SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XIII
SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XIII
HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Jl. Flora Gd. Perikanan A4 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp. +62-82227774626; Fax. +62-274-551218e-mail: semnaskan_ugm@yahoo.com website: http://www.semnaskan-ugm.org/
Semnaskan-UGM
Semnaskan-UGM
Jilid II
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
Jilid II
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
Prosiding
iv
Yogyakarta)
Prosiding Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
Tahun 2016
Jilid II: Manajemen Sumberdaya Perikanan
Penyunting Isnansetyo, A... (
et al.
) Yogyakarta
Departemen Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
2016
ISSN: 2477-6327
1.
Isnansetyo, A.
@ Hak Cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
Penyunting: Isnansetyo, A.
et al.
Diterbitkan oleh:
Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2016
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin dari penyunting.
v
“SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XIII HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN
KELAUTAN TAHUN 2016”
Departemen Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pengembangan IPTEK yang bersifat dasar,
strategis, terapan, dan adaptif dalam bidang perikanan dan kelautan serta dukungan
kelembagaan yang kuat sangat diperlukan untuk menunjang pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, kegiatan seminar nasional tahunan hasil penelitian perikanan dan
kelautan dilaksanakan dalam rangka inventarisasi penelitian-penelitian yang telah
dilakukan dan mengetahui teknologi yang telah dihasilkan.
Makalah yang dipresentasikan pada seminar telah melalui tahap seleksi abstrak dan
berjumlah kurang lebih 305 makalah dari berbagai perguruan tinggi, instansi
pemerintah, lembaga penelitan dan pengembangan baik pemerintah maupun swasta.
Makalah yang dipresentasikan sebagian diterbitkan dalam bentuk jurnal yang dikelola
oleh Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Makalah-makalah yang diterbitkan dalam prosiding ini telah dievaluasi oleh
dewan redaksi dan diperbaiki melalui proses seleksi abstrak oleh tim reviewer, koreksi
substansi, penyuntingan, penyeragaman sistematika, pembetulan dan pengaturan tata
letak.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Gadjah Mada
2. Dekan Fakultas Pertanian UGM
3. Ketua Departemen Perikanan UGM
4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan
5. Pemakalah dan peserta dalam seminar ini
6. Semua pihak yang turut serta dalam menyukseskan seminar dan membantu
penerbitan prosiding ini.
Akhirnya, kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyelenggaraan seminar
maupun penyajian prosiding ini. Harapan kami, semoga prosiding ini dapat
bermanfaat.
Yogyakarta, Desember 2016
Bidang Manajemen Sumberdaya Perikanan MS-02 KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA ZONA DENGAN KARAKTERISTIK MASSA AIR YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK BANTEN Alianto dan Ario Damar ... 1
MS-05 POTENSI KEPITING BAKAU Scylla spp. DI EKOSISTEM MANGROVE NEGERI PASSO TELUK AMBON Laura Siahainenia ... 11
MS-11 BIODEGRADASI LIMBAH CAIR PENGOLAHAN TUNA MENGGUNAKAN BIOREMEDIAN BAKTERI DAN MIKROALGA Chlorella sp. Devi A. Oktavia, Diini Fithriani dan Rodiah N. Sari ... 19
MS-15 IDENTIFIKASI, INVENTARISIR RUMPUT LAUT SEBAGAI KOMODITI UNGGULAN DARI ASPEK BIOLOGI, DI PERAIRAN BIU KECAMATAN SABU TIMUR, KABUPATEN SABU RAIJUA, NTT Marcelien Dj Ratoe Oedjoe ... 27
MS-16 POTENSI LAMUN SEBAGAI BLUE CARBON DI PERAIRAN NEGERI WAAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH Juliana W. Tuahatu, Mahriyana Hulopi dan Novianty Chr. Tuhumury ... 35
MS-18 BEBERAPA ASPEK EKOLOGI TERIPANG (Holothuroidea) DI PERAIRAN NEGERI RUTONG KOTA AMBON Prulley A. Uneputty dan Yona A. Lewerissa ... 45
Bidang Biologi Perikanan BP-01 ESTIMASI PARAMETER PERTUMBUHAN, MORTALITAS DAN POLA REKRUITMEN IKAN SEMINYAK (Osteochilus waandersii) DI DANAU DIATAS, SUMATERA BARAT Samuel, Vipen Adiansyah dan Solekha Aprianti ... 55
vii-Semnaskan_UGM / Daftar Isi
BP-19 FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN MINGKIH Cestraceus plicatilis
DALAM RANGKA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH
Usman Bulanin, Mas Eriza, Masriza dan Erna Maiyadi ... 69
Bidang Kelautan
KL-02 PERTUMBUHAN TERIPANG TRILL, Stichopus hermanii (STICHOPODIDAE:
HOLOTHUROIDEA: ECHINODERMATA) PASCA STIMULASI FISSION
Retno Hartati, Widianingsih dan Hadi Endrawati ... 77
KL-03 STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON SAAT AIR PASANG DI KAWASAN
ESTUARI PERANCAK, BALI
Amandangi W. Hastuti, Yuli Pancawati dan Nyoman Surana ... 87
KL-04 KEDALAMAN LAPISAN PERCAMPURAN (KLP) DI SELAT MAKASSAR
Irvan W. T. Geofary, Ivonne M. Radjawane dan Ibnu Sofian ... 99
KL-05 ANALISA PIGMEN KAROTENOID PADA BAKTERI Erythrobacter flavus
SIMBION KARANG LUNAK Acropora nasuta
Edi Setiyono, Delianis Pringgenies, Heriyanto, Monika N. U. Prihastyanti, Yuzo
Shioi dan Tatas H. P. Brotosudarmo ... 111
KL-07 HUBUNGAN PANJANG BERAT KERANG BAKAU (Telescopium telescopium)
DI LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP
Any Kurniawati dan Dietriech G. Bengen ... 121
KL-08 STUDI KETERKAITAN PASANG SURUT TERHADAP ARUS UNTUK
PENGEMBANGAN KAWASAN USAHA PERIKANAN DENGAN METODE FLEXIBLE MESH
Purnomo Hawati dan Koko Ondara ... 129
KL-12 HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL
TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) SADENG YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS
Dewantoro Pamungkas, Djumanto dan Nurul Khakim ... 139
KL-15 KAJIAN IMPOSEKS PADA KEONG MACAN (Babylonia spirata) DI PERAIRAN
TANJUNG MAS SEMARANG
Ria A. T. Nuraini, Retno Kusumastuti dan Widianingsih ... 151
KL-16 KAJIAN PERSENTASE TUTUPAN KARANG DAN KERAGAMAN IKAN
KARANG DI PESISIR TELUK TANAH MERAH DEPAPRE JAYAPURA PAPUA
Puguh Sujarta dan Suwarno Hadisusanto ... 159
KL-18 DENSITAS DAN KADAR TOTAL LIPID MIKROALGA Spirulina platensis YANG
DIKULTUR PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA
Hadi Endrawati, Christin Manulang, Retno Hartati dan Widianingsih ... 165
Bidang Sosial Ekonomi Perikanan
SE-04 PENGELOLAAN PERIKANAN KEPITING BAKAU DI SULAWESI TENGAH PASCA PENERAPAN PERMEN KP NOMOR 1 TAHUN 2015
Semnaskan_UGM / Daftar Isi-viii
SE-05 KAJIAN PENERAPAN DUA MODEL TEKNOLOGI YUMINA-BUMINA DI
KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Yohanna R. Widyastuti dan Irsyaphiani Insan ... 183
SE-06 PERAN KOPERASI LEPP-M3 NUSA BARONG DALAM PENGEMBANGAN
USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT PESISIR PUGER
Dewi Kurniawati, Ariesia A. Gemaputri dan Siti U. Hasanah ... 191
SE-07 IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA DAN PERSEPSI PELANGGAN SEBAGAI
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN DAN PRODUK UNGGULAN TERASI PUGER
Endro Sugiartono, Ratih P. Y. Ambarkahi dan Muksin ... 203
SE-08 ANALISIS HUKUM PEMBERANTASAN IUU FISHING DALAM PERSPEKTIF
NEGARA BENDERA KAPAL BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA
Sharifa A. R. Magis, Akhmad Solihin dan Muhammad F. A. Sondita ... 213
SE-10 PENGARUH WISATAWAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT LOKAL
DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Akhmad Solihin, Thomas Nugroho dan Lutfhi B. Wanda ... 243
SE-17 ETIKA SUBSISTENSI DALAM MASYARAKAT NELAYAN: SEBUAH
PERSPEKTIF BARU
Edi Susilo ... 253
Bidang Penangkapan Ikan
PI-02 HASIL TANGKAPAN DAN STRUKTUR UKURAN IKAN TONGKOL LISONG Auxis rochei BERDASARKAN JENIS UMPAN, KEDALAMAN DAN WAKTU PENANGKAPAN PADA PERIKANAN PANCING ULUR DI MAJENE SELAT MAKASSAR
Wayan Kantun ... 259
PI-04 STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER POPULASI TUNA MATA BESAR
(Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA
Raymon R. Zedta, Bram Setyadi, Dian Novanto dan Prawira A. R. P.
Tampubolon ... 267
PI-08 ANALISIS INTRINSIC RATE SEBAGAI INDIKATOR UNTUK MENDUGA
BENTUK EKSPLOITASI PERIKANAN DI PERAIRAN UTARA JAWA TIMUR
Tri D. Lelono dan Ledhyane I. Harlyan ... 277
PI-10 RIG TO REEF SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
ix-Semnaskan_UGM / Daftar Isi
Sofiyan M. Permana ... 283
PI-11 SEBARAN KLOROFIL-A DI DAERAH FISHING GROUND IKAN PELAGIS
BESAR PERAIRAN KEPALA BURUNG PULAU PAPUA
Alianto, Fitri I. E. Saleh, Hendri, Suhaemi, Thomas Gaite, Nofti V. Awak dan
Hugo S. R. Rumbewas ... 291
PI-12 KAJIAN BIOLOGI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) YANG
TERTANGKAPJARINGDOGOLDIPERAIRANBALIKPAPANTIMUR
Tirtadanu dan Suprapto ... 297
PI-13 VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL TANGKAPAN IKAN PELAGIS
KECIL DI SELAT MAKASSAR HINGGA LAUT JAWA
Muhammad Syahdan, Setyo B. Susilo, Jonson L. Gaol dan Agus S.
Atmadipoera ... 305
PI-17 PROFIL PENANGKAPAN HIU OLEH KAPAL NELAYAN RAWAI PERMUKAAN
DI PERAIRAN BARAT PULAU SUMBA
Agus A. Sentosa ... 315
Poster Manajemen Sumberdaya Perikanan
pMS-03 BEBERAPA PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN DANAU TONDANO SULAWESI UTARA
Subagdja dan Safran Makmur... 327
pMS-06 KAJIAN BEBERAPA KUALITAS AIR UNTUK KEGIATAN PERIKANAN DI WADUK WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
Susilo Adjie dan Khoirul Fatah ... 339
pMS-07 STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI WADUK WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
Khoirul Fatah ... 349
pMS-08 KUALITAS AIR SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA DITINJAU DARI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR
Mirna Dwirastina dan Yoga C. Ditya ... 355
pMS-12 STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN PLANKTON SEBAGAI PARAMETER KESUBURAN PERAIRAN DI WADUK WADASLINTANG, JAWA TENGA
Solekha Aprianti dan Khoirul Fatah ... 363
pMS-17 TERUMBU KARANG DAN Isis hippuris L. DI BLUE HOLE WAKATOBI UNTUK
POTENSI DAERAH KONSERVASI
Adiguna R. Nugraha dan Nanda R. Prasetiawan... 373
pMS-20 TIPE HABITAT DI PERAIRAN WADUK KEDUNG OMBO, JAWA TENGAH
Siti N. Aida dan Agus D. Utomo ... 383
pMS-21 ESTIMASI KELIMPAHAN IKAN DENGAN METODE HIDROAKUSTIK DI PERAIRAN DANAU CALA, SUMATRA SELATAN
Semnaskan_UGM / Daftar Isi-x pMS-22 POTENSI LUASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI TELUK PUNDUH
PEUDADA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
Rezki A. Suhaimi, Mudian Paena dan Ruzkiah Asaf ... 401
Poster Kelautan
pKL-04 KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI PERAIRAN REBO SUNGAILIAT BANGKA
Sastra Apriza, Wahyu Adi dan Eva Utami ... 411
Poster Sosial Ekonomi Perikanan
pSE-01 PENERAPAN ALAT BANTU PENANGKAPAN PADA NELAYAN PAMMENG (HAND LINE) DI KABUPATEN BARRU
Andi A. Malik dan Nurhana Ibrahim... 427
pSE-02 PERAN KELEMBAGAAN PANGLIMA LAOT DI KOTA SABANG DALAM MEWUJUDKAN PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN
Baskoro Pakusadewo, Akhmad Solihin dan Ernani Lubis ... 433
Poster Penangkapan Ikan
pPI-02 KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI DANAU TONDANO
SULAWESI UTARA
Makri ... 447
pPI-05 KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DISTRIBUSI IKAN YANG
TERTANGKAP DENGAN ALAT TANGKAP BELAT HILIR SUNGAI MUSI
Syarifah Nurdawati dan Freddy Supriyadi ... 453
Indeks Penulis ... 467
Semnaskan_UGM / Indeks Penulis-467 Akhmad Solihin ... SE-08, SE-15, pSE-02 Alianto ... MS-02, PI-11 Amandangi W. Hastuti ... KL-03 Andi A. Malik ... pSE-01 Any Kurniawati ... KL-07 Aries D. Siswanto ... BP-07 Ariesia A. Gemaputri ... SE-06 Ario Damar ... MS-02 Baskoro Pakusadewo ... pSE-02 Bram Setyadi ... PI-04 Christin Manulang ... KL-18 Delianis Pringgenies ... KL-05 Devi A. Oktavia ... MS-11 Dewantoro Pamungkas ... KL-12 Dewi Kurniawati ... SE-06 Dian Novanto ... PI-04 Dietriech G. Bengen ... KL-07 Diini Fithriani ... MS-11 Djumanto ... KL-12 Edi Setiyono ... KL-05 Edi Susilo ... SE-17 Ediyanto ... SE-11 Endro Sugiartono ... SE-07 Erna Maiyadi ... BP-19 Ernani Lubis ... pSE-02 Eva A. Wahyuni ... BP-07 Eva Utami ... pKL-04 Fitri I. E. Saleh ... PI-11 Freddy Supriyadi ... pPI-05 Gatot Ciptadi ... BP-07
468-Semnaskan_UGM / Indeks Penulis
Mas Eriza ... BP-19 Masriza ... BP-19 Miko B. Raharjo ... SE-10 Mirna Dwirastina ... pMS-08 Mohammad N. Ihsan ... BP-07 Mohammad Zamrud ... SE-04 Monika N. U. Prihastyanti ... KL-05 Mudian Paena ... pMS-22 Muhammad F. A. Sondita ... SE-08 Muhammad Syahdan ... PI-13 Muksin ... SE-07 Nanda R. Prasetiawan ... pMS-17 Nofti V. Awak ... PI-11 Novianty Chr. Tuhumury ... MS-16 Nurhana Ibrahim ... pSE-01 Nurul Khakim ... KL-12 Retno Kusumastuti ... KL-15 Rezki A. Suhaimi ... pMS-22 Solekha Aprianti ... BP-01,pMS-12 Subagdja ... pMS-03 Suwarno Hadisusanto ... KL-16 Syarifah Nurdawati ... pPI-05 Tatas H. P. Brotosudarmo ... KL-05 Vipen Adiansyah ... BP-01 Wahyu Adi ... pKL-04 Wayan Kantun ... PI-02
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-03)-87
STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON SAAT AIR PASANG DI KAWASAN
ESTUARI PERANCAK, BALI
Amandangi W. Hastuti1*, Yuli Pancawati2 & Nyoman Surana1
1
Balai Penelitian dan Observasi Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan
2
Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu, KKP, Surabaya, Indonesia *email: amandangi.wahyuning@gmail.com
Abstrak
Plankton memegang peranan penting dalam suatu perairan sebagai produsen primer dan awal
mata rantai dalam jaring makanan (food chain) menyebabkan plankton dijadikan sebagai skala
ukuran kesuburan suatu ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keanekaragaman dan struktur komunitas plankton dalam rangka menggambarkan kondisi perairan di kawasan Estuari Perancak, Bali. Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan pada bulan September 2015 yang terdiri dari tiga lokasi yaitu Sungai Loloan (bagian utara), Dermaga Perancak (bagian tengah) dan Muara Perancak (bagian selatan). Sampel
plankton didapatkan dari 100 l air yang disaring menggunakan plankton net dengan ukuran mesh
size 25 µm, diameter mulut jaring 31 cm dan panjang 80 cm. Berdasarkan hasil penelitian,
kelimpahan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton berkisar antara 300-20.100 sel/m3
dan 300-28.500 ind/m3. Kelimpahan plankton di Estuari Perancak dipengaruhi oleh faktor
kualitas air terutama konsentrasi unsur hara (fosfat, silikat dan nitrat). Indeks ekologi menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis fitoplankton di Estuari Perancak termasuk rendah
(0,98≤H’≤1,38) dan tidak ada jenis fitoplankton yang mendominasi (0,32≤D≤0,48) dengan
keseragaman jenis yang mendekati stabil dan cenderung merata (0,50≤E≤0,77). Sedangkan
indeks ekologi zooplankton menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis zooplankton tergolong
rendah (1,06≤H’≤1,29), dengan sebaran jenis zooplankton yang cukup merata dan relatif sama
(0,54≤E≤1), serta tidak adanya jenis yang dominan (0,33≤D≤0,51). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa Perairan Estuari Perancak termasuk perairan yang masih layak untuk untuk kehidupan organisme akuatik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kualitas air secara fisik-kimia di Kawasan Estuari Perancak yang masih dalam kisaran normal untuk kehidupan plankton.
Kata kunci: Estuari Perancak, kualitas air, plankton
Pengantar
Estuari merupakan perairan semi tertutup yang berhubungan langsung dengan laut sehingga air laut bersalinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar yang bersalinitas rendah (Azis, 2007). Muara sungai, teluk-teluk di daerah pesisir, rawa pasang-surut dan badan air yang
terpisah dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach), merupakan contoh dari sistem
perairan estuari. Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi (ekoton) antara habitat laut dan perairan tawar. Namun beberapa sifat fisis dan biologis pentingnya tidak memperlihatkan karakteristik peralihan, lebih cenderung terlihat sebagai suatu karakteristik perairan yang khas (unik) (Rositasari & Rahayu, 1994). Perairan di kawasan estuari sangat dinamis karena estuari adalah tujuan akhir dari suatu aliran sungai. Pada daerah ini akan terjadi proses fisika, biologi
dan kimiawi yang spesifik, seperti terjadinya percampuran (mixing) antara air tawar dan air laut,
perubahan pasang surut, transport partikel dan nutrien (Lancelot & Bruxelles, 2011).
Kawasan Estuari Perancak merupakan kawasan yang berada di Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali memiliki luas areal 876 ha, berupa lahan tambak baik aktif maupun
tidak aktif dengan luas 390 ha dan hutan mangrove dengan luas 78,6 ha (Kartikasari & Sukojo,
2001). Estuari Perancak memiliki karakteristik khas yang badan airnya dipengaruhi oleh asupan air asin dari Selat Bali dan air tawar dari sungai yang bermuara didalamnya, salah satunya adalah Sungai Loloan. Kawasan Estuari Perancak menjadi habitat bagi produsen, konsumen dan konsumer puncak pada rantai makanan.
88-Semnaskan_UGM / Amandangi W. Hastuti et al.
Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang dipengaruhi oleh parameter lainnya dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme lainnya (Nybakken & Eidman, 1992; Yuliana, 2009). Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam kolom air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan masa air (Odum, 1971; Newell & Newell, 1977). Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubahan kondisi lingkungan, baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds, 2006).
Keberadaan plankton diperairan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kualitas perairan. Fitoplankton merupakan indikator biologi untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
suatu perairan (Rochelle-Newall et al., 2011; Follows et al., 2014). Perairan dengan kandungan
nutrien, baik nitrat, fosfat maupun silikat akan memperkaya daerah estuari karena nutrien tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. Informasi mengenai struktur komunitas plankton di kawasan Estuari Perancak masih jarang ditemukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragam dan struktur komunitas plankton dalam rangka menggambarkan kondisi perairan di kawasan Estuari Perancak.
Bahan dan Metode
Tempat dan waktu penelitian
Pengambilan sampel plankton dan kualitas air dilakukan pada bulan September 2015 yang mewakili musim peralihan antara musim timur ke musim barat di kawasan Estuari Perancak. Sampling plankton dilakukan di Sungai Loloan (bagian utara), dermaga Perancak (bagian tengah) dan muara Perancak (bagian selatan) pada saat air pasang. Pengambilan data pada
saat pasang diasumsikan akan ada percampuran (mixing) antara air laut dan air tawar yang
akan mempengaruhi kelimpahan jenis plankton (Cloern, 1991). Lokasi pengambilan sampel ditunjukkan pada Gambar 1.
Sampel plankton diambil pada lapisan permukaan di 3 stasiun pengamatan menggunakan plankton net dengan ukuran mesh size 25 µm, diameter mulut jaring 31 cm dan panjang 80 cm,
berdasarkan metode SNI 06-3963-1995dan Greenberg (Eaton et al., 2005). Sampel plankton
didapatkan dari 100 l air yang disaring dan dipekatkan menjadi 30 ml. Sampel air ditempatkan dalam botol film berwarna putih atau gelap dan ditambahkan formalin 4%. Sample plankton kemudian dianalisis di Laboratorium Kualitas Perairan BPOL-KKP Perancak, Bali. Pengukuran
parameter kualitas air dilakukan menggunakan handheld Multi Parameter Water Quality
Checker (WQC)-24, parameter yang diambil meliputi suhu, salinitas, pH, DO, turbiditas, fosfat,
silikat dan nitrat yangmengacu pada SNI 6989.57-2008.
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-03)-89 Identifikasi dan analisis data
Identifikasi sampel plankton dilakukan dibawah mikroskop binokuler merk Optica B310 dengan perbesaran 100 kali. Sebanyak 1 ml sampel yang telah dihomogenkan, diteteskan pada Sedgewick Rafter chamber dan ditutup dengan cover glass, kemudian dilakukan identifikasi dan dihitung kelimpahannya. Identifikasi jenis plankton mengacu pada buku identifikasi plankton Yamaji (1966). Kelimpahan plakton per stasiun pengamatan dihitung dengan rumus APHA (2005) yang ditampilkan pada persamaan 1.
...(1)
Analisis indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis
organisme akuatik. Indeks keanekaragaman (diveristy index) Shannon-Wiener (Shannon, 1963)
dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ ...(2)
Keterangan: H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
pi =
ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total plankton.
Kisaran indeks keanekaragaman (H’) diklasifikasikan sebagai berikut (Magurran, 2013):
0<H’<1,5 = keanekaragaman rendah
1,5<H’<3,5 = keanekaragaman sedang
H’>3,5 = keanekaragaman tinggi.
Keanekaragaman rendah artinya kondisi labil karena perairan tersebut hanya cocok untuk jenis tertentu. Keanekaragaman sedang atau moderat menandakan jenis organisme menyebar merata. Keanekaragaman tinggi atau stabil menandakan jenis organisme variasinya tinggi didukung oleh faktor lingkungan yang prima untuk semua jenis yang hidup dalam habitat
bersangkutan (Odum, 1992). Menurut Wilhm & Dorris (1968), nilai indeks keanekaragaman (H’)
dikaitkan dengan tingkat pencemaran adalah sebagai berikut:
H’>3 = tidak tercemar
1<H’<3 = tercemar sedang
0<H’<1 = tercemar berat.
Indeks keseragaman (E) menunjukkan kelimpahan individu organisme merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis organisme di perairan mempunyai kelimpahan yang merata dengan persamaan sebagai berikut (Odum, 1971; Magurran, 2013):
...(3)
Keterangan: E = indeks keseragaman
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Hmax = ln S
90-Semnaskan_UGM / Amandangi W. Hastuti et al.
Indeks keseragaman berkisar antara 0-1, nilai E mendekati 0 maka sebaran individu antar jenis tidak seragam dan merata (sangat jauh berbeda) dan terjadi dominansi suatu jenis. Apabila nilai E mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis merata (relatif sama) dan seragam.
Indeks dominansi (D) Simpson digunakan untuk mengetahui adanya pendominasian jenis tertentu di perairan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Odum, 1971):
∑ ...(4)
Keterangan: D = indeks dominansi Simpson ni = jumlah individu spesies ke-i (ind/l) N = jumlah total plankton (ind/l) S = jumlah genus.
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Nilai yang mendekati nol (0) menunjukkan bahwa tidak ada genus dominan dalam komunitas. Sebaliknya, nilai yang mendekati 1 menunjukkan adanya genus yang dominan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi struktur komunitas dalam keadaan labil dan terjadi tekanan ekologis (Magurran, 2013).
Hasil dan Pembahasan
Parameter fisika-kimia perairan Suhu
Parameter fisika-kimia di kawasan Estuari Perancak selama pengamatan disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1. tersebut, suhu permukaan air dari hulu sungai sampai ke muara
berkisar antara 27,70-30,30 °C. Aziz et al. (2014) menyatakan bahwa suhu di Estuari Perancak
berkisar antara 29,1-31,7 °C. Kisaran nilai suhu tersebut merupakan nilai yang normal bagi perkembangan dan pertumbuhan optimal fitoplankton yaitu 20-30 °C (Yazwar, 2008). Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses kehidupan dan penyebaran organisme serta mempengaruhi laju fotosintesis dan pertumbuhan alga secara alami (Radiarta, 2013).
Salinitas
Fluktuasi salinitas di daerah estuari merupakan faktor yang sangat mempengaruhi distribusi
plankton (Cervetto et al., 1999; Devreker et al., 2009; Lawrence et al., 2004). Secara umum
salinitas di Estuari Perancak yang terukur pada bulan September berkisar antara
10,33-33,83‰, dimana nilai salinitas terendah berada di Sungai Loloan (10,33‰) dan tertinggi berada
di Muara Perancak (33,83‰). Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menyatakan bahwa salinitas
optimal bagi plankton adalah antara 20-35‰. Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik-kimia
suatu perairan yang dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan (Xinfeng & Jiaquan, 2010). Oleh karena itu, salinitas suatu perairan
dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, (Nybakken & Eidman, 1992). Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut (Pescod, 1974).
Turbiditas (kekeruhan)
Bruton (1985) menyatakan bahwa turbiditas (kekeruhan) menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di kolom air. Tingkat kekeruhan ini tergantung dari partikel yang tersuspensi atau terlarut baik berupa bahan organik maupun anorganik yang terdapat dalam perairan. Turbiditas
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-03)-91 Nilai turbiditas terendah terdapat di Sungai Loloan yaitu 15,59 NTU, hal ini disebabkan karena perairan di Sungai Loloan tergolong stagnan (lentik) dibandingkan di stasiun Dermaga Perancak dan Muara Perancak relatif aktif bergerak, terutama ketika terjadi percampuran massa air laut dan air tawar pada saat terjadi pasang. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik
maupun anorganik dalam proses aerobik. Berdasarkan Tabel 1. kandungan DO di Dermaga Perancak lebih rendah dibandingkan di Sungai Loloan dan Muara Perancak. Nilai DO di Dermaga Perancak adalah 2,42 mg/l sedangkan di Muara Perancak dan Sungai Loloan adalah 3,29 mg/l dan 3,47 mg/l. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis.
Fosfat
Fosfat merupakan salah satu unsur esensial bagi pembentukan protein dan metabolisme sel organisme. Fosfat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut (Nybakken & Eidman, 1992). Fosfat sering dianggap sebagai faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton di perairan alami, bila jumlah yang berlebih maka menjadi penentu terjadinya pertumbuhan plankton yang
sangat pesat (blooming) (Schindler, 1974; Henderson & Markland, 1987). Menurut Millero
(2013) pertumbuhan semua jenis fitoplankton tergantung pada konsentrasi ortofosfat. Bila konsentrasinya dibawah 0,038 mg/l maka perkembangan sel menjadi terhambat.
Sehubungan dengan kebutuhan bagi pertumbuhan fitoplankton, kisaran ortofosfat yang
optimum adalah 0,09-1,80 ppm (Mackentum, 1969 cit. Guildford & Hecky, 2000). Berdasarkan
Tabel 1. nilai fosfat yang terukur berkisar antara 0,04-0,81 mg/l dan masih dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan fitoplankton. Nilai fosfat di Sungai Loloan lebih tinggi dibandingkan dengan Dermaga Perancak dan Muara Perancak karena Sungai Loloan berada dekat pemukiman yang memungkinkan adanya buangan limbah industri, limbah rumah tangga maupun limbah pertanian.
Silikat
Kandungan silikat di Sungai Loloan lebih banyak dibandingkan 2 stasiun lainnya yaitu 11,86 mg/l. Zat hara silikat diperlukan dan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan hidup beberapa jenis fitoplankton diantaranya Diatom dan silicoflagellata untuk
pembentukan kerangka dinding selnya. Zooplankton dan fitoplankton (Diatom dan
silicoflagellata) merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan silikat karena tinggi rendahnya kelimpahan zooplankton dan fitoplankton tersebut dalam suatu perairan tergantung kepada kadar silikat (Nybakken & Eidman, 1992).
Nitrat
Hasil pengukuran konsentrasi nitrat di Estuari Perancak berada pada kisaran <0,001-0,60 mg/l, yang mana konsentrasi tertinggi terdapat di Sungai Loloan. Tingginya konsentrasi nitrat di Sungai Loloan disebabkan oleh limbah antropogenik baik berupa buangan limbah sisa industri, rumah tangga maupun pertanian. Konsentrasi nitrat di Dermaga Perancak dan Muara Perancak menunjukkan nilai <0,001 mg/l. Rendahnya konsentrasi nitrat di Dermaga Perancak dan Muara Perancak kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya masukan unsur hara dari daratan. Pertumbuhan optimal plankton memerlukan nitrat kisaran 3,9-15,5 mg/l dan menjadi faktor
92-Semnaskan_UGM / Amandangi W. Hastuti et al. Komposisi jenis plankton
Fitoplankton
Komposisi fitoplankton yang ditemukan di kawasan Estuari Perancak pada bulan September 2015 terdiri dari 4 kelas yaitu Diatom, Dinophyceae, Chlorophyceae dan Charopyceae dengan jumlah jenis individu yang beragam (Tabel 2). Komposisi jenis fitoplakton paling beragam yang ditemukan didominasi oleh kelas Diatom. Diatom merupakan komunitas epipelagik yang sering
ditemui di suatu perairan (Klais et al., 2015). Hal ini dikarenakan keanekaragaman Diatom
sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan dan struktur komunitas Diatom dapat merespon dengan cepat perubahan fisik, kimia dan biologi lingkungan (Trigueros & Orive,
2001; Mooser et al., 1996 cit. Badsi et al., 2012). Jumlah individu (kepadatan) fitoplankton di
kawasan Estuari Perancak bervariasi menurut lokasi pengambilan sampel. Bervariasinya
jumlah jenis fitoplankton terjadi karena perbedaan kualitas air (terutama unsur hara), grazing
oleh zooplankton dan ikan herbivora serta akumulasi dari sisa-sisa metabolisme yang bersifat
toksik (Agustiadi et al., 2013).
Tabel 2. Kelimpahan fitoplankton di kawasan Estuari Perancak.
No. Kelas Fitoplankton
Jumlah Individu (sel/m3)
Sungai Loloan Dermaga
Kelimpahan fitoplankton tertinggi ditemukan di Sungai Loloan dengan kelimpahan 47.100 sel/m3
yang didominasi oleh kelas Chlorophyceae jenis Oedogonium sp. Oedogonium sp. merupakan
fitoplankton kosmolit yang banyak ditemukan di perairan tawar yang permanen dan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel (Hossain et al., 2008) maupun biomassa karena
produktivitasnya tinggi (high productivity), komposisi biokimia yang menguntungkan (favourable
biochemical composition), penyebarannya luas (cosmopolitan distribution) dan mendominasi
alga lainnya (competitive dominance over other algal species) (Lawton et al., 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustiadi et al. (2013) tentang struktur komunitas plankton
di Selat Bali, menunjukkan bahwa jenis fitoplankton yang tinggi kelimpahannya adalah Thalassiosira sp., Ceratium sp. dan Peridium sp. Pada penelitian ini, jenis-jenis plankton tersebut tidak dijumpai di Estuari Perancak. Hal ini menunjukkan bahwa aliran air pasang dari Selat Bali tidak mempengaruhi kelimpahan jenis fitoplankton tersebut di kawasan Estuari Perancak.
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-03)-93 dipahami karena kelas Diatom merupakan jenis yang paling toleran terhadap kondisi perairan, mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan dan memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dibandingkan jenis lainnya. Kelimpahan Diatom di perairan sepanjang pantai tropis terutama di sekitar mulut sungai dan pesisir sebagian besar karena pengaruh
daratan (land mass effect), sebagai akibat terbawanya nutrisi dari sawah, ladang, limbah
industri dan rumah tangga melalui air sungai ke laut dan juga karena turbulensi (pengadukan)
oleh gelombang pasang (Fitriya et al., 2011).
Gambar 1. Komposisi (%) berdasarkan kelimpahan dari masing-masing kelas fitoplankton: a) Sungai Loloan, b) Dermaga Perancak dan c) Muara Perancak.
Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (D) memperlihatkan kekayaan jenis dalam suatu komunitas serta keseimbangan jumlah individu pada tiap jenis. Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton di Estuari Perancak masing-masing berbeda di tiap stasiunnya
(Gambar 2). Nilai indeks H’ fitoplakton di Estuari Perancak berada pada kisaran 0,98-1,38. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis fitoplankton di Estuari Perancak rendah (Magurran, 2013). Nilai indeks keseragaman jenis fitoplankton berkisar antara 0,55-0,77 yang menunjukkan bahwa keseragaman jenis fitoplankton di semua stasiun mendekati stabil dan cenderung merata. Nilai indeks dominansi (D) jenis fitoplankton yang diperoleh menunjukkan kisaran yang tidak jauh berbeda antara 0,32-0,48 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada jenis fitoplankton yang mendominasi di Estuari Perancak.
Gambar 2. Nilai indeks ekologi fitoplankton di kawasan Estuari Perancak.
Zooplankton
Hasil identifikasi menunjukan bahwa di kawasan Estuari Perancak ditemukan 5 kelas zooplankton, meliputi Crustacea, Holothuroidea, Ciliata, Gastropoda dan Bivalvia (Tabel 3).
94-Semnaskan_UGM / Amandangi W. Hastuti et al.
oleh jenis Acartia sp. yang mencapai 28.500 ind/m3. Acartia sp. merupakan jenis
krustasea/kopepoda yang biasa ditemukan di perairan laut dan tawar dan merupakan
konsumen utama fitoplankton (Marchus & Wilcox, 2007). Pola makan Acartia sp. relatif
asimtotik dengan kelimpahan makanan (fitoplankton). Ketika fitoplankton melimpah, maka
asupan Arcatia maksimal, sehingga kelimpahan Acartia pun melimpah. Sedangkan pada saat
kelimpahan fitoplankton sedikit, maka pola makan Acartia akan menyesuaikan (Durbin, 1990).
Tabel 3. Kelimpahan zooplankton di kawasan Estuari Perancak.
No Kelas Zooplankton
Jumlah Individu (ind/m3)
Sungai Loloan Dermaga
Zooplankton kelas Crustacea ditemukan di semua stasiun. Peran zooplankton Crustacea dalam ekosistem pelagis sangat penting dari sudut pandang trofik, sebagai jembatan penghubung antara produsen primer dan sekunder laut karena laju pertumbuhan Crustacea tersebut relatif sangat cepat sehingga kelimpahannya lebih tinggi dibandingkan kelas zooplankton lainnya
(Razouls et al., 2005). Pada Gambar 3. disajikanperbedaan komposisi kelimpahan zooplankton
Crustacea di ketiga stasiun, kelimpahan tertinggi dijumpai di Sungai Loloan (81,75%) dan terendah di Muara Perancak (54,55%).
Gambar 3. Komposisi (%) berdasarkan kelimpahan dari masing-masing kelas zooplankton: a) Sungai Loloan, b) Dermaga Perancak dan c) Muara Perancak.
Indeks ekologi zooplankton di kawasan Estuari Perancak disajikan pada Gambar 4. Pada
gambar tersebut diketahui bahwa kisaran indeks keanekaragaman (H’) zooplankton di Estuari
Perancak termasuk kedalam kelas keanekaragaman rendah. Sedangkan untuk indeks keseragaman (D) diperoleh kisaran 0,54-1,0. Indeks keseragaman tertinggi terdapat di Dermaga Perancak. Hal ini dikarenakan pada stasiun tersebut hanya ditemukan 1 jenis
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-03)-95 Gambar 4. Nilai indeks ekologi zooplankton di kawasan Estuari Perancak.
Perbedaan kelimpahan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton di kawasan Estuari Perancak berhubungan dengan kondisi fisika-kimia perairan. Radiarta (2013) menyatakan bahwa nitrat, amoniak dan fosfat merupakan unsur penting yang berhubungan dengan tingkat kesuburan perairan. Kadar nutrient (fosfat, silikat dan nitrat) yang tinggi pada umumnya ditemukan di perairan tawar. Tingginya kandungan nutrien ini dapat disebabkan oleh masuknya limbah domestik atau pertanian yang banyak mengandung nutrien. Hal inilah yang menyebabkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di Sungai Loloan lebih tinggi dibandingkan dengan Dermaga Perancak dan Muara Perancak.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan kelimpahan plankton di lokasi pengamatan cukup bervariasi dengan jumlah jenis ditemukan sebanyak 15 jenis fitoplankton dan 10 jenis zooplankton. Indeks ekologi menunjukkan bahwa keanekaragaman fitoplankton dan zooplankton di Estuari Perancak termasuk rendah dan tidak ada jenis yang mendominasi dengan keseragaman jenis yang mendekati stabil dan cenderung merata. Kelimpahan plankton di kawasan Estuari Perancak dapat dijadikan sebagai indikator ekologi perairan. Kualitas air secara fisika-kimia di Kawasan Estuari Perancak menunjukkan kisaran normal untuk kehidupan plankton dan biota akuatik lainnya.
Ucapan Terima Kasih
Penulis berterima kasih kepada Nyoman Surana atas bantuannya pada saat pengambilan data. Tim Laboratorium Kualitas Perairan-BPOL Novia Arinda Pradisty, Diah Chandra Kirana dan Nazulatul Fitriah dalam bantuannya menganalisis data kualitas air.
Daftar Pustaka
Agustiadi, T., H. Faisal & T. Mukti. 2013. Struktur komunitas plankton di Perairan Selat Bali. Omniakuatika. 12: 1-8
APHA. 2005. Standard methods for the examination of water and wastewater. American Public Health Association (APHA). Washington, DC, USA.
Azis, M.F. 2007. Tipe Estuari Binuangeun (Banten) berdasarkan distribusi suhu dan salinitas perairan. OLDI. 33: 97-110
96-Semnaskan_UGM / Amandangi W. Hastuti et al.
dan Estuari Perancak, Bali. Jurnal Oseanografi. 3 (4): 713-21
Badsi, H., H.A. Oulad, M. Loudiki & A. Aamiri. 2012. Phytoplankton diversity and community composition along the salinity gradient of the massa estuary. AJHE. 1 (2): 58-64
Boyd, C.E. & S.T. Craig. 2012. Pond aquaculture water quality management. Springer Science & Business Media.
Bruton, M.N. 1985. The effects of suspensoids on fish. Hydrobiologia. 125 (1): 221-41
Cervetto, G., G. Raymond & P. Marc. 1999. Influence of salinity on the distribution of Acartia
tonsa (Copepoda, Calanoida). J Exp Mar Biol Ecol. 239 (1): 33-45. doi:10.1016/S0022-0981(99)00023-4.
Cloern, J.E. 1991. Tidal stirring and phytoplankton bloom dynamics in an estuary. Journal of Marine Research. 49 (1): 203-221
Devreker, D., S. Sami, W. Gesche, J. Forget-Leray & L. François. 2009. Effects of salinity,
temperature and individual variability on the reproduction of Eurytemora affinis
(Copepoda; Calanoida) from the Seine Estuary: A laboratory study. J Exp Mar Biol Ecol. 368 (2): 113-23. doi:10.1016/j.jembe.2008.10.015.
Durbin, A.G. 1990. Diel feeding behavior in the marine Copepod Acartia tonsa in relation to food
availability. Mar. Ecol. Prog.Ser. 68: 23-45
Eaton, A.D., S.C. Lenore, W.R. Eugene, A.E. Greenberg & M.A.H. Franson. 2005. APHA: Standard methods for the examination of water and wastewater. Centennial Edition. APHA, AWWA, WEF. Washington, DC.
Fitriya, N., H. Surbakti & R. Arryawati. 2011. Pola sebaran fitoplankton serta klorofil-a pada bulan November di Perairan Tambelan, Laut Natuna. Maspari Journal. 3: 01-08
Follows, M.J., S. Dutkiewicz, J.M. Montoya, P. Cermeno, M. Loreau & S.M. Vallina. 2014.
Global relationship between Phytoplankton. Nature Comms. 5: 1-10.
doi:10.1038/ncomms5299.
Guildford, S.J. & R.E. Hecky. 2000. Total nitrogen, total phosphorus, and nutrient limitation in lakes and oceans: Is there a common relationship? Limnology and Oceanography. 45 (6): 1213-23. doi:10.4319/lo.2000.45.6.1213.
Henderson, S.B. & H.R. Markland. 1987. Decaying lakes. The origins and control of cultural eutrophication. John Willey & Son. New York.
Hossain, A.B.M.S., A. Salleh, A.N. Boyce, P. Chowdhury & M. Naqiuddin. 2008. Biodiesel fuel production from Algae as renewable energy. AJBB. 4 (3): 250-54
Isnansetyo, A. & Kurniastuty. 1995. Teknik kultur phytoplankton dan zooplankton (pakan alami untuk pembenihan organisme laut). Kanisius. Yogjakarta.
Kartikasari, A. Dara & B.M. Sukojo. 2001. Analisis persebaran ekosistem hutan mangrove
menggunakan Citra Landsat-8 di Estuari Perancak Bali. 1-8
Klais, R., J.E. Cloern & P.J. Harrison. 2015. Resolving variability of Phytoplankton species composition and blooms in coastal ecosystems. Estuarine, Coastal and Shelf Science. Academic Press. 1-3 pp.
Semnaskan_UGM / Kelautan (KL-03)-97 Lancelot, C. 2011. Trends in estuarine phytoplankton ecology. Treatise on Estuarine and
Coastal Science. Elsevier Inc. 7. doi:10.1016/B978-0-12-374711-2.00703-8.
Lawrence, D., I. Valiela & G. Tomasky. 2004. Estuarine Calanoid Copepod abundance in relation to season, salinity, and land-derived nitrogen loading, Waquoit Bay, MA. Estuarine, Coastal and Shelf Science. 61 (3): 547-57. doi:10.1016/j.ecss.2004.06.018.
Lawton, R.J., R. de Nys, S. Skinner & N.A. Paul. 2014. Isolation and identification of Oedogonium species and strains for biomass applications. PloS One. 9 (3): 1-9
Magurran, A.E. 2013. Ecological diversity and its measurement. Springer Science & Business Media.
Marchus, N.H. & J.A. Wilcox. 2007. Guide to the meso-scale production of the Copepod Acartia
tonsa. Florida Sea Grant College Program.
Millero, F.J. 2013. Chemical Oceanography. CRC Press. London.
Newell, G.E. & R.C. Newell. 1977. Marine plankton. Hutchinson.
Nybakken, J.W. & H.M. Eidman. 1992. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. WB Saunders Company. Toronto.
. 1992. Emergy and public policy. Part I-II. Environmental Engineering Sciences, University of Florida, Gainesville, FL.
Pescod, M.B. 1974. Investigation of rational effluent and stream standards for tropical countries. DTIC Document.
Radiarta, I.N. 2013. Hubungan antara distribusi fitoplankton dengan kualitas perairan di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Bumi Lestari. 13 (2): 234-43
Razouls, C., F. De Bovée, J. Kouwenberg & N. Desreumaux. 2005. Diversity and geographic distribution of marine planktonic Copepods. http://copepodes.Obs-Banyuls. Fr/en. Diakses 10 Agustus 2008.
Reynolds, C.S. 2006. The ecology of phytoplankton. Cambridge University Press.
Rochelle-Newall, E.J., V.T. Chu, O. Pringault, D. Amouroux, R. Arfi, Y. Bettarel, T. Bouvier. 2011. Phytoplankton distribution and productivity in a highly turbid, tropical coastal system (Bach Dang Estuary, Vietnam). Marine Pollution Bulletin. 62 (11): 2317-29. doi:10.1016/j.marpolbul.2011.08.044.
Rositasari, R. & S.K. Rahayu. 1994. Sifat-sifat estuari dan pengelolaannya. Oseana. 19 (3): 21-31
Schindler, D.W. 1974. Eutrophication and recovery in experimental lakes: Implications for lake management. Science. 184 (4139): 897-99. doi:10.1126/science.184.4139.897.
Shannon, C.E. 1963. Wiener: The mathematical theory of communications. University of Illinois, Urbana. 117 p.
98-Semnaskan_UGM / Amandangi W. Hastuti et al.
Wilhm, J.L. & T.C. Dorris. 1968. Biological parameters for water quality criteria. BioScience. 18 (6): 477-81. doi:10.2307/1294272.
Xinfeng, Z. & D. Jiaquan. 2010. Affecting factors of salinity intrusion in Pearl River Estuary and sustainable utilization of water resources in Pearl River Delta. In Sustainability in Food and Water: An Asian Perspective, edited by K Fukushi, 18: 343-52. Springer Science & Business Media. doi:10.1007/978-90-481-9914-3.
Yamaji, I. 1966. Illustrations of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman plankton dan keterkaitannya dengan kualitas air di Parpat Danau Toba.
Yuliana. 2009. Komposisi dan kelimpahan plankton di Kepulauan Guraici Kabupaten Halmahera Selatan Maluku Utara. Lutjanus. 14 (1): 49-53
Tanya Jawab
1. Penanya : Yona (Universitas Pattimura)
Pertanyaan :
a. Pengambilan sampel secara vertical atau horizontal? Kenapa di sungai lebih banyak varietas?
b. Bagaimana tingkat kesuburan perairan itu?
Jawaban :
a. Nutrien di sungai lebih tinggi, akibatnya lebih tinggi di sungai. b. Sedang.
2. Penanya : Ria Azizah
Pertanyaan :
Bagaimana pengambilan sampling? Dan kapan?
Jawaban :