SISTEM POLITIK
INDONESIA
(PENGANTAR)
I. SEJARAH TEORI SISTEM
POLITIK
1. PENDEKATAN INSTITUSIONAL DALAM ILMU POLITIK
1. Sejarah 2. Filsafat
3. Kelembagaan
2. REVOLUSI BEHAVIOR
1.
PENDEKATAN
INSTITUSIONAL DALAM
ILMU POLITIK
Jean Bodin (1530-1596) dan Montesquieu (1689-1755),
• Semua fungsi pemerintahan dapat
dimaksudkan dalam kategori
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
• Politik lebih terfokus pada
berjalannya organisasi dan sistem kerja lembaga-lembaga yang
membuat undang-undang, yang melaksanakannya dan yang
menampung pertentangan yang timbul dari berbagai kepentingan yang berbeda dan
KELEMAHAN PENDEKATAN
INSTITUSIONAL
Pendekatan sejarah, filsafat, dan institusional ternyata tidak bisa
menjawab fenomena politik aktual.
• Persoalan seperti: bagaimanakah
perilaku demokrasi 1 negara berbeda dgn negara lain, padahal
pemisahan/pembagian kekuasaan
negara itu sama?Mengapakah perilaku politik klas menengah beda dengan
klas bawah?Mengapa terjadi kekerasan politik?Mengapa perilaku penguasa
berbeda ketika yang memegang kekuasaan dari golongan lainnya? (Misal perilaku rezim militer beda
• Berbagai kelemahan itulah yang
menyebabkan ilmuwan politik melakukan revolusi behavior dalam ilmu politik.
• Revolusi behavior ini awalnya
dipengaruhi oleh ilmuwan
psikologi (Pavlov). Dengan tesis, perilaku seseorang (politik)
dipengaruhi oleh lingkungan (eksternal).
• Ini artinya perilaku politik juga
banyak dipengaruhi oleh
REVOLUSI BEHAVIOR
(ditahun 1960-an)
• Reaksi akibat kelemahan
pendekatan institusional
• Ilmu Politik menjadi terbuka • Dipengaruhi ilmu psikologi • Dipengaruhi ilmu sosiologi
• Dipengaruhi ilmu antropologi • Dipengaruhi ilmu matematika • Dipengaruhi ilmu ekonomi, dsb • Sentral pembahasan: manusia
PERBEDAAN KONSEP
TEORI NEGARA KLASIK
TEORI SISTEM POLITIK
1. TEORI SISTEM
2. SUBYEK POKOK:
BEHAVIOR
AKTOR(ORANG )
Diagram Sistem Politik Easton
Lingkungan Lingkungan
Permintaan
I Keputusan t n dan tindakan u p p u Dukungan t t u O
Lingkungan Lingkungan
Dicetak ulang dari David Easton, A Framework for Political Analysis (1965,hlm.112) dengan seizin University of Chicago Press
PENGERTIAN SISTEM
POLITIK
DAVID EASTON:
Sistem politik merupakan alokasi nilai nilai, dalam mana pengalokasian nilai tersebut bersifat paksaan (dengan
kewenangan) dan pengalokasian yang bersifat paksaan tadi mengikat
masyarakat sebagai sesuatu keseluruhan.
Lebih lanjut Easton mengatakan bahwa sistem politik adalah seperangkat
ROBERT A DAHL
Sistem politik adalah suatu pola yang tetap dari hubungan antar manusia yang melibatkan,
sampai dengan tingkat yang berarti, kontrol, pengaruh,
GABRIEL A. ALMOND
Sistem politik adalah merupakan sistem interaksi yang terjadi
dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi
integrasi dan adaptasi, baik
terhadap masyarakat domestik maupun lain (luar negeri),
dengan mempergunakan sedikit banyak paksaan pisik yang
CIRI-CIRI SISTEM POLITIK
Gabriel A.Almond
1.Ada struktur politik
2.Semua struktur politik
mempunyai fungsi ke arah sistem 3.Struktur politik mempunyai sifat
multi fungsi
DAVID EASTON
1. Ciri identifikasi, melalui 2 hal, yaitu dari unit-unit suatu sistem politik (berupa tindakan politik)
dan semua tindakan politik itu sedikit banyak berhubungan langsung dengan pembuatan keputusan yang mengikat masyarakat
2. Ada proses input dan output. 3. Input berupa adanya tuntutan
1. Tuntutan berasal dari eksternal yaitu dari sistem budaya, ekonomi, dan sosial.
2. Tuntutan dari internal berupa manifestasi dari inspirasi sistem politik (misal perubahan pola rekrutmen, perlu keseimbangan perwakilan)
4. Dukungan diarahkan ke komunitas politik, rezim atau pemerintah
5. Diferensiasi dalam suatu sistem
LINGKUNGAN SISTEM
POLITIK
David Easton:
Lingkungan sistem politik terdiri atas 1. Lingkungan intrasocietal: terdiri dari
1. sistem ekologi (budaya) 2. Sistem biologi
3. Sistem personaliti (ekonomi) 4. Sistem sosial
2. Lingkungan extrasocietal terdiri dari 1. Sistem ekologi internasional
KEMAMPUAN SISTEM POLITIK (GABRIEL A ALMOND & G.B POWELL Jr)
1. Kemampuan ekstraktif, meliputi tingkat penampilan sistem
politik untuk mengelola sumber daya material dan manusia
2. Kemampuan regulatif,
kemampuan mengontrol dan mengendalikan perilaku
individu/kelompok dalam sistem politik
3. Kemampuan
distributif:pengalokasian
4. Kemampuan simbolik:
kemampuan sistem politik
untuk mentransformasikan
simbol untuk dukungan
sistem politik
5. Kemampuan responsif:
kamampuan merespon dari
lingkungan dalam negeri
maupun luar negeri (berupa
tuntutan, dukungan, protes,
dsb)
SOSIALISASI POLITIK
Sosialisasi Politik, Budaya
Politik, dan Partisipasi
Politik
Gabriel Almond: Sosialisasi
Politik ad. proses
pengajaran nilai-nilai
masyarakat, yaitu nilai nilai
dan kebudayaan politik,
Sosialisasi Politik ada 2
aspek:
Berlangsung seumur hidup
Pengaruh sosialisasi politik
(2 dimensi yi) bisa
1.langsung melalui
pendidikan, dan
AGEN SOSIALISASI
POLITIK
1. Keluarga
2. Kawan bermain
3. Sekolah
4. Lingkungan pekerjaan
5. Media massa
BUDAYA POLITIK
Gabriel Almond: budaya politikmeliputi sikap warga negara
terhadap kehidupan pemerintahan dan politiknya.
Kebudayaan politik diukur dari 1.Identitas nasional
2.Kesadaran klas
3.Motivasi berprestasi
4.Keyakinan akan kebebasan dan persamaan
5.Efektivitas politik
JENIS BUDAYA POLITIK
(Gabriel Almond
)
1. Parokial: orang yang tidakmenyadari adanya pemerintahan dan politik (buta huruf, org yg
tinggal di desa terpencil, org tua yg tdk faham adanya hak pilih dsb)
2. Subyek: orang yang pasif patuh terhadap pejabat pemerintahan dan undang undang, tetapi tidak melibatkan diri dlm politik dan tdk memelih dlm pemilu
3. Partisipan: orang yang terlibat dlm politik (mis.ikut pemilu) dan
3 MODEL BUDAYA
POLITIK
1. Budaya politik masyarakat demokratis industri:
1. masyarakat banyak aktivis politik sehingga ada kompetisi parpol, 2. pemilih pemilu cukup besar, 3. masyarakat kritis dan aktif
membahas masalah kemasyarakatan dan pemerintahan, dan
4. banyak kelompok kepentingan
mengusulkan kebijakan baru untuk kepentingan mereka.
2. Sistem Otoriter: sebagian
masyarakat industrial dan modern. Masyarakat ini terdapat organisasi politik beberapa partisipan politik (mahasiswa & intelektual). Mereka menentang sistem tsb dgn cara
persuasif hingga protes (agresif). Kelompok pengusaha, agama,& tuan
tanah mendiskusikan masalah pemerintahan dan aktif dalam lobbying.
Masyarakat kebanyakan hanya subyek yang pasif.
Kelompok parokial (petani dan buruh tani) tidak banyak terlibat dan
Sistem demokratis pra
industrial: sebagian
besar masyarakat tinggal
di pedesaan dan buta
huruf dan mereka sedikit
sekali terlibat masalah
politik dan dalam
pemerintahan. Kelompok
partisipan (mahasiswa,
PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik adalah kegiatan atau keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai
kewenangan) dalam proses pembuatan atau pelaksanaan keputusan politik.
• Pemerintah memiliki
kewenangan untuk membuat dan melaksanakan keputusan
KELOMPOK
KEPENTINGAN
Kelompok kepentingan
1.tidak mencari jabatan publik,
tetapi berusaha
mempengaruhi public
policy.Tidak ada wakil di
parlemen
2.bukan kontestan pemilu
3.tidak mendasarkan basis sosial
dukungan, tetapi seringkali
Parpol
1. Mencari/merebut jabatan
publik (DPR/DPRD,
presiden/wakil presiden,
kepala daerah, dsb).
2. Mempunyai wakil di
parlemen
3. kontestan pemilu
JENIS KELOMPOK
KEPENTINGAN
1. ANOMIK: terbentuk karena unsur dalam masyarakat yang bersifat spontan, seketika, tidak memeiliki norma dan nilai yang mengatur. Misal: crowd, unjuk rasa mahasiswa,demonstrasi, dsb 2. INSTITUSIONAL: kelompok ini
bersifat formal & punya fungsi2 politik/sosial di samping
artikulasi kepentingan.
Misal: klik-klik militer,kelompok
3. ASOSIASIONAL: kelompok ini
merupakan kumpulan dari orang yang bekerja/berprofesi dalam bidang tertentu dan orang-orang yang terkumpul dalam nilai
tertentu. Seperti serikat buruh, kamar dagang/usaha, paguyuban etnis, dan asosiasi keagamaan.
4. NON ASOSIASIONAL: kelompok ini jarang terorganisir rapi dan
aktivitasnya kadangkala, seperti kelompok keluarga dan keturunan (etnis), tokoh-tokoh regional/lokal, kelompok berdasarkan status
PARPOL
Joseph Lapalombara & Myron Weiner, partai politik merupakan a creature of modern and modernizing political system. Partai politik lahir dan
berkembang ketika gejala
modernisasi sedang berkembang di Eropa, setelah revolusi industri.
Parrpol awalnya salah satu indikator gejala modernisasi masyarakat,
dimana terjadi peledakan partisipasi masyarakat dan
pemindahan hak-hak politik kepada masyarakat (Lapalombara dan
Roy C. Macridis: Tidak ada sistem politik yang dapat berlangsung tanpa parpol.
Parpol sebagai suatu asosiasi politik yang mengaktifkan, memobilisasi masyarakat, mewakili kepentingan tertentu, dan melakukan
pengkaderan yang kemudian melahirkan pemimpin.
Parpol:instrumen untuk memobilisasi masyarakat ke dalam kekuasaan
negara. Ini berarti parpol pada dasarnya adalah alat untuk
memperoleh kekuasaan dan untuk memerintah (Roy C. Macridis,