksi dan internalisasi dalam lingkungan sekolah dengan menggunakan metode yang tepat seperti yang dikemukakan oleh an-Nahlawi10bahwa metode pendidikan dan pembinaan akhlak yang perlu diterapkan oleh guru dalam lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Metode Hiwar (Pecakapan) 2. Metode Kisah

3. Metode mendidik dengan amtsal (perumpamaan) 4. Metode mendidik dengan teladan

9Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang,:PT. Toha Putra

tahun 2002).

10An-Nahlawi Penyunting:MD. Dahlan, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam,

(9)

5. metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman

6. Metode mendidik dengan mengambil Ibroh (Pelajaran) dan mau’idho

(peringatan)

7. Metode mendidik dengan Targhib (membuat senang) dan Tarhib (membuat takut).

Rasulullah memberikan penjelasan-penjelasan agar para sahabat tahu, mengerti dan memahami Islam melalui hadits-hadits Qauli (ucapan). Agar para sahabat mampu melaksanakannya dengan benar maka Rasulullah membimbingnya melaluihadts-hadits fi’li (perbuatan). Kemudian Rasulullah memotivasi kemauan para pengikutnya agar melaksanakan apa yang dia tahu dan mampu, seperti yang tertera dalam sebuah hadits masyhurnya, “Orang yang berilmu tanpa melaksanakannya bagaikan pohon yang tak berbuah”.

Jadi harus dipahami bahwa tidak otomatis orang yang pandai dalam hal agama akan mau melaksanakannya. Banyak pula orang yang banyak hal dalam bidang agama tetap melakukan perbuatan amoral. Hal ini bisa saja terjadi.

Dengan demikian kita harus melakukan reorientasi terhadap pendidikan agama baik oleh sekolah maupun masyarakat (orang tua) sendiri.Reorientasi pendidikan agama dari sekolah khususnya di Madrasah Aliyah dapat dilakukan dengan memerapkan sistem pembiasaan dan keteladanan.

Contoh pembiasaan yang dapat diterapkan yaitu membiasakan mengerjakan shalat fardlu secara berjamaah dan tepat waktu.. jadi setiap masuk waktu sholat semua aktifitas pembelajaran harus ditinggalkan dulu dan untuk siswa laki-laki dibuatkan jadwal adzan.

Jika semua contoh pembiasaan tersebut dapat diterapkan maka keteladanan yang baik itu juga dengan mudah untuk didapatkan.

Menjadi teladan siswa tidak cukup hanya melakukan hal-hal yang baik dihadapan siswa, tetapi perlu adanya penguatan dengan membimbing dan mengarahkan siswa dengan pembiasaan. misalnya guru tidak cukup hanya senantiasa melaksanakan shalat 5 waktu dan membiarkan siswa sampai meniru sendiri perilaku tersebut.

Akan jauh lebih efektif, apabila guru melaksanakan sholat sekaligus mengajak siswa ikut serta sebaliknya kalau guru saja tidak menjalankan sholat, maka guru tidak bisa berharap banyak siswa akan melakukan.

Berikut ini beberapa contoh keteladanan dalam pembiasaan yang kurang tepat yaitu:

1. Guru berharap siswanya selalu berkata jujur, tetapi ketika siswa menyampaikan kritikan terhadap kekealiruan gurunya, justr dikatakan tidak sopan dan berani kepada guru.

2. Guru berharap siswanya rajin belajar, tetapi guru tidak pernah mendampingi siswanya dalam berlajar dan mengapresiasikan belajar siswa.

3. Guru berharap siswanya makan minum dengan tangan kanan dan duduk, tetapi guru terkadang masih menggunakan tangan kiri dan makan minum sambil berdiri.

(10)

5. Guru berharap siswanya dapat menjaga auratnya dan terhindar dari bahaya tetapi guru belum memberi teladan yang baik.

6. Guru berharap siswa dapat menahan amarah tetapi guru sendiri juga tidak dapat menahan amarah.

Memang tidaklah mudah menjadi guru yang dapat memberi keteladanan dan pembiasaan yang sempurna. banyak sekali kendala yang terkadang merupakan kelemahan manusiawi, akan tetapi yang terpenting dari itu semua adalah kegigihan untuk senantiasa memperbaiki diri.

Dengan keteladanan dan pembiasaan ternyata mampu menjadi metode pembelajaran yang efektif bagi siswa dalam penanaman nilai-nilai agamis maupun pembelajaran formal sekolah. selain itu keteladanan juga terbukti efektif dalam menanamkan nilai-nilai pada siswa, terutama siswa Madrasah Aliyah dimana siswa seusia ini memiliki sifat khas yaitu meniru (imitasi atau mudah terpengaruh oleh likungan)

Semakin sering seseorang melakukan sesuatu maka semakin menguasai hal tersebut. jika kita berharap memiliki siswa yang soleh dan soleha yang dapat menjadi penyejuk jiwa maka semangat itu akan selalu ada dan terus menyala demi satu tujuan yang diidam-idamkan.

B. Tujuan Pembiasaan dan Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam menerapkan pembiasaan dan keteladanan di Madrasah Aliyah tidak lepas dari penerapan syari’at Islam dimana pembiasaan dan keteladanan merupakan salah satu unsur terkecil dari penerapan syari’at Islam yang dapat diterapkan melalui pendidikan Islam di sekolah.

Terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Islam di sekolah melalui pembiasaan dan keteladanan:

a. Mengetahui dan melaksanakan dengan baik ibadah yang disebutkan dalam hadits Nabi yang antara lain menyebutkan bahwa Islam itu dibangun atas 5 pilar:

1) . Pengakuan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.

2) . Mendirikan shalat. 3) . Menunaikan shalat. 4) . Menunaikan zakat.

5) . Puasa dalam bulan ramadhan. 6) . Melaksanakan ibadah haji11.

b. Memperoleh bekal pengetahuan untuk mendapatkan rezeki bagi diri dan keluarga.

c. Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan peranan kemasyarakatan dengan baik (akhlak terpuji)12 yang kita kelompokkan dalam dua kategori:

1). Dalam hubungan manusia dengan orang lain untuk kepentingan dirinya dan kepentingan umat, diantaranya:

a). Berbakti kepada kedua ibu bapak. (QS.Al-ISra’:23)

11H.R. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Anas

12Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah cet. II, (Jakarta:

(11)

   

    

Terjemahannya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[85013]14.

b). Membelanjakan harta di jalan Allah SWT. (QS.Al-ISra’:26)

 menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros15”.

c). berbuat baik kepada karib kerabat/tidak kikir tidak pula boros (QS.Al-ISra’:29)

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852]16 karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

d). Mengamalkan dan Membangun secara benar (QS.Al-ISra’:35)



“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”17.

13 Mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi

mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu

14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,PT. Toha Putra Semarang,

tahun 2002. 15

Departemen Agama RI ,Ibid

16[852]. Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu pemurah.

17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,PT. Toha Putra Semarang,

(12)

e). Jangan ikut campur dengan urusan yang bukan urusanmu dan hendaklah bersifat rendah hati serta tidak sombong. (QS.Al-ISra’:36-37) pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,

semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”18.

f). memakai perhiasan yang hak (al-a’Raf:32)

“Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat[53619]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui”20.

2). Sayang kepada orang yang lemah dan kasih kepada orang hewan misanya:

a). membuang daun di jalan

b). memberi minum hewa yang kehausan

c). jika membunuh hewan, bunuhlah dengan baik, jika memotong hewan potonglah dengan pisau yang tajam dan istrahatkan hewan sembelihan itu.

Dengan demikian bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang soleh, teguh imannya, taat beribadah, berakhlak terpuji bahkan keseluruihan gerak dalam hidup setiap manusia, mulai dari perbuatan, perkataan, dan tindakan apapun yang dilakukannya dengan niat mencapai rodho Allah, memenuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya adalah ibadah maka untuk melasanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi ataupun social, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. pembiasaan dan keteladanan adalah salah satu proses yang harus di tempuh dalam mencapai tujuan tersebut karena

18Departemen Agama RI ,Ibid

19

536]. Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.

(13)

jika sudah terbiasa melakukan hal-hal yang baik maka dengan sendirinya dapat diteladanai oleh orang dan dapat menjadi figure bagi orang lain sehingga dengan demikian identitas muslim akan tampak dari semua aspek kehidupannya.

D. Faktor-faktor yang menghambat efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Prasetyo dalam buku yang berjudul strategi mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu:

1. Faktor Raw Input (yakni faktor anak didik itu sendiri) dimana tiap anak memilikin kondisi yang berbeda dalam hal ini kondisi psikologis dan kondisi fisiologis.

2. Faktor enviromental input (yakni faktor lingkungan) baik itu lingkungan aami maupun lingkungan sosial.

3. Faktor instrumental, yang di dalamnya antara lain terdiri dari: a. Kurikulum

b. Program/bahan pembelajaran. c. Suasana dan fasilitas

d. Guru/tenaga pengajar21.

Faktor pertama dapat disebut “faktor dari dalam” dan faktor kedua dapat disebut “faktor dari luar”.

Adapun uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain sebgai berikut:

1. Faktor dari dalam.

Diantara faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor raw input. Maka sebenarnya kondisi anak didiklah yang memegang peranan yang paling menentukan, baik itu kondisi fisiologis mapun kondisi psikologis.

a. Kondisi fisiologis.

Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kaki,/tangannya (karena ini akan mempengaruhi kondisi fisiologis dan sebagainya, karena hal itu akan sangat membantu dalam proses belajar mengajar.

Anak yang kekurangan gizi misalnya ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah anak-anak yang cukup gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi basanya cenderung lekas lelah, mudah mengantuk, dan akhirnya tidak mudahmenerima pelajaran.

2. Kondisi psikologis.

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai kondisi psikoogis yang berbeda-beda, maka sudah tentu perbedaan-perbedaan tersebut sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis yang dianggap utama dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

1) Minat.

21

(14)

Minat sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ini tidak dapat akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat yang besar, niscaya akan lebih baik.

2) Kecerdasan.

Telah menjadi pengertian yang realatif umum bahwa kecerdasan memegang peranan besar menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas.

Kecerdasan seserang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan nbiasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quetient (IQ).

3) Bakat.

Disamping itelegensi, bakat merupakan faktor ynag besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar. Pada bidang yang ssuai dengan bakat dan memperbesar keberhasilan usaha tersebut. Secara definitif, anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang tinggi.

4) Motivasi.

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar . oleh karena itu meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Motivasi merupakan dorongan yang ada di dalam individu, tetapi munculnya motivasi kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar.

5) Kemampuan Kognitif.

Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar atau meliputi 3 aspek, yaitu aspek kognitif, aspek efektif dan aspek psikomotor. Namun tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Dan kemampuan-kemampuan kognitif biasanya meliputi persepsi, mengingat dan berfikir merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.

3. Faktor dari luar.

Faktor dari kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses belajar mengajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik/alam termasuk di dalamnya adalah keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara ynag segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalan keadaan udara yang panas dan pengap.

(15)

Lingkungan sosial yang lain seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Karena itu, disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu lintas dan pasar.

E. METODE PENELITIAN

Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha dengan semaksimal mungkin membahas permasalahan secara rinci dan sistematis dengan harapan bahwa kajian ini dapat memenuhi syarat sebagai suatu karya ilmiah.oleh karnanya penggunaan metode yang tepat mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pencapaian sasaran..

1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan teknik pendekatan yang digunakan adalah teknik pendekatan fenomenologi. Yaitu teknik pendekatan yang disesuaikan dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian survey.

Jenis penelitian yang digunakan adalah dalam bentuk eksploratif, dalam penelitian ini ada dua variable. Variable dapat diartikan sebagai objek penelitian atau apapun yang titik perhatian bagi penulis. Adapun rincian variable dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan variable bebas (Variabel Independent).

b. Pembiasaan dan Keteladanan merupakan variable terikat (variable dependen).

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare dan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah

siswa kelas I-kelas IV dimana sekolah ini memiliki cukup banyak siswa dari tahun ke tahun.

Adapun waktu penelitian antara lain sebagai berikut: TABEL I

JADWAL PENELITIAN

No Minggu Ke Bulan Ket

Juni Juli Agustus September

01 I - - 5

-27 juli peninjauan lkasi dengan

memperlihatkan surat penelitian ke kepala sekolah

02 II - - -

-5 Agustus wawancara dengan guru mata pelajaran akhlak adan bhasa arab

03 III - - 20

-20 Agustus pembagian angket kepada kelas X,XI,XII untuk

(16)

menjawab perantanyaan

04 IV - 27 - -

-3. Populasi dan Sample

Adapun pengertian populasi menurut Suharsimi Arkunto adalah keseluruhan subyek penelitian22. Hal ini berarti semua subyek penelitian mutlak menjadi populasi. Sedangkan populasi menurut S. Margono

mengatakan bahwa “populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita

dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”23.

Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi secara umum ialah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peistiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian24. Hal ini berarti semua subyek dalam sasaran penelitian mutlak menjadi populasi.Maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare yang berjumlah 266 orang.

Sedangkan sample adalah bagian dari populasi yang dijadikan contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara tertentu25.

Berdasarkan beberapa pertimbangan, penulis menetapkan 36 orang sebagai sample dari 266 populasi. Adapun alasan pengambilan sample sebanyak 36 orang yaitu bahwa pengambilan sample dilakukan dengan melihat unsur-unsur yang dikehendaki dari data yang sudah ada ada tiga kelas yang menjadi pusat pengambilan sample dalam penelitian ini dalam setiap kelas mengambil sample sebanyak 12 orang sehingga ada 36 orang yang menjadi sample dalam 3 kelas tersebut.

Penetapan sample tersebut menggunakan teknik purposive sampling yaitu menetapkan 36 orang yang di anggap dapat memberi jawaban yang dibutuhkan peneliti.

4. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrument Penelitian

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain sebagai berikut:

a. Teknik Library Research, yaitu dengan mengumpulkan beberapa literature kepustakaan dan buku-buku serta tulisan-tulisan ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang ankan dibahas. Dalam hal ini digunakan kutipan langsung kemudian peneliti mempelajari dan menelaah serta mengutip beberapa teori atau pendapat yang relevan dengan judul dan permasalahan yang dibahas.

22Suharsimi Arkunto , Manajemen Penelitian, cet. IV, (Jakarta: Rineka cipta, 2002), h.

103 23

S. Margono, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: 1997), h. 83

24 H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. VII, (Yogyakarta: Gajah

(17)

b. Teknik Field Research, yaitu peneliti terjun ke lapangan untuk mengadakan penelitian dan untuk memperoleh data-data kongkrit yang ada hubungannya dengan pembahasan inti. Dalam teknik ini digunakan beberapa teknik antara lain sebagai berikut:

1) Teknik Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek penelitian penelitian yaitu pengumpulan data dan informasi mengenai penerapan sistem kelas berjalan (Moving Class). Teknik ini juga termasuk observasi informal factual tentang perilaku yang bermakna dan peristiwa yang dialami oleh sesorang yang dialami sesorang yang diamati dan dicatat oleh observer.

2) Wawancara (Interview)

Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk crosscek atau melengkapi data atau imformasi yang dikumpulkan pada metode pengumpulan data lainnya. Sebgaimana pernyataan sugiono bahwa wawancara digunakan bila mendalam. Instrument yang digunakan dalam proses wawancara adalah daftar pertanyaan dan tape recorder.

3) Quessioner (angket)

Teknik ini digunakan dalam pengumpulan data untuk mengungkapkan keterangan tentang suatu hal. Instrument yang digunakan adalah daftar pertanyaan dan ceklist.

4) Dokumentasi

Yaitu data yang dikumpulkan dengan beberapa gambar atau data. Instrumen yang digunakan adalah arsip, data-data., dan foto.

Untuk lebih memudahkan kita dalam memahami teknik pengumpulan data dan instrument yang digunakannya dapat dilihat dalam table di bawah ini

TABLE II

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN

no

Teknik Pengumpulan

Data

Teknik Pengumpulan Data Ket

01 Observasi Ceklist

02 Wawancara Tape Recorde

03 Quesioner

(Angket) Daftar Pertanyaan 04 Dokumentasi Data-data/Foto-foto dll 5. Teknik Pengolahan (Analisis) Data.

Setelah penulis mengumpulkan data baik melalui penelitian kepustakaan maupun lapangan, selanjutnya oleh penulis data tersebut diolah dan dianalisa degan cara sebagai berikut:

(18)

persentase jawaban tersebut dapat diketahui keadaan sebenarnya di lapangan. Kemudian rumus yang digunakan untuk mendapatkan persentasenya:

P=F/N x 100% Keterangan: P: Persentase F: Frekuensi N: Total Sampel

b. Teknik kualitatif, dimana penulis dalam mengelolah data, lebih banyak ditampilkan argument dari hasil wawancara dan hasil penelitian langsung dari lapangan.

Kemudian, dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan beberapa teknik yaitu:

a. Metode analisa/ sintesa, yaitu semacam teknik pengolahan data dengan cara menganalisa dan memberikan interpretasi terhadap data yang terkumpul sesuai sifat dan data jenis itu.

b. Metode induksi yaitu cara menganalisa data dimulai dari persoalan-persoalan khusus selanjutnya dikembangkan secara umum, kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam mengelolah data yang telah dikumpulkan digunakan tiga macam cara antara lain sebagai berikut:

a. Teknik Induktif

Yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa khusus yang konkrit itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum..

b. Teknik Deduktif

Yaitu dari cara menganalisa danmemgelolah data dimulai dari persoalan umum kemudian menguraikannya kepada yang khusus

c. Teknik Komparatif

Yaitu cara menganalisa dan mengelolah data dengan jalan membandingkan setiap pokok permasalahan dari segi persamaan dan perbedaannya, kemudian ditarik kesimpulan26. HASIL PENELITIAN

1. Efektivitas Pembiasaan Dan Keteladanan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh peneliti di lapangan maka diketahui bahwa , total jumlah siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare pada tahun ajaran 2009/2010 adalah sebanyak siswa yang terdiri dari 106 siswa laki-laki dan 160 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya hal tersebut dapat dilihat dalam table di bawah ini:

TABEL VI

DATA POPULASI SISWA MAN. 2 PAREPARE T.A. 2009-2010

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

01 X.1 7 18 25

02 X.2 8 18 26

(19)

03 X.3 10 12 22

04 X.4 9 16 25

05 X.5 10 11 21

06 XI. IPA 1 7 19 26

07 XI. IPA 2 11 16 27

08 XI. IPS 7 11 18

09 XII. IPA 1 6 18 24

10 XII. IPA 2 12 9 22

11 XII IPS 1 11 5 16

12 XII IPS 2 8 7 15

Jumlah 106 160 266

Sumber Data: Kantor MAN. 2 Parepare

Berdasarkan table populasi diketahui bahwa siswa kelas X.1 = 25, kelas X.2= 26, kelas X.3=22, kelas X.4=22, kelas X.5=21, kelas XI.IPA. 1=26, kelas XI IPA 2=27, kelas XI. IPS.=18, kelas, kelas XII. IPA 1=24, kelas XII. IPA 2=22, kelas XII. IPS 1=16 dan kelas XII. IPS 2=15 orang. Maka total populasi adalah sebanyak 266 orang..

Adapun tingkat kelas yang akan diteliti adalah kelas XI. IPA 1,kelas XI. IPA 2, dan. kelas XI. IPS Dengan pertimbangan bahwa (alasan penulis) bahwa siswa kelas XI. IPA 1,kelas XI. IPA 2, kelas XI. IPS 1 dan kelas XI IPS 2 dan lebih memahami tentang pelaksanaan pembiasaan dan keteladaan apalagi mereka telah banyak mengetahui proses pembelajaran di MAN. 2 dan selain itu kelas XI merupakan pengurus-pengurus organisasi di sekolah tersebut..

Bedasarkan pertimbangan tersebut, maka sample proporsional dari kelas XI. IPA 1,kelas XI. IPA 2, dan kelas XI IPS. dapat diketahui dengan menggunakan fomulasi di bawah ini:

Rumus : Jumlah kelasIV/V/VI x Total Sampel Jumlah kelas IV+V+VI

Dari rumus tersebut maka dapat dijabarkan jumlah samlpel dari setiap kelas antara lain sebagai berikut:

Untuk kelas XI. IPA 1→ 26/71 x 36 = 13,18 ≈ 13 siswa Untuk kelas XI. IPA 2→ 27/71 x 36 = 13,69 ≈ 14 siswa Untuk kelas XI. IPS 1→ 18/71 x 36 = 9,12 ≈ 9 siswa

TABEL VII

DATA PENGAMBILAN SAMPEL

SISWA KELAS XI. IPA 1 PAREPARE T.A. 2009-2010 SECARA PROPORTIONAL STRATIFIED RANDOM SAMPLING

No. Nama Jenis Kelamin Ket.

01 A. Juleha P

02 Abd. Kadir L

03 Abdul Latief Hakim. L L

04 Andi Sardi L

(20)

06 Eva Supianah P

07 Faridah P

08 Fitriani P

09 Hasniah P

10 Hasriah P

11 Husnia Rafi P

12 Irmayani P

13 Isri Alfiani P

14 Jusmiati P

15 Mansyur L

16 Muh. Taufik Wahab L

17 Muh. Yusran L

18 Muh. Yusuf Bahar L

19 Rosidah Ulfah P

20 Rosnaeni P

21 Risnaini P

22 Suci Anggrayanti P

23 Safitri P

24 Saharia P

25 St. Nuradja P

26 Yuli Wulandari P

TABEL VIII

DATA PENGAMBILAN SAMPEL

SISWA KELAS XI. IPA 2 PAREPARE T.A. 2009-2010 SECARA PROPORTIONAL STRATIFIED RANDOM SAMPLING

No. Nama Jenis Kelamin Ket.

01 Abd. Halid L

02 Ahmad Syauki L

03 Akbar L

04 Asman Tajuddin L

05 Ardiansyah L

06 Desi Arisyanti P

07 Hardianti P

08 Hafsah Husain P

09 Harlianti P

10 Helmiati P

11 Herlina P

12 Hikma P

13 Hekmatir L

14 Ibrahim L

15 Jusma P

16 Kadar L

17 Khaliq Arif L

(21)

19 Muammar Khadafi L

20 Muh. Khamdan L

21 Muh. Said L

22 Minarti P

23 Nurlela P

24 Nurhikma Amir P

25 Nurrahmah L

26 Riska Srianti P

27 Wahyudi P

TABEL IX

DATA PENGAMBILAN SAMPEL

SISWA KELAS XI. IPS MAN 2 PAREPARE T.A. 2009-2010 SECARA PROPORTIONAL STRATIFIED RANDOM SAMPLING

No. Nama Jenis

Kelamin Ket.

01 Adil Adhzan L

02 Amaks L

03 A. Esse Surian P

04 Erwin L

05 Fitrah L

06 Firmansyah L

07 Heri Setiawan L

08 Indra Saputra L

09 Irma P

10 Khaerul Anwar L

11 Fitrianingsih P

12 Na’Maluddin L

13 Nurul Alfin P

14 Reski Oktaviana Kakambong P

15 Sigit Abdil Wali L

16 Sumantri L

17 Suparman L

18 Tri Novi Wulandari P

19 Tri Wulandari P

20 Yudiarti P

21 Bayu Dwi Restu A.K. L

Berikut nama-nama siswa yang terpilih menjadi sample: TABEL X

NAMA-NAMA SISWA YANG TERPILIH MENJADI SAMPLE No Kelas XI IPAN 1 No Kelas XI IPA. 2 No Kelas XI IPS

01 A. Juleha 01 Abd. Halid 01 Adil Adhzan

02 Abd. Kadir 02 Ahmad Syauki 02 Amaks

03 Abdul Latief Hakim. L 03 Akbar 03 A. Esse Surian

(22)

05 Darmi 05 Ardiansyah 05 Fitrah 06 Eva Supianah 06 Desi Arisyanti 06 Firmansyah

07 Faridah 07 Hardianti 07 Heri Setiawan

08 Fitriani 08 Hafsah Husain 08 Indra Saputra

09 Hasniah 09 Harlianti 09 Irma

10 Hasriah 10 Helmiati

11 Husnia Rafi 11 Herlina

12 Irmayani 12 Hikma

13 Isri Alfiani 13 Hekmatir

14 Ibrahim Sumber: Hasil Pertimbangan Penulis

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembiasaan dan keteladanan memberi pengaruh terhadap pembelajaran PAI di Madrasah Aliyah Negeri Parepare dapat dijelaskan dalam hasil analisis primer sebagai berikut:

TABEL XI

SETUJU TIDAKNYA SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PAREPARE TERHADAP PENERAPAN PEMBIASAAN

DAKETELADANAN

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

01 Sangat Setuju 10 27,77

02 Setuju 22 61,11

03 Ragu 4 11,11

04 Tidak Setuju -

-05 Sangat Tidak Setuju -

-Analisis Data Quesioner (Angket) no.1-no.3

Dari data tersebut di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dari 36 siswa yang menjawab tentang berminat tidaknya untuk mengikuti proses pembelajaran pembiasaan dan keteladanan sebanyak 10 orang atau 27,77 persen sangat setuju, 22 orang menyatakan setuju atau 61,11 dan tak satupun dari mereka yang tidak setuju dalam hal pembiasaan dan keteladanan. Adapun cara menentukan besar persentasenya didasarkan pada formulasi yang telah di atur dalam metodologi penelitian yakni besar frekuensi dibagi dengan total sample dan dikali 100%.

Dari hasil analisa tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya siswa setuju atau berminat dalam penerapan proses pembiasaan dan keteladanan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare dan tentunya hal itu karena mereka tidak merasa terbebani dengan semua proses pembelajaran tersebut.

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa penerapan pembiasaan dan keteladanan tidak hanya diberlakukan untuk siswa akan tetapi juga yntuk para guru terutama guru pendidikan agama Islam.

(23)

Berikut ini merupakan hasil penelitian penulis yang diperoleh dari hasil pengolahan angket tentang keefektifan proses pembelajaran pembiasaan dan keteladanan.

TABEL XII

PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MELALUI PEMBIASAAN

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

01 Dilaksanakan 30 83,33

02 Kurang dilaksanakan 6 16,66

03 Tidak dilaksanakan -

-Sumber data: hasil pengolahan angket no. 4no. 5

Dari data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pembiasaan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare pada umumnya dilaksanakan oleh guru.

TABEL XIII

PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MELALUI KETELADANAN

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

01 Dilaksanakan 25 69,44

02 Kurang dilaksanakan 11 30,55

03 Tidak dilaksanakan -

-Sumber data: hasil pengolahan quessioner (angket) no. 6-10

Berdasarkan table di atas maka dapat diketahui bahwa dari 266 orang siswa yang diteliti lebih dari 50 % dari mereka menyatakan bahwa pelaksanaan keteladanan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare sebesar 69,44 % atau sekitar 25 orang.11 orang yang menyatakan pelaksanaan keteladanan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare kurang dilaksanakan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa Pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Aliyah diterapkan tidak hanya dalam satu mata pelajaran akan tetapi mencakup 4 (lima) mata pelajaran yaitu Akidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Beberapa bentuk pembiasaan dan keteladanan yang diterapkan adalah ketika hendak memulai pembelajaran maka siswa harus berdo’a terlebih dahulu dengan dipimpin oleh guru yang pada saat itu akan mengajarkan mata pelajarannya. Jika dalam satu hari siswa belajar 4 mata pelajaran maka sebanyak 4 kali juga mereka berdo’a sebelum pelajaran tersebut dimulai. Demikain pula halnya dengan kontrak belajar yang diterapkan guru senantiasa tepat waktu masuk mengajar sesuai dengan jadwal yang telah di atur dalam kontrak belajar.

(24)

pelaksana shalat untuk setiap kelas. Jadi, kelas yang telah ditunjuk pada hari itu harus mengutus anggotanya untuk adzan dan meminta salah seorang guru untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah tersebut.

Terdapat banyak hal yang menjadi faktor-faktor yang menghambat efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare antara lain faktor siswa itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana, dan fasilitas dan tenaga pengajar atau guru.

F. KESIMPULAN

Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare antara lain dapat dilihat dalam setiap mata pelajaran guru selalu memberikan contoh pembiasaan dan keteladanan terkait dengan mata pelajaran yang dibawakannya. Sebenarnya, pembiasaan dan keteladanan tidak hanya ditekankan kepada guru yang memegang mata pelajaran keagamaan saja dengan kata lain semua guru harus bisa menanamkan sikap pembiasaan dan juga setiap guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. Karena jika tidak demikian maka pelajaran akan menjadi tumpang tindih

Beberapa bentuk Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare antara lain dapat dilihat dalam setiap mata pelajaran guru selalu memberikan contoh pembiasaan dan keteladanan terkait dengan mata pelajaran yang dibawakannya.. Demikain pula halnya dengan kontrak belajar yang diterapkan guru senantiasa tepat waktu masuk mengajar sesuai dengan jadwal yang telah di atur dalam kontrak belajar.

Contoh lain, siswa dibiasakan untuk selalu tepat waktu masuk sekolah 5 menit sebelum upacara bendera dan atau apel pagi dimulai dan bagi siswa yang terlambat akan diberikan sanksi yakni membersihkan pekarangan sekolah. Dengan sanksi tersebut maka diharapkan tidak akan ada lagi siswa yang terlambat masuk sekolah. Namun jika hal tersebut tetap berulang maka tindakan selanjutnya adalah siswa yang sudah sering terlambat harus menghadap kepada guru BK (bimbingan dan konsuling).

Efektivitas pembiasaan dan keteladanan dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam di MAN. 2 Parepare penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya siswa setuju atau berminat dalam penerapan proses pembiasaan dan keteladanan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Parepare dan tentunya hal itu karena mereka tidak merasa terbebani dengan semua proses pembelajaran tersebut.

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa penerapan pembiasaan dan keteladanan tidak hanya diberlakukan untuk siswa akan tetapi juga yntuk para guru terutama guru pendidikan agama Islam.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Imam Al Hafids Ibnu Hajar Asqalani, Fathul Baari Syara Shahih, (Riyadh:Maktabah Darussalam,cet.1, tahun 1418 H/1997 M)

Aenul.wordpress.com.pembelajaran dengan keteladanan dan pembiasaan

An-Nahlawi Penyunting:MD. Dahlan, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, cet 1, (bandung:Diponegoro tahun.1992)

Arifin, Drs. M M.Pd, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkugan Sekolah Dan Keluarga (Jakarta: bulan bintang, cet.5, thn 1978),

Arifin, Prof. Dr. Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional m UU Sisdiknas, cet. I, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003)

Darajat, Prof. DR. Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah cet. II, (Jakarta: Ruhama, 1995)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang,:PT. Toha Putra tahun 2002).

H.R. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Anas

http: //www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf tentang UU SISDIKNAS

http: Munir Misbahul. blog spot.com/2007/10/penanaman budi pekerti melalui pembiasaan dan keteladanan

http://gudang makalah.blog spot.com/2009/08/skripsi-pengaruh-penerapan-teori.htmi

Mahfuz, K. H. Sahal, Seminar Nasional Orientasi Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: majalah bulanan)

Majalah Bulanan Dunia Pendidikan no. 113 edisi Maret 2009, h. 43

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, cet.5, thn.1985)

Nyongandi kahendra.blogspot.com.kompetrensi kepribadian/keteladanan Quasem, Abul, Etika Al-Gazali, cet 1, (bandung:Pustaka, thn. 1988).

Robert Ramsey, 501 ways to boost your child’s self esteem, McGraw-hill Companies.(ed. D., posted by Iwan gunawan @ 9:51 PM 1 comments, 2003)

Sasatrapraja, M.Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, thn. 1981)

Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, cet. 2, ed. 3, thn.2002)

Gambar

TABLE IITEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
TABEL IXDATA PENGAMBILAN SAMPEL
TABEL XIIPENDAPAT RESPONDEN TENTANG PELAKSANAAN

Referensi

Dokumen terkait

Dalam artikel ini tidak menganalisis mengenai jenis-jenis gaya jurus tàijí, dengan demikian tidak menganalisi gaya tertentu tetapi menganalisis pengaruh tàijí secara

Penulis menggunakan metode angket untuk mengetahui sejauh mana hubungan pendidikan orang tua dengan minat belajar IPS dari peserta didik kelas V SD Negeri Sukun

Mengikutsertakan hasil riset khususnya RIFOS (hasil yang sudah diaplikasikan) dalam kompetisi pengabdian masyarakat yang diadakan universitas tertentu. Membagikan kegiatan riset

Salah satu cara untuk mempertahankan mutu genetik ternak sapi bali dan berbagai bangsa sapi lain di daerah sumber bibit adalah menghitung dengan tepat jumlah sapi dari berbagai

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Siswa menulis karangan pendek de- ngan tema yang tidak ditentukan (bebas sesuai keinginan siswa) minimal satu halaman kertas folio dengan memperhatikan penggunaan bahasa dalam

Sampel geokmia di ketiga site di bukit Tarjarang memenuhi standar untuk dijadikan bahan baku utama pembuatan semen yaitu PNBP 4, PNBP 5, dan PNBP 6 yang merupakan jenis litologi

Jadi keterbaruan penelitian ini adalah pengaturan arus eksitasi yang mengalir pada kumparan medan motor sinkron fluks aksial rotor belitan (AFWR) untuk