UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEVIDEND
PER SHARE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI
OLEH :
NAMA : MUHAMMAR RIZQI NASUTION
NIM : 060503228
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul ”Analisis Fakto-Faktor yang
Mempengaruhi Dividend Per Share Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang
diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan
oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
Nama : Muhammar Rizqi Nasution NIM : 060503228
Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Analisis faktor yang Mempengaruhi Dividend
Per Share Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini
ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari Program Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia
Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs.
Chairul Nazwar, M.si, Ak. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
5. Ayahanda H. Norman Nasution dan ibunda tercinta Hj. Syafrida Parinduri
yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu
mendoakan dan mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti
menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak. Tuhan memberkati. Amin.
Medan, Desember 2010
Peneliti,
Muhammar Rizqi Nasution
NIM : 060503228
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji analisis faktor yang mempengaruhi
Dividend Per Share perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
hubungan kausal (sebab akibat), terdiri dari enam variabel yaitu likuiditas yang diuji dengan menggunakan Current Ratio(CR), leverage yang diuji dengan menggunakan Debt To Total Asset(DTA), profitabilitas yang diuji dengan menggunakan Net Profit Margin(NPM), nilai pasar yang diuji dengan Price
Earning Ratio(PER) dan aktivitas yang diuji dengan Total Asset Turn Over (TATO) sebagai variabel bebas serta Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel
terikat.
Penelitian ini menggunakan 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009 sehingga diperoleh 81 sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh dari situs
telah dikumpulkan akan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, Current Ratio (CR),
Debt To Total Asset (DTA), Price Earning Ratio (PER) dan Total Asset Turn Over (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS),
sedangkan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap Dividend
Per Share (DPS). Secara simultan, Current Ratio (CR), Debt To Total Asset (DTA), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER) dan Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai adjausted R
Square adalah 0,281 mengindikasikan bahwa 28,1% perubahan Dividend Per Share (DPS) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini. Sedangkan sisanya 71,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
ABSTRACT
This study aims to test the analysis of factors affecting Dividend Per Share companies listed in Indonesia Stock Exchange. This study uses quantitative methods to form a causal relationship (causal), consisting of six variables: liquidity tested using a Current Ratio (CR), the leverage that was tested by using the Debt To Total Assets (DTA), profitability is tested by using Net Profit Margin (NPM), the market value is tested by Price Earning Ratio (PER) and the activity tested with Total Asset Turn Over (TATO) as independent variables and Dividend Per Share (DPS) as the dependent variable.
This study used 27 companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009 period in order to obtain 81 samples. The sample selection is done by using purposive sampling method. The data used are secondary data, obtained from the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The data collected will be analyzed by the method of data analysis done first before testing the assumptions of classical hypothesis testing. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression with t test and F test.
The results showed that partially, Current Ratio (CR), Debt To Total Assets (DTA), Price Earning Ratio (PER) and Total Asset Turn Over (TATO), no significant effect on Dividend Per Share (DPS), while the Net Profit Margin (NPM) significantly affects Dividend Per Share (DPS). Simultaneously, Current Ratio (CR), Debt To Total Assets (DTA), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER) and Total Asset Turn Over (TATO) significantly affects Dividend Per Share (DPS) manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange. Adjausted Value R Square is 0.281 indicating that 28,1% change in Dividend Per Share (DPS) can be explained by the independent variables used in this study. The remaining 71,9% be explained by other factors not included in the regression model.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ...
B. Perumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Manfaat Penelitian ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ...
1. Pengertian dan Tujuan Pembagian Dividen ...
2. Jenis-Jenis Dividen ...
3. Kebijakan Dividen ...
4. Landasan Teori Kebijakan Dividen ...
5. Bentuk Kebijakan Pemberian Dividen ...
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen ...
7. Rasio Keuangan ...
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ...
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian...
D. Teknik Pengumpulan Data ...
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...
F. Metode Analisis Data ...
G. Jadwal Penelitian ...
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ...
B. Hasil AnalisisData Penelitian ...
1. Analisis Statistik Deskriptif ...
2. Pengujian Asumsi Klasik ...
a. Uji Normalitas ...
b. Uji Multikolinearitas ...
c. Uji Autokorelasi ...
d. Uji Heteroskedastisitas ...
4. Pengujian Hipotesis ...
a. Uji-t ...
b. Uji-F ...
5. Pembahasan Hasil Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...
B. Keterbatasan Penelitian ...
C. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
70
71
76
78
81
82
83
84
DAFTAR TABEL
Daftar Sampel Perusahaan manufaktur ...
Data Variabel Independen-X1 ...
Data Variabel Independen-X2 ...
Data Variabel Independen-X3 ...
Data Variabel Independen-X4 ...
Data Variabel Independen-X5 ...
Data Variabel Independen-Y ...
Descriptive Statistics ...
Hasil Uji Normalitas (1)
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ...
Hasil Uji Normalitas (2)
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ...
Hasil Uji Multikolinieritas (1) ...
Hasil Uji Multikolinieritas (2) ...
Hasil Uji Autokorelasi ...
Hasil Analisis Regresi ...
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Hasil Uji Statistik t ...
Hasil Uji Statistik F ... 73
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Kerangka Konseptual ...
Histogram sebelum transformasi ... Normal P-Plot Regression sebelum transformasi ... Histogram setelah transformasi ... Normal P-Plot Regression setelah transformasi ... Scatterplot ...
26
58
59
61
62
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 86
Halaman Lampiran ii Data Current Ratio ... 90
Lampiran iii Data Debt To Total Asset ... 91
Lampiran iv Data Net Profit Margin ... 92
Lampiran v Data Price Earning Ratio ... 93
Lampiran vi Data Total Asset Turn Over ... 94
Lampiran vii Data Dividen Per Share ... 95
Lampiran viii Tabulasi Data Variabel Penelitian (Sebelum Tarnsformasi).. 96
Lampiran ix Tabulasi Data Variabel Penelitian (Setelah Tarnsformasi)...99
Lampiran x Statistik Deskriptif...102
Lampiran xi Hasil Uji Normalitas..………....103
Lampiran xii Hasil Uji Multikoliniearitas.………..106
Lampiran xiii Hasil Uji Autokorelasi…….………..107
Lampiran xiv Hasil Uji Heteroskedastisitas....……….108
Lampiran xv Hasil Uji t……….………..109
5. Ayahanda H. Norman Nasution dan ibunda tercinta Hj. Syafrida Parinduri
yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu
mendoakan dan mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti
menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak. Tuhan memberkati. Amin.
Medan, Desember 2010
Peneliti,
Muhammar Rizqi Nasution
NIM : 060503228
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji analisis faktor yang mempengaruhi
Dividend Per Share perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
hubungan kausal (sebab akibat), terdiri dari enam variabel yaitu likuiditas yang diuji dengan menggunakan Current Ratio(CR), leverage yang diuji dengan menggunakan Debt To Total Asset(DTA), profitabilitas yang diuji dengan menggunakan Net Profit Margin(NPM), nilai pasar yang diuji dengan Price
Earning Ratio(PER) dan aktivitas yang diuji dengan Total Asset Turn Over (TATO) sebagai variabel bebas serta Dividend Per Share (DPS) sebagai variabel
terikat.
Penelitian ini menggunakan 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009 sehingga diperoleh 81 sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh dari situs
telah dikumpulkan akan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, Current Ratio (CR),
Debt To Total Asset (DTA), Price Earning Ratio (PER) dan Total Asset Turn Over (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS),
sedangkan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap Dividend
Per Share (DPS). Secara simultan, Current Ratio (CR), Debt To Total Asset (DTA), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER) dan Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai adjausted R
Square adalah 0,281 mengindikasikan bahwa 28,1% perubahan Dividend Per Share (DPS) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini. Sedangkan sisanya 71,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
ABSTRACT
This study aims to test the analysis of factors affecting Dividend Per Share companies listed in Indonesia Stock Exchange. This study uses quantitative methods to form a causal relationship (causal), consisting of six variables: liquidity tested using a Current Ratio (CR), the leverage that was tested by using the Debt To Total Assets (DTA), profitability is tested by using Net Profit Margin (NPM), the market value is tested by Price Earning Ratio (PER) and the activity tested with Total Asset Turn Over (TATO) as independent variables and Dividend Per Share (DPS) as the dependent variable.
This study used 27 companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009 period in order to obtain 81 samples. The sample selection is done by using purposive sampling method. The data used are secondary data, obtained from the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The data collected will be analyzed by the method of data analysis done first before testing the assumptions of classical hypothesis testing. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression with t test and F test.
The results showed that partially, Current Ratio (CR), Debt To Total Assets (DTA), Price Earning Ratio (PER) and Total Asset Turn Over (TATO), no significant effect on Dividend Per Share (DPS), while the Net Profit Margin (NPM) significantly affects Dividend Per Share (DPS). Simultaneously, Current Ratio (CR), Debt To Total Assets (DTA), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER) and Total Asset Turn Over (TATO) significantly affects Dividend Per Share (DPS) manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange. Adjausted Value R Square is 0.281 indicating that 28,1% change in Dividend Per Share (DPS) can be explained by the independent variables used in this study. The remaining 71,9% be explained by other factors not included in the regression model.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya dana yang dimiliki setiap orang dapat ditanamkan ke dalam
berbagai investasi, seperti investasi pada proyek, investasi pada perdagangan
valuta asing, obligasi maupun investasi saham. Investasi pada saham merupakan
suatu alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor dapat
berspekulasi dan berharap bahwa saham yang dimilikinya saat itu akan
mendatangkan keuntungan.
Investor dapat memperoleh penghasilan dari saham melalui dividen
perusahaan atau dari capital gain. dividen pada prinsipnya adalah keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen memiliki
resiko yang lebih rendah dari pada capital gain. Hal ini dikarenakan dividen
diterima menurut dasar periode berjalan sementara prospek realisasi keuntungan
modal diperoleh di masa depan, artinya untuk memperoleh capital gain harus
berani untuk berspekulasi bahwa harga saham yang akan datang lebih besar
daripada harga saham pada waktu pembelian sehingga dividen dianggap lebih
baik dari pada capital gain.
Sesuai dengan fungsi manajemen keuangan pada umumnya tujuan
pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang
perusahaan, untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan
riil, serta sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.
Perusahaan memandang bahwa, kebijakan dividen sangat penting karena
menyangkut besar kecilnya keuntungan yang dibagikan perusahaan. Setiap
perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang
berlawanan. Apabila keuntungan perusahaan dibagikan sebagai dividen, maka
keputusan cadangan akan terabaikan, sebaliknya bila laba akan ditahan, maka
kepentingan pemegang saham akan uang kas juga terabaikan.
Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut manajer keuangan harus
mengambil kebijakan dividen yang optimal. Teori kebijakan dividen yang optimal
diartikan sebagai rasio pembayaran dividen yang ditetapkan dengan
memperhatikan kesempatan untuk menginvestasikan dana serta sebagai preferensi
yang dimiliki para investor mengenai dividen dari pada capital gain. Kebijakan
dividen tersebut juga dipandang untuk menciptakan keseimbangan antara saat ini
dengan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga dapat memaksimumkan
harga saham.
Dengan demikian pembagian dividen memang sangat penting bagi suatu
perusahaan untuk dapat menarik investornya yang nantinya dapat membantu
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dalam menentukan pembagian dividen
perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen itu sendiri. Faktor tersebut berasal dari faktor internal maupun
faktor eksternal perusahaan. Faktor internal maupun faktor eksternal perlu
ditafsirkan bahwa prospek perusahaan memburuk. Faktor eksternalnya antara lain
peraturan pemerintah, inflasi dan stabilitas sosial politik. Sedangkan faktor
internal perusahaannya meliputi likuiditas perusahaan, stabilitas dividen, tingkat
keuntungan yang mampu diraih perusahaan serta perputaran penjualan dan disini
penulis hanya menelaah faktor internalnya saja.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Arie Subagya Listyantara (2005) yang berjudul “ Analisis Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan Manufaktur Yang
Listing Di Bursa Efek Jakarta ”. Hasil Penelitian ini adalah Uji-t menunjukkan
bahwa hanya variabel Dividend Per Share tahun sebelumnya (DPS min-1) dan
Earning Per Share yang secara signifikan mempengaruhi Dividen Per Share.
Dapat diinterpretasikan bahwa Dividen Per Share sekarang dipengaruhi oleh
Dividen Per Share tahun sebelumnya, keengganan menurunkan besarnya dividen
ini disebabkan oleh karena biasanya investor menganggap bahwa penurunan DPS
sebagai tanda bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan financial.
Sedangkan variabel lainnya yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Total
Assets Turn Over tidak signifikan mempengaruhi Dividen Per Share.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada
perbedaan variabel independen yang digunakan dan populasi serta penelitian ini
menggunakan data – data yang diambil dari data perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2007 – 2009, sedangkan penelitian
terdahulu mengambil data – data dari perusahaan manufaktur yang listing yang
menggunakan perusahaan maufaktur yaitu karena pada kenyataannya perusahaan
manufaktur jauh lebih berkembang sehingga mampu bersaing dipasar domestik
maupun pasar internasional sehingga kemampuan perusahaan yang bergerak
dibidang manufaktr ini jauh akan lebih baik dalam pembagan deviden kepada para
investror. Pada penelitian ini faktor – faktor yang diduga mempengaruhi dividen
per share adalah Liquiditas Perusahaan, Struktur Modal Perusahaan, Tingkat
Pengembalian Investasi, Kinerja Operasi Perusahaan, Pemanfatan Ativa
Perusahaan, Ukuran pasar, Dividend Per Share tahun sebelumnya, Ukuran
perusahaan, dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Dividend Per
Share. Berdasarkan Penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya telah
menginspirasi peneliti untuk membatasi faktor-faktor yang diduga berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Per Share dengan menggunakan beberapa faktor,
yaitu Liquiditas Perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan yang diukur
dengan Current Ratio (CR), Struktur Modal Perusahaan dengan menggunakan
rasio keuangan yang diukur menggunakan Debt to Total Asset (DTA), Kinerja
Operasi Perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan yang diukur
menggunakan Net Profit Margin (NPM), Pemanfaatan Aktiva Perusahaan dengan
menggunakan rasio keuangan yang diukur dengan Total Asset Turn Over (TATO)
dan Ukuran Perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan yang diukur
menggunakan Price Earning Ratio (PER).
Laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai penentu terpenting terhadap
Margin). Perusahaan beranggapan bahwa, likuiditas merupakan hal yang sangat
penting karena mewakili kepentingan perusahan dalam berhubungan dengan
pihak lain, baik pihak intern maupun pihak ekstern. Current Ratio merupakan
rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini. rasio ini digunakan untuk
menentukan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
Sedangkan Debt to Total Asset yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menunjukkan berapa bagian aktiva perusahaan untuk menjamin utangnya kepada
pemegang saham.
Kebanyakan perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi
biasanya mempunyai Price Earning Ratio yang tinggi pula dan hal ini juga
menunjukkan bahwa, pasar mengharapkan pertumbuhan dan laba yang tinggi
dimasa yang akan datang sehingga akan mampu membayar deviden yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan kecil.
Perputaran penjualan yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan
secara finansial. Semakin tinggi perputaran aktiva perusahaan berarti semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya. Sebaliknya
semakin rendah perputaran aktiva perusahaan maka semakin rendah kemampuan
perusahaan dalam membagikan dividennya
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis ingin
meneliti kembali tentang “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Per
B. Perumusan Masalah
sesuai dengan latar belakang yang telah duraikan diatas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Current Ratio (CR), Debt to Total Asset, Net Profit Margin (NPM),
Total Asset Turn Over (TATO) dan Price Earning Ratio (PER) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Dividen Per Share (DPS).
2. Apakah Current Ratio (CR), Debt To Total Asset, Net Profit Margin (NPM),
Total Asset Turn Over (TATO) dan Price Earning Ratio (PER) secara simultan
berpengaruh signifikan terhdap Dividen Per Share (DPS).
3. Faktor mana yang paling dominan dalam hal mempengaruhi Dividen Per
Share (DPS)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor - faktor apa yang
mempengaruhi perubahan Dividen per share (DPS) perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan dalam hal mempengaruhi
Dividen Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi para investor dan calon investor informasi diatas dapat digunakan
sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk membeli
(DPS) yang akan dibagikan.
2. Bagi perusahaan hendaknya penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan dividen agar dapat memaksimalkan nilai
perusahaan sehingga dapat menarik para investor atau calon investor untuk
menanamkan modalnya pada waktu yang akan datang.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang Dividen Per Share (DPS)
dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.
4. Untuk menambah bahan referensi yang telah ada bagi pembaca dan kalangan
BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian dan Tujuan Pembagian Dividen
dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan
baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu
perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik.
Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan pada
tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham.
Pembayaran dividen pada hakikatnya merupakan komunikasi secara tidak
langsung kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai
perusahaan. Pembayaran ini diambil dari sebagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan dalam kegiatan operasinya. Sedangkan sebagian lagi akan
diinvestasikan untuk hal yang lebih menguntungkan. Terkait hal ini manajer
keuangan sebagai orang dalam perusahaan yang mempunyai jalur informasi
monopolistik tentang cash flow perusahaan, sebaiknya memilih untuk
menciptakan isyarat komunikasi yang jelas mengenai masa depan perusahaan
apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Salah satu
isyarat komunikasi yang baik yaitu melalui pembayaran dividen.
2. Jenis-Jenis Dividen
Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para
pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan
a. Cash Dividend (Dividen Tunai)
Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai.
Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain.
b. Stock Dividend (dividen saham)
Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham,
bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan
c. Property dividend (dividen barang)
Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang
(aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang
homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan
mengganggu kontinuitas perusahaan.
d. Scrip Dividend
Scrip dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip)
janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip.
e. Liquidating dividend
Liquidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan
pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
3. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (Dividen Policy) merupakan
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio
pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba dibagi
ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang
saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang
ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah
menetukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen
dengan laba yang ditahan perusahaan.
4. Landasan Teori Kebijakan Dividen
a. Dividen Irrelevance ( Ke Tidak Relevanan Dividen)
Menurut Miller dalam Sartono (2001 : 282) berpendapat bahwa dalam
kondisi keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh
terhadap kemakmuran pemegang saham. Miller juga berpendapat bahwa nilai
perusahaan dibentuk oleh earning power dari assets perusahaan. Dengan
demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu
keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau
akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Hal yang penting dari pendapat Miller adalah bahwa pengaruh
pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi
dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang
lain. Dalam kondisi keputusan investasi yang given, maka apabila perusahaan
membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan
saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan
demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan
apakah laba yang diperoleh dibagikan sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.
Menurut Miller dalam Penelitian Listyantara (2005) memberikan
argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. Miller
menyatakan bahwa, dividen payout ratio (DPR) hanya merupakan bagian kecil
dari keputusan pendanaan perusahaan. Dividen Payout Ratio (DPR) tidak
mengetahui kekayaan pemegang saham. Miller beragumentasi bahwa nilai
perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba atau kebijakan investasi. Jadi dalam rangka membagi laba
perusahaan menjadi dividen dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Dalam hal ini Miller berasumsi bahwa adanya pasar modal sempurna
di mana tidak ada biaya transaksi, biaya pengambangan (floatation cost) dan tidak
ada pajak.
b. Bird In The Hand Theory
Menurut J, Keown (2000: 611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen
mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor dari pada pendapatan modal, sejak
dividen lebih pasti dari pada pendapatan modal.
Menurut Litner dalam penelitian Listyantara (2005) mengemukakan
bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam
bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran
dividen merupakan penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka
mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga dari pada seribu burung
c. Tax Differential Theory
Menurut Brigham (2001: 67) ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak
untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu (1) pendapatan dividen dikenakan tarif
pajak lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak keuntungan modal. investor
yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham dan menerima sebagian besar
dividen yang dibayarkan) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan
menanamkan kembali laba dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin
dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang
pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. (2) Pajak atas
keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Hal ini disebabkan Karena
adanya efek nilai waktu, satu dollar pajak yang dibayarkan dimasa mendatang
mempunyai biaya efektif yang lebih rendah dari pada satu dollar yang dibayarkan
hari ini. (3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai orang tersebut
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terhutang. Ahli
waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari
kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar diri dari
pajak keuntungan modal.
d. Information Content of Dividen
Menurut Sjahrial (2007: 265) menjelaskan bahwa pada saat ada
kesempatan investasi yang menguntungkan, pembagian dividen akan cenderung
besar. Pada saat tidak banyak kesempatan investasi yang menguntungkan
membagikan dividen per share yang konstan. Hal ini terletak pada perlakuan
dividen sebagai indikator prospek perusahaan. Dividen dianggap mempunyai
kandungan informasi (informasi content of dividend). Para investor/ pemodal
mempunyai keterbatasan informasi tentang kondisi perusahaan, maka mereka
dapat menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator prospek perusahaan.
Pada saat perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, maka hal ini
bisa ditafsirkan bahwa manajemen memperkirakan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang membaik. Apabila perusahaan mengurangi pembayaran dividen
maka hal ini dapat ditafsirkan sebagai indikator bahwa manajemen meperkirakan
prospek perusahaan kurang menguntungkan antara lain karena kesulitan
keuangan. Tentu saja hal tersebut belum tentu benar. Ada kemungkinan
perusahaan mengurangi pembagian dividen dikarenakan perusahaan dihadapkan
pada serangkaian kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga
dampaknya akan mengakibatkan meningkatknya harga saham.
e. Clientele Effect
Menurut Sartono (2001: 290) bahwa banyak kelompok investor dengan
berbagai kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan
saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pensiun
sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang
tinggi. Namun ada juga investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan
kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif
Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yang diperoleh, maka investor
yang menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Para investor tersebut
memperoleh capital gain, tetapi untuk memenuhi kebutuhan para investor tersebut
terpaksa menjual sebagian sahamnya. Sementara itu investor yang memilih untuk
menginvestasikan kembali pendapatannya menghendaki perusahaan untuk
membayar dividen yang rendah, karena bagi mereka pembagian dividen yang
besar berarti pajak yang harus dibayar juga semakin besar. Ini terjadi karena
mungkin kenaikan dividen mengakibatkan kenaikan tarif pajak pendapatan
sehingga pembayaran dividen tidak begitu menguntungkan dibandingkan dengan
kenaikan pajak yang harus dibayar. Dengan demikian paling tidak terdapat dua
kelompok investor dengan dua kepentingan yang bertentangan.
Dengan adanya dua kelompok tersebut, perusahaan dapat menentukan
kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Kemudian
perusahaan membiarkan para investor menjual saham, dengan kata lain
membiarkan para investor tersebut melakukan pemindahan investasi dari satu
perusahaan ke perusahaan lain. Hal penting yang perlu diingat bahwa transaksi ini
berlangsung secara tidak efisien karena adanya biaya transaksi dan pembayaran
capital gain sebagai akibat penjualan saham. kecenderungan perusahaan enggan
melakukan perubahan kebijakan dividen, Karena perubahan kebijakan
mengakibatkan bebarapa investor akan menjual sahamnya dan akibatnya dapat
menurunkan harga saham. Seperti halnya bidang lain, masih terdapat perbedaan
pendapat tentang adanya perbedaan kepentingan ini dan tidak satupun kelompok
5. Bentuk Kebijakan Pemberian dividen
Menurut Sutrisno (2000) dalam penelitian Cahyati (2006) ada beberapa bentuk pemberian dividen tunai/cash dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah:
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan. Untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
b. Kebijakan Dividen Yang Meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
c. Kebijakan Dividen Dengan Rasio Yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya meliputi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividen payout ratio
(DPR).
d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Yang Rendah Ditambah Ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Sutrisno (2000) dalam penelitian cahyati (2006) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen diantaranya:
a. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Jika perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.
Cash dividen merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividen yang dibagikan kecil sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.
c. Kebutuhan untuk melunasi utang
Semakin banyak utang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya utang, berarti dana utang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana utang bisa dengan mencari utang baru, bisa juga dengan sumber intern dengan memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividen yang dibagikan.
d. Rencana perluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari utang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh oleh internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividen yang dibagikan.
e. Kesempatan investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.
f. Stabilitas pendapatan
Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas lebih banyak, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
g. Pengawasan terhadap perusahaan
7. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan bentuk informasi yang paling penting bagi
perusahaan selama satu periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat
posisi dan kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan dimasa yang akan
datang. Pengaruh rasio keuangan terhadap penelitian ini adalah untuk menentukan
rasio yang paling dominan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun
simultan terhadap Dividend Per Share. Adapun beberapa rasio keuangan yang
berhubungan dengan Dividend Per Share yang telah diuraikan pada latar belakang
yaitu : Liquiditas, Struktur Modal, Profitabilitas, Pemanfaatan Aktiva dan Ukuran
Pasar yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya harus segera dipenuhi. Sementara itu keuntungan yang besar belum
menunjukkan kemampuan untuk membayar. Namun tidak menunjukkan jumlah
dana yang benar–benar tersedia dalam kas. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan tersebut belum menunjukkan jumlah dana yang ada dalam kas, apalagi
jika dana tersebut telah diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan perusahaan.
Sehingga dalam hal ini posisi likuiditas perusahaan rendah. dividen merupakan
cash out flow, sehingga dividen tergantung pada kemampuan membayar dari
perusahaan tersebut. Rasio likuiditas dapat diukur dengan current ratio. apabila
current ratio tinggi kemampuan dalam pembayaran dividen suatu perusahaan
akan tinggi pula. Karena jika current ratio (CR) naik posisi kas dan likuiditas
berikut :
CR =
Lancar Kewajiban
Lancar Aktiva
b. Struktur Modal
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban–kewajiban jangka panjangnya. rasio ini sama dengan rasio solvabilitas.
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Perusahaan yang solvable yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar
dari total aktivanya. Rasio ini juga menyangkut struktur keuangan perusahaan.
Struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya.
Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka panjang, utang jangka
panjang dan modal pemegang saham.
Menurut Brigham (2006: 101) ada beberapa hal dalam penggunaan
pendanaan melalui utang :
a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan
sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan
b. Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri
sebagai suatu batasan keamanan sehingga semakin tinggi proporsi dari
jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil
resiko yang dihadapi kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan
maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau diungkit
(leveraged).
Rasio leverage dapat diukur dengan bebrapa rasio. Namun, penelitian ini
hanya berfokus pada Debt to Total Assets. Debt to Total Assets menunjukkan
beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang
atau beberapa bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan utang atau
beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Menurut
Brigham (2006: 104) Kreditur lebih menyukai rasio ini, maka semakin besar
perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Disisi lain,
pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat
memperbesar ekspektasi keuntungan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Debt to Total Asset =
Asset Total
Kewajiban Total
c. Profitabilitas
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para
calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam kontes ini
profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana
yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau
profitabilitas yang dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan semakin besar
dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya.
Ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.
Namun, dalam penelitian ini membatasi hanya dengan menggunakan rasio Net
Profit Margin. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba yang tinggi. Investor dalam hal ini juga dapat memperoleh
dividen yang cukup besar seiring dengan meningkatnya laba yang dihasilkan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPM =
Bersih Penjualan
Pajak setelah Bersih
Laba
d. Pemanfaatan Aktiva
Rasio ini juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai
aktivanya. Rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari
tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi,
atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan
proyeksinya. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya
modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan tertekan. Di
lain pihak, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan
hilang. Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi penelitian ini dengan
menggunakan rasio Total Asset Turn Over. Total Asset Turn Over
menggambarkan efektivitas penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam rangka
menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dapat
dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva perusahaan.
Perputaran penjualan yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan secara
finansial. Semakin tinggi perputaran aktiva perusahaan berarti semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya. Sebaliknya semakin
perusahaan dalam membagikan dividennya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
TATO =
Aktiva Total
Bersih Pejualan
e. Ukuran Pasar
Rasio ini menghubungkan antara harga saham pada laba arus kas dan nilai
buku persahamnya. Rasio – rasio ini dapat memberikan indikasi kepada
manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu
dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Jika rasio–rasio likuiditas,
manajemen aktiva, manajemen utang dan profitabilitas semuanya terlihat baik,
maka rasio – rasio nilai pasarnya juga akan tinggi dan harga saham kemungkinan
juga akan tinggi sesuai dengan harapan. penelitian ini lebih memfokuskan dalam
menggunakan rasio Price Earning. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan
berapa banyak jumlah uang yang rela dikelurakan oleh para investor untuk setiap
dolar laba yang dilaporkan. Rasio ini mencerminkan penilaian pemodal terhadap
pendapatan perusahaan di masa mendatang. Rasio Price Earning yang tinggi
menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba yang tinggi di masa
mendatang, sehingga dividen yang dibagikan kepada investor cukup besar seiring
tingginya pertumbuhan laba. Rasio ini mencerminkan ekspektasi pemodal
menyangkut kinerja perusahaan di masa mendatang. Semakin optimistik
ekspektasi ini, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan rasio Price Earning.
Keinginan investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui rasio-rasio
calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Rasio
Price Earning ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PER =
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dividen per
share, antara lain :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Analisis Hasil
Karina Debt to Equity Ratio (DER), Dividen Per
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel – variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel
terikat. Pendapatan Dividen (dividen yield) dan capital gain adalah tujuan Utama
investor dalam hal menanamkan dananya pada sebuah perusahaan. dalam
kaitannya dengan pendapatan dividen. para investor pada umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. bagi investor informasi
tentang dividen per share menjadi salah satu kebutuhan yang sangat mendasar
dalam kebutuhan pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Informasi tersebut
keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini akan diungkap pengaruh antara Current Ratio (CR),
Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turn Over (TATO) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Dividen Per Share (DPS). Current Ratio merupakan variabel yang penting yang menjadi pertimbangan
menejer dalam kebijakan dividen. perusahaan yang menunjukkan kendala
pembayaran (kekurangan likuiditas) mengarahkan manajemen untuk membatasi
pertumbuhan dividen. dengan kata lain, meningkatnya posisi Current Ratio juga
akan meningkatkan pembayaran dividen.
Perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya tidak
hanya didanai oleh modal sendiri melainkan didanai oleh hutang yang digunakan
untuk membiayai akiva yang digunakannya. Semakin besar rasio Debt to Total
Asset menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap
pihak eksternal dan semakin besar pula hutang yang harus dibayar oleh
perusahaan. hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh
perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Jika
bunga pinjaman semakin besar, maka profitabilitas yang diperoleh perusahaan
akan semakin berkurang dan menyebabkan hak investor (dividen) juga semakin
berkurang.
Investor juga dapat menilai kinerja menejer suatu perusahaan dengan
melihat laba bersih yang dihasilkan dari penjualan setelah memperhitungkan
semua biaya dan pajak penghasilan. Net Profit Margin dapat memberikan
dolar perusahaan. jika Net Profit Margin meningkat, maka investor dapat menilai
perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mendapatkan laba
yang tinggi. Sehingga dividen yang akan dibagikan kepada investor akan
meningkat sesuai jumlah lembar saham yang dimilikinya.
Meningkatnya penggunaan hutang oleh perusahaan umumnya juga akan
mengakibatkan aktiva operasional meningkat, peningkatan jumlah aktiva
mengakibatkan aktivitas operasional juga akan mengalami peningkatan. Tingkat
aktivitas operasional perusahaan bergantung pada jumlah aktiva produktif yang
dimiliki. semakin banyak aktiva produktif, maka aktivitas operasional juga
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan atau laba bagi
perusahaan, serta dividen yang dibagikan kepada para investor. Sedangkan Price
Earning Ratio mengagambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Rasio ini mengindikasikan derajat kepercayaan investor
pada kinerja masa depan perusahaan. Semakin optimistik ekspektasi ini, maka
akan semakin tinggi pula kemungkinan Price Earning Ratio-nya. Keinginan
investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui rasio-rasio keuangan
seperti Price Earning Ratio, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon
investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham yang berupa
dividen.
Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti membuat kerangka konseptual atas
Gambar 2.1
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008: 29), Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai
konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena – fenomena.
Dengan demikian hipotesis merupakan penjelesan sementara tentang prilaku,
fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dalam
penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
Ho1 : Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ha1 : Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ho2 : Debt to Total Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share
(DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ha2 : Debt to Total Asset Ratio berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ho3 : Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share
(DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ha3 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ho4 : Total Asset Turn Over (TATO) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per
Share (DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ha4 : Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap Dividen Per Share
(DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ho5 : Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap Dividen Per Share
(DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ha5 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap Dividen Per Share
(DPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ho6 : Current Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin (NPM),
Total Assets Turn Over (TATO, Price Earning Ratio (PER) tidak
berpengaruh secara keseluruhan terhadap Dividen Per Share (DPS)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ha6 : Current Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin (NPM),
Total Assets Turn Over (TATO, Price Earning Ratio (PER) berpengaruh
secara keseluruhan terhadap Dividen Per Share (DPS) perusahaan
BAB III Metode Penelitian A. Desain Penelitian
Menurut Umar (2003: 30), Desain penelitian yang digunakan adalah
desain kausal, untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu hubungan variabel mempengaruhi variabel lainnya.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2006: 55), “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik kesimpulannya
”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada periode 2007 – 2009 yaitu 152 perusahaan.
Menurut Sugiyono (2006: 56) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Rochaety (2007: 66)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Beberapa
kriteria sempel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode
pengamatan yaitu tahun 2007 – 2009.
2. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividennya secara kontinyu dari
Dari data yang sesuai dengan kriteria yang diatas maka diperoleh data
sampel berjumlah 27 perusahaan, yaitu :
Tabel 3.1 Sampel Perusahaan
No. Kode Nama Perusahaan Sampel
1 AQUA PT. Aqua Golden Misissipi Tbk. 2 ASGR PT. Astra Graphia Tbk.
3 ASII PT. Astra International Tbk. 4 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk.
5 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk.
6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk. 7 FAST PT. Fast Food Indonesia Tbk. 8 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk. 9 HEXA PT. Hexindo Adi Perkasa Tbk.
10 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk.
11 IGAR PT. Kageo Igar Jaya Tbk. 12 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk.
13 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
14 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk.
15 LTLS PT. Lautan Luas Tbk.
16 MERK PT. Merck Tbk.
17 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk.
18 MTDL PT. Metrodata Elektronik Tbk.
19 MYOR PT. Mayora Indah Tbk.
20 SMGR PT. Semen Gresik Tbk.
21 SQBI PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.
22 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk.
23 TOTO PT. Surya Toto Tbk.
24 TURI PT. Tunas Ridean Tbk.
25 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk.
26 UNVR PT. Unilever Tbk.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menurut
Umar (2003: 60) “ data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya
sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain ”.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pooling data, yang merupakan gabungan dari jenis data time series,
yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa
interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan dan data cross
section, yaitu sekumpulan data suatu tertentu dalam satu kurun waktu saja.
Sumber data adalah laporan keuangan perusahaan, sampel diperolah dari
Indonesian capital markret directory (ICMD) dan situs www.idx.ac.id.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada Penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2008: 57) Definisi Operasional adalah suatu Definisi yang
menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam eleman – elemen yang dapat
kedalam penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel independen & dependen.
Menurut Erlina (2008 : 42) variabel independen merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan
positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Sedangkan variabel
dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
lima variabel independen yaitu : Current Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio,
Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turn Over (TATO,) Price Earning Ratio (PER) dan satu variabel dependen yaitu : Dividen Per Share (DPS). Masing –
masng variabel penelitian ini secara Operasional dapat didefinisikan seperti
tampak pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel NO Variabel Defenisi
3 Net Profit
F. Metode dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model
tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi tersebut meliput i
statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi
sebuah informasi. (Suharyadi, 2007: 10).
2. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi–asumsi
klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005: 111) “Uji normalitas data bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal”. Berikut adalah beberapa cara yang dapat
digunakan untuk melihat normalitas data dalam penelitian ini, yaitu uji
kolmogorov smirnov, histogram, dan grafik normality probability plot.
1) Uji Kolmogorov Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan
dalam pengambilan keputusan, yaitu:
• jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal,
• jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal.
Hipotesis yang digunakan:
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.
Menurut Erlina (2008: 104) ada beberapa cara mengubah model regresi
menjadi normal yaitu :
• lakukan transformasi data ke bentuk lainnya,
• lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
• lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke
suatu nilai tertentu.
2) Histogram, yaitu pengujian dengan menggunakan ketentuan bahwa data
normal berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki
pola distribusi nornal. Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke
kiri berarti memberitahukan bahwa data tidak berdistribusi secara
normal.
3) Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah: • jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas,
• jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Multikoleniaritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut
variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang
bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi
diantara sesamanya sama dengan nol.
Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka
konsekuensinya adalah:
1) koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2) nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Menurut Ghozali (2005: 91), untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1. nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen,
2. menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen,
c. Uji Autokolerasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada time series. Pada data cross-section, masalah autokorelasi
relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah menggunakan uji Durbin
Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
1) bila nilai DW (Durbin-Watson) terletak antara batas atas (DU) dan
4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol artinya tidak terjadi
autokorelasi,
2) bila nilai DW<DL (batas bawah) maka koefisien autokorelasi lebih
besar dari nol artinya ada autokorelasi positif,
3) bila nilai DW>4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol
artinya ada autokorelasi negatif,
4) bila nilai DW terletak antara DU dengan DL atau DW terletak diantara
4-DU dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat diputuskan ada
autokorelasi atau tidak.
d. Uji Heteroskedastisitas