• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Sosial Ekonomi Anak Jalanan Di Kawasan Simpang Pos Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Sosial Ekonomi Anak Jalanan Di Kawasan Simpang Pos Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak jalanan

2.1.1 Pengertian Anak jalanan

Pengertian anak dalam Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia

21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut

undang-undang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas)

tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Jika dicermati, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak

terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21

tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepetingan usaha kesejahteraan sosial

serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental

seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang malampaui usia 21 tahun

(Huraerah, 2007: 31).

Anak jalanan adalah anak-anak yang mencari nafkah di jalan. Umumnya

sebagai pengamen, pedagang asongan, gelandangan, pengemis, penjual Koran,

tukang semir, pemulung, tukang parkir hingga pekerja seks anak. Mereka ini masih

ada yang tinggal dengan keluarga maupun yang tinggal di jalan (Batubara, 2010:

v). Sedangka definisi anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan

sebagian besar waktunnya untuk bekerja, bermain, atau beraktivitas lain di jalanan

dikarenakan dicampakkan atau tercampak dari keluarga yang tidak mampu

(2)

2.1.2 Karakteristik Anak Jalanan

Pada umumnya anak jalanan memiliki ciri-ciri yang membuat mereka

berbeda dengan anak pada umumnya. Adapun ciri-ciri anak jalanan secara umum,

antara lain:

a. Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, temapt hiburan) selama

3-24 jam sehari

b. Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, dan sedikit sekali yang tamat

SD)

c. Berasal dari keluarga-keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban,

dan beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya)

d. Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor informal)

(Mulandar, dalam Andari, 2003: 35).

Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan di

bedakan kedalam tiga kelompok yakni:

1. Children on the street, yakni anak-anak yang memiliki kegiatan ekonomi

sebagai pekerja anak di jalan namun masih mempunyai hubungan yang kuat

dengan orang tua mereka. Sebahagian penghasilan mereka di jalan diberikan

kepada orang tuanya, Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk

membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau

tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh

kedua orang tuanya.

2. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalan, baik

secara sosial maupun ekonomi beberapa di antara mereka masih mempunyai

(3)

biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Anak –anak pada kategori ini

sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial emosional, fisik

maupun seksual

3. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga

yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan

kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari

satu tempat ke tempat lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari

kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi

bahkan masih sejak dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah

ditemui diberbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar di sepanjang rel kerita

api dan sebagainya (Suyanto & Srisanituti, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Departemen Sosial anak jalanan memiliki

kriteria sebagai berikut:

1. Anak jalanan yang hidup di jalan dengan kriteria :

a. Putus hubungan atau tidak bertemu dengan orang tuanya

b. Selama 8-10 jam berada di jalanan untuk bekerja (mengamen, mengemis,

memulung) dan sisanya mengelandan/tidur

c. Tidak lagi bersekolah

d. Rata-rata berusia di bawah 14 tahun

2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria:

a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya

b. 8-16 jam berada di jalanan

c. Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua/saudara, yang

pada umumnya tinggal di daerah kumuh

(4)

e. Pekerjaan : penjual koran, pedagang asongan, pencuci bus, pemulung,

penyemir sepatu dan lain-lain.

f. Rata-rata di bawah usia 16 tahun (Soetarso dalam Huraerah, 2007: 91-92).

Berdasarkan jenis pekerjaannya anak jalanan dikelompokkan menjadi empat

kategori, yaitu :

1. Usaha dagang yang terdiri dari pedagang asongan, penjual koran, majalah serta

menjual sapu atau lap kaca mobil.

2. Usaha di bidang jasa yang terdiri dari pembersih bus, pengelap kaca mobil,

pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir sepatu, dan

kenek atau calo.

3. Pengamen. Dalam hal ini menyanyikan lagu dengan berbagai macam alat musik

seperti gitar, kecrekan, suling bambu, gendang, radio karaoke, dan lain-lain.

4. Kerja serabutan yaitu anak jalanan tidak mempunyai pekerjaan tetap, dalam arti

dapat berubah-ubah sesuai keinginan mereka.

Menurut penelitian Any Hikmawati terdapat beberapa faktor pendorong anak

memasuki dunia kerja yaitu:

1. Membantu ekonomi keluarga

2. Anak ingin memiliki uanh unutk memenuhi keinginan (prilaku konsumerisme)

sementara otang tua tidak bisa memenuhi kebutuhannya

3. Para pengusaha yang memanfaatkan tenaga anak untuk menekan upah

4. Dengan bekerja dapat digunakan anak sebagai sarana bermain ( Yahya, dalam

(5)

2.2 Hak Anak

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Menyebutkan hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan

negara. Dalam hak asasi tersebut disebutkan tentang berbagai hal antara lain:

Pasal 4 : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Pasal 5 : Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan

Pasal 6 : Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir,

dan

berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usiannya, dalam

bimbingan orang tua

Pasal 7 : (1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan

dan diasuh oleh orang tuannya sendiri

(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuannya tidak dapat

menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan

terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat

sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 8 : Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan

sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial

(6)

dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya

sesuai dengan minat dan bakatnya

Pasal 10 : Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,

menerima, mencari dan mendapatkan informasi sesuai dengan

tingkat kecerdasan dan usia demi pengembangan dirinya sesuai

dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan

Pasal 11 : Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu

luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi

sesuai

dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasan demi pengembangan

diri

Pasal 12 : Setiap anak yang penyandang cacat berhak memperoleh

rehabilitasi,

bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial

Pasal 13 : (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali ataupun

pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas

pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. Diskriminasi

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun sexsual

c. Penelantaran

d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan

e. Ketidakadilan

(7)

Pasal 14 : Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tua sendiri, kecuali jika

ada alasan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa

pemisaan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dn

merupakan pertimbangan akhir

Pasal 16 : (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran

penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang

tidak manusiawi

(2) Setiap anak berhak memperoleh kebebasan sesuai dengan

hukum.

Kewajiban anak yaitu:

1. Menghormati orang tua,wali, dan guru

2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman

3. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara

4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya

5. Melaksanakan etika dan akhlak mulia

Adapun hak-hak pokok anak, antara lain sebagai berikut:

1. Hak utuk hidup yang layak

Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang layak dan terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal, dan

perawatan kesehatan

2. Hak untuk berkembang

Setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan.

Mereka berhak mendapatkan pendidikan, bermain, bebas mengeluarkan

pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinannya, dan semua hak yang

(8)

3. Hak untuk dilindungi

Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekerasan,

ketidak pedulian dan eksploitasi

4. Hak untuk berperan serta

Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya

termasuk kebebasan untuk berekspresi, kebebasan untuk berinteraksi dengan

orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan (Atika. 2004: 94)

Faktanya masih terdapat anak yang belum mendapatkan haknya secara

optimal, dalam penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan Perlindugan Anak,

terdapat beberapa alasan mengapa keluarga anak jalanan merasa tidak mampu

memberikan hak dasar untuk tumbuh kembang anak yaitu:

1. Jumlah beban anggota keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan

orang tua. Mayoritas orang tua anak jalanan bekerja disektor informal, seperti

penarik beca, pedagang kaki lima, pemulung, dengan penghasilan 20-30 ribu

rupiah per hari sementara jumlah keluarga rata-rata lebih dari 5 orang.

2. Ketidakmampuan keluarga mengolah keuangan keluarga untuk melihat prioritas

pengeluaran rumah tangga. Misal biaya rokok, minuman keras si ayah, vocer

handpone dan keperluan-keperluan tersier lainnya. Kebutuhan tersebut

termasuk kedalam pengeluaran rutin yang utama mengorbankan biaya

kebutuhan pendidikan anak, gizi dan kesehatan keluarga.

3. Urbanisasi: kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah,

baik masalah ekonomi, sosial dan pendidikan rendah membuat sebagian

(9)

2.3 Sosial

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam

hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman

sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang)

yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan

mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan

dengan masyarakat. Dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk

sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang

lain disekitarnya.

Kata sosial erat kaitannya dengan adanya interaksi antar manusia, disebut

juga sebagai interaksi sosial yang merupakan hubungan-hubungan sosial yang

menyangkut hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok

dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada

kehidupan bersama. Bentuk-bentuk interaksi yang mendukung terjadinya lembaga

kelompok dan organisasi sosial.

1. Interaksi antar individu dengan individu

Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu

lainnya. Wujud interaksi bias dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur,

bercakap-cakap hingga terjadinya pertengkaran

2. Interaksi individu dengan kelompok

Betuk interaksi individu dengan kelompok yaitu misalnya seorang ustaz sedang

berpidato di depan orang banyak. Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa

kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok

(10)

Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam

kelompok lain. Contoh suatu kesebelasan sepak bola bertanding melawan

kesebelasan lain.

Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara

berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling

bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. Interaksi sosial tidak

mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

1. Kontak sosial

Adanya proses interaksi melahirkan kontak sosial, dalam pengertian

sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik,

sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya,

misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu,

hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial

memiliki sifat-sifat berikut:

a. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif

mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah

pada suatu pertentangan atau konflik.

b. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer

terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung.

Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan

pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan.

Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung

melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon (Wikipedia,

(11)

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting

dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku

(pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang

disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau

pikiran kepada pihak lain.

b. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan,

pikiran, atau perasaan.

c. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat

berupa informasi, instruksi, dan perasaan.

d. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat

berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.

e. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah

mendapatkan pesan dari komunikator.

2.3.1 Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah segala factor ekstern yang mempengaruhi

perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar diri pribadi. Secara

konsepsional, maka lingkungan sosial mencakup unsur-unsur yaitu:

1. Proses sosial

Proses sosial merupakan inti dinamika lingkungan sosial. Inti proses sosial

adalah interaksi sosial, yang merupakan proses hubungan timbale balik antar

(12)

sendiri mencakup hubungan berbagai bidang kehidupan manusia, seperti bidang

politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahan keamanan, dan hukum.

2. Struktur sosial

Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial, oleh karena mencakup

aspek-aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek itu yang merupakan hasil

abstraksi proses sosial adalah kelompok sosial, kebugayaan, lembaga-lembaga

sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang.

3. Prubahan-prubahan sosial

Perubahan pada struktur sosial biasanya disebabkan karena perkembangan

kebutuhan yang ada, terutama kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, yang terdiri

dari:

a) Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan

b) Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda

c) Kebutuhan akan perkembangan potensi diri

d) Kebutuhan akan kasih sayang (Soekanto, 1990:80).

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

yang termasuk kategori tingkat sosial seorang anak merupakan semua faktor non

ekonomis seperti interaksi antar teman, anggota keluarga dan lingkungan sekitar,

serta keadaan kondisi keluarga.

2.4 Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas

manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap

(13)

hukum. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau

manajemen rumah tangga (Wikipedia, 2014).

Menurut BKKBN, fungsi ekonomi dalam keluarga dilakukan dengan cara

mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa datang. Setiap anggota

keluarga punya kewajiban yang sama untuk melakukan kegiatan yang akan

menambah kesejahteraan keluarga. Ini mempunyai makna bahwa seluruh anggota

keluarga dapat bersikap ekonomis, relistis dan mau berjuang untuk peningkatan

kesejahteraan keluarga.

Kegiatan ekonomi lebih mengedepankan usaha pemenuhan kebutuhan

manusia maka untuk daripada itu terdapat model kebutuhan pokok yaitu:

1. Pangan

2. Sandang

3. Perumahan

4. Kesehatan

5. Pendidikan

6. Kebersihan

7. Partisipasi masyarakat (Sumardi & Evers, 1982)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial

masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi oleh si pembawa status (Soekanto, 2007: 76). Menurut Melly G.Tan

(14)

dan pendidikan. Berdasarakan ini masyarakat dapat digolongkan kedalam kedudukan

sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi seperti di bawah ini :

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima

pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal

mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga cukup

untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi

kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat ditabungkan dan

digunakan untuk kebutuhan yang lain.

2.4.1 Kebutuhan Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala

sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupunyang tidak

diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

minuman. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Pangan segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan

segar dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan

baku pengolahan pangan.

(15)

Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan

dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh :

the manis, nasi, pisang goreng dan sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan

lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak saji.

a. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah

dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atau dasar

pesanan.

b. Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah

mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan

pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum.

3. Pangan olahan tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi

kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas

kesehatan. Contoh ekstrak tanaman mahkota dewa untuk diabetes melitus, susu

rendah lemak untuk orang yang menjalankan diet rendah lemak, dan sebagainya.

2.4.2 Kebutuhan Sandang

Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai mahluk

berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan

yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas

menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai

pelindung dari panas dan dingin. Lama kelamaan fungsi pakaian berubah, yakni

untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian

(16)

2.4.3 Perumahan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang

Perumahan dan Permukiman mendefinisikan bahwa :

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga,

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan,

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

2.4.4 Kesehatan

Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di

(17)

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan.

5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna

2.4.5 Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan.

1. Pendidikan anak usia dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.

3. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan

dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun 4. Pendidikan tinggi Pendidikan

(18)

program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi

merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari

pelajaran SMA

2.5 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan dewasa ini lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang

maksimum, setiap masyarakat perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan

kemampuannya, melindungi masyarakat dari gangguan-gangguan dan

masalah-masalah yang dapat mengurangi dan merusak kemampuan yang telah dimiliki.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kesejahteraan sosial adalah sebagai

suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak

hannya perbaikan-perbaikan penyakit sosial tertentu saja (Nurdin, 1990:28)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan

Sosial, mendefinisikan bahwa kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhnya

kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan

mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut di laksanakan berbagai upaya, program

dan kegiatan melalui penyelenggara kesejahteraan sosial yang meliputi: rehabilitasi

sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Rehabilitasi

sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang

yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara

wajar.

1. Jaminan sosial dimaksudkan untuk:

(19)

penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi

agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.

b. Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas

jasa-jasanya.

2. Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk:

a. Memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang

mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi

kebutuhannya secara mandiri.

b. Meningkatkan peran serta lembaga dan perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3. Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari

guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau

masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan

dasar minimal.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan:

1. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup

2. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian

3. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani

masalah kesejahteraan sosial

4. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan

5. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan

(20)

2.6 Kerangka Pemikiran

Anak jalanan dalam melakukan aktivitas kesehariaanya di bagi menjadi tiga

golongan yakni anak yang bekerja demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga,

anak yang kehidupannya berada dijalanan yang sedikit melakukan interaksi dengan

keluarganya dan ketiga adalah anak jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup

dijalan. Keberadaan anak jalanan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor namun faktor

ekonomi adalah yang dominan.

Tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang disebabkan oleh keluarga yang

miskin menyebabkan anak dengan kesadaran sendiri atau dipaksa oleh keluarga

untuk bekerja, sehingga kebutuhan pokoknya dapat terpenuhi dan membantu

keluarga dalam mencari nafkah, namun kondisi mereka yang serba keterbatasan

membuat mereka turun ke jalanan untuk mencari uang.

Tidak semua keberadaan anak jalanan adalah akibat dari kemiskinan

keluarga. Terdapat sebagian anak yang turun ke jalan sebagai pemenuhan

kebutuhan psikis belaka seperti keinginan untuk menyalurkan minat dan berkumpul

dengan rekan mereka. Sebagai contoh banyak anak yang tinggal di jalanan sebagai

anak-anak punk, ngamen dan hidup dalam tatanan versi mereka.

Kondisi sosial anak jalanan dapat dilihat dari beberapa indikator mulai dari

aktivitas mereka dijalan, adanya interaksi dengan teman sesame anak jalanan.

interaksi dengan anggota keluarga serta interaksi dengan teman yang bukan anak

jalanan. Sedangkan kondisi ekonomi anak jalanan dapat dilihat dari pendapatan dan

pengeluaran yang meliputi: pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan

(21)

Bagan Alir Pemikiran

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.7.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari

salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka

seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang

diteliti. Secara sederhana definisi di sini diartikan sebagai ”batasan arti”. Kondisi Sosial

1. Aktivitas anak jalanan

2. Interaksi dengan sesama

anak jalanan

3. Interaksi dalam keluarga

4. Interaksi dengan anak

sebaya yang tidak anak

jalanan

Kondisi Ekonomi

1. Pendapatan

2. Pengeluaran

a) Pangan

b) Sandang

c) Perumahan

d) Pendidikan

(22)

Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukan bahwa peneliti

ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah

pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang di anut dalam suatu penelitian

(Siagian, 2011: 138).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan dan

menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah

pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian Adapun yang menjadi

batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Anak jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktunya

untuk beraktivitas di jalan dan masih berusia 6-17 tahun yang beraktifitas di

kawasan Simpang Pos Medan

2. Sosial ekonomi adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara sosial

dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu yang ditentukan oleh faktor

pemenuhan kebutuhan seperti sandang, pangan, pendidikan, perumahan,

kesehatan, serta di dukung oleh pekerjaan yang layak sesuai dengan harkat

martabat manusia

3. Kawasan Simpang Pos Medan adalah merupakan pertemuan antara jalan

Jamin Ginting, Ngumban Surbakti dan jalan A. H. Nasution, dan termasuk

dalam wilayah Kacematan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala.

2.7.2 Definisi Operasional

Definisi operasional disebut juga sebagai suatu proses operasionalisasi

konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat

(23)

bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang

terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi definisi operasional Tinjauan Sosial Ekonomi Anak

Jalanan di kawasan Simpang Pos Medan, dapat di ukur melalui indikator sebagai

berikut:

1. Kondisi Sosial, dengan indikator :

a) Aktivitas responden

b) Interaksi orang tua dengan responden

c) Interaksi responden dengan sesama anak jalanan

d) Interaksi dengan anak sebaya yang tidak anak jalanan

2. Kondisi Ekonomi, dengan indikator :

a) Pendapatan

b) Pengeluaran

 Pangan

 Sandang

 Perumahan

 Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum lebih ditujukan

Alat ini didasarkan pada resistor LDR (peka cahaya), begitu pintu lemari es dibuka, cahaya dari lampu yang berada didalam lemari es akan jatuh mengenai LDR, kemudian

(1) Penyediaan aksesibilitas dalam bidang informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 huruf a, merupakan rangkaian upaya untuk mengakomodasi kepentingan penyandang

Berdasarkan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTENSIFIKASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TINGKAT KECAMATAN DAN DESA SE KABUPATEN

In this article are presented some significant examples to show the potential of this tool in oil and gas activity: a hydrocarbon storage field where the comparison between SAR

 Sosialisasi Kewirausahaan (Bid. Keolahragaan) Yang diikuti Peserta Sekolah SLB.  Sosialisasi Profesionalisme

Data processing in this case includes specifying the input data, collecting spatial data, geoprocessing, extracting data, establishing the data set for ANNs, implementing