• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah di SD Negeri No.060891 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah di SD Negeri No.060891 Medan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Anak usia sekolah disebut juga anak usia pertengahan.Periode usia tengah

merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008).Periode usia sekolah dibagi

menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9

tahun dan pra remaja 10-12 tahun (Potter & Perry, 2005).

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seragam sampai mulai

terjadi perubahan-perubahan pubertas. Seiring dengan masuknya anak ke sekolah

dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat,

karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan

dengan meluasnya minat maka bertumbuh pula pengertian tentang manusia dan

objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak-anak (Potter & Perry,

2005).

Perkembangan kognitif meliputi hal-hal seperti belajar, daya ingat,

perkembangan bahasa, proses berpikir, daya kreatifitas. Sedangkan perkembangan

psikososial meliputi perubahan dan stabilitas dalam kepribadian dan hubungan

sosial seseorang. Pada tahap ini anak lebih memahami dirinya melalui

karakteristik internal daripada karakteristik eksternal dan dapat memilih apa yang

baik bagi dirinya, maupun memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan

identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya (Potter & Perry,

(2)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, diantaranya factor

genetika yaitu totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada

anaknya (baik fisik maupun psikis) yang mempengaruhi keunikan pribadi. Faktor

sosial (keluarga, teman sekolah, teman sebaya, dll) yaitu faktor penentu

perkembangan kepribadian anak baik dalam berpikir, bersikap, maupun

berprilaku. Faktor media massa yaitu bisa berdampak positif seperti mendapat

informasi, memperoleh hiburan dan pendidikan dan dampak negatifnya yaitu

menjadi contoh perilaku-perilaku negatif yang dipertontonkan di media massa

apabila anak tidak dapat menyaring informasi. Dan faktor lingkungan yaitu

keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam misalnya

bencana (Soetjiningsih, 2002).

Menurut Havighurts tugas-tugas perkembangan pada anak

bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari

masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Tugas-tugas

perkembangan anak usia 6-12 tahun (usiasekolah) adalah menggunakan

kemampuan fisiknya, belajar sosial,mengembangakan kemampuan-kemampuan

dasar dalam membaca, menulis, danmenghitung, memperoleh kebebasan pribadi,

bergaul, mengembangkan konsep konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari,

mempersiapkan dirinya sebagaijenis kelamin tertentu, mengembangkan kata

nurani dan moral, menentukan skalanilai dan mengembangkan sikap terhadap

kelompok sosial atau lembagaMasa usia sekolah, school age (6-12 tahun)

(3)

perilaku moral, karena pada masa itu anak belajar untuk membentuk kepribadian.

Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Anak

belajar di sekolah,dan membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil

belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan verbal,

keteladanan danidentifikasi. Pada masa ini anak banyak belajar sistematis

mengenai, Perkembangan kemampuan intelek di sekolah, perluasan pengetahuan

tentang lingkungan fisik, sosial, dan kebudayaan, Perkembangan kepribadian

ditujukan pada pembentukan ciri-ciri dan sifat-sifat kepribadian tertentu, seperti

percaya diri, tanggung jawab, menghargai otoritas, mengejar prestasi, menghargai

prestasi diri, dan Perkembangan hubungan sosial – pergaulan (Hurlock, 1980).

Abraham Maslow menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya

terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu diperlukan

komunikasi antar pribadi yang efektif yang akan mampu menciptakan suasana

yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orang tua dan

anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian positif yang akan

tercermin melalui perillaku anak yang positif pula meliputi mandiri, disiplin,

kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab. (Koswara, 1991).

Berbagai fenomena di era modernisasi yang terjadi berkaitan dengan

pentingnya peran komunikasi orang tua adalah salah satunya berkenaan dengan

perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa

teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan

(4)

dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan perilaku positif sserta

mencegah anak berperilaku negatif seiring perkembangannya.

Kualitas hubungan dan komunikasi yang diberikan orang tua pada anak

akan menentukan kualitas kepribadian dan perkembangan anak. Hubungan yang

akrab dan bentuk komunikasi dua arah antara anak dan orang tua merupakan

kunci dalam perkembangan anak. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah

komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah atau ibu dan anak terlibat dalam

pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang

bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Selanjutnya diharapkan agar

komunikasi orang tua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh

penghargaan dan perhatian. Karena ini berguna untuk meningkatkan kualitas

karakter dan moral anak. Namun sebaliknya ada beberapa orang tua ada yang

menggunakan carakekerasan atau memaksakan kehendak kepada anaknya.

Kekerasan yang paling sering dialami oleh anak-anak adalah verbal abuse dimana

orang tua menggunakan kata-kata kasar,mempermalukan anak di depan umum

dan melontarkan ancaman dengan kata-kata (Bagong Suyanto, 2013). Kekerasan

tersebut dapat menyebapkan anak menjadi generasi yang lemah, apatis, pemarah,

menarik diri, kehilangan harga diri, depresi dan melakukan penyimpangan

(Soetjiningsih, 2002).

Hasil survei di SD Negeri No.060891 Medan, peneliti melihat perilaku

yang menyimpang tampak pada anak-anak. Ada anak yang mengompas uang

teman sekelas nya, bertengkar dengan adik kelas karena saling mengejek,

(5)

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang Hubungan Komunikas Interpersonal Orang tua dengan

PerkembanganAnak Usia Sekolah di SD Negeri No. 060891 Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah

hubungan komunikasi interpersonal orang tua dalam membentuk perkembangan

anak usia sekolah di SD Negeri No. 060891Medan.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan hubungan

komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangan anak.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi komunikasi interpersonal orang tua di SD

Negeri No.060891 Medan.

2. Untuk mengidentifikasi perkembangan anak usia sekolah di SD Negeri

No.060891Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi praktik keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan komunikasi

(6)

1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini untuk peningkatan pengetahuan perawat dan masukan dalam

memberikan praktik pelayanan keperawatan yang kompherensif dan memberikan

pendidikan kesehatan kepada anak dan orang tua dalam membahas masalah

terkait komunikasi interpersonal orang tua dengan perkembangan anak usia

sekolah.

1.4.3. Bagi penelitian keperawatan

Dapat member informasi kepada peneliti selanjutnya mengenai komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode sistem pakar, diharapkan kemampuan seorang pakar yang ahli dalam masalah kesehatan, khususnya mengenai penyakit pada tulang (dalam hal ini adalah

Dalam bidang pendidikan diantaranya adalah penggunaan software Squiggle- M dalam pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematik, terutama dalam

Hasil pengukuran diperoleh nilai true density untuk serbuk awal BaFe 12 O 19 , serbuk FeMn, dan serbuk BaFe 12 O 19 yang ditambahkan dengan FeMn disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar

Pada gambar 1 terlihat bahwa rata- rata skor akhir tes kemampuan pemecahan masalah matematik kelas eksperimen = 26,51 dan rata-rata skor akhir tes kemampuan

Pengaruh Temperatur Sinter Terhadap Sifat Fisis Dan Sifat Magnet Pada magnet Permanen Stronsium Heksaferit.. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

matematika realistik merupakan pembelajaran yang menghubungkan konsep dunia nyata dengan konsep pembelajaran matematika, sehingga dalam pelaksanaannya guru mampu

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri, dan Jasa Produktif.. Nilai Devisa Pariwisata: Rp. Laju Pertumbuhan PDB per Tenaga Kerja: 4,0

Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara tercantum dalam pembukaan UUD 1945, sedangkan UUD 1945 itu merupakan pokok kaidah Negara yang fundamental,yang mempunyai