• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA DUKUNG ALAM SERTA DAMPAK INDUSTRI D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DAYA DUKUNG ALAM SERTA DAMPAK INDUSTRI D"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 DAYA DUKUNG ALAM SERTA DAMPAK INDUSTRI DAN

TEKNOLOGI

“KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP”

Oleh :

FADIL O 121 14 029

PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO

(2)

2 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis berupa kesehatan rohani dan jasmani sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “DAYA DUKUNG ALAM SERTA DAMPAK INDUSTRI DAN TEKNOLOGI“ diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,

oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Palu, 30 September 2015

Penulis

(3)

3 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI……….iii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………4

1.2. Rumusan Masalah………...5

1.3. Tujuan Pembahasan……….5

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lingkungan Hidup………...6

2.2. Pengertian Polusi……….….6

2.3. Kualitas Lingkungan………....7

2.3.1. Relatif Tetap (Stabil)………...7

2.3.2. Makin Buruk Atau Menurun………...7

2.3.3. Makin Baik………....8

2.4. Daya Dukung Lingkungan Hidup………...8

2.5. Konsep Umum Untuk Memahami Masalah Lingkungan dan Pencemaran Oleh Industri………...10

III. PEMBAHASAN 3.1. Pengelolaan Dampak Industri dan Teknologi Terhadap Degradasi Lingkungan Hidup………...13

3.2. Cara Menyikapi Masalah Degradasi Lingkungan Akibat Dampak Industri dan Teknologi………...14 IV. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

(4)

4 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan tingkat peradaban manusia yang semakin berkembang membuat kita senantiasa berurusan dengan lingkungan yang semakin sulit dihindari. Perkembangan lingkungan yang semakin tercemar memungkinkan

terjadinya suatu krisis terhadap lingkungan sosial. Krisis terhadap lingkungan hidup merupakan suatu tantangan yang sangat besar. Tantangan ini didapati

berlaku terutama di negara-negara yang sedang membangun karena adanya berbagai aktivitas pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat manusia yang sering pula membawa dampak terhadap perubahan lingkungan. Dalam hal usaha untuk meningkatkan kualitas hidup telah dimulai sejak peradaban manusia ribuan tahun yang silam, yaitu dalam usaha mendapatkan kesenangan hidup yang akan dinikmati diri sendiri maupun untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang. Peningkatan kualitas ini tentunya telah terasa sejak adanya revolusi yang ada di Eropa dengan ditandai dengan adanya revolusi industri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tumbuhnya industri yang begitu pesat pada saat itu tentunya dirasakan pengaruhnya baik itu yang menyangkut dampak positif maupun dampak negatifnya. Dampak positifnya tentunya terjadinya peningkatan mutu dan kualitas hidup yang lebih komplek dengan ditandai dengan adanya kesenangan dan impian manusia yang menjadi lebih mudah untuk diwujudkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Akan tetapi dampak negatif dari adanya revolusi industri ini tentunya harus lebih diwaspadai untuk tidak terjadi suatu kerusakan dalam tatanan lingkungan yang ada baik itu lingkungan hidup maupun lingkungan sosial. Dalam

perkembangannya, tatanan lingkungan hidup maupun lingkungan sosial hendaknya senantiasa diperhatikan agar tidak mendatangkan berbagai jenis bencana.

(5)

5 manusia harus dijaga agar senantiasa dapat memberikan dukungan yang maksimum kepada kehidupan manusia.

Daya dukung alam dapat berkurang sejalan dengan perkembangan waktu. Daya dukung alam dapat berupa kekayaan alam yang terdapat didalam bumi (permukaan bumi dan perut bumi). Daya dukung alam ini tentunya sangat berdampak terhadap kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, keberadaan

lingkungan alam harus perlu dijaga dalam suatu eksistensinya terhadap daya dukung alam agar tidak rusak. Secara garis besar, ada beberapa faktor yang

menyebabkan kerusakan daya dukung alam, diantaranya adalah kerusakan dalam (internal) dan kerusakan luar (eksternal). Kerusakan dalam adalah kerusakan yang disebabkan oleh alam itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, yaitu:

1. Bagaimana cara pengelolaan dampak industri dan teknologi terhadap degradasi lingkungan hidup?

2. Bagaimana cara menyikapi masalah degradasi lingkungan akibat dampak industri dan teknologi?

1.3. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari valuasi dampak lingkungan oleh kemajuan industri dan teknologi ini, yaitu:

1. Memberikan solusi tentang cara pengelolaan yang tepat dari dampak industri dan teknologi terhadap degradasi lingkungan hidup.

(6)

6 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupannya dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Soerjani, dalam Sudjana dan Burhan, 1996). Elemen-elemen yang membentuk lingkungan hidup meliputi

makluk hidup (manusia, tumbuhan, binatang dan mikroorganisme), batuan, air, atmosfer, daratan dan fenomena alam yang terjadi di wilayah tersebut.

Masalah lingkungan hidup yang terjadi sebagai dampak dari aktivitas manusia yang meliputi masalah perusakan lingkungan hidup akibat pembangunan gedung, penebangan hutan, kepunahan spesies flora dan fauna karena kerusakan habitat dan perburuan, polusi air dan udara akibat limbah industri, penghancuran terumbu karang, pembuangan sampah tanpa pengelolaan, penipisan lapisan ozon, polusi udara di kota, dan pemanasan global.

2.2. Pengertian Polusi

Polusi menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/1988 adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air/udara dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Dalam perjalanannya istilah polusi meluas menjadi kontaminasi yang menyebabkan gangguan atau kerusakan pada manusia dan makhluk hidup atau pada suatu lingkungan hidup.

Polutan atau benda/zat yang mengakibatkan polusi bisa berupa zat kimiawi

(7)

7 2.3. Kualitas Lingkungan

Soerjani (1996) mengemukakan bahwa kualitas lingkungan yaitu derajat kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia di tempat dan waktu tertentu. Melihat definisi di atas kita tidak bisa beranggapan bahwa apa yang asli dan alamiah selalu mempunyai kualitas lingkungan yang tinggi. Tindakan yang bijaksana dalam waktu, tempat, dan skala bahkan sering

diperlukan untuk menaikkan kualitas lingkungan daerah yang asli dan alamiah. Perkembangan kualitas lingkungan hidup dapat terjadi tanpa campur tangan

manusia, artinya secara alamiah atau tanpa intervensi manusia, kualitas lingkungan juga dapat berubah. Terjadinya peristiwa alam, seperti longsor dan banjir akan menyebabkan perubahan kualitas lingkungan. Apakah perubahan ini dapat pulih atau tidak tergantung pada daya lenting lingkungan. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan itu untuk memulihkan diri secara alamiah. Misalnya, pencemaran ringan suatu perairan oleh bahan organik dengan jumlah terbatas. Pencemaran ini tidak akan menimbulkan masalah karena perairan itu mampu memulihkan kualitasnya secara alamiah. Sebagai akibat peristiwa alam, ada tiga kemungkinan perkembangan kondisi kualitas lingkungan hidup, yaitu:

2.3.1. Relatif Tetap (Stabil)

Kualitas lingkungan relatif tetap, jika daya lenting lingkungan relatif sama dengan tingkat kerusakan. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan hanya mampu memulihkan kerusakan yang diakibatkan gangguan alam, sehingga kondisi lingkungan kembali seperti semula. Contoh kebakaran hutan yang luasnya terbatas atau gempa bumi berskala kurang dari 4.0 skala richter.

2.3.2. Makin Buruk Atau Menurun

Kualitas lingkungan makin buruk apabila daya lenting lingkungan lebih kecil

(8)

8 2.3.3. Makin Baik

Kualitas lingkungan makin baik jika daya lenting lingkungan lebih besar dari tingkat kerusakan. Di sini lingkungan tidak hanya mampu memulihkan, tapi lebih dari itu mampu menjadikan kondisi lingkungan lebih baik. Contoh banjir di daerah rendahan sepanjang sungai yang tidak ada penduduknya.

Dengan adanya kegiatan pembangunan tingkat kerusakan lingkungan

hidup bergantung pada upaya pengendalian yang dilakukan oleh pelaku pembangunan, yaitu:

1. Kualitas lingkungan buruk atau menurun

Hal ini terjadi karena sejak awal pembangunan sampai kegiatan berjalan, upaya pengendalian dampak lingkungan tidak direncanakan/dilakukan oleh pemrakarsa. Jadi selama kegiatan berjalan kualitas lingkungan akan menurun.

2. Kualitas lingkungan mula-mula buruk kemudian menjadi baik

Kondisi ini terjadi karena sejak awal sampai tahap operasional, pengendalian dampak lingkungan tidak dilakukan oleh pemrakarsa, namun seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat dan diterapkannya peraturan/undang-undang lingkungan hidup, pemrakarsa terpaksa mencegah perusakan lingkungan.

3. Kualias lingkungan baik

Hal ini terjadi karena dalam perencanaan kegiatan (proyek), biaya lingkungan sudah dimasukkan dalam anggaran pembangunan. Jadi sejak awal pembangunan sampai selama proyek beroperasi, dampak lingkungan ditangani dengan serius dan dilakukan secara terus-menerus.

2.4. Daya Dukung Lingkungan Hidup

Pada mulanya konsep Daya Dukung dipergunakan dalam sistem ternak satwa

liar. Pada suatu lingkungan alamiah tanpa subsidi dari luar, seperti pemupukan atau penggunaan teknologi lainnya. Sehingga daya dukung itu menurut

(9)

9 besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor persatuan luas lahan.

Pada perkembangan selanjutnya daya dukung telah diterapkan juga pada populasi manusia sehingga Mustadji dan Silalahi (1983) dalam makalah Dahlan (2011) mendefinisikan Daya Dukung sebagai kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya. Hal ini diperkuat oleh

Soemarwoto (1985) dalam makalah Dahlan (2011) yang mengartikan Daya Dukung sebagai kemampuan sebidang lahan untuk mendukung kehidupan.

Dari dua konsep tadi dapat ditarik persamaan bahwa daya dukung itu berkenaan dengan kemampuan suatu lingkungan atau sebidang lahan untuk mendukung kehidupan sesuatu jenis makhluk hidup secara umum dan lebih terukur. Daya dukung lingkungan itu tidak lain adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah populasi jenis tertentu untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut. Dalam hal ini lingkungan dapat berupa sebidang lahan, suatu wilayah geografi tertentu atau suatu ekosistim tertentu. Kelompok atau sejumlah individu tertentu dalam hal ini bisa berupa tumbuh- tumbuhan, binatang atau manusia. Secara khusus hubungannya dengan manusia Sumaatmadja (1989) mengemukakan daya dukung yaitu ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah populasi manusia untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut.

Daya dukung lingkungan tersebut tidak mutlak, melainkan berkembang sesuai dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, lingkungan yang berbeda memiliki daya dukung yang berbeda pula. Sedangkan suatu lingkungan daya dukungnya dapat berkembang sesuai dengan kondisi faktor sumber daya yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor almiah yaitu iklim, cuaca, kesuburan tanah, dan lain- lain, serta faktor sosial

budaya seperti prilaku manusia, serta ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dimilikinya.

(10)

10 ataupun menurunkan, tetapi secanggih apapun daya dukung itu pada suatu tingkat akan mencapai suatu batas maksimum. Daya dukung suatu daerah telah mendekati tingkat daya dukung maksimum ditandai dengan timbulnya gejala-gejala atau fenomena yang terdapat di daerah tersebut, baik secara fisik maupun sosial. Gejala-gejala tersebut biasanya berupa kondisi lahan yang sudah tidak memberikan hasil yang maksimal bagi sektor pertanian, terjadinya bencana alam,

dan lain-lain.

Berbagai kasus menunjukkan bahwa kualitas lingkungan masih akan

terpelihara baik apabila manusia mengelola lingkungan pada batas diantara daya dukung minimum dan daya dukung optimum, di bawah daya dukung minimum berarti bahwa sumber daya itu tidak berfungsi dengan baik, sementara keadaan yang mendekati daya dukung maksimum akan mengundang resiko (pencemaran dan sebagainya, disamping diperlukan biaya yang tinggi). Bahkan ada bahaya kalau batas itu sampai dilampaui maka akan timbul krisis lingkungan berupa ketidak seimbangan yang makin berat.

2.5. Konsep Umum Untuk Memahami Masalah Lingkungan dan Pencemaran Oleh Industri

Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. IImu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi (Soemarwoto, 1991). Dalam pengertian yang telah dikemukakan diatas, bahwa lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupannya dan kesejahteraan manusia

(11)

11 Manusia sebagai mahluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.

Di alam terdapat berbagai sumber daya alam yang merupakan komponen lingkungan dengan sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas:

1. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)

2. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources).

Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula (Suratmo, dalam Sudjanan dan Burhan, 1996). Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas: (1) fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (2) biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (3) sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.

Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.

Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, Soemarwoto (1991) mengkategorikan sifat lingkungan hidup atas dasar: (1) Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut, (2) hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut, (3) kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan (4) faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.

(12)

12 Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kenderaan atau cerobong industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan

hidupnya.

Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan

(13)

13 III. PEMBAHASAN

3.1. Pengelolaan Dampak Industri dan Teknologi Terhadap Degradasi Lingkungan Hidup

Hampir setiap rencana usaha yang berpotensi dan menggunakan industri dan teknologi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, oleh karena itu diperlukan

upaya pengelolaan sehingga dampak yang timbul dapat ditoleransi lingkungan. Untuk itu, pihak yang terkait wajib melakukan pengelolaan lingkungan pada

setiap tahap kegiatannya, sesuai dengan jenis dampak yang terjadi.

Dampak industri dan teknologi terhadap pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya :

1. Pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya

2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial

3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder

Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

Manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan

lingkungan.

(14)

14 menguraikan pilihan teknologi yang digunakan dalam upaya pengendalian dampak lingkungan. Dari ketiga aspek tersebut dikombinasikan dalam satu perencanaan pembangunan, biaya lingkungan sudah dimasukkan dalam anggaran pembangunan. Jadi sejak awal pembangunan sampai selama proyek beroperasi, dampak lingkungan ditangani dengan serius dan dilakukan secara terus-menerus, supaya kualitas lingkungan yang baik dapat terwujud.

Dalam UU RI No 23 tahun 1997 dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup, yaitu:

1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manausia dan lingkungan hidup.

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. 4. Terjaminnya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

5. Terkendalinya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap bertahan hidup (suvival). Hakekatnya manusia telah bertahan sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat

daya tarik teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.

3.2. Cara Menyikapi Masalah Degradasi Lingkungan Akibat Dampak Industri dan Teknologi

(15)

15 dalam lingkungan hidup sebagai upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi (Hastuti, 2011). Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Menurut Eka Puji Hastuti (2011), pada umumnya permasalahan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:

1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber daya alam

2. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

3. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.

4. Ikut serta dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.

5. Untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk meningkatkan resapan air sebagia air tanah, maka diperlukan pembuatan lahan dan sumur resapan.

6. Reboisasi di daerah pegunungan, dimana daerah tersebut berfungsi sebagai reservoir air, tata air, peresapan air, dan keseimbangan lingkungan.

7. Mengelolaan limbah dengan menggunakan konsep daur ulang dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu. b. Pengelolaan limbah menjadi barang yang bermanfaat serta memilki nilai ekonomis.

(16)

16 IV. KESIMPULAN

Adapun yang menjadi kesimpulan dari pemaparan di atas, sebagai berikut: 1. Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya :

a. Pengelompokan menurut bahan pencemar

b. Pengelompokan menurut medium lingkungan

c. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran

2. Dalam memperkecil resiko kerusakan lingkungan, pengelolaan dilakukan dengan pendekatan aspek sosial ekonomi, kelembagaan dan teknologi, supaya kualitas lingkungan yang baik dapat terwujud.

(17)

17 DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2009. “Pembangunan Berkelanjutan Ditinjau dari Aspek Ekonomi”, Artikel Kepala Pusat Studi Asia Pasifik UGM. Yogyakarta.

Al-Rasyd H., dan T. Samingan. 1980. Pendekatan Pemecahan Masalah

Kerusakan Sumberdaya Tanah dan Air Daerah Aliran Sungai Dipandang dari

Segi Ekologi. Laporan No. 300. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor

Anonim. 2011. Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

http://landspatial.bappenas.go.id/peraturan/the_file/UU-2397.pdf. Diakses tanggal 23 september pukul 16.06 WIB

Boediono. 2011. Pertubuhan Ekonomi.

http://www.pdfwindows.com/goto?=http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/16387/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 23 september pukul 15.33 WIB.

Dahlan. 2011. Lingkungan Hidup.

http://www.scribd.com/doc/35708892/LINGKUNGAN-HIDUP. Diakses

tanggal 23 september pukul 15.22 WIB.

Hastuti, Eka Puji. 2011. Peran Masyarakat Dalam Menyikapi Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Industri.

http://www.atbbatam.com/site/download/juara_1_MHS.pdf. Diakses

tanggal 23 september pukul 14.23 WIB.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomi Pembangunan :Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi. Edisi 6. PT Erlangga. Jakarta Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Tanah

Untuk Pengembangan Sektor Industri. Prasaran dalam Seminar Sumber Daya

Alam. PAU Studi Ekonomi UGM. Yogyakarta.

(18)

18 Raharjo, Mugi. 2008. Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. CakraBooks. Solo

Sitorus, Henry. 2004. Analisis Resiko Lingkungan Dari Pengelolaan Limbah Pabrik Tahu Dengan Kayu Apu.

http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2090-ali-masduqi-arl_limbah_tahu.pdf. Diakses tanggal 23 september pukul 15.18 WIB.

Sitorus, Henry. 2004. Kerusakan Lingkungan Oleh Limbah Industri Adalah Masalah Itikad.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3836/1/ssiologi-henry.pdf. Diakses tanggal 23 september pukul 14.11 WIB.

Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Soemarwoto, Otto. 1992. Analisis Dampak Lingkungan. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Soerjani, Mohammad. 1996. Permasalahan lingkungan hidup dalam tinjauan Filosofis ekologis dalam Sudjana, Eggi dan Burhan, Latif (ed.). Upaya Penyamaan Persepsi, Kesadaran dan Penataan terhadap pemecahan Masalah Lingkungan Hidup. CIDES. Jakarta.

Soeryono, R. 1979. Kegiatan dan Masalah Kehutanan Dalam DAS. Dalam Proceedings Pertemuan Diskusi Pengelolaan DAS DITSI. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “JENIS DAN

[r]

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: PT.. Penggunaan multimedia berbasis komputer adalah media pembelajaran berupa media cetak, media audio-Visual, media

Perencanaan yang dibuat yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, informasi yang diberikan merupahkan hak ibu yaitu hak ibu untuk mendapatkan penjelasan oleh tenaga kesehatan

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat efektivitas dan kepuasan pengguna terhadap jembatan

Dalam kerja praktek ini, penulis bertujuan untuk memahami dan mengetahui bagian-bagian serta ca pemeliharaan dari baterai dan peralatan pendukung suplai DC yang terpasang pada

Inflasi kumulatif sampai dengan bulan Oktober 2014, Kota Surabaya menduduki peringkat pertama dengan kumulatif inflasi sebesar 4,23 persen, diikuti Sumenep sebesar 3,98

Kemudian dari model tersebut diuji apakah memiliki efek asimetris dengan melihat korelasi antara (standar residual kuadrat model Box Jenkins ) dengan (lag standar