• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang masuk dalam wilayah

administrasi Provinsi Jawa Tengah. Salatiga tergolong sebagai kota kecil

dengan luas wilayah 5.678, 110 meter persegi. Berdasarkan data BPS Kota

Salatiga Tahun 2014, dimana kota ini terdiri dari empat Kecamatan dengan

luas wilayah masing-masing Kecamatan, yakni Kecamatan Argomulyo

dengan luas wilayah 1.852,69 meter persegi, Kecamatan Tingkir dengan luas

wilayah 1.054,85 meter peregi, Kecamatan Sidomukti dengan luas wilayah

1.145,85 meter persegi, dan Kecamatan Siderejo dengan luas wilayah

1.624,72 Meter persegi.1

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat luas wilayah administrasi

Kota Salatiga dikategorikan sebagai Kota dengan luas wilayah cukup kecil

bila dibandingkan dengan Kabupaten Kota lainya di Jawa Tengah. Namun

apabila ditinjau dari jumlah penduduk, berdasarkan data BPS tahun 2015

jumlah penduduk Kota Salatiga sebanyak 178,594 jiwa. dan bila

dibandingkan dengan Kota lainya di Jawa Tengah, misalnya Kota Magelang

jumlah penduduk Kota Salatiga terpaut 58, 659 jiwa di atas Kota Magelang,

dimana jumlah penduduknyahanya hanya 119,935 jiwa2.

Tingginya jumlah penduduk Kota Salatiga secara otomatis akan

berpengaruh pada besarnya daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat

merupakan kemampuan masyarakat atau konsumen untuk membeli sejumlah

barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Selaras

dengan hal terebut, menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung

(2004:12) bahwa; penerimaan suatu barang berhubungan positif dengan

jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan

bertambah, sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat. Selaras

1

Data BPS Salatiga dalam angka tahun 2014

2

(2)

dengan gambaran sosial ekonomi Kota Salatiga di atas, maka kebutuhan

masyarakat akan terlayani ketika didukung oleh pasar sebagai salah satu

instrumen pendukung sosial ekonomi. Sosial ekonomi masyarakat sangat

berkaitan erat dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat antara lain; sandang, pangan, tingkat pendapatan, mata

pencaharian, dan lainya. Dan untuk mengwujudkan peningkatan sosial

ekonomi masyarakat yang memadai, Pemerintah Kota Salatiga memiliki

beberapa pasar tradisional dan pasar moderen yang bertujuan menyediakan

segala kebutuhan ekonomi masyarakat Kota Salatiga.

Terdapat beberapa pasar tradisional di Kota Salatiga antara lain; Pasar

Raya, Pasar Raya II Salatiga, Pasar Jetis, Pasar Blauran 1 dan 2, Pasar

Sayangan, Pasar Raya III Rejosari, Pasar Andong, Pasar Noborejo, Pasar

Klitikan Shopping Center, Pasar Cengek, Pasar Pabelan, Pasar Gedangan,

Pasar Jalan Merak, Pasar Burung Banyuputih dan Pasar Minggu Kecandran

Ringroad Salatiga. Sedangkan pasar moderen di Kota Salatiga antara lain:

Mal Taman Sari Ramayana, Departement Store, Mal Ada Baru City Walk,

Roma Laris Swalayan, Matahari Department Store Super Indo Hypermart.

Serta ada pula minimarket seperti Indomart, Alfamart, Bright, Smesco, dan

BC Mart SMK3.

Berdasarkan data di atas terdapat 16 pasar tradisional dan 12 jenis pasar

modern yang tersebar di Kota Salatiga. Berkaitan dengan pasar moderen

berjenis minimarket (Indomart dan alfamart), kedua minimarket ini lah yang

terlihat mendominasi sosial ekonomi masyarakat di Kota Salatiga. Hal

tersebut dapat dilihat dari proses pertumbuhan kedua minimarket, yakni

menjamur secara cepat pertumbuhanya yang tersebar pada empat (4)

Kecamatan di Kota Salatiga. Terdapat 26 Indomart 5 alfamart4, yang tersebar

pada empat (4) Kecamatan di Kota Salatiga. Pertumbuhan Indomart dan

alfamart di Kota Salatiga juga dapat dikatakan terbilang cepat, hal ini dapat

3

https://jatengit14.wordpress.com/tempat-belanja-kota-salatiga/

4

(3)

dilihat berdasarkan Data Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman

Modal Kota Salatiga. Pada Tahun 2013 BPPTPM Kota Salatiga mencatat

tedapat 12 garai Indomart di Kota Salatiga, sedangkan per Desember 2016

jumlah garai Indomart telah mencapai 26 garai, secara otomatis selama empat

tahun terakhir terdapat 14 garai baru yang di buka dan tersebar di empat

Kecamatan di Kota Salatiga.

Secara eksplisit Kota Salatiga dapat dikatakan sebagai kota yang cukup

maju dengan daya dukung sosial ekonomi masyarakat yang memadai. Hal

tersebut dipengaruhi oleh keberadaan pasar-pasar tradisional dan juga

pertumbuhan secara cepat pasar-pasar modern, terutama yang di dominasi

oleh minimarket (Indomart dan alfamart). Dengan demikian fenomen pasar

moderen di Kota Salatiga yang di dominasi oleh Indomart dan alfamart

menjadi realitasnya yang tidak terbantahkan.

Terdapat beberapa persoalan yang muncul akibat lahirnya Indomart

dengan berbagai macam fasilitas yang disediakan sebagai starategi dalam

menarik konsumen. Tidak jarang kehadiran Indomart tersebut berdampak pada

berkurangnya pemasukan para pedagang di pasar-pasar tradisonal, hal tersebut

juga dapat menuai konflik antara pihak pedagang tradisional dan pihak

Indomart.

Menurut hasil penilitian Ok Laksemana Lutfi, 2014 dengan judul penilitian “ Dampak Keberadaan Indomart Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisonal di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan” dimana kehadiran Indomart berdampak besar pada berkurangnya pengahasilan

para pedagang di pasar tradisional dan bahkan sebagian pedagang ada yang “guling tikar” dikarenakan kalah bersaing dengan Indomart. Hal ini sebabkan oleh kesan masyarakat atas pasar tradisional yang panas, semerawut, kotor,

becek, tidak aman karena banyak pencopet dan sebaliknya pasar modern

(Indomart) yang ber AC, nyaman, pelayanan, mandiri dan cepat serta relatif

aman dari pencopet. Sehingga kondisi ini menjadi ancaman serius bagi

(4)

Sejalan dengan hasil penilitian di atas, penilitian yang dilakukan oleh Rolan Sihotang dkk pada tahun 2015 tentang “Pengaruh Pasar Moderen Terhadap Pedagang Pasar Tradisional dan Masyarakat Dalam Pengembangan

Wilayah di Kecamatan Medan Area”. Dalam hasil penilitian tersebut di

dapatkan; keberadaan pasar sangat berdampak pada menurunnya omset

pendapatan para pedagang tradisonal yang berjualan di areal yang berdekatan,

hal ini di pengaruhi oleh pertimbangan para konsumen atas fasilitas yang

dianggap lebih nyaman disediakan oleh pihak pasar moderen bila

dibandingkan dengan pasar tradisional. Sedangkan hasil penilitaian yang

dilakukan oleh Muh Nasirudin, 2012. Menggambarkan dampak tergurusnya

pemasukan para pedagang tradisxional di pasar Cuplik Sukoharjo, hal ini di

sebabkan oleh jarak yang berdekatan antara Indomart sebagai representasi

pasar moderen dengan pasar tradisional Cuplik. Dari kondisi tersebut

menyebabkan ketimpangan omset antara pedagang di pasar tradisional dan

Indomart, padahal secara regulasi pendirian Indomart sudah diatur khususnya

jarak pendirianya Indomart yang harus mempertimbangkan keberadaan pasar

tradisionl. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut para pedagang tradisional

di pasar Cuplik melakukan aksi demostrasi terhadap pihak Indomart dan

pemerintah setempat untuk menertipkan keberadaan Indomart yang

berdekatan dengan pasar tradisional Cuplik.

Indomart adalah salah satu jenis pasar moderen, dimana mekanisme

yang di bangun di dalam pasar moderen tersebut, yakni penjual dan pembeli

tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga

yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh

pramuniaga. Dengan pelayanan terhadap konsumen serta sistem penjualan

yang sistematis dan profesional, dan didukung oleh kelengkapan fasilitas

(5)

pertimbangan dari masyarakat Kota Salatiga untuk membelanjakan kebutuhan

sehari-hari.5

Berangkat dari keberhasilan sistem yang diterapkan oleh Indomart,

secara langsung berpengaruh pada pendirian Indomart pada setiap wilayah

yang dianggap strategis di Kota Salatiga. Namun berkembangnya Indomart

yang di tandai dengan menjamurnya Indomart di Kota Salatiga, tidak serta

merta berjalan mulus dengan tidak menuai persoalan di masyarakat Kota

Salatiga, melainkan terdapat gerakan perlawanan terhadap aktivitas Indomart

di Kota Salatiga khusunya di Kecamatan Tingkir. Gerakan perlawanan

terhadap pihak Indomart tersebut terjadi pada Tahun 2015, dimana terdapat

gerakan perlawanan atas aktivitas jual beli Indomart yang di pelopori oleh

sekelompok masyarakat di Cengek Kecamatan Tingkir yang tergabung dalam

Persatuan Kelompok Pedagang Klontong Cengek Kota Salatiga.

Perlawanan masyarakat terhadap pihak Indomart dalam hal menolak

aktivitas Indomart di Cengek Kecamatan Tingkir muncul atas beberapa

alasan, yakni alasan atas keberadaan Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir

Lor yang dirasakan para pedagang klontong sangat berdampak besar pada

berkuranya pemasukan para pedagang kecil yang berjualan di pasar tradisional

Cengek, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Jarak antar

pasar tradisional Cengek dan Indomaraet kurang dari 500 meter. (2) waktu

operasional Indomart, seperti pada beberapa Indomart di Kota Salatiga hampir

sebagian besar menerapkan system operasional 24 jam beroperasi atau

kurang dari 24 jam. Berbeda halnya dengan para pedagang toko klontong yang

berjualan di pasar tradisional Cengek yang hanya dapat menerapkan waktu

operasional kurang dari12 jam.

5

Lihat hasil skripsi : Gevilirasanti, Valentina. (2014). Faktor-faktor Pendorong Berkembangnya Indomart di

(6)

Berdasarkan kedua alasan tersebut sehingga memicu terjadinya gerakan

perlawanan atas aktivitas Indomart di Cengek Kecamatan Tingkir. Dimana

proses perlawanan dilakukan masyarakat dengan mengadakan demostrasi dan

pemboikotan bangunan Indomart yang dibangun tepat di samping kanan Jln.

Salataiga-Suruh RT/RW Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir.

Berkaitan dengan perihal waktu operasional Indomart, sebenarnya telah

diatur secara jelas dalam Perda Nomor 03 Tahun 2015 tentang Penataan dan

Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan. Pengaturan waktu

operasional dapat dilihat dalam Pasal 22 Perda No. 03 yang mengatur tentang

waktu operasional minimarket termasuk Indomart, dimana ditetapkan waktu

operasional minimarket dimulai pada pukul 10.00-24.00, sehingga

berdasarkan Perda No. 03 Tahun 2015 waktu operasi minimarket hanya 14

jam. Namun hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang di maksudkan

dalam Perda No. 03 Tahun 2015. Berdasarkan kondisi rill di Kota Salatiga

terdapat beberapa Indomart yang memberlakukan waktu operasional sampai

dengan 24 jam6. Berdasarkan alasan-alasan tersebut lah yang menjadi

argumentasi rasional para pedagang melakukan gerakan perlawanan atas

Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir Lor.

Perihal regulasi yang mengatur aktifitas-aktifitas Indomart di Kota

Salatiga. Pada kenyataannya di lapangan masih banyak ditemukan

praktek-praktek penjualan maupun pendirian Indomart yang melanggar apa yang

diamanatkan regulasi melalui Perda Kota Salatiga No. 03 Tahun 2015, hal ini

secara tidak langsung mengindikasikan lemahnya fungsi pengawasan dari

pemerintah daerah Kota Salatiga. Sehingga persoalan gerakan perlawanan

terhadap aktivitas Indomart yang dilakukan sebagian kelompok masyarakat

Cengek Kecamatan Tingkir terhadap pihak Indomart, sebenarnya juga adalah

urusan pemerintah daerah Kota Salatiga, dikarenakan pemerintah daerah lah

yang paling bertanggungjawab atas segala hajat hidup masyarakat dengan

6

(7)

salah satu indikator, yakni menerapkan peraturan dengan mengedepankan

nilai-nilai kesetaraan dan keadilan untuk menciptakan persamaan dan

kesejateraan disetiap warga dalam daerah tersebut. Sedangkat bila ditinjau

dari tujuan lahirnya Perda No. 03 tahun 2015 adalah:

1. Mengatur dan menata keberadaan dan pendirian Pusat Perbelanjaan dan

Toko Swalayan di wilayah tertentu dalam rangka menjaga

keseimbangan antara jumlah pasar Rakyat dengan Pusat Perbelanjaan

dan Toko Swalayan, serta dapat menjadi daya tarik pariwisata;

2. Mendorong terselenggaranya kemitraan antara pelaku UMKM,

Koperasi dan Pasar Rakyat dengan pelaku usaha Pusat Perbelanjaan dan

Toko Swalayan berdasarkan prinsip kesamaan dan keadilan; dan

3. Mendorong terciptanya partisipasi dan kemitraan publik dan swasta

dalam penyelenggaran usaha perpasaran, agar dapat tumbuh

berkembang lebih cepat sebagai upaya terwujudnya tataniaga dan pola

distribusi nasional yang mantap, lancar, efisien, dan berkelanjutan.

Berdasarakan maksud dan tujuan lahirnya Perda No.03 Tahun 2015

di atas, maka melalui perda tersebut pemerintah Kota Salatiga berupaya

menciptakan iklim usaha perdagangan yang sehat, saling memerlukan,

saling memperkuat dan saling menguntungkan. Hal tersebut dilakukan

dengan beberapa strategi, yakni melalui pengaturan lokasi pendirian,

batasan luas lantai, sistem penjualan dan waktu operasional Pusat

Perbelanjaan dan Toko Swalayan, serta pola Kemitraan dengan Koperasi

dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Namun keberadaan perda tersebut

belum berimplikasi langsung terhadap masyarakat Kota Salatiga terutama

para pedagang di pasar tradisional. Hal ini seperti yang telah di

deskripsiakan sebelumnya.

Oleh karenanya, penulis tertarik untuk meneliti mengenai fenomena

gerakan perlawanan Indomart di Kota Salatiga tepatnnya di Cengek

Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir. Ketertarikan tersebut bertujuan

(8)

dengan menggunakan pendekatan teori gerakan sosial sebagai pisau

analisisnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka penulis mencoba untuk merumuskan rumusan masalah yang akan

menjadi fokus penelitian, yaitu;

1. Bagaimana gerakan perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek

terhadap Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan perlawanan perlawanan

pedagang pasar tradisional Cengek terhadap Indomart di

Kelurahan Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

3. Bagaimana output perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek

terhadap Indomart di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga.

1.3Tujuan Penulisan

Guna menjawab rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan oleh

penulis di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah;

1. Menggambarkan Gerakan perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek

terhadap Indomart di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga.

2. Menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan perlawanan

pedagang pasar tradisional Cengek terhadap Indomart di Kelurahan

Tingkir Tengah Kota Salatiga.

3. Menggambarkan output akhir Gerakan Perlawanan perlawanan pedagang

pasar tradisional Cengek terhadap Indomart di Kelurahan Tingkir Tengah

Kota Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat

(9)

1.4.1 Manfaat praktis:

1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi penulis dan

masyarakat dalam memahami gerakan perlawanan

masyarakat terhadap Indomart di Cengek Kota Salatiga.

2. Sebagai acuan oleh pihak lembaga yang diantaranya;

universitas dalam hal ini UKSW, Pemerintah Kota Salatiga,

LSM, organisasi kepemudaan untuk bahan kajian atas

fenomena gerakan perlawanan masyarakat terhadapa

Indomart di Cengek Kota Salatiga

1.4.2 Manfaat teoritis:

Manfaat secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan

atau sumbangsih terhadap teori gerakan sosial yang berkaitan dengan

dinamika protes kolektif atas gerakan perlawanan masyarakat terhadap

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara dengan Fx Supriyadi dalam proses penegakan hukum pidana terhadap pelaku penyebaran gambar pornografi polwan polda Lampung melalui media

Maula Alimudin, “ Pengaruh Metode Pembelajaran SAVI Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol Tulungagung Pada Materi

Praktikum pengukuran daya suka ternak domba atau palatabilitas terhadap beberapa jenis pakan dapat diukur dengan menguji palatabilitas dari domba yang dilakukan untuk mengetahui

26 Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dari siswa yang menjadi sampel. penelitian

Mengajarkan klien atau keluarga tentang waktu resolusi sembelit; 10.Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan dengan tinggi serat; 11.11.kontrol berat badan klien secara

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI VOLUME BANGUN RUANG (KUBUS DAN BALOK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY.. DAN JIGSAW DI KELAS VIII MTs

[r]

langsung dari sumbernya. Data primer pada penelitian ini yaitu nilai hasil belajara. matematika siswa kelas VIII A dan VIII B MTs Assyafi’iyah