• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Sara Mills pada Video Blog Bayu Skak: Studi Kasus pada Video Blog Bayu Skak Episode Arek Lanang dan Arek Wedok T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Sara Mills pada Video Blog Bayu Skak: Studi Kasus pada Video Blog Bayu Skak Episode Arek Lanang dan Arek Wedok T1 BAB V"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan analisis data beserta pembahasannya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan penulis dengan berdasar pada teori yang sudah ada, sehingga akan diketahui mengenai representasi perempuan dalam video blog Bayu Skak episode Arek Lanang dan Arek wedok. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Sara Mills. Titik perhatian Mills adalah wacana feminisme, yakni bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, baik dalam cerpen, gambar, foto, video maupun media. Fokus perhatian analisis ini adalah menunjukkan bagaimana teks bias gender dalam menampilkan perempuan. Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks, posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir ditengah khalayak. Dalam artian siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan diperlakukan dalam teks secara keseluruhan.

Selain posisi aktor, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana posisi pembaca dalam teks, yang pada penelitian ini digantimenjadi penonton karena objek kajian yang diteliti adalah video blog. Menurut Mills, teks adalah suatu hasil negosiasi antara penulis, dalam penelitian ini yaitu vlogger dan penonton.Oleh karena itu, penonton tidak semata sebagai pihak yang menerima pesan dalam video blog, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan menempatkan dirinya di dalamvideo blog tersebut.

Tabel 5.1.

Model Analisis Sara Mills

TINGKAT YANG INGIN DILIHAT

(2)

Objek pencerita (subjek) dan siapa yang menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri,ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh orang atau kelompok lain

Posisi Penulis (vlogger)-Penonton

Bagaimana posisi penonton ditampilkan dalam teks yang dalam penelitian ini adalah video. Bagaimana penonton memposisikan dirinya dalam video yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah penonton mengidentifikasi dirinya.

Sumber: Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. hlm 211

Sesuai dengan metode analisis wacana yang dikembangkan Sara Mills (yang juga disebut sebagai metode analisis wacana perspektif feminis), analisis mengenai representasi perempuan dalamvideo blog Bayu Skak episode Arek Lanang dan Arek wedok ini akan dilakukan dengan melihat pada aspek Posisi Subjek-Objek serta Posisi Pemirsa. Namun sebelum analisis terhadap representasi perempuan melalui kedua aspek tersebut dilakukan, terlebih dahulu penulis akan menganalisis bagaimana Posisi vlogger terepresentasikan dalam video blogepisode Arek Lanang dan Arek wedok dan beberapa video blog lain yang dibuat oleh vloggeryang juga mengangkat tema bahasan video mengenai perempuan. Analisis terhadap posisi vlogger ini bertujuan agar diketahui keberpihakan vlogger sebagai penulis terhadap satu posisi tertentu, dalam hal ini apakah vlogger tersebut memihak terhadap kepentingan perempuan atau sebaliknya, karena apa pun representasi perempuan yang muncul dalam video ini salah satunya juga sangat dipengaruhi oleh posisi vlogger itu sendiri.

(3)

Video Blog atau vlog merupakan salah satu produk dari media sosial yang berupa blog dan kontennya berisi unggahan video yang dibuat oleh seorang vlogger. Dalam hal ini, vlogger merupakan subjek yang mengkonstruksikan realitas, beserta dengan pandangan, pemikiran dan keberpihakannya, yang kemudian dituangkannya ke dalam bentuk video dan diunggah menjadi sebuah vlog. Dengan kata lain bahwa dalam mendefinisikan dan menampilkan sebuah realitas, seorang vlogger sangat dipengaruhi oleh keberpihakannya dan cara pandangnya terhadap suatu fenomena yang diangkatnya (Wardani, 2011).

Pada penelitian ini, Bayu Skak sebagai vlogger memiliki peranan yang besar dalam pembuatan vlognya yang berjudul Arek Lanang dan Arek Wedok. Vlog tersebut bukanlah vlog satu-satunya dari Bayu Skak yang mengangkat isu atau tema mengenai perempuan. Hingga saat ini, dari 170 comedy vlog yang dibuatnya, Bayu Skak telah mengunggah kurang lebih 10 vlog dengan membahas konten yang berhubungan dengan perempuan. Setiap vlog tersebut telah ditonton lebih dari ratusan ribu viewers. (sumber akun link akun youtube bayu skak). Berikut ini adalah beberapa daftar judul vlog dari Bayu Skak yang konten videonya membahas tentang perempuan;

1. Relationship Sh#t

2. No Arek Wedok, No Cry

3. Arek Wedok

4. Pria Idaman Wanita

5. Arek Wedok Rule The World

6. Arek Lanang & Arek Wedok

7. 10 Tipikel Cewek yang Dibenci Cowok

8. Definisi Cantik Menurut Semua Orang

9. Tindakan yang Tepat Ketika Putus Cinta

(4)

Dari kesepuluh vlog yang mengangkat isu perempuan tersebut, hampir dari keseluruhan menampilkan realitas mengenai sisi negatif dari perempuan, dan tidak sedikit yang merendahkan perempuan, baik dari segi judul vlog maupun konten dari vlog itu sendiri. Seperti pada vlog yang berjudul Arek Wedok. Vlog ini menceritakan tentang pendapat Bayu Skak mengenai beberapa fakta dari perempuan. Bayu Skak merangkumnya ke dalam lima poin utama mengenai perempuan. Dari kelima poin tersebut, keseluruh poinnya menceritakan tentang kelemahan dan sifat buruk dari perempuan. Salah satu pernyataan yang diucapkan oleh Bayu Skak sebagai kalimat pengantar dalam video Arek Wedok pada menit pertama, menunjukan bahwa dirinya tidak menaruh keberpihakannya pada kaum perempuan.

Dari kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa Bayu Skak sebagai vlogger membuat beberapa vlog tentang perempuan dengan berangkat dari salah satu sifat buruk perempuan menurut pemikirannya, yakni ‘ruwet’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ruwet memiliki makna; kusut, kalut, sulit, rumit. Jadi dari kalimat pernyataan dalam vlog yang berjudul Arek Wedok tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut Bayu Skak, perempuan adalah hal yang paling sulit dan rumit untuk dipahami. Sehingga ia merasa perlu membuat banyak vlog yang menampilkan realitas mengenai perempuan dari sudut pandangnya kepada khalayak yang menonton vlog tersebut agar penonton memahami perempuan sesuai dengan realitas yang ditampilkan di dalam vlog. Oleh karena itulah, hampir dari kesepuluh vlog yang membahas tentang perempuan, banyak menampilkan sisi negatif dan bahkan cenderung merendahkan perempuan.

Selain itu, dalam video Arek Wedok tersebut,ada salah satu pernyataan lain yang dilontarkan Bayu Skak mengenai realitas perempuan menurut pemikirannya.

(5)

Kalimat tersebut diucapkan oleh Bayu Skak sebagai pengantar pada scene yang menceritakan sebuah ilustrasi dimana saat perempuan dan laki-laki mengingkari janji untuk bertemu satu sama lain. Dalam scene itu diceritakan bahwa pada saat tokoh perempuan yang memberikan alasan mengapa ia tidak bisa menepati janjinya untuk bertemu, sang tokoh laki-laki bisa bersikap baik, lembut dan mampu berespon positif terhadap tokoh perempuan. Namun, sebaliknya, saat tokoh laki-laki yang mencoba untuk memberikan penjelasan mengapa ia tidak bisa menepatinya janjinya, sang tokoh perempuan justru memberikan respon negatif.

Pada cuplikan scene dalam vlog Arek Wedok tersebut, Bayu Skak sebagai vlogger menempatkan perempuan pada posisi superior namun bercitra negatif. Sedangkan, Bayu Skak menempatkan laki-laki pada posisi kaum inferior yang bercitra positif. Hal itu sangat nampak pada kalimat pernyataan yang diucapkan Bayu Skak sebagai narator pada vlog dan semakin diperjelas dengan ilustrasi kisah yang ditampilkan. Berbeda dengan fenomena dalam masyarakat patriarki pada umumnya, dimana marjinalisasi perempuan terjadi, yakni kondisi yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak lebih penting ataupun unggul dibandingkan perempuan dan kekuasaan ada di tangan laki-laki (Hollows, 2010:8). Namun, justru dengan menempatkan perempuan pada posisi superioritasnya,vlogger ingin menyampaikan kepada khalayak sebagai penonton, melalui realitas perempuan yangditampilkandi dalam video, bahwa perempuan adalah pihak yang memiliki banyak sisi negatif jika dibandingkan dengan laki-laki.

Hal serupa juga dapat ditemukan pada salah satu vlog lain yang dibuat oleh Bayu Skak dengan judul No Arek Wedok No Cry. Vlog ini menceritakan tentang sifat-sifat dari perempuan yang merugikan atau menyusahkan kaum

(6)

laki. Pada akhir video, Bayu Skak merangkum inti dari cerita yang ada dalam vlog tersebut adalah bagaimanapun kondisinya akan lebih baik jika tanpa perempuan sebagai kekasih.

Pada kalimat tersebut, Bayu Skak mengungkapkan 9 sifat atau karakter dari perempuan, antara lain; kemenyek, kemayu, seneng macak, wedi ireng, racun, metuek, seneng ngatur, nyocot, dan megelno. Beberapa kata tersebut biasa digunakan oleh masyarakat Jawa Timur atau yang biasa dikenal dengan sebutan bahasa Jawa Timuran.Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa Bayu Skak merupakan vlogger yang berasal dari kota Malang, Jawa Timur. Sehingga, banyak dari video blog yang dibuatnya dengan menggunakan bahasa jawa timuran malang dan itu menjadi ciri khas dari vlog buatan Bayu Skak.Jika diartikan satu persatu, maka definisi dari kesembilan karakter tersebut adalah;

1. Kemenyek adalah salah satu kata yang berasal dari bahasa jawa timuran. Jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemenyek biasa digunakan untuk menunjukan seseorang yang berlaga tau atau berlaga pintar.

2. Kemayu adalah salah satu kata yang berasal dari bahasa jawa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemayu merupakan kata sifat yang berarti centil atau genit.

3. Seneng macak. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, seneng macak berarti suka bersolek atau suka menggunakan kosmetik untuk mempercantik diri. Benton (1986) dalam Pramuningtyas, mengatakan bahwa kosmetika merupakan bahan tambahan terutama untuk meningkatkan daya tarik bagi orang yang memakainya. Jadi kosmetika merupakan alat perlengkapan tertentu untuk menjadikan seseorang terlihat bertambah cantik dan manis. Pengguna kosmetika kecenderungan Bayu Skak (Narator) : “Oke rek, dadi penjelasane arek wedok iku;

(7)

memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah sehingga ia merasa perlu untuk menggunakan kosmetik sebagai cara dalam mempercantik dirinya. (Pramuningtyas: 2007)

4. Wedi ireng. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, wedi ireng berarti takut hitam. Dalam hal ini berarti salah satu sifat atau karakter dari perempuan yang dimaksudkan oleh Bayu Skak, yakni memiliki rasa ketakutan apabila kulitnya berwarna hitam. Seperti yang dikatakan oleh Jojor dalam penelitiannya, bahwa realitas sosial yang terbangun dalam masyarakat Indonesia menunjukan bahwa perempuan cantik harus memiliki ciri-ciri ideal, salah satunyaberkulit putih dan mulus. Sehingga, Bayu Skak menyebutkan perempuan yang ingin dianggap cantik memiliki rasa takut apabila kulitnya menjadi hitam.

5. Racun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, racun berarti suatu zat yang dapat menyebabkan penyakit maupun kematian.

6. Metuek adalah kata yang berasal dari bahasa jawa timuran dan memiliki arti berlaga lebih tua. Dalam budaya jawa, orang dengan usia yang lebih tua haruslah dihormati. Jadi, kata metuek ditujukan untuk orang yang berlaga lebih tua untuk bisa dihormati oleh orang lain.

7. Seneng ngatur atau suka mengatur memiliki arti gemar membuat sesuatu menjadi lebih baik menurut apa yang dianggapnya baik.

8. Nyocot adalah kata yang berasal dari bahasa jawa timuran yang memiliki arti banyak bicara. Biasanya kata tersebut digunakan untuk mengungkapkan sebuah makian.

9. Megelno juga merupakan kosa kata yang berasal dari bahasa jawa timuran yang berarti menyebalkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebalkan memiliki makna sebuah tindakan yang menimbulkan rasa kesal di dalam hati.

(8)

sudah tampak jelas bahwa Bayu Skak sebagai vlogger tidak menaruh keberpihakannya kepada perempuan.

Salah satu faktor yang menyebabkan kecenderungan Bayu Skak untuk menampilkan lebih banyak sisi negatif dari perempuan adalah latar belakang hubungan asmara yang pernah dialaminya. Pada sebuah artikel dari internet, dituliskan bahwa kisah asmara Bayu Skak kandas dikarenakan perempuan yang menjadi kekasihnya diduga melakukan pereselingkuhan ataupun kecurangan dalam menjalani suatu hubungan. Bayu Skakpun sempat menuliskan pada akun instagramnya dan mengatakan ‘beruntung punya teman hacker, jadi bisa tahu’. Menurut artikel tersebut, setelah menuliskan caption seperti itu, Bayu Skakpun menghapus semua videonya bersama sang kekasih yang dulu sempat diunggahnya ke Youtube dan kemudian iapun meng-unfollow akun Instagram gadis tersebut. Selain itu, pada salah satu video blog yang di unggahnya, Bayu Skak memberikan komentar yang negatif mengenai salah satu kisah percintaannya yang lain, yang juga tidak berakhir bahagia.

Gambar 1.

Sumber : Komentar dalam vlog Bayu Skak

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, maka pernyataan dalam komentar tersebut bisa dipahami seperti ini ‘Meskipun videonya bagus, tapi masih ada sampah di video ini, tepatnya ketika adegan vlog di kamarku. Segera dan sebisa

mungkin, minggu depan sudah aku buang sampah itu’. Setelah melihat beberapa

(9)

dipahami bahwa Bayu Skak menyimpan rasa kebencian kepada mantannya tersebut. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kisah asmara Bayu Skak yang sudah pernah dialaminya tidak berakhir bahagia dan justru menimbulkan luka bagi dirinya. Saat inipun Bayu Skak belum memiliki kekasih. Sehingga, dapat dipahami bahwa latar belakang dan pengalaman dalam menjalani hubungan asmara dengan perempuan yang berakhir buruk, menjadi salah satu faktor dari cara Bayu Skak menampilkan perempuan dalam vlog-vlog yang dibuatnya.

Gambar 2.

Sumber : Komentar dalam vlog Bayu Skak

Gambar 4.

Sumber : Komentar dalam vlog Bayu Skak

Gambar 3. Sumber : vlog Bayu Skak

Hal serupa juga ditemukan dalam video blog yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini dengan judul Arek Lanang dan Arek Wedok.

(10)

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, maka kalimat tersebut menjadi “Rek, tapi selalu ada kekurangan dan kelebihannya. Iya, benar itu, seperti halnya saat ini, laki-laki lebih banyak kelebihannya jika dibandingkan dengan perempuan”. Bayu Skak mengawali pernyataannya dengan kalimat yang mengandung kesetaraan, bahwa dimana ada kekurangan pasti selalu ada kelebihannya pula. Namun kemudian, Ia menutup pernyataannya dengan kalimat yang mengandung makna ketidaksetaraan gender. Dengan jelas ia mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan perempuan. Setelah itu, vlog tersebut dilanjutkan dengan menampilkan beberapascene berisi ilustrasi yang menceritakan tentang kebiasaan perempuan yang kemudian dibandingkan dengan kebiasaan laki-laki. Kembali lagi, Bayu Skak menyajikan realitas dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok dengan menggunakan sudut pandang dari kacamata pemikirannya yang tidak berpihak terhadap kaum perempuan. Bagian ini akan dibahas lebih lanjut pada poin pembahasan selanjutnya mengenai representasi perempuan dalam video blog Bayu Skak yang berjudul Arek Lanang dan Arek Wedok.

5.2 Representasi Perempuan dalam Video Blog Bayu Skak Arek Lanang dan Arek Wedok

(11)

dengan arahan yang diucapkan oleh sang narator cerita. Sehingga, dalam hal ini, posisi perempuan ditempatkan sebagai objek untuk mengkonstruksi suatu fenomena yang sesuai dengan apa yang diceritakan oleh narator cerita.

Aktor narator cerita dan tokoh laki-laki dalam vlog ini diperankan oleh Bayu Skak sendiri. Sedangkan tokoh perempuannya diperankan oleh seorang laki-laki yang mengenakan rambut palsu sepanjang bahu dan dress berwarna cream, dengan corak batik tanpa lengan. Seorang laki-laki yang berperan sebagai tokoh perempuan ini memiliki postur tubuh yang langsing dan memiliki warna kulit kuning langsat. Penampilan yang seperti ini, cukup merepresentasikan tokoh perempuan meskipun diperankan oleh seorang laki-laki.

Dalam vlog ini, posisi narator sebagai subjek bukanlah pihak yang netral, karena apapun yang ia sampaikan dipengaruhi oleh ideologi yang diusung oleh sang vlogger. Seperti yang telah dibahas dalam poin sebelumnya, pada analisis posisi vlogger, dapat dilihat bahwa vlogger memiliki kecenderungan yang cukup tinggi untuk tidak berpihak kepada kaum perempuan. Posisi naratorpun dalam video ini diperankan oleh vlogger itu sendiri, yakni Bayu Skak. Oleh karena itu, representasi yang perempuan yang terbentuk dalam video inipun akan sangat bergantung pada peran narator dalam mendefinisikan peristiwa mengenai perbandingan sikap diantara laki-laki dan perempuan.

Seperti yang telah terlampir pada bab sebelumnya, penulis telah membreakdown vlog ini berdasarkan visual dan audionya ke dalam beberapa scene. Dari hasil analisis wacana kritis yang telah dilakukan, representasi perempuan dalam video blog Bayu Skak yang berjudul Arek Lanang dan Arek Wedok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

(12)

masyarakat patriarki, irasional sangat melekat pada diri perempuan. Pemahaman itu menciptakan subordinasi terhadap perempuan di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Pemahaman tersebut memunculkan suatu anggapan bahwa perempuan tidak bisa bersifat rasional. Mereka dipandang selalu mengedepankan emosional dan lebih banyak berbicara atas dasar perasaan daripada akal sehatnya.

Seperti halnya yang nampak dalam video blog ini. Secara keseluruhan vlogger menampilkan 5 scene yang membahas mengenai perempuan. Scene seputar perempuan yang pertama membahas tentang salah satu sifat buruk dari perempuan, yaitu cara pandang perempuan mengenai kaum laki-laki, bahwa tidak ada satupun kaum laki-laki yang baik dimata perempuan, yang bisa mengerti dan memberikan kasih sayang kepada perempuan. Secara visual, tokoh perempuan dalam scene ini ditampilkan sedang beradegan sedih, menangis, bahkan hingga berteriak marah atas kebenaran yang dipahaminya mengenai kaum laki-laki. Sedangkan secara verbal, ia bersikeras mengatakan bahwa memang tidak ada satupun laki-laki di dunia yang sesuai dengan kriteria lelaki baik yang diharapkannya. Bahkan, ia mengatakan bahwa semua kaum laki-laki itu brengsek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata brengsek sendiri memiliki makna sebuah umpatan atau makian kasar yang biasanya dilontarkan kepada orang yang berkelakuan buruk.

Gambar 1.

(13)

Gambar 2. Gambar 3.

Sumber: Penyajian data tabel 4.1.2 Sumber : Penyajian data tabel 4.1.3 Dari scene tersebut sangat nampak ditampilkan seorang tokoh perempuan yang sangat mengedepankan perasaannya dalam berkata-kata tanpa mempertimbangkan akal sehatnya. Jika dipikir dengan akal sehat, maka tentu saja tidak semua laki-laki yang ada di dunia ini berkelakuan buruk. Tentu banyak juga laki-laki yang bisa memahami bahkan memberikan kasih sayang kepada perempuan dan melindunginya. Dalam scene itupun ditampilkan seorang tokoh laki-laki yang berusaha dengan sabar beberapa kali meyakinkan si tokoh perempuan bahwa dirinya adalah lelaki yang baik. Namun, tokoh perempuan itu tetap tidak menghiraukannya dan justru semakin meluapkan emosinya. Dari situlah sangat nampak jelas bahwa tokoh perempuan yang ditampilkan dalam scene tersebut sulit berpikir secara rasional dan lebih mengedepankan perasaannya dalam bertindak.

(14)

Gambar 4. Gambar 5.

Sumber : Penyajian data tabel 4.6.1 Sumber : Penyajian data tabel 4.6.2 Dalam scene kedua tersebut, secara verbal, si tokoh perempuan mengatakan sebagai berikut; “Kamu enak ya, gitu aja bisa langsung keluar, bisa langsung cabut. Sementara kamu tau gak kalau cewek gimana

dia harus dandan dan itu butuh waktu yang lama. Dia harus dandan,

kamu tau gak sih? Hah, ngertiin kita dong…”.Dari kalimat tersebut dapat

(15)

Scene berikutnya menjelaskan secara singkat mengenai salah satu kelemahan perempuan dalam hal memilih lelaki. Bayu Skak sebagai narator cerita mengatakan bahwa perempuan cenderung memilih laki-laki dari segi fisik. Dikatakan bahwa perempuan lebih teratrik kepada laki-laki yang memiliki postur tubuh yang kekar atau macho. Dalam scene ini tidak begitu menonjolkan gambaran perempuan yang memiliki tingkat irasionalitas dan emosional yang tinggi. Scene ini hanya berlangsung selama….. detik dan hanya berupa narasi dari narator cerita tanpa menampilkan tokoh perempuan sebagai ilustrasi kejadian seperti pada scene-scene sebelumnya.

Scene keempat dan kelima seputar perempuan menampilkan cerita mengenai perempuan dan diet. Diet merupakan salah satu cara yang dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan berat badan seseorang (Wirakusuma dalam Putri, 2008). Diet dilakukan untuk mencapai bentuk tubuh yang lebih ideal karena rasa ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk tubuhnya. Rasa tidak puas itu muncul karena seseorang telah memiliki konsep tubuh ideal dalam pikirannya, namun dia merasa bahwa tubuhnya sendiri tidak atau belum memenuhi kriteria tubuh ideal tersebut (Cash & Szymansk dalam Grogan, 1999).

(16)

scene kelima juga ditampilkan emosi dari si tokoh perempuan yang meluap-luap saat tokoh laki-laki mengingatkan dirinya mengenai keinginan awalnya untuk berdiet.

Gambar 6.

Sumber : Penyajian data tabel 4.7.2

Gambar 7. Gambar 8.

Sumber : Penyajian data tabel 4.8.1 Sumber : Penyajian data tabel 4.8.5 Secara verbal, ambisi berdiet dan emosi tokoh perempuan itu nampak dari perkataan-perkataan yang diucapkan tokoh perempuan itu sendiri. Seperti beberapa naskah yang diucapkan oleh tokoh perempuan berikut ini;

Perempuan :

(datang dengan menggebrak pintu)

Hehh kamu, dengerin aku yaa.. aku udah mutusin buat diet. Hari ini aku bakal diet. Ga bakal makan lagi. Kamu liat aja ntar !

(kemudian pergi dan membanting pintu)

Perempuan :

Yaa mauuu siihh, tapi susah. Susah kamu tau gak sih susah?

Jadi cewek itu selalu susah, kamu itu cowok, cowok itu sukanya merintah-merintah aja. Merintah-merintah-merintah mulu, kamu gak ngerti perasaanku gimana. Huhh!

(17)

Dalam scene keempat dan kelima ini, perempuan ditampilkan sebagai sosok dengan tingkat emosional yang tidak stabil atau labil. Hal ini serupa dengan pernyataan dari beberapa responden, yang berpendapat bahwa salah satu kelemahan dari sosok perempuan yang ditampilkan dalam video tersebut adalah tingkat emosional yang labil. Seperti pernyataan dari salah satu responden berikut ini;

Empat dari kelima scene yang membahas seputar perempuan di dalam video blog tersebut menampilkan tokoh perempuan yang beradegan marah bahkan menangis. Sangat nampak jelas bahwa perempuan cenderung ditampilkan sebagai pihak yang mengedepankan perasaan dan emosinya yang meluap-luap. Melakukan tindakan atas dasar apa yang dirasakan tanpa menunjukan adanya tindakan dalam berpikir secara logis atau masuk akal. Penggambaran perempuan seperti inilah yang menyebabkan munculnya subordinasi terhadap perempuan.

b. Superioritas Perempuan dengan Citra Negatif

Berbeda dengan budaya patriarki pada umumnya, yang menempatkan kaum laki-laki pada posisi superior dan perempuan pada posisi inferior, Bayu Skak justru seolah-olah menempatkan perempuan pada posisi superior atas laki-laki. Namun, posisi superior perempuan yang digambarkan oleh Bayu Skak di dalam video tersebut, justru menjadi Responden YA (Mahasiswa)

(18)

media yang menjelaskan sisi-sisi negatif dari perempuan. Hal itu nampak dari beberapa scene berikut ini;

Scene yang pertama yakni scene dimana tokoh perempuan mengungkapkan kesedihan yang dirasakannya karena ia beranggapan bahwa tidak ada satu laki-lakipun yang baik dimatanya. Pada scene ini, karakter tokoh perempuan yang cukup menonjol adalah emosional dan keras kepala. Seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya, bahwa sebagian besar scene yang membahas mengenai perempuan menggambarkan perempuan yang memiliki tingkat emosional tinggi. Karakter emosional dan keras kepala ini sangat nampak secara verbal seperti pada penggalangan naskah dalam scene berikut ini;

Perempuan :

Aku gak pernah dapet cowok yang baik, yang bisa ngertiin aku, yang bisa nyayangin aku. Gak ada satupun. Kalian semua para cowok semua brengsek, sama aja.

Laki-laki : Aku apikan

Perempuan :

Gak ada, beneran gak ada satupun cowok itu. Laki-laki :

Aku apikan

Perempuan :

Gak ada satupuuunn! Huuhh!

Laki-laki :

Aa.. aku temenan apikan, sumpah.

Perempuan :

(19)

Pada penggalan naskah tersebut, tokoh perempuan ditampilkan sedang mengekspresikan kesedihan dan amarahnya. Hampir seluruh kalimat diucapkan dengan menggunakan nada yang tinggi. Berbanding terbalik dengan lawan bicaranya, yakni tokoh laki-laki. Tokoh laki-laki pada scene ini ditampilkan dengan karakter penakut dan terkesan sabar saat berhadapan dengan tokoh perempuan. Seluruh kalimat yang dikatakan oleh si tokoh laki-laki daalam penggalan naskah di atas, diucapkan dengan nada yang lembut karena tokoh laki-laki digambarkan seolah memiliki rasa takut kepada tokoh perempuan sehingga ia mengucapkan perkataannya dengan ragu-ragu dan nada yang pelan. Si tokoh laki-laki ini juga ditampilkan dengan sabar mau berusaha untuk meyakinkan si tokoh perempuan bahwa dirinya adalah laki-laki yang baik. Ia beberapa kali mengatakan hal itu kepada tokoh perempuan meskipun tokoh perempuan itu tetap bersikeras beranggapan bahwa tidak ada laki-laki yang baik. Dari hal tersebut sangat nampak bahwa Bayu Skak menempatkan perempuan pada posisi superior dan laki-laki pada posisi inferior.

Dengan menempati posisi superior tersebut, perempuan semakin ditampilkan dengan citra negatif. Seperti contohnya pada salah satu kalimat yang diucapkan oleh tokoh perempuan; “Aku gak pernah dapet cowok yang baik, yang bisa ngertiin aku, yang bisa nyayangin aku. Gak

ada satupun. Kalian semua para cowok semua brengsek, sama aja.”

(20)

perempuan dalam video. Kalimat tersebut termasuk dalam salah satu bentuk kekerasan secara verbal dengan mengucapkan kata makian. Dengan begitu tokoh perempuan dalam video tersebut telah melakukan stereotip atau adanya pelabelan cap negatif terhadap kaum laki-laki.

Hal yang serupa juga nampak pada scene yang menampilkan tentang tokoh perempuan yang telah mengambil keputusan untuk melakukan diet. Pada tersebut diceritakan bahwa si tokoh perempuan menghampiri tokoh laki-laki untuk memberitahukan niatnya melakukan diet dengan cara yang scene kurang sopan. Secara verbal, si tokoh perempuan mengutarakan niat dietnya kepada tokoh laki-laki dengan kalimat sebagai berikut;

Kalimat tersebut diawali dengan kata sapaan yang dilakukan oleh si tokoh perempuan kepada tokoh laki-laki tanpa menyebutkan nama yang kemudian diikuti oleh kalimat perintah. Bagi masyarakat Indonesia, pada umumnya orang akan merasa lebih dihargai apabila kata sapaan diucapkan dengan menyertakan nama orang yang bersangkutan. Apalagi jika komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi langsung atau tatap muka yang hanya melibatkan dua orang. Selain itu, kalimat tersebut diakhiri dengan kalimat “kamu lihat aja ntar” yang jika kita lihat dalam video beserta dengan intonasi pengucapannya, maka kalimat tersebut akan sangat terkesan menyiratkan kesombongan dan seolah-olah menantang lawan bicaranya untuk membuktikan apa yang telah diucapkannya.

Kemudian, secara visual ditampilkan si tokoh perempuan masuk ke dalam kamar tokoh laki-laki tanpa mengetuk pintu. Gestur yang diperagakan oleh tokoh perempuan Perempuan:

(21)

juga semakin membuatnya tampak kurang sopan dan kurang beretika. Menurut Purnama, Gesture adalah salah satu bentuk komunikasi non verbal dengan akasi atau gerakan dari tubuh yang menyampaikan pesan-pesan teretentu (Purnama, 2014:48). Si tokoh perempuan itu mengarahkan jari telunjuknya kepada si tokoh laki-laki yang hanya duduk tercengang mendengarnya, diikuti dengan nada berbicara yang tinggi. Dalam budaya Indonesia, menunjuk orang lain dengan jari telunjuk merupakan salah satu tindakan yang dianggap tidak sopan (Ratna, 2014). Apalagi jika dikikuti dengan penggunaan intonasi dan nada yang tinggi dalam pengucapannya. Setelah itu si tokoh perempuan meninggalkan si tokoh laki-laki yang tidak berkata-kata sama sekali dengan membanting pintu keras-keras.

Gambar 9.

Sumber : Penyajian data tabel 4.8.1

Scene ini diakhiri dengan adegan dimana si tokoh perempuan merasa kesal dan marah karena tokoh laki-laki mempertanyakan apa yang sudah dikatakan oleh si tokoh perempuan mengenai niatnya untuk melakukan diet. Diceritakan di dalam scene ini bahwa 15 menit berlalu setelah tokoh perempuan mengatakan niat dietnya, si tokoh laki-laki melihat tokoh perempuan tersebut sedang asyik mengunyah makanan dan memegang 2 toples makanan. Berikut ini adalah penggalan naskah dari adegan tersebut;

Laki-laki :

Looo, katanya diet?

Perempuan :

(22)

Jika kita lihat, pada awal scene ditampilkan bahwa tokoh perempuan itu sendirilah yang mengambil keputusan untuk melakukan diet tanpa adanya perintah dari si tokoh laki-laki. Bahkan si tokoh laki-laki ditampilkan hanya duduk diam dan tidak mengeluarkan suara sama sekali. Kemudian dalam penggalan naskah tersebut, sangat nampak bahwa tokoh perempuan digambarkan sedang menyalahkan tokoh laki-laki karena merasa bahwa tokoh laki-laki tersebut terlalu menuntut dirinya. Kembali lagi ditampilkan dalam scene ini bahwa si tokoh perempuan melakukan stereotip atau pelabelan negatif terhadap kaum laki-laki dengan mengatakan “kamu itu cowok, cowok itu sukanya merintah-merintah aja. Merintah-merintah mulu.” Padahal, ditampilkan dalam video bahwa si tokoh laki-laki hanya bertanya dengan mengucapkan 3 kata saja, yakni “Looo, katanya diet? tanpa adanya kalimat yang menunjukan suatu perintah. Scene inipun diakhiri dengan adegan si tokoh perempuan yang pergi meninggalkan tokoh laki-laki tersebut tanpa adanya gambaran adegan mengenai pembelaan yang diberikan oleh tokoh laki-laki. Padahal sangat jelas bahwa tokoh laki-laki dalam scene tersebut tidak bersalah dan sama sekali tidak seperti yang dituduhkan oleh si tokoh perempuan.

(23)

c. Inkonsistensi Perempuan

Representasi perempuan yang inkonsisten sangat nampak jelas pada scene yang menampilkan kisah tokoh perempuan dan tekad dietnya. Selain merepresentasikan superioritas perempuan dengan citra yang negatif, scene tersebut juga merepresentasikan sifat perempuan yang sangat inkonsisten. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inkonsisten memiliki arti suka berubah-ubah, bertentangan, dan tidak sesuai. Inkonsisten sendiri merupakan lawan kata dari konsisten. Jika konsiten dipahami sebagai ketetapan hati akan prinsip yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri apa yang telah ia ucapkan, makan inkonsisten berarti suatu tindakan yang tidak sesuai dengan ketetapan hati dan apa yang telah diucapkannya.

Representasi perempuan dengan sikap inkonsisten ini sangat nampak pada scene yang menampilkan perempuan dengan obsesi satau tekad dietnya. Scene mengenai tekad diet dari perempuan ini dibagi dalam dua scene. Kedua scene ini ditampilkan dengan mengisahkan kejadian yang hampir sama, namun perbedaannya pada scene yang pertama tidak melibatkan tokoh laki dan scene yang kedua melibatkan tokoh laki-laki

Scene pertama yang menampilkan perempuan dengan tekad dietnya diawali dengan kalimat pengantar dari Bayu Skak sebagai narator yang menjelaskan mengenai salah satu sifat dari perempuan yang juga ingin ditampilkan oleh Bayu Skak sebagi vlogger, yakni sifat inkonsisten.

Narator (Bayu Skak) :

(24)

Kalimat terakhir pada pernyataan di atas menunjukan bahwa narator ingin mengatakan bahwa salah satu sifat buruk dari perempuan adalah tidak konsisten bahkan pada keputusan yang menjadi obsesinya. Hal itu dijelaskan lebih dalam lagi melalui scene yang ditampilkan. Dalam scene tersebut diceritakan mengenai tokoh perempuan yang sangat menggebu-gebu dan bersemangat untuk melakukan diet. Sebagai ungkapan semangatnya, iapun menuliskan niatan besarnya dalam melakukan diet pada akun twitternya dengan disertai hastag #letsgodiet. Kemudian secara visual ditampilkan tulisan yang menyatakan keterangan

waktu ’15 ment kemudian’. Setelah itu, munculah tokoh perempuan yang

membawa satu toples makanan dan iapun berkata bahwa dirinya merasa kelaparan dan hendak menghabiskan seluruh makanan yang tersimpan di kulkas. Hal itupun ia tuliskan di aku twitternya dengan disertai #dietudahterlalumainstream.

Dari scene tersebut dapat dilihat bahwa dalam waktu 15 menit saja, tokoh perempuan dalam video bisa merubah keputusan dan niat yang diambilnya. Jika dipikir kembali, waktu 15 menit bukanlah waktu yang lama bahkan bisa dikatakan relatif sangat singkat dalam melakukan proses diet. Bahkan tanpa niatan dietpun, pada umumnya orang masih bisa menahan untuk tidak makan lebih dari 15 menit. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa dengan gamabaran obsesi diet yang begitu menggebu-gebu dari tokoh perempuan yang kemudian dibatalkannya hanya dalam waktu 15 menit, sangat menunjukan tingkat inkonsistensi yang tinggi dari tokoh perempuan yang ditampilkan dalam video tersebut.

(25)

perempuan menyampaikan niat dietnya kepada tokoh laki-laki. Dengan menggebrak pintu keras-keras, berbicara dengan intonasi yang tinggi, menunjuk tokoh laki-laki dengan jari telunjuk, dan juga ekspresi muka yang menunjukan keseriusan seperti yang sudah dibahas pada poin sebelumnya. Kemudian, secara verbalpun sangat menunjukan bahwa si tokoh perempuan begitu bersemangat akan melakukan komitmen dietnya. Jika dilihat secara visual dan verbal, tokoh perempuan tersebut ditampilkan sangat memiliki semangat yang tinggi dan keputusan yang diambilnyapun nampak sudah sangat bulat. Namun, sama dengan scene sebelumnya, semangat itu hanya bertahan selama 15 menit. Setelah 15 menit berlalu, ditampilkan tokoh perempuan sedang memegang beberapa toples makanan dan nampak sedang asyik mengunyahnya. Bahkan saat tokoh laki-laki melihat hal tersebut dan berusaha untuk mengingatkannya, si tokoh perempuan justru tidak mau mendengarkannya dan malah menyalahkan si tokoh laki-laki tersebut. Dari scene itulah sangat nampak tokoh perempuan ditampilkan dengan sifat inkonsistensi yang tinggi.

5.3 Analisis Posisi Penonton

Sesuai dengan model analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Sara Mills, aspek lain yang juga penting untuk dianalisa adalah mengenai posisi penonton. Analisis ini dilakukan untuk melihat khalayak seperti apa yang diimajinasikan oleh sang penulis. Sara Mills berpendapat bahwa penempatan posisi penonton berhubungan dengan bagaimana penyebutan/penyapaan kepada penonton yang dilakukan di dalam video blog. Sara Mills juga menjelaskan bahwa penyapaan ini dilakukan secara tidak langsung (indirect address), yaitu melalui ‘mediasi’ dan ‘kode budaya’.

(26)

sudah diposisikan secara hierarkis, dimana posisi kebenaran ditempatkan pada pihak yang menjadi pemain utama dalam penceritaan. Kepada posisi inilah penonton biasanya akan mengidentifikasikan dirinya. Seperti yang nampak pada pernyataan dari keenam responden di bawah ini saat peneliti memberikan pertanyaan tentang pada posisi siapakah responden mengidentifikasikan dirinya pada saat menonton video tersebut

Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa empat dari enam responden yang telah menonton video blog dari Bayu Skak yang

Responden EM : Kalau saya sebagai narator, jadi bayu skak yaa.

Responden YC : Narator. Ya ada benernya juga sih yang dibilang sama Bayu Skak tadi.

Responden YA : Sebagai Bayu Skak sebagai narator aja. Yaa terkadang juga saya sering melakukan istilahnya, seperti yang Bayu Skak lakukan.

Terkadang kalau ga ada hal yang dibahas ya ngbahas cewek dan membeda-bedakan dan cewek itu seperti ini seperti ini, cowok itu seperti ini seperti ini. Istilahnya perbandingan-perbandingan antara arek lanang dan arek wedok itu sendiri.

Pertanyaan :

Saat menonton video tersebut, pada posisi siapakah Anda mengidentifikasikan diri? Bayu Skak sebagai narator? Tokoh perempuan? Atau Tokoh Laki-laki?

Responden BF: Kalau aku ngerasanya lebih ke naratornya sih.

Responden GY : Tokoh laki-laki mbak. Yang diwakili Bayu Skak kayaknya.

(27)

berjudul Arek Lanang dan Arek wedok tersebut, telah memposisikan dirinya sebagai narator yakni Bayu Skak, yang dalam video tersebut merupakan pemain utama dalam penceritaan, sekaligus sebagai pihak pembawa kebenaran dalam video tersebut. Dua responden lainnyapun memposisikan dirinya sebagai tokoh laki dan tidak ada responden yang menempatkan dirinya sebagai tokoh perempuan bahkan ketiga responden perempuan sekalipun. Sehingga secara hierarkis dapat dilihat bahwa posisi pemegang kebenaran jika dilihat dari sudut pandang penonton, dipegang oleh Bayu Skak dengan posisi narator cerita.

Dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok posisi kebenaran secara jelas tidak ditempatkan pada pihak perempuan. Penempatan kebenaran ini dapat dilihat melalui posisi vlogger yang sekaligus berperan sebagai narator di dalam video. Dengan materi dan konsep penceritaan yang lebih banyak menonjolkan sisi negatif pada perempuan, maka tanpa sadar penonton dituntun untuk memposisikan dirinya pada pihak ‘narator cerita’ dalam video tersebut.

(28)

Anis Matta menjelaskan, secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi karakter seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah semua unsur kepribadian yang secara kontinyu mempengaruhi perilaku manusia, yang meliputi instink biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran. Sedang faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal ini adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan pendidikan. Maka, akan tidak mungkin bahwa semua perempuan memiliki sifat atau karakter yang sama, karena setiap perempuan memiliki faktor eksternal dan internal yang berbeda-beda. (Anis : 2001).

Penempatan posisi penonton dalam sebuah program tidak hanya dapat dilihat melalui aspek mediasi maupun kode budaya yang ada dalam program saja. Dalam model Sara Mills, posisi penonton juga dapat dilihat dari pendekatan gender. Pada pendekatan ini dianggap bahwa perbedaan persepsi antara laki-laki dan perempuan dalam memandang suatu teks akan membuat mereka berbeda juga dalam menempatkan posisinya dalam suatu teks. Yang dimaksud teks dalam penelitian ini adalah kebenaran-kebenaran yang ditampilkan di dalam video.

(29)

informasi, sedangkan ditujukan kepada penonton perempuan tidak hanya untuk menghibur maupun sebagai media informasi namun juga untuk menjadi bahan evaluasi diri dan merupakan salah satu bentuk dari kritik sosial.

Kedua, posisi penonton ini juga ditentukan oleh bagaimana teks ditafsirkan oleh penonton, dalam arti bagaimana penonton perempuan dan laki-laki menempatkan dirinya dalam teks. Menurut Sara Mills, belum tentu penonton perempuan akan menempatkan dirinya sebagai tokoh perempuan dalam teks tersebut, demikian pula dengan penonton laki-laki. Mereka bisa saja menempatkan diri mereka pada posisi sebaliknya.

Dalam video blog Arek Lanang dan Arek Wedok sendiri, baik penonton laki-laki maupun penonton perempuan umumnya memposisikan diri mereka pada pihak ‘narator cerita’. Hal itu nampak dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh keenam responden seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

(30)

masyarakat luas sama persis dengan sudut pandang dan cara berfikir dari Bayu Skak dalam menanggapi suatu isu yang diangkatnya. Besar kemungkinannya khalayak sebagai penonton akan menerima pesan tersebut secara mentah-mentah tanpa disertai dengan tindakan berpikir kritis. Secara tidak sadar, khalayak sebagai akan membenarkan seluruh nilai yang terkandung didalam pesan pada video tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar

Tabel 5.1.
   Sumber : Gambar 1. Penyajian data tabel 4.1.1
Gambar 2.  Sumber: Penyajian data tabel 4.1.2     Gambar 3. Sumber : Penyajian data tabel 4.1.3
Gambar 6. Sumber : Penyajian data tabel 4.7.2

Referensi

Dokumen terkait

xvi Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat pengaruh substitusi kulit biji kakao

Pada hasil penelitian dapat diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengetahuan ibu hamil terhadap faktor yang mempengaruhi kuantitas

antara ketergantungan game komputer dengan motivasi bela jar pada remaja awal. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki SL TP Dapena

Melalui hubungan strategik yang terbina dalam Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), inisiatif untuk pengembangan pelancongan melayu atau wisata melayu juga tidak

Results suggest that proposed model has met criteria of goodness-of-fit model and indicated that Identification and Compliant are the motivation factors of desire

[r]

Berkaitan dengan penjatuhan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana nar- kotika bahwa dalam Undang-undang No- mor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak mengatur secara

The aims of this study are to examine the effect of work stressor on employee cyberloafing, to examine the influence of the commitment to supervisor on