• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Kortisol Saliva Sebagai Penanda Derajat Sindroma Premenstruasi Pada Remaja Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar Kortisol Saliva Sebagai Penanda Derajat Sindroma Premenstruasi Pada Remaja Chapter III VI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

showed greater binding of ligands targeting either mineralocorticoid receptor and glucocorticoid.Hippocampus, amygdala (Lymbic system) mediator by neurotransmitter : GABA

katekolamin, 5HT, dopamine hypothalamic PVN CRH ,GnRH, Specificity of hormonal changes. HPA axis activation on modification of hippocampal

outputs raises the‘ problem

(2)

2 3 3 4

Sindroma Premenstruasi merupakan penyakit dengan etiologi

beragam " ). Sindroma premenstruasi didahului

oleh induksi dari stresor psikososial yang dipengaruhi oleh genetik, pola aktivitas, lingkungan, dan lain'lain. Stres merupakan suatu hal yang bersifat sangat subjektif dan bersifat kualitatif, sehingga untuk mengukur/menilainya perlu suatu alat ukur yang valid dan reliabel,

dalam hal ini digunakan “ F ” untuk menilai

keterlibatan kelenjar adrenal akibat pengaruh stres untuk mensekresi hormon kortisol. Stimulus stres yang diterima tubuh akan

menimbulkan reaksi GAS ( ) agar tubuh

mencapai homeostatis (keseimbangan). Dalam proses homeostatis, sel yang merupakan unit terkecil dari tubuh memiliki membran sel

yang melakukan ' $ $ apabila menerima stimulus

tertentu. Stimulus akan melibatkan sistem neurohormonal, di mana hormon untuk menghasilkan efek sistemik Hormon steroid berdifusi melalui membran seluntuk masuk ke dalam sel. Hormon berikatan dengan reseptor intraseluler sendiri, sehingga terjadi suatu kompleks hormon dan reseptor memasuki inti sel dan, kompleks hormon dan reseptor akan berikatan dengan reseptor pada DNA (Hormon respon element), kemudian terjadi transkripsi DNA yang mengubah mRNA, kemudian terjadi translasi oleh mRNA dan akan terbentuk suatu protein. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya aksi hormonal pada sel.

Seluruh stimulus seperti stres, oleh tubuh diterima pada SSP. Organ/sistem ini disebut “Sistem Limbik” yang terdiri dari: Hipokampus, Amigdala, Korteks Limbik. Impuls ini mengaktifkan neurotransmitter khusus yang terlibat dalam hal emosi/psikologis yaitu

GABA ( ), Serotonin, Katekolamin,

(3)

sistem hormonal, yang akhirnya menjadi sistem neuroendokrin (Sekresi hormon yang melibatkan sistem saraf otonom: simpatis/parasimpatis) agar hormon dapat bersirkulasi di dalam sistem peredaran darah. Dari sistem limbik, impuls diteruskan ke hipotalamus

khususnya di , 2 (PVN), untuk menyekresikan

#G3 < A melalui sistem portal di Median Eminens. Sekresi hormon tersebut sampai ke Hipofisis anterior dan menyekresikan ACTH. Akhirnya kelenjar Adrenal yang mempunyai reseptor Glukokortikoid menyekresikan “Kortisol”, untuk beredar secara sistemik dan feedback kembali ke SSP dan HPO Axis. Kortisol terbentuk dari bahan dasar kolesterol dengan molekul prekursornya Pregnenolon dan Hidroksiprogesteron. Hormon'hormon yang bergantung pada proses steroidogenik juga steroid Gonad: DHEA, Progesteron, Estrogen, akibatnya terjadi kompetisi terhadap pregnenolon yang digunakan untuk membentuk kortisol dalam jumlah besar, sehingga DHEA, Androstenedion, Testosteron, Estradiol, Progesteron akan menurun pada fase luteal. Kortisol terbentuk dari bahan dasar kolesterol, molekul prekursornya Pregnenolon dan Hidroksiprogesteron. Hormon hormon yang bergantung pada proses steroidogenik adalah juga steroid Gonad: DHEA, Progesteron, Estrogen akibatnya terjadi kompetisi terhadap pregnenolon yang digunakan untuk membentuk kortisol dalam jumlah besar, sehingga DHEA, Androstenedion, Testosteron, Estradiol, Progesteron akan menurun pada fase luteal. Manifestasi gejala'gejala Sindroma Premenstruasi dari proses ini adalah: ketidakseimbangan hormon & aktivasi neurotransmitter yang berlebihan akibat stimulus stres yang diterima SSP. Pada Sindroma

premenstruasi, progesteron ( $ ) menurun pada fase

(4)

meningkat. Serotonin bekerja pada pada seluruh otot polos & sistem saraf otonom, berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, pusing, mudah marah. Aldosteron juga dibentuk oleh molekul prekursor pregnenolon terpakai untuk pembentukan Kortisol yang meningkat, aldosteron jadi turun sehingga terjadi retensi cairan, timbul gejala hiperhidrasi (oedema) pada sindroma premenstruasi.

" "' (

!

" #

$ !

$ !

$ !

(5)

Stres sebagai $$ terjadinya sindroma premenstruasi dipengaruhi oleh stressor psikososial yang dinilai dengan

- stressor psikososial merupakan variable; independen yang mempengaruhi derajat sindroma premenstruasi yang merupakan variabel perantara. Derajat sindroma premenstruasi bermanifestasi terhadap perubahan kadar kortisol saliva, yang pada penelitian ini merupakan variabel dependen.

('

Ada hubungan kadar kortisol saliva perempuan remaja dengan derajat sindroma premenstruasi..

! Ada hubungan stresor psikososial yang dinilai dari derajat dengan kadar kortisol saliva dari perempuan remaja yang mengalami sindroma premenstruasi.

& .( ' - % '

Definisi : Gejala siklik dari satu atau lebih dari banyak gejala (lebih dari 100) sebelum terjadinya menstruasi, yang mempengaruhi pola hidup atau aktivitas, diikuti dengan periode bebas dari gejala (Speroff & Fritz, 2010). Diagnosis sindroma premenstruasi berdasarkan kriteria diagnosis yang ditetapkan ACOG (2006).

# Alat ukur : Premenstrual Symptoms Screening Tool (PSST) sebagai reference standard.

$ Cara ukur : Penilaian PSST berdasarkan gejala'gejala dari sindroma premenstruasi yaitu: tidak ada gejala, gejala ringan, gejala sedang'berat yang dinilai dari 14 (empat belas) pertanyaan tentang gejala sindroma premenstruasi dan 5 (lima) pertanyaan tentang aktivitas sehari'hari..

(6)

dan ! ! PMDD +Skala Ordinal/Variabel Kategorik) (Steiner et al, 2003).

! ' - % '

Menurut 2 ' " 3 # seseorang

dapat dikatakan mengalami sindroma premenstruasi apabila "

" " 1 $ "" ,

$ & " " 4

!

$ &

5

' &

# "

1 1

& & $

3

1 $ " 5

, 1 " 1

64

& " $

$ $ &

& $ " , $

"" " " & "

(7)

mengalami 1 dari 6 gejala gangguan afektif dan 1 dari 4 gangguan somatik yang ditetapkan oleh ACOG (2006).

3 - ' ' '

Adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan pada kehidupan seseorang, baik perubahan gejala fisik maupun jiwa, sehingga seseorang terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Stresor Psikososial (skala nominal/varibel kategorik), meliputi: (Hawari , 2006).

a. Hubungan interpersonal (baik atau tidak baik) b. Lingkungan (baik atau tidak baik)

c. Keuangan (cukup atau tidak cukup)

d. Perkembangan fisik dan mental setiap periode kehidupan (normal /tidak normal)

e. Keadaan keluarga (harmonis atau tidak harmonis) f. Trauma (ada atau tidak ada)

8 ' > % % " # % meliputi jenjang/tingkat pendidikan di akademi kebidanan dan jumlah jadwal jaga per minggu, ini merupakan stresor psikososial (Skala ordinal/variabel kategorik)

a. Definisi : Perubahan kelenjar adrenal dalam mensekresi kortisol akibat stresor psikososial

b. Alat ukur : Kuesioner Adrenal Stress Questionnaire (Hompes, 2009)

c. Cara ukur :

(8)

“tidak benar”, skor 3 untuk jawaban “ragu'ragu” dan skor 5 untuk jawaban “sangat benar”.

d. Total skor dari penilaian kuesioner menunjukkan interpretasi sebagai berikut (Hompes, 2009) :

0 – 30 kesehatan baik

>30 – 40 mengalami sedikit stres

>40 – 50 kelenjar adrenal cenderung akan mengalami peningkatan sekresi kortisol

>50 – 60 kelenjar adrenal sudah mengalami peningkatan sekresi kortisol

>60 kelenjar adrenal menyekresikan kortisol secara berlebihan

9 adalah usia yang dihitung dari tahun kelahiran dalam satuan tahun.

2 % > ' meliputi: kesadaran compos mentis, tekanan darah (120/80 mmHg atau MAP 70'100 mmHg, nadi (80'120 kali/menit), pernafasan (16'24 kali/menit), dan suhu (36'37 0 C).

7 $ adalah usia saat seorang perempuan mendapat

haid pertama kali dinilai dalam tahun (Skala rasio/variabel numerik).

@ - % adalah panjang siklus haid 24'35 hari (Speroff

& Fritz, 2010).

6 % ' adalah 3'5 hari, ada yang 1'2 hari diikuti darah

sedikit'sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7'8 hari (Hanafiah, 2008), dan jumlah darah haid tidak lebih dari 3 kali ganti pembalut/hari (Janssen, Scholten, Heintz, 1995).

1 % % % ! # (

berarti panjang siklus haid pada 2 bulan pengamatan tidak berada dalam rentang 24'35 hari setiap bulannya.

% ( = ( ' ' 0 $

(9)

% # 0 ( ' %0 % ( ( ' diketahui berdasarkan anamnesis/wawancara tentang riwayat penyakit dan gejala'gejala yang patognomonis berdasarkan pedoman wawancara terstruktur yang disusun oleh peneliti berdasarkan pedoman pengisian kuesioner, riset kesehatan dasar Depkes RI, 2007 dan pemeriksaan fisik apabila diperlukan (Depkes RI, 2007b).

! % # + ) dihitung sebagai berat badan dalam

satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter dikuadratkan (m2). Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria WHO untuk regio Asia'Pasifik tahun 2000 adalah sebagai berikut:

o J 1 $ < 18,5

o 2 G $ 18,5 – 22,9

o %, 1 $ ( 23 – 24,9

o %& ' 25 – 29,9

o %& '' > 30

3 - 4

a. Definisi: bagian dari skala validitas MMPI (

' , ) untuk menilai kejujuran. Karena instrumen'instrumen penelitian bersifat* " $+ validitas penelitian sangat dipengaruhi kejujuran responden. b. Alat ukur : Kuesioner Skala L'MMPI

c. Cara ukur : Skala ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus dijawab ”Ya” atau ”Tidak” “G 1 ” diambil dari jumlah jawaban ”tidak” yang paling banyak adalah <5. Bila ”G 1 ” >5 berarti responden tersebut cenderung tidak jujur dalam menjawab pertanyaan instumen yang diberikan (Gordon RM, 2011).

d. Skala ukur : Subyek jujur atau tidak jujur. (lihat lampiran 2)

(10)

berbagai fungsi fisiologis lainnya. Pada tahap selanjutnya akan berpengaruh terhadap keseimbangan metabolisme tubuh seluruhnya, satuan kadar kortisol adalah Qg/dl (Barrett , 2010).

9 " % "' ' - >

a. Definisi : konsentrasi hormon kortisol di dalam saliva yang diperiksa dengan kit (alat) Salimetrics dengan satuan Qg/dl. Pengukuran kadar kortisol saliva pada penelitian ini hanya dilakukan pada pagi hari 08.00–12.00 wib.

b. Alat ukur : ELISA READER

c. Cara ukur : Metode 0 D ; ( ' (ELISA).

( # ( > % # (

% # # C

1). Sebelumnya, hindari pengambilan spesimen ludah di bawah 60 menit setelah makan/ sarapan terakhir dan sebelum 12 jam pemakaian alkohol. Cuci mulut (kumur'kumur) selama 10 menit.

2). Kemudian ambil minimal 1,5 cc saliva dari subyek dengan cara subyek menundukkan kepala dan membiarkan saliva mengalir sendiri masuk ke dalam tabung poli propilene. 3). SEGERA, aliquot saliva dimasukkan ke dalam 3 sampel

cup, masing'masing 0,5 cc saliva.

4). SEGERA, beri identitas dan jenis pemeriksaan, dan simpan di '200C (selama pengukuran dan sebelum dibekukan, sampel harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 20' 80C, untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

(11)

D

.

$

Penelitian ini menggunakan rancangan ) dan uji diagnostik. Analisis variabel dilakukan dalam bentuk univariat, bivariat dan multivariat, menggunakan analisis komparatif dan korelatif.

( % E

Penelitian ini dilakukan di akademi kebidanan di Medan. Diupayakan proses & $ untuk menghindari bias pengukuran dari sampel penelitian. Waktu penelitian dimulai bulan Juli tahun 2011 sampai bulan Februari tahun 2012 dengan jumlah sampel minimal 77 terpenuhi.

'( % - (

Populasi target adalah remaja kategori remaja akhir ( ) berusia 17 – 21 tahun yang sekolah dan tinggal di asrama. Populasi terjangkau adalah remaja kategori remaja akhir ( ) berusia 17 – 21 tahun pada akademi kebidanan. Sampel penelitian adalah perempuan remaja kategori remaja akhir

( ) berusia 17 – 21 tahun pada akademi kebidanan

yang mengalami sindroma premenstruasi. Pengambilan sampel

dengan cara , $ harus memenuhi kriteria inklusi

(12)

" - ( "

Perempuan usia 17'21 tahun dengan tanda vital normal

# Sudah dengan siklus haid teratur

$ Tidak mempunyai riwayat penyakit tumor otak

% Tidak menderita # $

Tidak menderita

& Tidak mempunyai riwayat gangguan fungsi hati Tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus Tidak mempunyai riwayat penyakit tiroid

Tidak menderita hiperprolaktinemia Tidak sedang dalam terapi hormonal

Tidak sedang menggunakan obat'obatan kortikosteroid Tidak mempunyai kebiasaan minum alkohol

Bersedia ikut serta dalam penelitian

Sudah melalui instrumen penyaring Skala'L MMPI dengan

*G 1 +< 5, dan subyek dianggap jujur untuk mengisi instrumen'instrumen penelitian

' Mempunyai riwayat sindroma premenstruasi selama 2 (dua) siklus haid yang dinilai berdasarkankriteria diagnosis sindroma

premenstruasi berdasarkan # $ %&

$ (2006) selama 2 bulan pengamatan.

! "

Terjadi gangguan siklus haid dalam 2 bulan pengamatan.

3 - (

Rumus besar sampel yang digunakan untuk uji hipotesis pada penelitian ini berdasarkan D

(13)

(Lwaga & Lemeshow, 1998) dengan uji hipotesis dua arah satu proporsi populasi.

Dengan rumus sebagai berikut :

Zα √ Po (1'Po) + Z1'β√ Pa (1'Pa) Dimana :

n = Besar sampel

Z1'α/2 = Derifat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesis

dua arah

Z1'β = Derifat baku beta, power penelitian sebesar 90 %, hipotesis dua arah

Po = Proporsi populasi penelitian penderita sindroma premenstruasi, 80% (0,8)

(Freeman, 2003; ACOG, 2006; Knaapen & Weisz, 2008). Pa = Proporsi populasi penelitian yang diharapkan dari penelitian

ini 60% (0,6)

Besar sampel pada penelitian n = 50 orang.

Rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik yang mempunyai

keluaran J # , (AUC) adalah sebagai berikut :

Zα √ 2 V1 + Zβ√ V1+V2

Dimana :

n = Besar sampel

Zα = Derivat baku alpha (α = 5%, hipotesis dua arah 1,96) Zβ = Derivat baku beta ((β = 10%, power penelitian sebesar 90%

(14)

V2 = Q12 + Q22 ' 2θ22

Q11 = Nilai Q1 dari indeks yang diteliti = θ1 : (2 ' (θ1)

Q21 = Nilai Q2 dari indeks yang diteliti = 2θ12 : (1 + θ1) Q12 = Nilai Q1 dari indeks yang telah ada = θ2 : (2 ' (θ2) Q22 = Nilai Q2 dari indeks yang telah ada = 2θ22 : (1 + θ2)

Berdasarkan Buku Penelitian Diagnostik oleh Dahlan tahun 2009, bahwa perhitungan besar sampel dengan rumus tersebut telah disajikan dalam suatu bentuk tabel untuk nilai AUC kesalahan Tipe I dan Tipe II tertentu. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa selisih minimal AUC sebesar 15 % ( AUC1 = 80%, AUC2 = 95%) dengan kesalahan tipe I (α = 5%) dan kesalahan tipe II (β = 10%), sehingga, besar sampel n = 77 orang. Dari kedua cara perhitungan besar sampel dalam penelitian ini, maka digunakan besar sampel yang terbesar yaitu sebanyak n = 77 orang.

"$ (

+-4 )

Skala L'MMPI adalah bagian dari skala validitas MMPI (

(15)

! " # + -- )

PSST mencerminkan dan menerjemahkan kriteriaDSM'IV dalam menilai derajat keparahan dari sindroma premenstruasi. Penilaian PSST berdasarkan gejala'gejala sindroma premenstruasi yaitu: tidak ada gejala, gejala ringan, dan gejala sedang sampai berat, terhadap 14 butir pertanyaan tentang gejala sindroma premenstruasi dan 5 butir pertanyaan tentang aktivitas sehari'hari. PSST dianggap sebagai

" yang sesuai dengan DSM IV dan ICD'10. Derajat

sindroma premenstruasi dikategorikan menjadi: sindroma premenstruasi ringan, sedang sampai berat dan

! ! PMDD (Steiner , Macdougall , Brown , 2003).

(Lihat Lampiran 8)

3 .

Suatu pendapat yang dinyatakan Hompes, seorang ahli ginekologi Inggris tahun 2009 menjelaskan tentang keterlibatan

akibat stress fisik, emosional dan lingkungan yang dialami oleh seseorang. Hompes menyusun suatu alat ukur berupa

- yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk menilai keterlibatan kelenjar adrenal akibat pengaruh stres.

- terdiri dari 20 butir pertanyaan,

dimana setiap pertanyaan diisi dengani skor 0 untuk jawaban “tidak benar”, skor 3 untuk jawaban “ragu'ragu” dan skor 5 untuk jawaban “sangat benar”. Total skor dari penilaian terhadap kuesioner

menunjukkan derajat berupa perubahan kelenjar

adrenal dalam menyekresikan kortisol (Hompes, 2009), yaitu:

0 – 30 kesehatan baik

>30 – 40 mengalami sedikit stres

(16)

>50 – 60 kelenjar adrenal sudah mengalami peningkatan sekresi kortisol

>60 kelenjar adrenal menyekresikan kortisol secara berlebihan

(lihat lampiran 7)

*

Untuk izin penelitian, persetujuannya diperoleh dari subyek penelitian dan Komite Etik FK'USU yang akan melakukan penilaian kelayakan proposal penelitian.

/

Subyek penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Selanjutnya dilakukan " bahwa subyek secara

sukarela ikut dalam penelitian. (lihat lampiran 1) Proses pengambilan sampel melalui pedoman wawancara dan instrumen penyaring kejujuran dengan kuesioner Skala L'MMPI, karena pada penelitian ini, terdapat instrumen'instrumen penelitian yang sifatnya ") $. (lihat lampiran 2) Apabila subyek cenderung tidak jujur dari hasil penilaian kuesioner Skala L'MMPI, maka subyek tidak diikut'sertakan dalam penelitian, dan peneliti akan merekrut subyek yang lain. Kemudian dilakukan observasi terhadap subyek pada bulan ke'1 dan ke'2 untuk menilai gejala'gejala sindroma premenstruasi selama 2 siklus menstruasinya berdasarkan kriteria diagnosis sindroma premenstruasi dari ACOG (2006) sampai jumlah sampel minimal terpenuhi sebanyak 77 orang. (lihat lampiran 3)

Selanjutnya, sampel yang telah diperoleh, diminta mencatat tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk dapat diestimasi tanggal haid pada bulan berikutnya. Pada bulan ke'3 tepatnya pada hari ke'7 sebelum tanggal menstruasi pada siklus haid bulan ke'3, subyek

(17)

menilai derajat akibat pengaruh stres fisik, emosi dan lingkungan. (lihat lampiran 7) Selanjutnya pada hari yang sama, dilakukan pemeriksaan kadar kortisol saliva dari subyek, kemudian spesimen langsung dikirim ke Laboratorium Prodia Medan. Pada hari yang sama juga setelah pengambilan spesimen saliva, selanjutnya peneliti melakukan penilaian derajat keparahan sindroma premenstruasi dari subyek penelitian dengan menggunakan

$ (PSST), yang dianggap

sebagai " pada Konsensus Montreal tahun 2010

(18)

! '(

!

! '&

" #

$%& ''(

" #

)

*

+ ) ! ,-.

) * ' #

! "

!

! '/

+ , +

-. * /

(19)

-Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat untuk data deskriptif. Analisis bivariat adalah analisis variabel: pola aktivitas di akademi kebidanan sebagai stresor psikososial terhadap variabel derajat stres yang mempengaruhi kelenjar adrenal ( ) yang dinilai dari

- . Analisis statistik menggunakan uji

1 , . Kemudian, dilakukan analisis komparatif antara variabel

derajat stres yang mempengaruhi kelenjar adrenal/

(variabel kategorik) terhadap variabel kadar kortisol saliva (variabel numerik) (Sastroasmoro, 2008; Dahlan, 2009).

Analisis multivariat menggunakan uji korelasi

untuk menganalisis hubungan antar variabel numerik. Selanjutnya akan diperoleh koefisien korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak ( $ ) 0 sampai dengan 1. Korelasi searah jika nilai koefisien korelasi ditemukan positif, sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif, korelasi tidak searah. Koefisien korelasi adalah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel atau lebih. Jika koefisien korelasi ditemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi ditemukan +1 maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linier sempurna dengan kemiringan ( ) positif. Jika koefisien korelasi ('1), maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna dengan kemiringan ( ) negatif.

Stresor psikososial yang meliputi kehidupan sosial subyek dan pola aktivitas di akademi kebidanan (variabel kategorik) yang mempengaruhi kadar kortisolnya dinilai dengan derajat

(20)

Pada analisis korelasi regresi linier ini dilakukan pengontrolan ( 7 ) terhadap faktor perancu ( " $ " ) yang mempengaruhi kadar kortisol saliva yaitu faktor'faktor karakteristik subyek yang meliputi: variabel umur, indeks massa tubuh (IMT), lama

haid, dan usia .

Derajat sindroma premenstruasi adalah sebagai variabel perantara

pada penelitian ini, dinilai dengan $

(PSTT) yang merupakan " berdasarkan

ketetapan ISPMD (' ! ) pada

Konsensus Montreal tahun 2010 yang menyatakan bahwa PSTT sesuai dengan kriteria sindroma premenstruasi pada DSM IV dan ICD' 10.

Uji diagnostik dilakukan untuk menentukan nilai titik potong ( ""

(21)

D

-

-Penelitian kadar kortisol saliva sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi pada remaja ini dimulai sejak 28 Juli 2011 setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Proses penyaringan sampel melalui pedoman wawancara dan instrumen penyaring kejujuran dengan kuesioner Skala L'MMPI, karena pada penelitian ini terdapat instrumen'instrumen penelitian yang sifatnya

") $. Skala L'MMPI adalah bagian dari skala validitas MMPI

( ' , ) untuk menilai kejujuran.

Apabila subyek cenderung tidak jujur dari hasil penilaian kuesioner Skala L'MMPI, maka subyek tidak diikut'sertakan dalam penelitian, dan peneliti akan merekrut subyek yang lain. Kemudian dilakukan observasi terhadap subyek pada bulan ke'1 dan ke'2 untuk menilai gejala'gejala sindroma premenstruasi selama 2 siklus menstruasinya berdasarkan kriteria diagnosis sindroma premenstruasi dari ACOG (2006) sampai jumlah sampel minimal terpenuhi sebanyak 77 orang.

Kategori sampel diambil berdasarkan pembagian yang ada

pada " sesuai dengan konsensus Montreal

2010 yaitu sindroma premenstruasi ringan dan sindroma premenstruasi sedang'berat, tidak dijumpai PMDD pada penelitian ini.

(22)

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :

(23)

! - + % " %

derajat skor responden didominasi oleh responden dengan

(24)

Jumlah terbesar ada pada kelompok responden dengan skor adrenal stres >30'40 dengan jumlah 26 orang.

Dari hasil pengujian 1 , didapatkan nilai ), sebesar 0,936, yang menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% (alpha=5%) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh terhadap derajat stres yang mempengaruhi kelenjer adrenal (adrenal stres), atau dengan kata lain setiap responden yang berada pada masing'masing kelompok derajat stress tidak memiliki perbedaan IMT yang signifikan. Sama halnya dengan IMT, variabel lama haid juga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap adrenal stres ( ), =0,597) atau dengan kata lain, baik responden dengan lama haid 3'7 hari atau selain 3'7 hari memiliki hasil uji yang sama terhadap .

3 - + % "

(25)

kelompok derajat stres maka dilakukan pengujian 1 , . Dari

hasil pengujian 1 , diperoleh ), sebesar 0,275 dan

(26)

Normal 6 6 ? 6 64 6 6= 6 merupakan sampel yang dominan pada setiap kelompok adrenal stres kecuali kelompok >40'50. Jumlah mahasiswa tingkat 1 terbanyak ada pada kelompok adrenal stress >30'40, dan yang paling sedikit pada kelompok >40'50 sebanyak 3 responden. Dari tabel tersebur juga didapatkan bahwa terdapat 3 faktor stressor psikososial yang tidak dapat diuji hubungannya dengan kelompok adrenal stres pada responden dikarenakan kondisi responden yang konstan (sama baik, dan sama cukup) untuk setiap faktor tersebut. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan interpersonal, kondisi lingkungan, dan kondisi keuangan.

(27)

9 " % "' ' 4 - > %

-+ ) ( % ( - % '

# ! " % "' ' 4 - > %

- + ) ( % (

- % '

-+ )

( - % '

" % "' ' - > +K A% )

- 69 F (4> G

- '

' 0'30 66L 664 =?? 6? K

101!!

' >30'40 6=L= 6 L6 66K =

' >40'50 4 6 K4? 6 4 4 6?

' >50'60 = 6?? 6 K4 4 ?

9J7 % B ,

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa kadar kortisol saliva rata'rata paling tinggi adalah 0,2526 berada pada kelompok responden yang memiliki skor >50'60, sedangkan rata'rata terendah 0,1192 ada pada kelompok responden yang memiliki skor 0'30. Pengujian 1 , di atas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar kortisol saliva rata'rata pada setiap kelompok

skor . Dengan menggunakan uji 1 , didapatkan

nilai ), sebesar 0,022. Karena ), < dari alpha (0,05) maka peneliti dapat menolak H0 sehingga diperoleh kesimpulan dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata'rata

(28)

Untuk nilai " , 95% kadar kortisol saliva rata'rata dari setiap kelompok dapat dilihat bahwa kelompok skor

>50'60 memiliki interval yang paling lebar (0,1583 s.d. 0,3470).

Kadar kortisol saliva rata'rata tersempit yaitu 0,0677 s.d. 0,1708 ada pada

kelompok 0'30.

(29)

Pada tabel 13, dengan memperhatikan nilai signifikansi ( ), )

dari tersebut dapat dilihat bahwa rata'rata skor

kortisol tidak signifikan berbeda pada semua kelompok adrenal stres. Perbedaan rata'rata skor kortisol terbesar ada pada antara kelompok adrenal stres 0'30 dan >50'60 sebesar 0,13339. Perbedaan rata'rata skor kortisol terkecil ada pada kelompok adrenal stres >40'50 dan >50'60 sebesar 0,02063. Kelompok kortisol yang memiliki perbedaan rata'rata kortisol yang signifikan dibawah alpha 5% adalah antara kelompok adrenal (0'30) dan (>40'50) dengan ), = 0,025; serta antara kelompok adrenal (0'30) dan (>50'60) dengan ), = 0,005. Antara kelompok adrenal (>30'40) dan (>50'60) terdapat perbedaan yang signifikan dibawah alpha 10%.

2 # D # 0 $ 0 0 % %

- + % - ) % ( " % "' ' - > ( %

% - % ' 0 - % 4

# 8 # D # 0 $ 0 0

% % - + % - ) % (

" % "' ' - > ( % % - % '

0 - % 4

D

"' & ' % (

% ' ' > 5

D

' 0,105 0,363

' $ '0,006 0,956

' % # + ) '0,039 0,736

% 0,118 0,309

' - + % ) 0,380 0,001

(30)

Dari tabel 14 tersebut, adanya hubungan antar variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap kadar kortisol saliva dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi untuk variabel umur, usia menarche, dan IMT (variabel rasio) serta lama haid dan derajat stres (variabel nominal dan ordinal) diukur dengan korelasi . Data dari 77 sampel yang diteliti pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa hubungan umur mereka terhadap kadar kortisol adalah 0,105.

Hubungan ini memiliki arah yang positif sama halnya dengan lama haid dari responden namun tidak signifikan. Lemahnya hubungan ini diduga kerena umur dari sampel penelitian ini hanya berkisar 18'22 tahun dan haid yang hanya terdiri atas 2 kategori. Usia , dan Indeks Massa Tubuh sama'sama memiliki hubungan negatif yang lemah terhadap kadar kortisol salivanya. Besarnya korelasi antrara kedua variabel ini adalah '0,039 dan '0,006. Korelasi yang paling kuat ada pada hubungan antara derajat stres dan kortisol saliva sebesar 0,380 dengan )

, 0,001. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini, koefisien yang positif memiliki makna ketika skor adrenal stres mengalami peningkatan maka kortisol saliva juga akan mengalami kenaikan yang signifikan.

7 " % "' ' - > 4 % - % '

# 9 " % "' ' - > 4 % - % '

- . -

-" % "' ' - > + A% )

- 69 F (4 > G

- % ' 6'6768 6'69:; 6'6;<8 6'6=78

10111 - % ' - % 4 6'<;96 6':>9; 6'<<6< 6'?6=7

(31)

Dari luaran tabel 15 tersebut diperoleh bahwa dengan tingkat kepercayaan hingga 99 persen rata'rata kadar kortisol pada kelompok sindroma premenstruasi ternyata berbeda signifikan antara kedua kelompok. Untuk pasien dengan sindorma premenstruasi ringan memiliki rata'rata kortisol saliva sebesar 0,0807 (ug/dl) dengan " , 0,0627 s.d. 0,0987, sedangkan pasien dengan sindroma premenstruasi sedang'berat memiliki rata'rata kortisol sebesar 0,2650 (ug/dl) dengan

" , 0,2202 s.d. 0,3098.

@ " > . ++ " $ ' @ $

0 ' ' 0 -( & % - > " %

"' ' - > % ( - % '

/ # " > . ++ " $ "' '

(32)

/ # ! $ +

Dari Gambar 12 tersebut didapatkan nilai titik potong ( "" , ) berada pada koordinat 30, dengan nilai kadar kortisol saliva pada koordinat tersebut sebesar 0,116 ug/dl (lihat juga lampiran 9: luaran SPSS untuk nilai cut off value kadar kortisol saliva untuk sindroma premenstruasi ringan).

Untuk Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif sindroma premenstruasi ringan pada koordinat tersebut dapat kita lihat seperti berikut ini :

# 9 - > 0 -( & 0 % ' &0 %

% & - % '

- % '

Ringan Selain Ringan

"' ' - >

>0.116 ug/dl 3 41

<0.116 ug/dl 31 2

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1 4 7 1013161922252831343740434649525558616467

Series1

Series2 series

(33)

Sensitivitas = a : (a+c) = 3 : (34) = 0,0882

Jika tes dilakukan pada pasien dengan derajat sindroma premenstruasi ringan, maka kemungkinan terdeteksi memiliki kadar kortisol saliva <0,116 ug/dl adalah sebesar 8,82 persen.

Spesifisitas = d : (b+d) = 2 : (43) = 0,0465

Jika tes dilakukan pada pasien dengan derajat sindroma premenstruasi selain ringan, maka kemungkinan terdeteksi memiliki kadar kortisol saliva >0,116 ug/dl adalah 4,65 persen.

NP+ = a : (a+b) = 3 : (44) = 0,0682 NP' = d : (c+d) = 2 : (33) = 0,0606 Akurasi = (a+d) : N = (5) : 77 = 0,0649

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa uji kortisol saliva tidak baik digunakan pada sindroma premenstruasi ringan dikarenakan nilai sensitivitas dan spesifisitas < 90%.

6 " > . ++ " $ "' ' - >

% ( - % ' - % 4

/ # 3 " > . ++ " $

"' ' - > % ( - % '

(34)

Nilai J # ,

, (AUC) merupakan nilai untuk menjelaska ggap memuaskan atau tidak, jika dibandingkan g pertama (sindroma premenstruasi ringan) tik yang lebih baik adalah kurva ROC yang k nstruasi sedang'berat) dengan nilai Area Un

,945.(lihat lampiran 9 Area Under the Curv struasi Sedang'Berat)

$ A

(35)

# 2 - > 0 -( & 0 % ' &0 %

% & - % ' - % 4

- % '

Sedang'berat Selain Sedang'Berat

"' ' - > >0.116 ug/dl

41 3

<0.116 ug/dl 2 31

Sensitivitas = a : (a+c) = 41 : (43) = 0,9535

Jika tes dilakukan pada pasien dengan derajat sindroma premenstruasi sedang'berat, maka kemungkinan terdeteksi memiliki kadar kortisol saliva >0,116 ug/dl adalah sebesar 95,35 persen.

Spesifisitas = d : (b+d) = 31 : (34) = 0,9117

Jika tes dilakukan pada pasien dengan derajat sindroma premenstruasi selain sedang'ringan, maka kemungkinan terdeteksi memiliki kadar kortisol saliva <0,116 ug/dl adalah 91,17 persen. NP+ = a : (a+b) = 41 : (44) = 0,9318

NP' = d : (c+d) = 31 : (33) = 0,9394 Akurasi = (a+d) : N = (72) : 77 = 0,9351

(36)

# %

Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2011'Februari 2012 dengan sampel 77 penderita sindroma premenstruasi.

Dari karakteristik IMT (Indeks Massa Tubuh), lama haid dan usia didapatkan sampel terbanyak adalah dengan IMT 1 $ 67,5%, kelompok lama haid 3'7 hari 97,4% dan kelompok usia

13'16 tahun 70,1% seperti terlihat pada Tabel 8. Dari gambaran tesebut dapat dikatakan bahwa sampel pada penelitian ini adalah homogen.

Dari derajat stres ( / berdasarkan karakteristik IMT dan lama haid, umur dan usia menarche pada perempuan sindroma premenstruasi, dengan memakai uji one way anova ternyata tidak dijumpai adanya perbedaan antara karakteristik sampel yang bisa mempengaruhi kelenjar adrenal ( ) seperti terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Hasil ini sama seperti hasil penelitian yang didapatkan oleh Setyowati 2006 di Semarang, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan Sindroma premenstruasi, dimana stres dianggap sebagai “trigger” terjadinya sindroma premenstruasi dan stres dapat kita nilai tingkatannya berdasarkan pengaruhnya terhadap kelenjar adrenal seperti yang tergambar pada

(37)

dipakai sampel yang homogen, sehingga tidak terlalu terlihat perbedaan pada masing'masing variabel.

Pada penelitian ini stres sebagai “ $$ + terjadinya sindroma premenstruasi. Keadaan stres didahului oleh adanya stresor psikososial. Stresor psikososial adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan pada kehidupan seseorang, sehingga orang terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Stresor psikososial meliputi faktor psikologis dan faktor fisik. Keadaan stres fisik seperti: cedera, infeksi, trauma, temperatur ekstrim, serta keadaan stres emosional seperti: cemas dan depresi,yang pada penelitian ini bisa sebagai akibat dari tingkat aktivitas, jenjang pendidikan, hubungan interpersonal, lingkungan, keuangan, perkembangan fisik dan mental, keadaan keluarga yang akan menimbulkan reaksi tubuh dalam suatu jalur

stres respon berupa $ /GAS dan menimbulkan

(38)

disebabkan karena perbedaan rentang usia sampel dan pada penelitian tersebut tidak dijabarkan tingkatan/derajat stres.

Dari penelitian Oskis et al di London 2009, menemukan bahwa perbedaan'perbedaan sekresi kortisol pada aktivitas di siang hari tidak berhubungan dengan faktor'faktor situasional atau psikologis.(Oskis, Loveday, Hucklebridge, Clow, 2009).

Dari dampak sosial sindroma premenstruasi pada remaja dapat dilihat dari hasil yang diperoleh para peneliti peneliti terdahulu seperti penelitian Anggraini di Solo bahwa mahasiswi akademi kebidanan yang mengalami sindroma premenstruasi akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis berupa penurunan motivasi belajar (Anggraini, 2007). Pada penelitian yang dilakukan pada siswa SMA di Yogyakarta 2008 diketahui bahwa dampak sindroma premenstruasi mempengaruhi prestasi belajar siswa, penurunan konsentrasi belajar, peningkatan ketidakhadiran di kelas, sampai tidak dapat mengikuti ujian, sehingga menghambat pencapaian tujuan belajar. (Dasuki & Zaitun, 2008).

Untuk melihat apakah ada hubungan antara kadar kortisol saliva dengan derajat sindroma premenstruasi, dapat dilihat dari tabel 12 tentang rata'rata kadar kortisol saliva berdasarkan derajat stres

( ) pada perempuan sindroma premenstruasi. Dari penelitian

(39)

adalah rendah dalam fase yang sama dibandingkan dengan kelompok yang normal. (Oda , 2005). Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian oleh Noor, Yacob, Daud dan Wan Mohammad di Kelantan dan Trengganu pada tahun 2011, dimana pada penelitian ini diteliti mengenai hubungan kortisol saliva sebagai biomarker dari stres, dan didapatkan nilai p'value=0,033, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kortisol saliva sebagai biomarker dengan terjadinya stres (Noor, Yacob, Daud, Wan Mohammad, 2011).

(40)

Sementara dari terlihat bahwa Kelompok kortisol yang memiliki perbedaan rata'rata kortisol yang signifikan dibawah alpha 5% adalah antara kelompok adrenal (0'30) dan (>40'50) dengan )

, = 0,025; serta antara kelompok adrenal (0'30) dan (>50'60) dengan

), = 0,005. dilakukan untuk mengetahui rata'

rata kortisol kelompok mana saja yang signifikan berbeda, dan ternyata rata rata skor kortisol tidak signifikan berbeda pada semua kelompok

.

Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan variabel umur, usia menarche, IMT, lama haid, dan derajat stres (adrenal stres) terhadap kadar kortisol saliva pada penderita sindroma premenstruasi derajat ringan, sedang'berat dapat kita lihat pada Tabel 13. Adanya hubungan antar variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap kadar kortisol saliva dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi untuk variabel umur, usia menarche, dan IMT (variabel rasio), serta lama haid dan derajat stres (variabel nominal dan ordinal) yang diukur dengan korelasi

.

(41)

Dari tabel 15 tentang kadar kortisol saliva rata'rata berdasarkan derajat sindroma premenstruasi, dengan uji 1 , diperoleh data bahwa ternyata dengan tingkat kepercayaan hingga 99 persen kadar kortisol rata'rata pada kelompok sindroma premenstruasi berbeda signifikan antara kelompok sindroma premenstruasi ringan dan sindroma premenstruasi sedang'berat ( p'value 0,000 ). Untuk pasien dengan sindorma premenstruasi ringan memiliki kortisol saliva rata'rata sebesar 0,0807 (ug/dl) dengan " , 0,0627 s.d. 0,0987, sedangkan sampel dengan sindroma premenstruasi sedang'berat memiliki kortisol saliva rata'rata sebesar 0,2650 (ug/dl) dengan " , 0,2202 s.d. 0,3098. Sampai selesainya penelitian ini, belum ada data dari peneliti lain tentang hubungan kadar kortisol saliva rata'rata berdasarkan derajat sindroma premenstruasi.

Dari data yang didapatkan pada kurva ROC (G , % $

# /Kortisol Saliva terhadap Derajat Sindroma Premenstruasi

(42)

premenstruasi ringan, gejala yang ada tidak terlalu bermanifestasi klinis sehingga perubahan derajat adrenal tidak terlalu berbeda jauh dari $ normal, yang menyebabkan sensitivitas dan spesifitasnya menjadi rendah. Dengan demikian dari penelitian ini telah ditemukan suatu nilai titik potong ( "" , / kortisol saliva untuk penanda derajat sindroma premenstruasi yang belum pernah dilakukan penelitian oleh peneliti sebelumnya.

Kadar kortisol saliva dengan nilai 0,116 ug/dl dapat dijadikan suatu

(43)

D

" -

-" (

1. Nilai titik potong ( "" , ) kadar kortisol saliva dari perempuan remaja yang dapat dijadikan sebagai penenda derajat sindroma premenstruasi berada pada titik 0,116 ug/dl. Berdasarkan nilai titik potong ( "" , ) tersebut, untuk sindroma premenstruasi sedang'berat didapatkan nilai sensitivitas sebesar 95,35% dan spesifisitas sebesar 91,17%, dan nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif masing–masing 93,18% dan 93,94%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa uji kortisol saliva baik digunakan pada sindroma premenstruasi sedang'berat dikarenakan nilai sensitivitas dan spesifisitas > 90%.

2. Stresor psikososial yang dinilai dari derajat adrenal stresbermanifestasi pada perubahan kadar kortisol saliva padaperempuan remaja yang mengalami sindroma premenstruasi. Ternyata setelah dilakukan analisis statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara skor adrenal stres dengan kadar kortisol saliva dengan nilai ), sebesar 0,022.

3. Karakteristik Indeks Massa Tubuh (IMT) yang terbanyak adalah kelompok dengan IMT 2 1 $ , yaitu sebanyak 67,5% (52 sampel), untuk karakteristik lama haid yang terbanyak adalah kelompok dengan lama haid 3'7 hari yaitu sebanyak 97,4% (75 sampel), sementara untuk usia yang terbanyak adalah kelompok dengan usia 13'16 tahun yaitu sebanyak 70,1% (54 sampel).

(44)

adrenal stres dengan kadar kortisol saliva dengan nilai ), sebesar 0,022.

5. Terdapat hubungan antara kadar kortisol saliva dari remaja terhadap derajat keparahan sindroma premenstruasi yang dinilai

dengan $ (PSST), dengan

), sebesar 0,000.

6. Nilai titik potong ( "" , ) kadar kortisol saliva sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi berada pada titik 0,116 ug/dl. Berdasarkan nilai titik potong ( "" , ) tersebut, untuk sindroma premenstruasi ringan didapatkan nilai sensitivitas sebesar 8,82% dan spesifisitas sebesar 4,65%, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif masing – masing 6,82% dan 6,06%. Untuk sindroma premenstruasi sedang'berat didapatkan nilai sensitivitas sebesar 95,35% dan spesifisitas sebesar 91,17%, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif masing – masing 93,18% dan 93,94%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa uji kortisol saliva baik digunakan pada sindroma premenstruasi sedang'berat .

Referensi

Dokumen terkait

Daftar 7 merupakan fitur-fitur yang dibuat untuk memfasilitasi pihak otorisator dalam pengajuan tender yang akan dilakukan berikut spesifikasi dan syarat-syarat

ini, seorang programmer Web dapat dengan mudah membuat tampilan Website nya.Dreamweaver CS5 merupakan editor yang komplit dan dapat digunakan untuk membuat animasi

Karna kawan aku juga ga semua waria kan say, jadi kadang kalo aku buat status pake bahasa binan, banyak yang ga ngerti, banyak yang komen nanyain artinya.. Makanya kadang-kadang

menggunakan jasa rental mobil sangat besar karena Salatiga. berada tepat diantara jalur Yogyakarta, Solo dan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut: (1) media TIK tutorial dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru

Pada Penulisan Ilmiah ini akan dibahas mengenai perancangan sistem penjualan roti pada Toko âXYZâ yang diharapkan dapat membantu perusahaan dan melaksanakan kegiatan penjualan,

Dalam Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat situs BAND INDI'E yang yang dapat digunakan sebagai sarana Promosi dan informasi tentang BAND INDI'E dengan cepat, karena

perilaku (motivasi) yang dilakukan siswa terhadap tokoh idola di televisi, kadang-. kadang memengaruhi pencapaian aspek pembentuk identitas interpersonal