BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas pada jaringan tulang, biasanya
terjadi karena trauma langsung eksternal, dan dapat juga terjadi karena deformitas
tulang. Fraktur dapat terjadi pada semuat ingkat umur (Perry & Potter, 2005).
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinius struktur tulang. Fraktur dapat terjadi
akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, kelemahan
abnormal pada tulang fraktur patologik (Apley, 2002).
Menurut WHO (World Health Organization), tercatat di tahun 2011
terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan
sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan
yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah
sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Indonesia merupakan negara
peringkat kelima kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Dampak yang
ditimbulkan dari kecelakaan lalulintas tersebut ialah cedera kepala, luka – luka
dan patah tulang. Luka tersebut lokasinya banyak terdapat di regio frontalis et
orbitalis, sedangkan yang patah tulang banyak terdapat di bagian tangan dan kaki.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009, 18 juta orang
mengalami kejadian fraktur dengan jenis yang berbeda dan penyebab yang
berbeda. Berdasarkan data Depkes RI tahun 2009, sebanyak 25% penderita
mengalami kecacatan psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10%
mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2009).
Dalam mencari pengobatan, Masyarakat memilih pelayanan kesehatan
moderen seperti Puskesmas, Rumah sakit dan dokter peraktek, juga ada yang
mencari pengobatan tradisional. Masih banyak masyarakat yang menggunakan
pengobatan tradisional dan pengobatan sendiri, menunjukkan masih kuatnya
tradisi masyarakat dalam hal mencari pengobatan, kebiasaan berobat sendiri perlu
mendapat perhatian karena merupakan tindakan yang paling sering di lakukan
masyarakat sebagai tindakan pertama pada saat menderita sakit (Hamzah, 2010).
Foster dan Anderson (1986) menjelaskan, bahwa pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya. Selain
usaha menghindari penyakit, usaha mengetahui cara penyembuhan juga
merupakan salah satu pedoman tingkah laku manusia demi mencapai
kesejahteraan hidupnya. Terbukti bahwa ada masyarakat yang menggunakan jasa
sistem medis moderen dan ada juga yang menggunakan sistem medis tradisional.
Atas pengetahuan yang dimiliki itulah yang mendasari mengapa mereka memilih
pengobatan moderen atau tradisional.
Menurut Rahayu (2012), Perkembangan pelayanan kesehatan moderen di
indonesia terus meningkat, bahkan pelayanan kesehatan tersebut telah sampai ke
pelosok-pelosok pedesaan. Ketersediaan pelayanan kesehatan mulai memadai,
sehingga pelayanan kesehatan moderen dapat menimbulkan kecendrungan
membudaya, akan tetapi pada kenyataaannya pengobatan tradisional ini masih
merupakan pilihan yang di ambil oleh masyarakat.
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, menunjukkan
angka kesakitan penduduk secara nasional sebanyak 33,24%. Dari jumlah angka
kesakitan tersebut, sebanyak 65,59% memilih berobat sendiri (termasuk berobat
ke pengobatan tradisional), sisanya sekitar 34,41% memilih berobat ke pelayanan
kesehatan moderen. Berdasarkan data kesehatan indonesia tahun 2007, 6,09%
merupakan masyarakat perkotaan, dan 6,37% merupakan masyarakat pedesaan.
Hal ini menunjukkan sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang di
Indonesia, namun jumlah masyarakat yang memilih pengobatan tradisional cukup
tinggi.
Masyarakat memilih pengobatan tradisional di sebabkan oleh berbgai faktor
salah satunya faktor pengetahauan masyarakat terhadap pengobatan tradisional.
Apakah masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai
pengobatan tradisional tersebut. Apakah masyarakat telah mengetahui dampak
yang akan terjadi bila melakukan pengobatan tradisional tersebut atau bahkan
sebaliknya masyarakat memiliki pengetahuan yang minim tentang pengobatan
tradisional, mereka melakukan pengobatan tradisional hanya karna di ajak atau di
perkenalkan oleh orang lain, tanpa mengetahui dampak yang akan terjadi bila
tetap melakukan pengobatan tradisional (Rahayu, 2012).
Menurut Sudaryanti, dkk (2014), Masyarakat Indonesia yang mengalami
disebabkan oleh pengobatan tradisional tersebut. Komplikasi yang bisa terjadi
misalnya jalan menjadi pincang, rentang gerakan sendi menurun (misal tangan
tidak bisa lurus dengan maksimal), dan tidak jarang kecacatan ini harus
ditanggung seumur hidup. Komplikasi yang lebih buruk dan mengancam jiwa bisa
juga terjadi apabila pasien menderita patah tulang terbuka (ada hubungan antara
tulang dengan lingkungan luar). Kasus patah tulang terbuka merupakan kasus
gawat darurat yang harus ditangani secepatnya di meja operasi karena adanya
resiko infeksi yang sangat besar. Infeksi ini apabila tidak ditangani dengan baik
akan menimbulkan kematian. Bila penanganan salah, karena syaraf motorik
menyangkut pergerakan tangan dan kaki, bisa terjadi cacat seumur hidup. Jelas
bahwa untuk kasus patah tulang terbuka, pengobatan alternatif kurang mempunyai
kompetensi. Mengingat hal tersebut, perlu diperhatikan bagaimana karakteristik
pasien fraktur memilih pengobatan tradisional.
Menurut Kristiana, dkk (2014) Kepuasan pasien terhadap pelayanan
pengobatan tradisional dinyatakan sebanyak 27 orang sembuh total, namun 15
orang menyatakan kecewa karena terjadi efek samping akibat fraktur yang dialami
misalnya tangan dan kaki tidak bisa lurus dengan maksimal. Seorang pasien
menyatakan selama pengobatan berlangsung pasien menjadi ketergantergantung
terhadap obat yang diberikan, karena rasa nyeri dan ngilu di lokasi yang terjadi
fraktur kadang – kadang kambuh jika tidak diolesi minyak.
Menurut data Kepolisian Republik Indonesia tahun 2011 jumlah kecelakaan
lalulintas Pada tahun 2011 sebanyak 1.111 (30,58 %) dibandingkan tahun 2010.
kecelakaan pada tahun 2010 yang berjumlah 3.633 kecelakaan (Biro Penerangan
Masyarakat Polri, 2011). Berdasarkan data dari RumahSakit Haji Adam Malik
Medan dari bulan Januari 2013 sampai bulan Juli 2014, jumlah pasien yang
mengalami fraktur sebanyak 163 orang.
Menurut Sensus Sosial Ekonomi masyarakat yang menggunakan pengobatan
tradisional mengalami peningkatan yaitu 15,04% pada tahun 1999 menjadi
30,24% pada tahun 2001, 29,73 % pada tahun 2002, 30,67% pada tahun 2003,
32,87% pada tahun 2004, 38,30% pada tahun 2005 dan 2006, 45,17% pada tahun
2010, 49,53% pada tahun 2011 (Rahayu 2012).
Menurut Rahayu (2012), penelitian yang dilakukan di Australisa sebesar
48,5% masyarakat menggunakan pengobatan tradisional, di Perancis sebesar 49%
dan di taiwan sebesar 90% menggunakan terapi Konvensional yang berbasis pada
ilmu kedokteran yang telah lama berkembang yang di kombinasikan dengan
pengobatan tradisional.
Adapun fenomena pada pengobatan tradisional patah tulang Suliah yaitu
tingginya minat masyarakat pada pengobatan tradisional tersebut dibanding
dengan pengobatan tradisional patah tulang lain seperti Malumta yang juga berada
di Kelurahan Titipapan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah kunjungan pasien
yang berobat sekitar 30 pasien per bulannya. Sedangkan jumlah pasien
pengobatan tradisional patah tulang Maulmta di Kelurahan Titipapan hanya
sekitar 5 pasien setiap bulannya. Hal ini terlihat perbedaan yang cukup jauh pada
diminati oleh masyarakat di kelurahan titipapan. Pengobatan tradisional ini
memiliki tempat yang nyaman diberikan kepada pasien maupun keluarga yang
datang berkujung serta diberikan fasilititas rawat inap kepada pasien yang
mengalami fraktur dan biaya pengobatan pasien yang mengalami fraktur sudah
dibicarakan di saat pasien pertama kali datang berobat serta di jelaskan
pengobatan apa saja yang akan diberikan serta sudah diperkirakan berapa lama
pasien akan dirawat di pengobatan patah tulang suliah. Adapun Prinsip yang
digunakan pada pengobatan patah tulang Suliah yaitu, (1) prinsip reduksi yaitu
penarikan bagian tubuh yang patah untuk mengembalikan posisi tulang seperti
semula, (2) pemberian bidai sebagai fiksasi tulang yang patah setelah
dikembalikan pada posisi semula, (3) adanya pemijatan/urut-urut dengan
menggunakan minyak yang bertujuan memperlancar aliran darah.
Berdasarkan data yang saya dapatkan dari pengobatan tradisional di dukun
patah Suliah dari bulan januari 2015 sampai bulan juli 2016 sebanyak 360 orang.
Berdasarkanhasilwawancara, Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang
dilakukan peneliti melalui wawancara singkat dengan beberapa pasien diperoleh
data sebagai berikut, 1) pada umunya mereka berobat ke pengobatan tradisional
karena lebih percaya pada teknik pengobatan secara tradisional, 2) pernah berobat
ke rumah sakit namun tidak kunjung sembuh,3) adanya trauma dari pasien atau
kerabat ketika berobat ke rumah sakit, 4) Alasan pasien lebih memilih pengobatan
tradisional patah tulang dibandingkan kerumah sakit, karena pasien mengalami
kecemasan jika dibawa ke rumah sakit. kecemasan akan infeksi terhadap luka
meminta keluarga untuk pindah ke pengobatan tradisional. Kecemasan tersebut
menyebabkan pasien dalam penelitian ini lebih memilih pengobatan tradisonal, 5)
adanya pihak lain yang menyarankanuntuk berobat ke pengobatan tradisional
patah tulang, hal ini menunjukkan pasien sangat berperan penting dalam
mentukan pilihan pengobatan, 6) Alasan masyarakat memilih pengobatan
tradisional karena pengalaman sebelumnya dari keluarga dan masyarakat serta
manfaat yang di rasakan dari pengobatan tradisional tersebut.
Menurut Desni dkk, (2011) dalam mengatasi masalah kesehatan, peran
pasien sangat dibutuhkan dalam mentukan pilihan pengobatan merupakan hal
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan, pasien memegang peranan penting
dalam hal pengambilan keputusan, oleh sebab itu pasien memiliki pengetahuan
yang baik dalam pengambilan keputusan itu, sehingga dapat membantu
menentukan sikap terhadap apa yang hendak dilakukan. Terlebih dalam hal
menentukan pengobatan, suatu hal yang harus dipertimbangkan dengan matang,
baik, buruk, serta efek yang ditimbulkan. Dalam mengatasi masalah kesehatan
yang mengambil keputusan untuk pemecahan masalahnya adalah pasien yang
mengalami fraktur.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2010), menemukan bahwa
faktor yang mempengaruhi seseorang memilih pengobatan tradisional yaitu faktor
sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor persepsi tentang sakit penyakit,
faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, dan
tradisional. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Gambaran
karakteristik pasien fraktur memilih pengobatan tradisional didukun patah Suliah
1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran karakteristik pasien Fraktur memilih
pengobatan tradisional di dukun patah Suliah kelurahan Titipapan ?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : Gambaran
karakteristik pasien fraktur yang memilih pengobatan tradisional patah tulang
didukun patah Suliah kelurahan Titipapan.
1.4 TujuanPenelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui gambaran karakteristik
Pasien berdasarkan karakteristik berdasarkan data demografi yang meliputi Usia,
jenis kelaminSuku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan keluarga
perbulan, Jenis Fraktur/patah tulang yang dialami, sumber informasi, lokasi
terjadinya fraktur, alasan memilih pengobatan tradisional patah tulang didukun
1.5 ManfaatPenelitian
1. Bagi Pengobatan Tradisional Dukun Patah Suliah
Hasil penelitian ini diharapkan pengobatan tradisional dapat berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah yang terkait fraktur.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi sistem pelayanan
keperawatan khususnya perawat komunitas dalam membina dan mengawasi
pengobatan tradisional sebagai pengobatan komplementer yang saling
melengkapi agar terwujud tingkat kesehatan yang optimal.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya tentang motivasi pada pasien dalam menentukan pengobatan yang