Partai Politik dan Sistem Pemilu
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Tata Negara
Disusun oleh
: Abdurakhman Yusuf
NPM
: AP 316178
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Partai politik adalah sebuah organisasi yang terstruktur yang menjadi salah satu pilar
demokrasi sedangkan pemilihan umum menjadi salah satu kunci demokratisasi dalam sebuah
Negara. Masyarakat diberikan kebebasan untuk berperan serta aktif menentukan pilihan
pemimpin yang layak menjadi kepala pemerintahan.
Partai politik dan sistem pemilihan umum memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dalam
pemilihan seperti presiden, wakil presiden, wakil rakyat DPR/DPRD diperlukannya
kelembagaan sebagai mesin politik. Peserta pemilihan umum walaupun bersifat pribadi bukan
kelompok tetaplah memerlukan partai politik. Partai politik yaitu organisasi yang bersifat
kelembagaan secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan yang bersifat politiik, seperti untuk
requitmenn politik, komunikasi politik dan sebagainya. Lembaga yang menyelenggarakan
sistem pemilihan umum di Indonesia disebut Komisi Pemilihan Umum (disingkat KPU).
Ibarat sebuah bangunan partai politik adalah wadah atau pondasi sedangkan sistem pemilihan
umum sebagai tiang dalam suatu demokrasi. Demokrasi suatu Negara tidak akan berjalan jika
tidak ada kedua sistem atau lembaga tersebut. Hukum Tata Negara mengatur struktur Negara,
mengatur struktur organisasi publik, mengatur tugas dan wewenang serta mengatur lembaga
Negara. partai politik dan sistem pemilihan umum adalah bagian dari kajian ilmu hukum tata
Negara, untuk itu tugas, wewenang serta fungsi dari suatu organisasi Negara dan lembaga
Negara harus dikaji terlebih dahulu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Partai politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia?
2. Apakah tugas, wewenang dan fungsi dari partai politik dan lembaga penyelenggra sistem
pemilihan?
1.3 Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui tugas, wewenang dan fungsi dari partai politik dan lembaga penyelenggra
sistem pemilihan
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini untuk lebih memahami tentang partai politik dan sistem pemilihan umum yang dapat membantu proses pembelajaran mata kuliah Hukum Tata
Negara.
1.5 Metode Penyajian
Makalah ini membahas mengenai isu publik yang tengah hangat diperbincangkan, oleh karena itu metode yang digunakan yaitu metode normatif yang diperoleh berdasarkan
data-data dan sumber yang mendukung pembahasan materi dalam makalah.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Partai Politik
MENURUT PARA AHLI Carl. J. Friedrich
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.
R.H. Soltau
Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.
Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
Maurice Duverger
Partai politik adalah sekelompok manusia yang mempunyai doktrin politik yang sama.
Edmund Burke
Politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan keinginan-keinginan bersamanya, yaitu kepentingan nasional melalui prinsip-prinsip khusus yang sudah disepakati.
MENURUT UNDANG-UNDANG
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengertian Partai Politik Secara Umum yaitu : Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
2.2 Fungsi Partai Politik
FUNGSI PARTAI POLITIK MENURUT MIRIAM BUDIARDJO
Partai sebagai sarana komunikasi politik
Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.
Partai sebagai sarana sosialisasi politik
dengan partai, partai politik juga mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional.
Partai sebagai sarana rekruitmen politik
Rekruitmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sisem politik pada umumnya dan politik pada khususnya. Fungsi ini semakin besar porsinya manakala partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai itu merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. Fungsi rekruitmen politik dilakukan dengan cara kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga kader diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama.
Partai sebagai sarana pengatur konflik
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha mengatasinya.
FUNGSI PARTAI POLITIK MENURUT UNDANG-UNDANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 11 Partai Politik berfungsi sebagai sarana:
Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia
yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat.
Penyerap, penghimpun, penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan Negara.
Partisipasi politik warga Negara Indonesia.
Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi
dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Sebagai sarana komunikasi politik (penyalur aspirasi dan pendapat rakyat kepada pihak
pemerintah)
Sebagai sarana sosialisasi politik (penanaman nilai dan norma terhadap masalah-masalah
politik)
Sebagai sarana rekruitmen politik (mencari dan mengajak untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai)
Sebagai sarana pengatur konflik (turut mengatasi kesalahpahaman yang terjadi pemerintahan
maupun masyarakat)
2.3 Kelemahan Partai Politik
Menurut Pof.Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, adanya organisai itu,, tentu dapat dikataakan juga mengandung beberapa kelemahan diantaranya :
1. Bersifat oligarkis
Organisasi dan termasuk juga organisasi partai politik, kadang-kadang bertindak dengan lantang untuk dan nama kepentingan rakyat, tetapi dalam kenyataannya dilapangan justru berjuang untuk kepentingan pengurusnya sendiri.
Maka untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan beberapa mekanisme penunjang yaitu :
1. Mekanisme internal yang menjamin demokrastisassi melalui pertisipasi anggota partai politik
itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Anggaran dasar dan rumah tangga ,, sesuai tuntutan perkembangan, perlu diperkenalkan pula sistem kode etika positif. Dengan demikian, norma hukum, norma moral, dan norma etika diharapkan dapat berfungsi efektif membangun kultur internal setiap partai politik
2. Mekanisme keterbukaan partai dimana warga masyarakat diluar partai dapat ikut serta
berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui oleh partai politik
3. Penyelenggaraan Negara yang baik dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan public
serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan penyelenggaraan Negara.
4. Berkembangnya pers bebas yang semakin professional dan mendidik. Media pers merupakan
saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran yang sangat luas, peranannya dalam demokrasi sangat menentukan.
2.4 Pengertian SitemPemilihan Umum
presiden, wakil presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai yang paling sederhana atau paling kecil yaitu kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, pemilihan umum juga dapat berarti proses mengisi jabatan-jabatan tertentu. Pemilihan umum harus dilakukan secara demokratis.
Kejujuran dalam perhitungan suara dan pelaporan hasil (accurate counting of choices and
reporting of results)
2.5 Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum
Komisi Pemilihan Umum (disingkat KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia.
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :
Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum
Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta
Pemilihan Umum
Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS
Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan
Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR,
DPRD I dan DPRD II
Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum
Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:
1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999
Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum
2.6 Tujuan Pemilihan Umum
Menurut Pof.Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, tujuan penyelenggaraan pemilihan umum itu ada empat yaitu : 1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat
dilembaga perwakilan
3. Untuk melakasanakan prinsip kedaulatan rakyat
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga Negara
2.7 Macam-Macam Sistem Pemilihan Umum
a. Sistem pemilu mekanis dan organis
Sistem pemilu mekanis yang melihat rakyat sebagai massa individu yang sama. Individu tetap dilihat sebagai penyandang hak pilih yang bersifat aktif dan memandang korps pemilih sebagai massa individu-individu, yang masing-masing memiliki satu suara dalam setiap pemilihan
Sistem organis, pandangannya menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang hhidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan genologis, lapisan-lapisan sosial, dan lembaga-lembaga sosial. Kelompok-kelompok dalam masyarakat dilihat sebagai suatu organism yang terdiri atas organ-organ yang mempunyai kedudukan dan fungsitertentu dalam totalitas organisme, dengan pandangan demikian, persekutuan-persekutuan hidup itulah yang diutamakan sebagai penyandang dan pengendali hak pilih. Dengan kata lain persekutuan itulah yang mempunyai hak pilih untuk mengutus wakil-wakilnya kepada badan-badan perwakilan masyarakat.
b. Sistem Distrik dan Proporsional
1) Sistem Perwakilan Distrik/Mayoritas
distrik. Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang terbanyak menang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. Sistem ini sering
digunakan di Negara yang memiliki sistem dwi-partai seperti Inggris dan bekas jajahannya
(Amerika, India dan Malaysia).
KELEBIHAN SISTEM DISTRIK
Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik,
sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. Dengan demikian dia akan lebih terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Lagipula, kedudukannya terhadap partainya akan lebih bebas, oleh karena dalam pemilihan semacam ini faktor personalitas dan kepribadian seseorang merupakan faktor yang penting.
Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang
diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan kerja sama. Disamping kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat sekedar dibendung, sistem ini mendorong ke arah penyederhanaan partai tanpa diadakan paksaan. Maurice Du verger berpendapat bahwa dalam negara seperti Inggris dan Amerika sistem ini telah memperkuat berlangsungnya sistem dwi partai.
Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai mempermudah
terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat stabilitas nasional.
Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
KELEMAHAN SISTEM DISTRIK
Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas,
apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik.
Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrik,
kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali; dan kalau ada beberapa partai yang mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat men capai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil oleh golongan-golongan yang merasa dirugikan.
Muncul kemungkinan wakil terpilih cenderung lebih mementingkan kepentingan distriknya
dibandingkan kepentingan nasional.
2) Sistem Perwakilan Berimbang/Proporsional
Persentase kursi di lembaga perwakilan rakyat dibagikan kepada setiap partai politik, sesuai dengan persentase jumlah suara yang diperoleh setiap partai politik. Umpamanya, jumlah pemilih yang sah pada suatu Pemilihan Umum mencapai 1.000.000 orang. Jumlah kursi di lembaga perwakilan rakyat 100 kursi, berarti untuk satu orang wakil rakyat dibutuhkan suara 10.000 suara.
Dasar pemikiran Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan penyebaran suara pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang ada di legislatif. Dalam sistem ini, satu wilayah danggap sebagai satu kesatuan, dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang diperoleh oleh para kontestan, secara nasional, tanpa menghiraukan distribusi suara itu.
Dalam sistem ini setiap suara dihitung, dalam arti bahwa suara lebih yang diperoleh oleh sesuatu partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain. untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan.
Jika sistem distrik sering digunakan di negara yang menganut sistem dwi-partai, maka sistem proposional banyak digunakan di negara yang menganut sistem banyak partai seperti Belanda, Italia, Swedia, Belgia dll
KELEBIHAN SISTEM PROPORSIONAL
Secara konsisten mengubah setiap suara menjadi kursi yang dimenangkan, dan sebab itu
menghilangkan “ketidakadilan” seperti sistem yang didasarkan pada mayoritas yang “membuang” suara kalah.
Mewujudkan formasi calon dari partai-partai politik atau yang kelompok yang “satu ide”
untuk dicantumkan di daftar calon, dan ini mengurangi perbedaan kebijakan, ideologi, atau kepemimpinan dalam masyarakat.
Mampu mengangkat suara yang kalah (bergantung Threshold).
Memfasilitasi partai-partai minoritas untuk punya wakil di parlemen.
Membuat partai-partai politik berkampanye di luar “basis wilayahnya.”
Memungkinkan tumbuh dan stabilnya kebijakan, oleh sebab Proporsional menuntun pada
kesinambungan pemerintahan, partisipasi pemilih, dan penampilan ekonomi.
KEKURANGAN SISTEM PROPORSIONAL
Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru. Sistem ini
tidak menjurus ke arah integrasi bermacam-macam golongan dalam masyarakat; mereka lebih cenderung untuk mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk mencari dan memanfaatkan persamaan-persamaan. Umumnya dianggap bahwa sistem ini mempunyai akibat memperbanyak jumlah partai.
Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan loyalitas
kepada daerah yang telah memilihnya. Hal ini disebabkan oleh karena dianggap bahwa dalam pemilihan semacam ini partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian seseorang. Hal ini memperkuat kedudukan pimpinan partai
Banyaknya partai mempersukar terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena umumnya
harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua partai atau lebih.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum; Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta Pemilihan Umum, Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS; Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan; Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II; Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum; Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum. Macam-Macam Sistem Pemilihan Umum : a.Sistem pemilu mekanis dan organis b.Sistem Distrik dan Proporsional
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Mirriam, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama