BAB XIV
PEMBANGUNAN MASJARAKAT DESA. (P.M.D.)
A. Pendahuluan.
1. Pemerintah Indonesia sudah sedjak lama menjadari dan me-naruh minat terhadap pembangunan jang ditudjukan kepada masja-rakat dipedusunan dimana berdiam hampir 80% dari penduduk Indonesia.
Untuk dapat mewudjudkan minat ini, pada bulan September 1954 Pemerintah mengirim suatu rombongan pegawai jang berasal dari berbagai kementerian untuk mengadakan penindjauan ke India dan Sailan mengenai Pembangunan Masjarakat Desa. Selandjutnja Pemerintah dalam bulan Desember 1954 mengirimkan rombongan kedua ke Regional Seminar on Community Development di Manila Filipina. Dan pada bulan Nopember 1955 Pemerintah mengirim rombongan ketiga jang terdiri dari 16 orang lagi ke Burma, Sailan, India dan Pakistan dengan maksud jang sama.
2. Disamping pengiriman keluar negeri, djuga Pemerintah mengundang ahli-ahli dari luar negeri. Atas undangan Pemerintah dengan persetudjuan P.B.B., datanglah di Indonesia pada bulan Djuni 1955 dari India Shri S. K. Dey, kepada Community Project Administration untuk memberikan saran-saran dan nasehat me-ngenai Pembangunan Masjarakat Desa. Sesudah itu berturut-turut datang lagi L. N. Bongirwar dan K. G. Bhandari jang djuga ahli dalam P.M.D.
3. Setelah Pemerintah mempeladjari setjara seksama hasil laporan rombongan-rombongan dan ahli-ahli tersebut, maka Peme-rintah mengambil kesimpulan untuk memberikan kepada program Pembangunan Masjarakat Desa tempat jang penting dalam R.P.L.T.
4. Sebagai langkah persiapan untuk melaksanakan rentjana ini, maka diadakan Konperensi Besar Pembangunan Masjarakat Desa pada tanggal 2 s/d 3 Mei 1956 jang dihadiri P.J.M. Presiden, J.M. Menteri-menteri, para Sekretaris Djenderal, Seluruh Gubernur, dan pedjabat-pedjabat lain jang berkepentingan.
5. Konperensi ini disusul dengan seminar-seminar dan latihan-latihan tingkat propinsi di Tugu, tingkat kabupaten di Pasar-Rebo,
tingkat kewedanan di Bogor, Pasar-Rebo dan Pantjoran untuk pedjabat-pedjabat Pembangunan Masjarakat Desa.
6. Pada hari Nasional tanggal 17 Agustus 1956 Pemerintah melantik Program Nasional Pembangunan Masjarakat Desa, dan Kepala Negara memberi sasmita bahwa sedjak saat itu proses Pem-bangunan Masjarakat Desa telah dimulai.
B. Isi Rentjana. 1. Tudjuan.
Tudjuan dari pada Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa ialah meninggikan taraf penghidupan dan kehidupan masjarakat desa dengan djalan melaksanakan pembangunan jang integral dari pada masjarakat desa, berdasarkan azaskekuatan sendiri dari pada masjarakat desa serta azas permufakatan bersama antara anggauta-anggauta masjarakat desa, dan dengan bimbingan serta bantuan alat-alat Pemerintah jang bertindak sebagai suatu keseluruhan (kebulatan) dalam rangka suatu kebidjaksanaan umum jang sama.
Dalam Daerah-daerah Kerdja (pada umumnja seluas satu ke-wedanan) diusahakan pelaksanaan Pembangunan Masjarakat Desa sesuai dengan azas-azas jang tertera diatas dan meliputi segala lapangan penghidupan dan kehidupan desa, antara lain lapangan-lapangan pertanian, kehewanan pengairan, pendidikan, kesehatan, perhubungan, koperasi, perumahan dan sebagainja. Untuk masa permulaan titik berat terutama harus diletakkan dalam pembangun-an ekonomi, artinja tiap usaha pembpembangun-angunpembangun-an jpembangun-ang dengpembangun-an lpembangun-angsung menambah produksi dan dengan demikian meninggikan tingkat pendapatan anggauta-anggauta masjarakat desa. Hal ini harus diikuti dengan perubahan mental (mentale omschakeling).
Mengingat akan kekurangan-kekurangan dalam sumber keuangan dan sumber tenaga jang terlatih, maka untuk sementara waktu pelaksanaan Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa agak dibatasi. Suatu usaha besar-besaran jang meliputi seluruh negara sekaligus dichawatirkan akan menemui kegagalan sadja. Oleh karena itu dalam taraf pertama rentjana ini dilaksanakan dalam daerah-daerah tertentu jang tersebar diseluruh Indonesia. Direntjanakan bahwa dalam djangka waktu 5 tahun sedjak tahun 1956 sudah dapat diada-kan 80 Daerah Kerdja.
2. O r g a n i s a s i P e n j e l e n g g a r a a n P e m -b a n g u n a n M a s j a r a k a t D e s a .
Mendahului Peraturan Pemerintah mengenai organisasi penje-lenggaraan pembangunan masjarakat desa dibentuklah Panitia Kerdja Sementara Pembangunan Masjarakat Desa pada tanggal 20 Djuni 1956 dan pada bulan Agustus 1956 dengan diresmikannja
RANGKA ORGANISASI PEMBANGUNAN MASJARAKAT DESA
P.M.
Dewan Koordinasi P.M.D. Ketua : Perdana Menteri
Wk. Ketua I : Ment. Neg. Ur. Perantjang Wk. Ketua II : Menteri Dalam Negeri Anggota : 8 Menteri
Sekretaris : Ketua Biro P.M.D.
Biro P.M.D.
Ketua : Kem. Dlm. Negeri Wk. Ketua I : Kem. P.P. & K. Anggota : 8 Menteri
Panitya Pembantu Tehnis Propinsi
Sekretariat
Panitya Pembantu Tehnis Kabupaten
Sekretariat
Staf Daerah Kerdja Kantor P.M.D.D.K.
PANITYA ,,P.M.D.” ,,DESA”
PEDJABAT-PEDJABAT P.M.D.
400a
Program Nasional Pembangunan Masjarakat Desa diadakanlah Biro P.M.D. guna mengadministrasikan segala sesuatu jang berhubungan dengan program tersebut.
Menunggu disetudjuinja Rantjangan Undang-undang tentang Ren-tjana Pembangunan Lima Tahun dimana pula azas-azas renRen-tjana tersebut, maka untuk memberi dasar hukum dalam pelaksanaan rentjana itu dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1957 tertanggal 16 Djanuari 1957 jang mengatur organisasi penjelenggaraan pembangunan masjarakat desa.
Sesuai dengan P.P. tersebut untuk melaksanakan pembangunan Sektor Masjarakat Desa diadakan badan-badan jang chusus meng-atur pekerdjaan koordinasi ditaraf Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Daerah Kerdja.
Badan-badan tersebut bertugas:
a. memberikan bimbingan dun asuhan kepada swadaja dari Masja-rakat Desa untuk menudju ke-kemakmuran;
b. mengadakan koordinasi usaha-usaha terhadap Pembangunan Masjarakat Desa antara Kementerian-kementerian/Djawatan-djawatan jang bersangkutan;
c. mengatur bantuan materi dari badan-badan Pemerintah hingga terdapat suatu bantuan jang bulat bermanfaat untuk pemba-ngunan ekonomi Masjarakat Desa pada chususnja;
d. mengerahkan, mendidik dan melatih tenaga-tenaga untuk kepen-tingan Organisasi Pembangunan Masjarakat Desa dan menjeleng-garakan pekerdjaan-pekerdjaan lain jang termasuk dalam atau berhubungan dengan usaha Pembangunan Masjarakat Desa. Rangka organisasi penjelenggaraan P.M.D. tersebut adalah seperti
dihalaman selandjutnja.
C. Taksiran Biaja.
(djutaan
Daerah Kerdja Pokok 9 12.4 15.8 19.2 22.6 79
Daerah Kerdja Lengkap — 8 16 24 32 80
Pengeluaran lain-lain 4 6 8 9,5 11,5 39
Djumlah 13 26,4 39,8 52,7 166,1 198
D. Perkembangan pelaksanaan dari Rentjana Perkembangan djumlah daerah kerdja dan biaja modal jang diotorisasi.
DAFTAR DAERAH KERDJA P.M.D. TAHUN 1956 DAN BIAJA MODAL, JANG DIOTORISEER PADA
TAHUN 1957 DAN 1958.
1. Batubara Sumatera Utara 620 260 880
2. Sipirok „ „ 422 600 11.022
3. Agam Tuo „ Barat 927 400 1.327
4. Redjang „ Selatan 212 600 812
5. Metro „ „ 620 600 1,220
6, Kramat Djati Djakarta Raya 352 595 1,220
7 Sukabumi Djawa Barat 360 560 920
8. Bantul Daerah Istimewa
Jogjakarta 543 600 780
9. Wurjantoro Djawa Tengah 180 900 1.443
10. Kapandjen Djawa Timur 610 900 1.510
11. Barabai Kalimantan Selatan 203 900 1.103
12. Marga Nusa Tenggara 576 560 1.136
13. Gorontalo Sulawesi 961 400 1.361
14. Gowa „ 43 600 1.043
15. Batjan Maluku 425 300 725
16. Buru „ 150 400 550
DAFTAR DAERAH KERDJA P.M.D. TAHUN 1957 DAN BIAJA MODAL JANG DIOTORISEER PADA TAHUN 1957.
Tabel 192B. (ribuan rupiah).
1. Kutaradja Kutaradja 400
2. Tuhemberua Sumatera Utara 400
3. Muara Tebo Djambi 400
4. Pulau Mentawai Sumatera Barat 400
5. Tanah Pasemah Sumatera Selatan 400
6. Tjilangkahan Djawa Barat 400
7. Kebajoran Lama P. Seribu Djakarta Raya 400
8. Batang Djawa Tengah 400
9. Nanggulan Daerah Istimewa
Jogja-karta 400
10. Wlingi Djawa Timur 400
11. Pemangkat Kalimantan Barat 400
12. Gambut Kertak Hanjar Kalimantan Selatan 400
13. Sendawar Kalimantan Timur 400
14. Rote Nusa Tenggara 400
15. Muna Sulawesi 400
16. Dobo Maluku 400
DAFTAR DAERAH KERDJA P.M.D. TAHUN 1958 DAN BIAJA MODAL JANG DIOTORISEER PADA TAHUN 1958.
Tabel 192C. (ribuan rupiah).
1. Bireuen Atjeh 200
2. Kabandjahe Sumatra Utara 200
3. Karimun Riau 505
4. Toboali Sumatra Selatan 200
5. Tjengkareng Djakarta Raya 200
6. Indramaju Djawa Barat 200
7. Garung Djawa Tengah 200
8. Wonosari D. Ist. Jogjakarta 200
9. Tjermee Djawa Timur 200
10. Mantan Hilir Kalimantan Barat 200
11. Mentaja Tengah Kalimantan Tengah 200
12. Kelua Kalimantan Selatan 200
13. Tanah Tidung Kalimantan Timur 200
14. Ngada Nusa Tenggara 200
15. Lease Maluku 200
Sumber: Biro P.M.D.
Keterangan: Biaja modal disini meliputi tidak sadja investasi modal jang berhubungan dengan pembangunan dilapangan eko-nomi dan sosial tetapi termasuk pula pengeluaran-penge-luaran jang tidak bersifat pembangunan, tetapi jang oleh masjarakat desa sendiri dianggap sebagai pembangunan desa (tugu pahlawan, kuburan, mesdjid dan lain-lain). Sehingga dalam hal ini hanja diketjualikan pengeluaran-pengeluaran biasa jang bersifat routine.
PROJEK-PROJEK P.M.D. JANG TELAH DILAKSANAKAN DI D.K.
Tabel 193A.
No.
urut Matjam Projek
Batubara
1956 — 1958 1956 — 1958Sipirok 1956 — 1958Bantul 1956 — 1958Kepandjen 1956 — 1958Tuhemburua 1956 — 1958Wurjanto 1956 — 1958Kramatdjati 1956 — 1958Barabai
PROJEK-PROJEK P.M.D. JANG TELAH DILAKSANAKAN DI D.K.
(Landjutan).
No.
urut Matjam Projek
Batubara
1956 — 1958 1956 — 1958Sipirok 1956 — 1958Bantul 1956 — 1958Kepandjen 1956 — 1958Tuhemburua 1956 — 1958Wurjanto 1956 — 1958Kramatdjati 1956 — 1958Barabai
B L B L B L B L B L B L B L B L
37. Sekolah (S.R.) wadjib
PROJEK-PROJEK P.M.D. JANG TELAH DILAKSANAKAN DI D.K.
Tabel 193 B.
No.
urut Matjam Projek
Sukabumi
1956 — 1958 1956 — 1958Wlingi 1956 — 1958Marga 1956 — 1958Indramaju 1956 — 1958Gambut 1956 — 1958Pemangkat 1956 — 1958Metro 1956 — 1958Nanggulan
PROJEK-PROJEK P.M.D. JANG TELAH DILAKSANAKAN DI D.K.
(Landjutan).
No.
urut Matjam Projek
Sukabumi
1956 — 1958 1956 — 1958Wlingi 1956 — 1957Marga Indramaju1956 Gambut 1956 — 1957Pemangkat 1956 — 1957Metro 1956 — 1957Nanggulan
3 . D j u m l a h b i a j a j a n g d i u s a h a k a n o l e h M a s j a r a k a t D e s a s e n d i r i .
Angka jang pasti mengenai djumlah biaja jang diusahakan oleh Masjarakat Desa sendiri atau investasi modalnja dalam sektor Pem-bangunan Masjarakat Desa tidak terdapat. Hal ini disebabkan karena memang sangat sulit untuk menilai sumbangan dalam bentuk uang, bahan-bahan maupun tenaga dari Masjarakat Desa itu sendiri.
Berdasarkan pengalaman, penjelidikan dan penilaian dari Biro P.M.D. bantuan jang diberikan Pemerintah ditaksir setinggitinggi nja 50% dari pada biaja seluruhnja projekprojek jang dilaksana -kan, dan selebihnja adalah usaha dari Masjarakat Desa sendiri.
4 . P e n j e d e r h a n a a n R a n g k a o r g a n i s a s i P . M . D .
Rangka organisasi P.M.D. jang diatur didalam P.P. No. 2 tahun 1957 (lihat schema terdahulu), adalah lebih sederhana dari pada jang diatur didalam buku Garis-garis Besar Rentjana Pembangunan Lima Tahun (1956-1960). Kesederhanaan ini nampak dalam taraf Pusat, Propinsi dan Kabupaten dimana berturut-turut tidak lagi Dewan Tehnis, Dewan Koordinasi Propinsi dan Dewan Koor-dinasi Kabupaten. Maksud penjederhanaan ini ialah berhubungan dengan hasrat untuk mendekatkan djarak antara Masjarakat Desa dan Pemerintah Pusat, dan mengurangi birokrasi jang menghambat pelajanan kepada masjarakat dan mengingat masih kurangnja tenaga-tenaga dan jang berpengalaman.
E. Kesulitan-kesulitan.
Kesulitan utama dalam penjelenggaraan Pembangunan Masja-rakat Desa terletak pada masih kurangnja koordinasi di Pusat maupun di Daerah antara berbagai-bagai instansi sehingga doublures dalam pelaksanaan pembangunan didesa-desa masih belum dapat diatasi sepenuhnja. Pengertian mengenai perlunja penjaluran segala bimbingan dan bantuan Pemerintah kepada desa liwat P.M.D. masih harus diusahakan.
Kesulitan lain jang terdapat dibeberapa Daerah ialah adanja pengaruh partai-partai politik jang kadang-kadang membawa per-tentangan-pertentangannja dalam bidang Pembangunan Masjarakat Desa. Keadaan ini tidaklah terlalu menghambat dan dalam tingkat tertentu dapat diatasi.
Persoalan tenaga djuga merupakan masalah jang perlu mendapat perhatian. Pertama karena pedjabat P.M.D. (misalnja kepala Daerah Kerdja) adalah administratif dibawah Kementeriannja
masing-masing, maka kebidjaksanaan dari Kementeriannja jang bersangkutan misalnja dalam memutasikan pedjabat itu, dapat mengganggu kelantjaran pelaksanaan Pembangunan Masjarakat Desa.
Kedua adalah tidak adanja tenaga administrasi sendiri, sehingga pekerdjaan itu hanja merupakan pekerdjaan sambilan bagi tenaga jang ada sekarang.
Otorisasi jang tidak tepat datangnja merupakan kesulitan umum pada sektor-sektor lain, jang djuga merupakan salah satu kesulitan untuk penjelenggaraan Pembangunan Masjarakat Desa. Disini perlu dikemukakan pula adanja kesulitan pokok dalam pelaksanaan Rentjana P.M.D. jaitu kenjataan adanja perkembangan terusmenerus dari pada Daerah Kerdja serta projeknja, sedangkan ang -garan belandja bagi pelaksanaan P.M.D. tiap-tiap tahun tidak mengalami tambahan jang berarti.
Faktor dun kurangnja alit perhubungan di Daerah-daerah meng-akibatkan terutama di Daerah Kerdja jang luas daerahnja, kurang lantjarnja penjelenggaraan Pembangunan.
Hal jang terachir jang patut dikemukakan disini ialah masih adanja kurang pengertian para pedjabat di Desa-desa mengenai P.M.D. ini, terbukti mis. dengan permintaan akan tambahan penghasilan dan sebagainja dalam melaksanakan kewadjibannja untuk P.M.D.
Djuga pendapat beberapa pedjabat terhadap pengertian gotong-rojong dimaksudkan dalam Rentjana ini perlu diresapkan, untuk menghindarkan kesalah-fahaman jang kadang-kadang masih ter-djadi.