1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rinosinusitis kronis (RSK) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada sebagian besar populasi di dunia yaitu berkisar 7-30% (Netkovski and Sirgovska, 2006). Rinosinusitis kronis dapat timbul tanpa polip maupun dengan polip (Fokkens, Lund and Mullol, 2012). Polip hidung telah dianggap sebagai subgrup dari RSK dengan insiden 4% dari populasi pada umumnya dan 25-30% dari penderita RSK (Nair, Bhadauria and Sharma, 2011).
Diagnosis RSK ditegakkan berdasarkan gejala maupun temuan klinis yang dijumpai selama minimal 12 minggu. Gejala-gejala penyakit ini dapat berupa hidung tersumbat, hidung berair, nyeri wajah, sakit kepala, hiposmia bahkan sampai dengan gangguan kualitas hidup. Temuan klinis seperti polip, sekret maupun obstruksi meatus media dapat dijumpai melalui pemeriksaan nasoendoskopi, sedangkan pemeriksaan tomografi
komputer menunjukkan adanya perubahan mukosa (Fokkens, Lund and Mullol, 2012).
Terapi konservatif merupakan pilihan pertama, namun apabila gagal bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) menjadi penatalaksanaan yang paling disukai dan sering diterapkan dalam penanganan RSK (Netkovski and Sirgovska, 2006). Terkadang penderita dengan variasi-variasi anatomi hidung dan sinus paranasalis yang menyebabkan obstruksi kompleks ostiomeatal juga menjadi kandidat untuk tindakan BSEF (Luong and Marple 2006).
Bedah sinus endoskopik fungsional atau functional endoscopic sinus
surgery (FESS) pertama kali diperkenalkan di Eropa oleh Messenklinger
2
merupakan tindakan pertama yang secara langsung dapat mengatasi patofisiologi yang mendasari penyakit rinosinusitis (Aziz, Hassan and Shama, 2006).
Prinsip utama BSEF adalah membuang jaringan yang menutupi kompleks ostiomeatal (KOM), memperbaiki aliran sinus sekaligus mempertahankan anatomi dan membran mukosa sinus dalam keadaan optimal (Al-Mujaini, Wali and Alkhabori, 2009). Tindakan BSEF terdiri dari beberapa prosedur yang dilakukan berdasarkan kebutuhan masing-masing penderita. Prosedur tersebut bergantung pada temuan saat operasi yang disesuaikan dengan pemeriksaan klinis sebelumnya dan evaluasi terhadap variasi anatomi penderita (Luong and Marple 2006). Penelitian-penelitian sebelumnya (Aziz, Hassan and Shama 2006; Chopra et al., 2006; Yaseen and Abed, 2013) memberikan gambaran temuan endoskopik, tomografi komputer maupun jenis tindakan yang
sering dijumpai pada penderita RSK yang menjalani BSEF di masing-masing sentra penelitian.
3
1.2. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah gambaran karakteristik penderita, prosedur tindakan dan temuan operasi penderita RSK yang menjalani BSEF di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran karakteristik penderita, prosedur dan temuan operasi pada penderita RSK yang menjalani BSEF di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani
BSEF berdasarkan tipe RSK.
2. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani
BSEF berdasarkan kategori penyakit yang dinilai dengan SNOT-20.
3. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani BSEF berdasarkan riwayat medikamentosa.
4. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani BSEF berdasarkan temuan endoskopik.
5. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani BSEF berdasarkan gambaran tomografi komputer sinus paranasalis.
6. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani BSEF berdasarkan stadium tomografi komputer.
4
8. Mengetahui distribusi frekuensi penderita RSK yang menjalani BSEF berdasarkan hasil temuan operasi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat dalam bidang akademik
Untuk mengetahui keberhasilan terapi medikamentosa pada penderita RSK, menambah wawasan mengenai pelaksanaan BSEF dan pengembangannya dalam penatalaksanaan RSK khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4.2. Manfaat dalam pelayanan masyarakat
Menjadi landasan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai RSK dan penatalaksanaannya.
1.4.3. Manfaat bagi pengembangan penelitian
Menjadi landasan teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya