BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik . Desa Pondok Batu ini memiliki areal-areal kelautan yang luas dan masyarakat yang tinggal dan menetap di sana menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu dalam melakukan penelitian ini direncanakan selama satu bulan setelah proposal disetujui.
3.2Sumber Data
Penentuan sumber data penelitian ini menggunakan data primer. Data primernya yaitu kata-kata yang didapat dari informan guyub tutur bahasa Pesisir Sibolga Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik. Data dalam penelitian ini berupa kosakata-kosakata yang terdapat pada lingkungan kelautan di Desa Pondok Batu. 3.3Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitif. Metode kuantitatif lebih dominan digunakan pada penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong 2006:6). Metode penelitian kuantitatif yaitu pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu diklasifikasikan , konkrit, teramati dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. (Sugiyono, 2008).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Proses wawancara akan dilengkapi dengan teknik catat. Wawancara dipandu dengan sejumlah daftar tanyaan yang berhubungan dengan leksikon lingkungan kelautan. Ketika melakukan wawancara dengan informan digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Pesisir Sibolga.
Informan berjumlah 3 orang. Informan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat dari informan menurut (Mahsun, 2005:134), yaitu:
1. Berjenis kelamin pria dan wanita.
2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).
3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa tersebut serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.
4. Berpendidika (minimal tamatan SD).
5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi ) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.
6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya. 7. Pekerjaannya nelayan.
8. Dapat berbahasa Indonesia.
9. Sehat jasmani dan rohani. Sehat jasmani maksudnya tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap pertayaan-pertayaan dengan tepat dan sehat rohani maksudnya sedang tidak gila atau pikun.(Mahsun,2005:141-142).
Dalam penelitian ini informan minimal 3 orang. Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertayaan yang terdiri atas:
1. Leksikon lingkungan kelautan yang terdiri dari nomina. 2. Istilah-istilah tradisional dan modren alat kelautan.
untuk ditanya kepada sejumlah responden. Peneliti bertanya untuk mengetahui bagaimana pemahaman mereka terhadap leksikon tersebut.
Kuisoner yang diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan informan tentang kegiatan, alat dan bahan diajukan empat pilihan jawaban pada tiap responden, yaitu:
a. Mengenal, pernah melihat, dan Pernah mendengarkan b. Pernah mendengar , dan melihat
c. Tidak tau (tidak pernah melihat).
Syarat-syarat responden menurut Mubin dan Cahyadi (2006:115): Responden dibagi atas 3 kelompok usia, yaitu:
1. Usia 15-20 tahun, 2. Usia 21-45 tahun, dan 3. Usia di atas 46 tahun. 4. Laki-laki dan perempuan
Adapun alasan pembagian kelompok usia tersebut adalah sebagai berikut:
a. kelompok usia remaja (15-20 tahun).
b. kelompok usia dewasa, yaitu awal masa dewasa (21-45 tahun).
c. kelompok pertengahan masa dewasa dan masa dewasa lanjut atau masa tua (di atas 46 tahun).
1. Mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan.
2. Pernah mendengar dan melihat.
3. Tidak tau ( tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengarkan )
Jumlah penduduk yang memenuhi criteria responden berjumlah 1.250 orang. Responden yang berusia remaja berjumlah 400 orang, dewasa berjumlah 400 orang, dan tua berjumlah 450 orang. Jumlah responden diambil dari tiap usia adalah 10%. Jadi, responden berusia remaja berjumlah 40 orang, dewasa berjumlah 40 orang, dan tua 45 orang. Jumlah keseluruhan responden adalah 125 orang.
3.5Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, data yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, hasil kuesioner, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mendeskripsikan leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga digunakan dalam metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 19993:13). Metode padan yang digunakan adalah metode padan referensial. Teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitiannya untuk mencari pengelompokkan kata benda dan kata kerja (Sudaryanto, 1993:21).
P=�
Rumus di atas dimodifikasi dari Arikunto : 246 (Lihat juga Rizkyansyah 2015) Sebelum dihitung dengan rumus, data yang diuji dengan menggunakan teknik berikut ini :
Ket :
1. Mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan,pernah menggunakan. 2. Tidak mengenal, tidak pernah melihat, pernah mendengar, dan tidak
pernah menggunakan.
3. Tidak mengenal , tidak pernah melihat, tidak pernah mendengar, dan tidak pernah menggunakan. Simanjuntak (2014); Kesuma(2014); Rizkyansyah (2015).
informan disimbolkan dalam bentuk angka. Angka-angka tersebut kemudian dijumlahkan dan diubah ke dalam bentuk persen kemudian ditabulasikan untuk Desa Pondok Batu menurut kriteria usianya.
3.6Metode Penyajian Hasil Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Ekoleksikon Lingkungan Kelautan
Leksikon-leksikon yang terdapat di dalam penelitian ini merupakan hasil proses interaksi dan interelasi masyarakat Pesisir Sibolga dengan lingkungan kelautannya. Sebagai masyarakat yang bergantung dengan laut, bentuk interaksi dan interelasi berupa pemanfaatan lingkungan, seperti kegiatan menangkap sumber daya laut, kegiatan penjemuran ikan, kegiatan mengasinkan ikan, dan kegiatan jual-beli hasil laut.
Dari kegiatan kelautan tersebut ,Pesisir Sibolga secara umum memang bermatapencaharian sebagai nelayan. Dilihat dari dimensi lingkungan sosial, masyarakat Pesisir Sibolga yang plural dan heterogen. Sejak dahulu masyarakat Pesisir Sibolga merupakan jalur perdagangan yang ramai, terutama di pelabuhannya.
Berdasarkan parameter ekolinguistik, lingkungan memiliki keberagaman atau diservitas.keberagaman dalam suatu lingkungan dapat berupa unsur-unsur hayati (biotik) dan unsur nonhayati (abiotik). Adanya proses interaksi dan interelasi yang berjalin secara intensif antara masyarakat dengan lingkungannya, membentuk seperangkat pemahaman di dalam kognisi masyarakatnya. Pemahaman-pemahaman inilah yang termanifestasi ke dalam bentuk-bentuk bahasa lingkungan (ekoleksikon atau ekowacana). Dalam konteks ini, bahasa adalah milik manusia dan berada di dalam sistem kognisi manusia.
dipasarkan hingga ke luar negeri. Di lain pihak, penangkapan sumber daya kelautan yang dilakukan oleh masyarakat Pesisir Sibolga juga digunakan untuk konsumsi diri sendiri, atau dijadikan umpan atau memeroleh tangkapan yang lebih besar. Pemanfaatan kekayaan alam (laut) yang dimiliki perairan pulau Sumatera, menjadikan masyarakat Pesisir Sibolga akrab dengan biota-biota laut tertentu
Gambar 1 : Bentuk-Bentuk Interaksi dan Interelasi Masyarakat Pesisir Sibolga Desa Pondok Batu, Kecamatan Sarudik , Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
Lingkungan Kelautan (dokumentasi Pribadi)
interaksi dan interelasi merupakan hal yang cukup penting. Melalui proses atau kegiatan inilah masyarakat yang tidak secara langsung memeroleh ikan di laut (sebagai nelayan) dapat mengenal sejumlah biota-biota laut yang ada (tuntunan pemenuhan kebutuhan hidup. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Masyarakat Pesisir Sibolga, Desa Pondok Batu, Kecamatan Sarudik , Kabupaten Tapanuli Tengah, leksikon nomina terdiri atas 125 leksikon yang ditemukan dalam lingkungan kelautan dibedakan atas empat kelompok leksikon , yaitu : (1) Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan (96 Leksikon) ; (2) Leksikon Flora Lingkungan Kelautan (6 Leksikon), (3) Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan (12 Leksikon); dan (4) Leksikon Nomina Lingkungan Kepantaian (6 Leksikon). Sementara itu, leksikon verba merupakan aktivitas atau kegiatan kelautan masyarakat.
4.1.1 Leksikon Nomina
Nomina merupakan salah satu kategori atau kelas kata. Secara struktural nomina disebut juga dengan kata benda. Secara sintaksis, nomina tidak berpotensi untuk bergabung dengan partikel tidak dan berpotensi untuk di dahului partikel (Kridaklasana,2007 :68). Dalam penelitian ini kategori yang dimiliki oleh leksikon-leksikon lingkungan kelautan Masyarakat Pesisir Sibolga.
4.1.1.1 Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan
Tabel 4 1.
Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan
No. LEKSIKON GLOS/DESKRIPSI SINGKAT 1. Gambolo Sejenis ikan kembung kuning
10. Baledang Ikan layar dengan bentuk tubuh panjang 11. Kapur – kapur Ikan timah-timah
12. Balanak Ikan balanak 13. Marang Ikan marang
14. Pari Ikan pari
15. Iyu Hiyu
16. Gaguk Ikan berkumis seperti lele/ ikan mayung
17. Jabung Ikan ayam-ayam
18. Kampi-kampi Ikan lubin kapas
19. Bada Ikan teri
20. Selar Ikan selar
21. Todak Ikan todak
22. Mangsi-mangsi Cumi-cumi 23. Kapur-kapur Timah-timah 24.
25.
Baracun
Taba bibi
Sejenis ikan kakap hijau
26. Tando Ikan jinaha
27. Kakap Ikan kakap
28. Tuan deman Sejenis ikan kembung halus 29. Balotokuning Ikan selar kuning / selar gelek
30. Kaling-kaling Sejenis ikan yang mempunyai ekor tegang / cincaru
31. Kape-kape Ikan kapas-kapas
32. Gabu Ikan kue
33. Sumbu-sumbu Sejenis ikan baracuda halus 34. Buttal Ikan buttal
35. Maning Ikan tamban
36. Bada Ikan teri
37. Todak Ikan todak
38. Cabe-cabe Sejenis ikan marang/partapus
39. Selar Ikan selar
40. Stermin Ikan dencis 41. Sambala Ikan sembela 42. Lidah-lidah Ikan lidah-lidah
43. Udang Udang
44. Kapiting Kepiting
45. Sotong Sejenis cumi-cumi besar
46. Gurita Gurita
47. Bajan Ikan moa
48. Bona Sejenis ikan bawal gajah 49. Jarang gigi Sejenis kakap kuning 50. Lumba-lumba Lumba-lumba
51. Marlin Ikan layaran 52. Sumbelang Ikan sumbelang
53. Maco aji Ikan berbentuk pipih agak lebar seperti bawal
54. Gaguk Ikan melayang
56. Bonta Ikan bonta
63. Sisik Seperti ikan tongkol (daging dalam lebih putih )
64. Sumpit-sumpit Ikan sumpit 65. Tenggiri Ikan tenggiri
77. Sepatu-sepatu Seperti kerang hijau 78. Pato-pato Sejenis kerang hijau 79. Simarhuruan Kerang
80. Siput Siput
81. Biduan Kepah/ kerang yang berwarna hijau 82. Rimis Kepah / kerang yang berwarna putih 83. Beliung Sejenis kerang hitam
86. Udang gostan Udang gostan 87. Udang windu Udang windu
88. Udang baring Sejenis udang yang bentuknya kecil 89. Bangao Burung bangau
Dari khazanah leksikon fauna lingkungan kelautan yang didaftarkan di atas, secara biologis hewan-hewan tersebur masuk ke dalam kelompok ikan, kelompok udang, kelompok kepiting, kelompok kerang, kelompok burung, kelompok serangga, dan kelompok reptil. Sebagai contoh , berikut ini dipaparkan beberapa fauna lingkungan kelautan. Leksikon-leksikon tersebut dipilih karena keeratannya , terhadap tingkat interaksi dan interelasi Masyarakat Pesisir Sibolga.
a) Timpik ‘ikan tongkol’
Leksikon timpik dalam bahasa Indonesia memiliki makna ‘ ikan tongkol’. Secara konseptual ikan timpik merupakan salah satu jenis ikan basah
Gambar 1.Timpik ‘ikan tongkol’ (dokumentasi pribadi) b) Bada ‘ikan teri’
Leksikon bada dalam bahasa Indonesia nemiliki makna ‘ikan teri’ secara konseptual bada merupakan salah satu jenis ikan basah dan kering yang diasinkan , memiliki sedikit daging,berbentuk pipih dengan ukuran yang relatif kecil.
Gambar 2 bada/ikan teri yang basah (dokumentasi pribadi)
Gambar 3 bada/ikan teri yang diasinkan (dokumentasi pribadi) c) Mangsi-mangsi ‘cumi-cumi’
cumi-cumiadalah silinder kerucut memanjang dengan warna dasar bening kaca transparan disertai warna-warna lainnya sesuai kamuflase pada area tempat cumi-cumi itu berada. Habitat cumi-cumi-cumi-cumi ada pada perairan dangkal maupun perairan
dalam.
Gambar 4 mangsi-mangsi/cumi-cumi (dokumentasi pribadi) d) Teter ‘ baracuda’
Leksikon teter dalam bahasa Indonesia memiliki makna ‘ikanbaracuda’(Actinopterygii). Secara konseptual , ikan ini merupakan ikan yang memiliki mulut yang panjang berisi gigi besar tajam seperti pisau. Tubuhnya yang ramping dan kuat membantu mereka berenang dengan cepat. Mereka memiliki dua sirip di bagian belakang dan sisik kecil pada tubuh. Ikan ini memiliki habitat hidup pada daerah pantai yang berkarang.
e) Udang ‘udang’
tubuh. Namun, oleh sebagian kalangan sajian udang dianggap makanan pantangan salah satu bagi penderita alergi makanan laut. Gambar- gambar jenis udang :
Gambar 5 Udang bingkarung (dokumentasi pribadi)
Gambar 7 Udang baring (dokumentasi pribadi)
Gambar 9 Udang windu (dokumentasi pribadi) f) kapiting ‘kepiting’
Leksikon kapiting bermakna ‘kepiting’ dalam bahasa Indonesia. Di lihat dari KBBI ,secara konseptual , kepiting merupakan ketam yang hidup di pantai,binatang anggota krustasea, berkaki sepuluh, mempunyai ekor yang sangat pendek, tubuh kepiting dilindungi oleh cangkang yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain dari kepiting.
4.1.1.2 Leksikon Flora Lingkungan Kelautan
Leksikon flora lingkungan kelautan adalah kelompok leksikon yang referensinya mengacu sebagai alam tumbuhan-tumbuhan yang memiliki hubungan keeratan terhadap lingkungan laut karena hidup atau berada di daerah sekitar laut/pesisir. Masyarakat Pesisir Sibolga. Leksikon-leksikon tersebut merupakan leksikon yang tergolong kepada kategori lingkungan biotik (makhluk hidup). Dari penelitian yang di lakukan terkumpul 6 leksikon flora lingkungan kelautan . berikut ini adalah leksikon flora lingkungan kelautan secara kolektif dipahami oleh masyarakatnya.
Tabe 4 2.
Leksikon Flora Lingkungan Kelautan
NO LEKSIKON GLOS/DESKRIPSI SINGKAT
1. Bako (mangrove) Tumbuhan bakau (mangrove)Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa tertutup daun penumpu yang meruncing. 2. Pandan Pohon pandan merupakan tumbuh liar di tepi
sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang
agak lembab, tumbuh subur dari daerah laut.
3. Terumbu karang Terumbu karang merupakan habitat hidup sejumlah spesies bintang laut, tempat pemijahan, peneluran dan pembesaran anak-anak ikan.
5. Ketapang Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi laut yang rindang. Lekas
tumbuh dan membentuk tajuk indah
bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan
pohon peneduh di taman-taman dan tepi laut.
6. Rumput laut Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir
dan laut.
a) Bako ‘bakau’
Gambar 11 bako ‘bakau’ (dokumentasi pribadi)
b) Terumbu karang ‘terumbu karang ‘
Leksikon terumbu karang dalam bahasa Indonesia bermakna ‘terumbu karang’. Secara konseptual terumbu karang adalah (coral reef) bukan sekedar menjadi tempat hidup dan berkembang biota laut belaka. Namun terumbu karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir, maupun darat), dan bagi kehidupan manusia. Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi lingkungan dan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial.
c) Karambi ‘pohon kelapa’
berbatang tinggi, buahnya tertutup sabut dan tempurung yang keras, di dalamnya terdapat daging yang mengandung santan dan air.
Karambi atau pohon kelapa merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai kegunaan yang cukup besar. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan untuk segala kebutuhan. Dari dimensi biologis tanaman karambi terdapat ungkapan yang merujuk pada bagian-bagian tanaman tersebut, seperti buah karambi’ buah kelapa’, daun karambi’daun kelapa’ ai karambi’air karambi’, sabuk karambi’sabut kelapa’, batok karambi’batok kelapa’. Dari dimensi sosiologis, daun karambi biasa digunakan sebagai salah satu komponen untuk membuat janur kuning dalam pesta pernikahan.
Gambar 12 karambi ‘pohon kelapa’ (dokumentasi pribadi)
4.1.1.3 Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan
merujuk kepada alat atau segala sesuatu yang menjadi penunjang dalam kegiatan lingkungan kelautan.
Tabel 4.3
Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan
No LEKSIKON GLOS/DESKRIPSI SINGKAT
KETERANGAN FUNGSI ENTITAS
1. Pukek Pukat adalah semacam jaring besar dan panjang untuk menangkap ikan.
Alat penangkap ikan yang besar dan panjang untuk menangkap ikan
2. Jaring Jaring adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan yang biasanya dibentuk oleh benang jahitan yang relatif tipis mengikat.
Alat tangkap ikan yang berupa tali atau benang yang membentuk mata jala.
3. Tanggok Tangguk merupakan
peralatan tangkap tradisional Pesisir yang digunakan untuk menangkap ikan, udang atau hewan air lainnya.
Keranjang dari rotan untuk menangkap ikan, udang atau hewan air lainnya.
4. Jala Jaladisebut (jaring lempar) adalah jaring ikan yang berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya yang dilempar atau ditebar oleh nelayan.
5. Bagan Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil.
Pangkalan tiang dan kayu untuk menangkap ikan
6. Sampan Sampan adalah alat
Kail adalah salah satu alat untuk menangkap ikan yang digunakan untuk memancing
Kawat yang ujungnya berkait dan tajam, yang
digunakan untuk menangkap ikan.
8. Pelabuhan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari dataran dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi
tempat kapal bersandar, berlabuh naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang
9. Jaring banam Jaring benam adalah alat yang
digunakan untuk
menangkap ikan Jaring benam
biasanya dibentuk oleh benang
jahitan yang relatif tipis
mengikat.
Dari data leksikon di atas, leksikon sarana dan prasana aktivitas lingkungan kelautan dapat berupa alat-alat tangkap sumber daya kelautan yang biasa digunakan oleh masyarakat, alat-alat transportasi, tempat atau bangunan , serta bahan atau alat penjemuran ikan. Alat-alat transportasi berupa bagan dan sampan, bangunan atau tempat pengolahan ikan berupa pelabuhan.
4.1.1.4Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan
Leksikon nomina lingkungan kelautan adalah leksikon nomina berupa hal-hal yang berkaitan erat dengan daerah laut. Dari penelitian yang dilakukan, terkumpul enam leksikon nomina leksikon kelautan. Leksikon kelautan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan
No. LEKSIKON GLOS/ KETERANGAN
1. Bade Badai merupakan angin kencang
yang menyertai cuaca buruk (yang datang secara tiba-tiba)
2. Suruk Surut merupakan pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala
3. Kasik Pasir merupakan butir-butir batu yang halus atau timbunan pasir halus 4. Karang Karang merupakan batu kapur di laut
yang terjadi dari zat yang dikeluarkan oleh binatang kecil di laut
turunnya posisi permukaan perairan oleh pengaruh oleh gaya gravitasi bulan dan matahari
6. Luluk Lumpur merupakan tanah lunak dan berair (tanah becek)
4.2 Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon Nomina dalam Bahasa Pesisir Sibolga
Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat Desa Pondok Batu terhadap leksikon nomina yang telah dikumpulkan, Jumlah penduduk yang memenuhi criteria responden berjumlah 1.250 orang. Responden yang berusia remaja berjumlah 400 orang, dewasa berjumlah 400 orang, dan tua berjumlah 450 orang. Jumlah responden diambil dari tiap usia adalah 10%. Jadi, responden berusia remaja berjumlah 40 orang, dewasa berjumlah 40 orang, dan tua 45 orang. Jumlah keseluruhan responden adalah 125 orang. dilakukan pengujian kepada 125 orang responden yang telah dibagi menjadi tiga kelompok. Daftar leksikon ini diujikan kepada 125 orang responden tersebut dengan memberikan tiga pilihan jawaban yaitu: (a) Mengenal, pernah melihat, dan Pernah mendengarkan, (b) Pernah mendengar , dan melihat , (c) Tidak tau (tidak pernah melihat).
4.2.1 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia 15-20 Tahun
pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi 15-20 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 2,975 (77,4) dan kategori III (tidak pernah tahu) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 245 (6,5%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan pada usia 15-20 tahun tidak bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.5
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina Generasi Usia 15-20 Tahun
NO LEKSIKON KATEGORI
78. Pato-pato 10 25 30 75 0 0
4.2.2 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia 21-45 Tahun
(6,16%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi 21-45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 3.011 (77,6%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 603 (16,3%) Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan pada usia 21-45 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.6
74. Mancik 40 100 0 0 0 0
75. Lidah-lidah 10 25 30 75 0 0
76. Lokan 40 100 0 0 0 0
77. Sepatu-sepatu 25 62,5 15 37,5 0 0
78. Pato-pato 19 47,5 21 52,5 0 0
79. Simarhuruan 40 100 0 0 0 0
80. Siput 40 100 0 0 0 0
81. Biduan 40 100 0 0 0 0
82. Rimis 40 100 0 0 0 0
83. Beliung 31 77,5 0 0 9 22,5
84. Udang bingkarung 40 100 0 0 0 0
85. Udang kancing 40 100 0 0 0 0
86. Udang gostan 40 100 0 0 0 0
87. Udang windu 40 100 0 0 0 0
88. Udang baring 40 100 0 0 0 0
89. Bangao 40 100 0 0 0 0
90. Buayo 40 100 0 0 0 0
91. Kalilawar 40 100 0 0 0 0
92. Ubur-ubur 40 100 0 0 0 0
93. Bajan 40 100 2 5 0 0
94. Lulupoang 40 100 0 0 4 10
95. Bulu babi 40 100 0 0 0 0
96. Kura-kura 40 100 0 0 0 0
TOTAL 3.011 7.456,6 603 1.572 221 592
4.2.3 Pemahaman Leksikon Nomina Fauna Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia ≥ 46 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada generasi usia ≥ 46 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 96 leksikon yang diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.7, leksikon nomina yang dikelompokkan menjadi 45 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 3.654 (85,2%) kategori II jumlah pemahamn 1.015 (10,39%), kategori III jumlah pemahaman 137 (2,221%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi ≥ 45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 3.654 (85,2%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 1.015 (10,39%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan pada usia ≥46 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.7
Deskripsi Pemahaman Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina Generasi ≥ 46 Tahun
TOTAL 3.654 8.186 1.015 997,6 137 304,4
RATA-RATA 85,2 10,39 3,27
4.2.4 Pemahaman Leksikon Nomina Flora Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia 15-20 Tahun
Tabel 4.8
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina Generasi Usia 15-20 Tahun
NO LEKSIKON KATEGORI
4.2.5 Pemahaman Leksikon Nomina Flora Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia 21-45 Tahun
pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 227 (81,25%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 4 (3%) Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan pada usia 21-45 tahun tidak bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.9
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina Generasi 21-45 Tahun
4.2.6 Pemahaman Leksikon Nomina Flora Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia ≥ 46 Tahun
diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 234 (88,60%) kategori II jumlah pemahamn 19 (7,03%), kategori III jumlah pemahaman 17 (6,29%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon Fauna dalam lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi ≥ 46 tahun jumlah pemahaman le ksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 234 (88,60%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 19 (7,03%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina fauna dalam lingkungan kelautan pada usia ≥ 46 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.10
Deskripsi Pemahaman Leksikon Flora Lingkungan Kelautan Nomina Generasi ≥ 46 Tahun
4.2.7 Pemahaman Leksikon Nomina Sarana/Prasana Aktivitas Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia 15-20 Tahun
Tabel 4.11
Deskripsi Pemahaman Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan Nomina Generasi Usia 15-20 Tahun
NO LEKSIKON KATEGORI
4.2.8 Pemahaman Leksikon Nomina Sarana/Prasana Aktivitas Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia 21-45 Tahun
(4,25%) Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon sarana/prasana aktivitas dalam lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi 21-45 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 342 (85,5%) dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 41 (10,25%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon sarana/prasana aktivitaas lingkungan kelautan nomina pada usia 21-45 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.12
Deskripsi Pemahaman Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan Nomina Generasi 21-45 Tahun
4.2.9 Pemahaman Leksikon Nomina Sarana/Prasana Aktivitas Dalam Lingkungan Kelautan Generasi Usia ≥ 46 Tahun
Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga pada generasi usia ≥ 46 Tahun terhadap leksikon nomina terdiri atas 10 leksikon yang diujikan kepada 125 informan. Dari uraian tabel 4.13, leksikon nomina yang dikelompokkan menjadi 45 kelompok. Pemahaman leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga khususnya dalam kelautan dalam kelompok usia tersebut diperoleh jumlah pemahaman pada kategori I jumlah pemahaman 405 (91,05%), kategori II jumlah pemahaman 34 (7,55%), kategori III jumlah pemahaman 11 (2,44%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon sarana/prasana aktivitas dalam lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi ≥ 46 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 405 (91,05%), dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 11 (2,44%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon nomina sarana/prasana aktivitas dalam lingkungan kelautan pada usia ≥ 46 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.13
Deskripsi Pemahaman Leksikon Sarana/ Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan Nomina Generasi ≥ 46 Tahun
5. Bagan 41 91,11 0 0 4 8,888
Tabel 4.15
Deskripsi Pemahaman Leksikon Lingkungan Kelautan Nomina Generasi Usia 15-20
4.2.11 Pemahaman Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan Usia 21-45 Tahun
kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 215 (89,58%), dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 22 (9,16%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon lingkungan kelautan nomina pada usia 21-45 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.16
Deskripsi Pemahaman Leksikon Lingkungan Kelautan Nomina Generasi Usia 21-45 Tahun
4.2.1.2 Pemahaman Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan Generasi Usia ≥ 46 Tahun
kategori II jumlah pemahaman 17 (13,70%), kategori III jumlah pemahaman 10 (3,70%). Kelompok leksikon terendah diperoleh leksikon lingkungan kelautan dalam lingkungan kelautan jumlah pemahaman 0 (0%). Dengan demikian secara keseluruhan pemahaman leksikon lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga untuk generasi ≥ 60 tahun jumlah pemahaman leksikon lingkungan kelautan yang paling tinggi adalah pada kategori I (mengenal, pernah melihat, pernah mendengarkan) dengan jumlah pemahaman 238 (88,14%), dan kategori II (pernah mendengar) memperoleh persentase pemahaman terendah dengan jumlah pemahaman 17 (13,70%). Hal ini membuktikan pemahaman leksikon lingkungan kelautan nomina pada usia ≥ 60 tahun masih bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.17
Deskripsi Pemahaman Leksikon Lingkungan Kelautan Nomina Generasi Usia > 60 Tahun
NO LEKSIKON KATEGORI
I II III
JP % JP % JP %
1. Bade 45 100 0 0 0 0
2. Suruk 43 95,55 2 4,444 0 0
3. Kasik 40 88,88 5 11,11 0 0
4. Karang 35 77,77 0 0 10 22,22
5. Pasang 30 66,66 10 66,66 0 0
6. Luluk 45 100 0 0 0 0
TOTAL 238 528,86 17 82,214 10 22,22
4.2.1.3 Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik Oleh Gabungan Oleh Tiga Generasi Usia ≥ 46 Tahun, Usia 21 -45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun Terhadap Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan Nomina Bahasa Pesisir Sibolga
Pemahaman masyarakat Desa Pondok Batu terhadap 121 jumlah leksikon nomina bahasa Pesisir Sibolga dengan tiga kelompok responden yang dibagi berdasarkan kelompok usia yaitu ≥ 46 tahun , usia 21 -45 tahun, dan usia 15-20 tahun dengan jumlah 125 orang. Jumlah informan tiap kelompok usia adalah 40-45 orang. Dengan demikian, pilihan jawaban responden pada I dan II dikategorikan leksikon yang masih dikenal atau diketahui, pilihan jawaban III dikategorikan leksikon yang kurang diketahui . Berdasarkan analisis data dan hasil pengujian, pengetahuan leksikon kelautan di Desa Pondok Batu dapat dideskripsikan dengan menghitung persentase leksikon dalam tiap generasi dihitung dengan menggunakan rumus :
P=�
�× 100%
Ket :
p: Angka persentase f: Jumlah temuan n: total informan
Tabel 4.1.8
Persentase Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon Fauna Nomina Bahasa Pesisir Sibolga Oleh Gabungan Tiga Generasi
84. Udang bingkarung 99 79,2 26 20,8 0 0
Tabel 4.1.9
Persentase Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon Flora Nomina Bahasa Pesisir Sibolga Oleh Gabungan Tiga Generasi
Usia ≥ 46 Tahun, Usia 21-45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun
NO LEKSIKON Tiga Generasi Usia ≥ 46 Tahun , Usia 21-45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun
I
Tabel 4.2.0
Persentase Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan Nomina Bahasa Pesisir Sibolga Oleh Gabungan Tiga Generasi Usia ≥ 46 Tahun, Usia
21-45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun
NO LEKSIKON Tiga Generasi Usia ≥ 46 Tahun , Usia 21-45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun
I
membuktikan pemahaman leksikon lingkungan kelautan nomina dalam lingkungan kelautan pada oleh gabungan tiga generasi usia ≥ 46 tahun , usia 21 -45 Tahun, dan usia 15-20 tahun tidak bertahan dalam aktifitas sehari-hari.
Tabel 4.2.1
Persentase Pemahaman Masyarakat Desa Pondok Batu terhadap Leksikon Lingkungan Kelautan Nomina Bahasa Pesisir Sibolga Oleh Gabungan
Tiga Generasi Usia ≥ 46 Tahun , Usia 21-45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun
NO LEKSIKON Tiga Generasi Usia ≥ 46 Tahun , Usia 21-45 Tahun, dan Usia 15-20 Tahun
I
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan berikut:
1. Gambaran bentuk ekoleksikon kelautan Masyarakat Pesisir Sibolga yang terdiri atas kategori nomina dapat dibagi atas empat kelompok leksikon yaitu: (1) Leksikon Fauna Lingkungan Kelautan(96 leksikon), (2) Leksikon Flora Lingkungan Kelautan (7 leksikon), (3) Leksikon Sarana/Prasana Aktivitas Lingkungan Kelautan (10 leksikon), (4) Leksikon Nomina Lingkungan Kelautan (6 leksikon). Dari empat kelompok tersebut diperoleh 121 leksikon nomina yang ditemukan dalam kelautan di Desa Pondok Batu adalah 121 leksikon. Leksikon tersebut diujikan pada tiga generasi manusia dengan usia Usia 50-65 Tahun, Usia 26-45 Tahun, dan Usia 13-24 Tahun pada guyub tutur bahasa Pesisir Sibolga.
Saran
1. Bidang ekolinguistik merupakan kajian yang relatif baru di Indonesia. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan , sehingga perlu untuk ditindaklanjuti dengan mengkaji dari masalah dan pendekatan yang berbeda. Misalnya melihat kewacanan lingkungan kelautan di masyarakat Pesisir Sibolga dengan pendekatan ekolinguistik pada kehidupan prakris sisial masyarakatnya.