• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum Terhadap Penggandaan Buku Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Pada Titi Gantung Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penegakan Hukum Terhadap Penggandaan Buku Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Pada Titi Gantung Medan)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Globalisasi saat ini telah mengalami perkembangan sangat pesat terutama

dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak terhadap aktivitas

kehidupan sehari-hari. Tantangan yang mesti dijawab untuk memasuki tata dunia

baru. Bahwa globalisasi tidaklah terjadi di dunia bisnis semata, tetapi juga di

dunia hukum, sosial dan budaya. Dalam aspek ini globalisasi perlu diantisipasi

karena dapat membawa pengaruh besar terhadap peri kehidupan manusia secara

keseluruhan. 1 Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi dan ilmu

pengetahuan yang sangat inovatif dan kreatif khususnya di bidang teknologi

informasi dan komunikasi. Perkembangan yang pesat ini tidak terlepas dari

kebutuhan masyarakat yang dinamis, kompleks, namun tetap praktis sehingga

dapat mempermudah kegiatan sehari-hari. Perkembangan teknologi tersebut telah

menciptakan sebuah paradigma baru dengan meluasnya arus globalisasi baik di

bidang sosial, ekonomi, dan budaya yang melibatkan pada produk-produk yang

dihasilkan atas dasar kemampuan intelektual manusia seperti karya cipta di bidang

ilmu pengetahuan, seni dan sastra.2

Karya intelektual tersebut dilahirkan dengan mengorbankan banyak waktu,

tenaga, dan juga biaya, sehingga karya intelektual tersebut memiliki suatu nilai

ekonomi. Selain itu karya-karya intelektualitas dari seseorang ataupun manusia ini

tidak sekedar memiliki arti sebagai akhir, tetapi juga sekaligus merupakan

1

Amir Syamsuddin, Globalisasi Tantangan Masa Depan, Jurnal Keadilan, Vol.I.No.04 Oktober 2001, hlm.3.

2

(2)

kebutuhan yang bersifat lahiriah dan batiniah, baik dimanfaatkan bangsa

Indonesia, sehingga dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat Indonesia.3

Pemerintah menilai undang-undang yang ada yaitu Undang-Undang Hak

Cipta Nomor 19 Tahun 2002 perlu dilakukan perubahan mengikuti perkembangan

di masyarakat yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta tetap diharapkan mampu memberikan perlindungan yang

lebih kepada para pencipta dan mempu menjadi dasar dalam penegakannya di

Indonesia.4 Indonesia menjadi negara terbesar keempat dalam tingginya angka

pembajakan Hak Kekayaan Intelektual (KI). Kerugian dari kasus pembajakan

software saja bisa mencapai Rp 65,1 triliun. Berdasarkan lembaga pengawasan

dari Amerika Serikat yakni USTR (United States Trade Representative),

Indonesia masuk dalam negara empat besar dalam tingginya angka pembajakan di

dunia.5 Angka tersebut terbukti dari memasuki enam bulan pertama 2016 ini saja,

dia melanjutkan, sudah ada 33 kasus penyalahgunaan hak cipta yang berhasil

diungkap Ditjen KI Kemenkumham. Pelanggaran tersebut mayoritas berasal dari

pelanggaran hak cipta merek atau beredarnya merek-merek palsu alias KW di

Indonesia.6

Seorang pencipta memiliki hak alami untuk mengontrol apa yang telah

diciptakannya, untuk itu setiap karya cipta yang terpublikasi tentu atas

sepengetahuan pencipta. Saat ini keberadaan suatu karya cipta yang beredar di

masyarakat tidak jarang merupakan hasil dari penggandaan tanpa sepengetahuan

3

Ibid, hlm.3.

(3)

pencipta, hal ini seakan terkesan biasa saja di tengah masyarakat Indonesia, akibat

kurangnya penegakan hukum oleh aparatur yang berwenang.

Presiden Joko Widodo menandantangani Peraturan Presiden (Perpres) No.

44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Dalam

Perpres tersebut, setidaknya terdapat dua Direktorat Jenderal (Ditjen) di

lingkungan Kemenkumham yang namanya berubah. Salah satunya adalah Ditjen

Kekayaan Intelektual (KI). Sebelum Perpres ini lahir, Ditjen KI bernama Ditjen

Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sekretaris Dirjen KI Kemenkumham, alasan

berubahnya nomenklatur tersebut lantaran mengikuti institusi yang menangani

bidang kekayaan intelektual di negara-negara lain.7 Terdapat dua kategori besar

yang menjadi tugas dan fungsi, yakni kekayaan yang sifatnya komunal dan

kekayaan yang sifatnya privat atau individu. Biasanya, kekayaan yang sifatnya

individu ini terdiri dari proses menghasilkan atau melahirkan karya sendiri, proses

untuk mendapatkan perlindungan serta komersialisasi dan perlindungan hukum.

Hak cipta merupakan salah satu bagian penting dari Hak Kekayaan

Intelektual. Hak cipta meliputi ciptaan atau karya-karya seperti ilmu pengetahuan

berupa buku, ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya, selain itu juga

termasuk dalam hak cipta adalah lagu, tarian, karya seni rupa, serta karya seni

modern seperti fotografi. Yang dilindungi dalam hak cipta ini bukanlah benda

yang merupakan perwujudan dari hak tersebut, melainkan haknya, yaitu hak

pencipta terhadap sesuatu yang telah diciptakannya tersebut.8 Keberadaan buku

ilmiah tidak dapat disangkal lagi merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat,

7

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55cd5c0bcc7c9/ini-alasan-berubahnya-nomenklatur-ditjen-kekayaan-intelektual, diakses tanggal 21 Maret 2017.

8

(4)

khususnya mahasiswa dan para dosen dalam proses belajar mengajar. Bila

dicermati, lahirnya satu buku sampai pada format yang dapat digunakan oleh

masyarakat tidaklah sederhana. Proses ini melibatkan banyak modal dan sumber

daya manusia baik penulis, penerbit, distributor dan pengedar yang kesemuanya

bersinergi untuk mewujudkan buku tersebut. Oleh karena itu tidaklah berlebihan

jika hasil karya cipta intelektual manusia diberikan perlindungan hukum yang

memadai. Perlindungan hukum terhadap Kekayaan Intelektual pada dasarnya

berintikan pengakuan terhadap hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati

kekayaan itu dalam waktu tertentu. Artinya selama waktu tertentu pemilik atau

pemegang hak atas Kekayaan Intelektual dapat mengizinkan ataupun melarang

orang lain untuk menggunakan karya intelektualnya.9 Bentuk

pelanggaran-pelanggaran terhadap buku salah satunya adalah penggandaan buku. Penggandaan

buku ini makin marak terjadi di tengah masyarakat, banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya penggandaan buku, diantaranya adalah kurangnya

penegakan hukum, ketidaktahuan masyarakat terhadap perlindungan hak cipta

buku, dan kondisi ekonomi masyarakat. Di Indonesia, penggandaan buku banyak

dilakukan di kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Makasar,

Bandung termasuk juga Medan. Sasaran penggandaan buku ini marak terjadi

kepada buku-buku referensi, kamus, dan buku-buku teks popular. Sudah banyak

pelaku terjaring oleh aparat, dan masih banyak pula yang masih berkeliaran dan

tumbuh, seiiring tingginya permintaan oleh masyarakat akan kebutuhan buku

tersebut di mana buku-buku yang diterbitkan terbatas di pasaran.10

9

Denny Kusmawan, Perlindungan Hak Cipta Atas Buku, Perspektif Volume XIX No. 2 Tahun 2014 Edisi Mei, hlm 138

10

(5)

Penggandaan buku menempati urutan ke-3 setelah pembajakan terhadap

software dan music. Pelanggaran karya cipta buku dengan cara digandakan baik

menggunakan peralatan modern maupun tradisional mulai eksis, bahwa dalam

pelanggaran suatu karya cipta lahir jika terdapat pihak-pihak lain tidak

menjalankan apa yang telah menjadi hak eksklusif pencipta yang salah satunya

adalah hak ekonomi. Selain itu, juga bisa dianggap pelanggaran terhadap karya

cipta buku jika pihak lain menggandakan buku secara besar-besaran tanpa

penggunaan dan pembatasan yang wajar11

Hubungan kepemilikan terhadap hak cipta, hukum menjamin pencipta

untuk menguasai dan menikmati secara eksklusif hasil karyanya itu dan

penghargaan terhadap hasil kreasi dari pekerjaan manusia yang memakai

kemampuan intelektualnya, maka pribadi yang menghasilkannya mendapatkan

kepemilikannya berupa hak milik dan tidak seorang pun bisa mempunyai hak atas

apa yang dihasilkannya.12 Hal ini menunjukkan, bahwa perlindungan hukum

adalah merupakan kepentingan pemilik hak cipta baik secara individu maupun

kelompok sebagai subjek hak. Untuk membatasi penonjolan kepentingan individu,

hukum memberi jaminan tetap terpeliharanya kepentingan masyarakat, jaminan

ini tercermin dalam sistem Hak Kekayaan Intelektual yang berkembang dengan

menyeimbangkan dua kepentingan yaitu pemilik hak cipta dan kebutuhan

masyarakat umum.13

11

Vina Maulani, Perlindungan Hak Ekonomi Pencipta Buku Terhadap Budaya Hukum Right To Copy Dengan Mesin Fotokopi (Analisis Yuridis Pasal 9, 10, 87, 44 huruf a Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Konvensi Berne), Artikel Ilmiah Univ Brawijaya FH. Malang 2015, hlm 4-5

12

Adi Sulistiyono, Eksistensi& Penyelesaian Sengketa HAKI, Surakarta, Lpp UNS Bandung dan UNS Press, 2007, hlm 11

13

(6)

Hak Kekayaan Intelektual secara umum dapat dibagi dalam dua bidang,

diantaranya hak milik perindustrian atau industrial property dan hak cipta atau

copyright. Pada Pasal 18 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta disebutkan ciptaan buku, dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang

dialihkan dalam perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak

ciptanya beralih kembali kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai

jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun.

Buku sebagai objek dari Hak Kekayaan Intelektual seseorang, yang

perlindungannya diatur dalam perundang-undangan. Perundang-undangan terhadap

Hak Kekayaan Intelektual paling terbaru adalah Undang-Undang Hak Cipta Nomor

28 Tahun 2014. Dalam menentukan terjadinya pelanggaran, Undang-Undang Hak

Cipta menetapkan pelanggaran jika terjadi perbuatan yang dilakukan seseorang

terhadap karya cipta yang hak ciptanya secara eksklusif dimiliki oleh orang lain

tanpa sepengetahuan atau seijin orang lain pemilik hak tersebut. Bentuk

pelanggaran hak cipta buku dapat dikategorikan antara lain pemfotokopian buku

yang kemudian diperjualbelikan; pencetakan buku secara illegal yang kemudian

dijual dengan harga jauh di bawah buku asli; dan penjualan electronic file buku

secara illegal.14 Penggandaan buku yang dibuat lebih dari satu salinan untuk

dikomersialkan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta, khususnya mengenai pelanggaran terhadap hak cipta atas suatu

karya seni. Hak cipta pada dasarnya ada atau lahir bersamaan dengan lahirnya suatu

karya cipta atau ciptaan. Hak cipta sendiri memberikan perlindungan terhadap

14

(7)

ciptaan yaitu hasil karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan

ilmu pengetahuan.

Ketentuan Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta, penggandaan adalah "proses, perbuatan, atau cara

menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fotogram atau lebih dengan cara dan

dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara." Salah satu cara

penggandaan yang banyak terjadi di lingkungan sekitar adalah dengan fotokopi.

Fotokopi buku pelajaran seringkali dilakukan oleh pelajar karena harganya yang

jauh lebih murah daripada buku asli. 15

Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta memang menyebutkan,

setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang

melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial ciptaan.” Akan

tetapi, terdapat suatu pembatasan hak cipta yang terdapat dalam Bab VI

Undang-Undang Hak Cipta itu sendiri. Pasal 44 ayat (1) poin a memberikan pengecualian

di mana penggandaan untuk keperluan pendidikan tidak dianggap sebagai

pelanggaran hak cipta jika menyebutkan sumbernya.

Pasal 46 menyebutkan, penggandaan untuk kepentingan pribadi atas

ciptaan yang telah dilakukan pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu)

salinan dan dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta”.

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi problematika dari kurang

penegakan hukum terhadap penggandaan buku yang terjadi di dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan

judul, Penegakan Hukum Terhadap Penggandaan Buku Berdasarkan

15

(8)

Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Pada Titi Gantung

Medan).

I. Permasalahan

Berdasarkana latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam

penulisan skripsi ini adalah mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan hak cipta dalam penggandaan buku?

2. Bagaimanakah kedudukan hukum pelaku usaha penggandaan buku dalam

penjualan buku di Titi Gantung Medan?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan pemerintah atas hak cipta

dalam penggandaan buku di Titi Gantung Medan?

J. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan hak cipta dalam penggandaan buku.

2. Untuk mengetahui kedudukan hukum pelaku usaha penggandaan buku dalam

penjualan buku di Titi Gantung Medan.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan pemerintah atas hak

cipta dalam penggandaan buku di Titi Gantung Medan.

K. Manfaat Penulisan

Penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun

secara praktis, yaitu :

1. Secara teoretis

Mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum khususnya penegakan hukum terhadap penggandaan

(9)

2. Secara praktis

Memberikan sumbangan pemikiran kepada semua pihak baik itu pelaku

bisnis maupun pemerintah dalam penegakan hukum terhadap penggandaan

buku.

L. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi dengan judul

Penegakan Hukum Terhadap Penggandaan Buku Berdasarkan Undang-Undang

No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Pada Titi Gantung Medan) dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dan yuridis empiris.

Pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan yang dilakukan berdasarkan

bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas

hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian

ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan

mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penelitian ini.

Penelitian hukum yuridis empiris (applied law research) merupakan

penelitian yang menggunakan studi kasus yuridis empiris berupa produk perilaku

hukum.16 Penelitian hukum empiris disebut juga penelitian lapangan (field

research) yaitu jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di

lapangan. Adapun metode penelitian ini bersifat yuridis empiris dengan jenis

16

(10)

penelitian lapangan (field research) yaitu penulis melakukan penelitian langsung ke

lokasi untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yuridis normatifnya17

2. Sifat penelitian

Sifat yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis.

Artinya, menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan mendetail

untuk mendapatkan hasil yang akurat. Penelitian deskriptif ialah berusaha

menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas

dan sistematis, juga melakukan eksplorasi menggambarkan dengan tujuan untuk

dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar

data yang diperoleh di lapangan18

3. Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan

responden. Data tersebut digunakan sebagai bukti realita yang terjadi di lapangan.

Sumber data pada penelitian ini didapatkan melalui data sekunder dan data primer,

yaitu meliputi :

1. Penelitian data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan, meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014

tentang Hak Cipta.

17

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm 34.

18

(11)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang erat hubungannya dengan

bahan hukum primer terdiri dari buku-buku, laporan, jurnal/artikel ilmiah,

serta berbagai hasil penemuan ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

tentang bahan primer dan bahan sekunder yang terdiri dari kamus hukum

dan kamus-kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini.

2. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek

penelitian dilakukan, melalui wawancara dengan pedagang buku di Titi

Gantung Medan.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yaitu mengunakan teknik wawancara (field

research) dan studi pustaka (library research). Wawancara dilakukan kepada

Amin, Doni dan Hasan selaku penjual buku Jalan Putri Hijau Medan serta Dian

Maya Sari selaku mahasiswa yang membeli buku hasil bajakan. Studi pustaka

(library research) yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari perpustakaan.

5. Analisis data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian

pustaka maupun penelitian lapangan. Terhadap data primer yang didapat dari

lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk

diklasifikasi serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk

memudahkan melakukan analisis. Data primer inipun terlebih dahulu dikorelasi

(12)

yang ada dalam penelitian ini. Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih

serta dihimpun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan

analisis. Dari hasil data penelitian pustaka maupun lapangan ini dilakukan

pembahasan secara deskriptif analitis.

Deskriptif adalah pemaparan hasil penelitian dengan tujuan agar diperoleh

suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematis terutama mengenai fakta

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Analitis artinya

gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis dengan cermat sehingga dapat

diketahui tentang tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu membuktikan

permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan permasalahan

tersebut.

Analisis data juga menggunakan sumber-sumber dari para ahli berupa

pendapat dan teori yang berkaitan dengan masalah penegakan hukum terhadap

penggandaan buku berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2014 Tentang Hak

Cipta Analisis dilakukan secara induktif, yaitu mencari kebenaran dengan

berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal yang bersifat umum guna

memperoleh kesimpulan.

M.Keaslian Penulisan

Penelitian ini berjudul penegakan hukum terhadap penggandaan buku

berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Studi Pada

Titi Gantung Medan), yang diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil

penelitian hukum, khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, belum pernah dilakukan penelitian berkenaan judul tersebut di

(13)

asli. Untuk itu penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini

dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademik.

N. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan rangkaian urutan dari beberapa uraian

suatu sistem penulisan dalam suatu penulisan karya ilmiah. Untuk memudahkan

dalam pemahaman materi, sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bab dengan

beberapa sub bab di dalamnya. Sistematika penulisan skripsi ini tersusun, yaitu

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan gambaran secara umum mengenai latar belakang,

permasalahan, tujuan penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan

dan sistematika penulisan yang akan berkenaan dengan materi yang

akan dibahas dalam skripsi ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

Bab ini berisikan sejarah perkembangan perlindungan hak cipta di

Indonesia, pengertian dan dasar hukum hak cipta, hak cipta sebagai hak

kekayaan intelektual dan pelanggaran hak cipta dan ciptaan yang

dilindungi dalam hukum positif

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGANDAAN BUKU

Bab ini berisikan perlindungan ciptaan buku, penggandaan buku dan

perlindungan terhadap hak cipta

BAB IV PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGGANDAAN BUKU

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2014

(14)

Bab ini berisikan pengaturan hak cipta dalam penggandaan buku,

kedudukan hukum pelaku usaha penggandaan buku dalam penjualan

buku Titi Gantung Medan dan perlindungan hukum yang diberikan

pemerintah atas hak cipta dalam penggandaan buku Titi Gantung

Medan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini. Pada tahap ini

peneliti membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang telah

diperoleh dari kegiatan penelitian yang sudah dianalisis kemudian

menuliskan kesimpulannya pada bab V ini. Skripsi ini juga dilengkapi

Referensi

Dokumen terkait

harga gabah adalah model hybrid ARIMA (0,1,[12]) BP dengan struktur jaringan 5-14-1 dengan transformasi mean-standar deviasi pada preprocessing dan fungsi aktivasi

Pada nomor perlombaan renang gaya dada, gaya kupu-kupu, dan gaya bebas, perenang melakukan posisi start... Di atas balok

Cara kerja las titik adalah, transformator dalam mesin las merubah tegangan arus bolak- balik dari 110 volt atau 220 volt menjadi 4 volt sampai 12 volt maka arusnya menjadi

Koordinasi dengan seluruh Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi diseluruh Indonesia untuk menyamakan persepsi tentang upaya keberatan sebagaimana ketentuan Pasal 19

Diterangkan pada gambar 3 ketika sistem pendeteksian dimulai kemudian diberikan masukan paket serangan Port Scanning dan Denial Of Service ,makan akan

Butir-Butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur.. Jakarta: Departemen Pendidikan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang penerapan LMS, fitur LMS yang digunakan, fasilitas

Demokratisasi pemerintahan di Yogyakarta merupakan perubahan yang mendasar jika dilihat dari konsep kekuasaan dalam kebudayaan Jawa, cikal bakalnya diperkenalkan