• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

A. Pengertian Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor

ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan

memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi

yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, memberi

dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang berkembang, salah

satunya adalah Indonesia pada ekspor perkebunan komoditi kelapa sawit,

karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja

ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan hraga berbagai

komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga

peluang untuk memasarkan sangat sulit18

Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah

suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya

lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi

menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami

kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan

asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga

naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank

kelebihan uang tunai.

.

19

18

http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/24562/4 / Chapter%20I. pdf diakses tanggal 14 september 2015 jam 15.02 WIB

(2)

Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak

mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas

PDB-nya. Maksudnya, ketika Indonesia mempunyai hutang terhadap negara lain

dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi

pendapatan Indonesia tidak mengalami pertambahan akibar krisis ekonomi

global, sehingga membuat Indonesia mengalami kesulitan untuk membayar

hutang-hutangnya.

Faktor-faktor Penyebebab Krisis

Secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara

bersamaan menyebabkan krisis tersebut terjadi. Misalnya, tingkat atau laju

inflasi yang tinggi; apakah ini disebabkan oleh harga-harga dari

produk-produk impor yang melonjak tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS, atau karena jumlah uang yang beredar di Masyarakat (M1)

lebih besar daripada penawaran agregat (kemampuan ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan pasar di dalam Negeri). Menurut Fischer, Adapun

faktor-faktor penyebab krisis antara lain20

1. Faktor-faktor Internal

a. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan PDB adalah salah satu indikator utama ekonomi

makro yang sering digunakan dalam menganalisis kinerja ekonomi

sebuah Negara. 21

(3)

PDB (Produk domestik Bruto) merupakan alat pengukur dari

pertumbuhan ekonomi. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara

tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku

dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,

sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi dari tahun ke tahun.22

b. Struktur Ekonomi

Kelemahan fundamental ekonomi makro dalam hal stuktur ekonomi

juga bisa merupakan salah satu penyebab, mungkin bukan yang

membuat terjadinya krisis tetapi yang mengakibarkan krisis tersebut

terus berlangsung dan semakain parah. Pada dasarnya struktur ekonomi

yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya perkembangan dan

pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan tidak adanya “sektor kuci”

(walaupun sektor tersebut dominan di dalam sturktur ekonomi dengan

suatu kinerja yang baik di pihak lain. Sektor-sektor ekonomi tidak

menunjukkan kinerja yang sama, misalnya dalam hal tingkat

produktivitas, efisiensi atau profitabilitas, atau kontibusi terhadap

pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak seimbang antarsektor.23

(4)

c. Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto)

Berdasarkan suatu laporan dari WTO (1996), struktur perdagangan

dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Indonesia tidak termasuk

dalam 25 besar Negara-negara pengespor produk-produk manufaktur.

Masih lemahnya Indonesia dalam mengembangkan ekspor bernilai

tambah tinggi, sementara masih sangat tergantung pada impor

produk-produk bernilai tambah tinggi dapat dianggap sebagai penyebab utama

kurangnya cadangan devisa (khususnya dolar AS) yang dimilik

Indonesia, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,

sehingga rupiah melemah terus dan akhirnya tidak hanya menyebabkan

tetapi juga memperparah krisis ekonomi.24

d. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur

Dalam fundamentall ekonomi Indonesia pada tingkat meso, ada dua

sektor penting yang turut juga bertanggungjawab atas terjadinya atau

terus berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia hingga saat ini, yakni

sektor industri manufaktur dan sektor perbankan. Perkembangan sektor

industri manufaktur di Indonesia yang tidak sehat selama periode Orde

Baru, dalam arti tingkat produktivitas, efisiensi dan daya saing yang

rendah, serta ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal

asing, juga merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental

ekonomi Indonesia.25

(5)

2. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi di

Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara

maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan

global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa Barat, pertumbuhan

ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan moneter tidak berubah

serta tingkat suku bunga sangat rendah. Semua ini membuat kedua wilayah

itu menjadi kurang menarik bagi investasi. Dengan perkataan lain, dana

berlimpah ruah tetapi proyek-proyek yang menarik untuk investasi

berkurang. Faktor eksternal lainnya adalah disebabkan oleh daya saing

Indonesia di Asia yang lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang

dari Negara-Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS

yang terlalu kuat (Over valued).26

Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh

faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik. Dan

faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis rupiah

itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis muncul dari

krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena kepanikan di mana-mana

yang melanda masyarakat keuangan internasional, sehingga para pemilik

modal internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia secara

tiba-tiba dalam jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti

oleh warga Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal

serupa juga terjadi di Thailan dan Korea selatan.27

(6)

3. Teori-teori Alternatif

Selain faktor-faktor internal dan esksternal (ekonomi dan non ekonomi),

ada tiga teori alternatif yang dapat juga dipakai sebagai basic

frameworkuntuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya krisis

ekonomi di Asia. Yaitu ;28

a. Teori konspirasi

Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut sengaja

ditimbulkan oleh negara-negara industri maju tertentu, khususnya AS

karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN selama ini.29

b. Teori Contagion

Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu

menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain. Bermula di

Thailand pada pertangan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia,

Singapura, Filipina, Indonesia dan Korea Selatan. Tetapi di antara

negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan tertular

berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai permasalahan

yang sama. Prosesnya terjadi terutama karena sikap investor-investor

asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi ketakutan bahwa

krisis yang sama juga akan menimpa Negara-Negara tetangga seperti

Indonesia, Malaysia dan Filipina.30

c. Teori Business Cycle

Teori business cycle atau konjugtur, atau gelombang pasang surut suatu

ekonomi. Inti dari teori ini adalah bahwa ekonomi yang prosesnya

(7)

sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar (kekuatan permintaan

dan penawaran) pasti akan mengalami pasang surut pada suatu periode

akan menegalami kelesuan dan pada periode berikutnya akan

mengalami kegairahan kembali dan selanjutnya lesu kembali dan

seterusnya . Implikasi dari teori ini adalah bahwa kalau memang krisis

ekonomi di Asia merupakan suatu gejala konjungtur, maka krisis itu

dengan sendirinya akan hilang, tentu dengan syarat bahwa prosesnya

sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar31

B. Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

ada beberapa langkah penting untuk penanggulangan krisis ekonomi.

Yaitu :

a. Kebijaksanaan Moneter

Pemerintahan negara yang terkena krisis ini menerapkan

kebijaksanaan moneter yang ketat untuk mendorong nilai tukar ke

tingkat yang lebih wajar dan untuk menurunkan inflasi. Maksudnya,

tingkat suku bunga SBI ditingkatkan, pada saat itu tingkat suku bunga

SBI untuk 1 bukan naik 22 persen menjadi 45 persen (dengan tingkat

bunga efektif tahunan sebesar 55 persen). Tingkat suku bunga SBI

ysng tinggi ini hingga oktober 1998 tetap dipertahankan dan membuat

suku bunga dipasar uang juga tetap tinggi dan membuat ataun

(8)

mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan menurunkan

inflasi.32

b. Kebijaksanaan Perbankan

Langkah-langkah penting dalam restrukturisasi sektor perbankan yang

telah dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah termasuk

pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang

salah satu contohnya di Indonesia pada tanggal 14 Februari 1998 mulai

menangani 54 bank yang memperoleh pinjaman darurat dari BI yang

melebihi 200 persen modalnya, atau yang pada bulan desember 1997

memiliki modal kurang dari 5 persen dari nilai aktivannya. Pada

tanggal 31 maret tahun 1998, pemerintah lewat BPPN mengabil alih 6

bank swasta, yakni BDNI, Bank Modern, BUN, Bank Danamon, Bank

PDFCI dan Bank Tiara, dan disusul BCA. Agustus 1998, dibentuk

Asset Management Unit (AMU), yakni suatu lembaga khusus yang

berada di bawah BPPN dengan tugas utama menampung semua kredit

bermasalah. Oktober tahun 1998, dibentuk Bank Mandiri, bank baru

milik pemerintah yang akan menggabungkan Bank Exim, BBD, BDN

dan Bapindo. Selain itu, tanggal 24 Agustus tahun 1998 lalu

pemerintah telah mengajukan konsep Rancangan Undang-Undang

(RUU) perubahan UU perbankan No.7 Tahun 1992 dalam sidang

paripurna DPR. RUU itu antara lain memberi hak kepada investor

asing untuk menguasi saham di perbankan nasional sampai dengan 100

32

(9)

persen. Dalam RUU itu, masyarakat juga dimungkinkan untu

mengetahui sisi aktivitas dari neraca perbankan.33

c. Program Kesempatan Kerja

Pemerintah Negara yg terkena krisis ini memperluas program Social

Safety Net, atau program padat kerya di sektor pekerjaan umum dan

penyediaan kesempatan kerja sementara khusus bagi penduduk

termiskin yang mengganggur (mereka yang di PKH-kan akibat krisis),

dengan bantuan pembiayaan dari Bank Pembangunan Asia (ADB),

Bank Dunia, dan bantuan bilateral. Alokasi anggaran dalam APBN

untuk program ini juga telah ditingkatka. Disamping itu, untuk

mempertahankan kesempatan kerja, ketersediaan berbagai skema

kredit dengan subsidi dari pemerintah untuk membantu usaha kecil dan

menengah (UKM) telah diperbanyak.34

d. Reformasi dan Privatisasi BUMN

Pemerintah Negara yang terkena Krisis ini mengupayakan untuk

mempercepat reformasi BUMN guna memperkuat tingkat

keuntungannya dan meningkatkan sumbangannya kepada penerimaan

Negara. Upaya tersebut diharapkan dapat penurunan penerimaan

Negara sebagai akibat dari berkurangnya penerimaan pajak,

peningkatan subsidi yang lebi besar daripada yang dianggarkan

semula, dan biaya untuk restrukturisasi perbankan. Maksudnya, pada

saat itu telah diangkat seorang Menteri Negara Pendayagunaan BUMN

dengan tugas mendayagunakan perusahaan-perusahaan di sektor

33

Ibid, hal : 220

34

(10)

publik yang berjumlah 164, termasuk lembaga-lembaga keuangan.

Dalam tahun 1998-1999, pemerintah merencakan penjualan

saham-saham enam BUMN yang telah tercatat di pasar modal, dan yang

bergerak dalam pasar kompetitif seperti PT Telkom, PT Indosat, PT

Semen Gresik, dan PT Krakatau Steel.35

e. Restrukturisasi Utang Luar Negeri (ULN) Swasta

Pemerintahan Negara yg terkena krisis ini contohnya Indonesia sejak

Februari 1998 telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara Steering

Committee para kreditor bank asing dan Contact Group dari para

debitor, serta tim penanggulangan ULN Swasta. Dengan bantuan

penasihat dari luar Negeri dan dengan berkonsultasi dengan Contact

Group, Steering Committe, staf IMF, ADB, bank dunia, dan

pemerintahan Negara sahabat yang berminat, tim penanggulan ULN

swasta telah menyiapkan kerangka kerja untuk restrukturisasi ULN

swasta. Salah satunya pertemuan yang terkenal adalah pertemuan

Frankfrut bulan juli 1998. Pertemuan itu menghasilkan program

INDRA ( Indonesian Debt Restructuring Agency ) yang dibentuk pada

tanggal 1 Agustus 1998. Dalam Program ini, perusahaan yang

bermasalah yang sudah mempunyai kesepakatan dengan kreditornya

dapat menukar rupiahnya dengan Dolar AS dengan kurs rata-rata

selama 20 hari terakir. Perusahaan bisa untung kalau kurs tersebut

lebih rendah daripada kurs yang berlaku di pasar pada saat itu, tetapi

sebaliknya rugi apabila kebalikannya. Pada pertengahan tahun 1998

35

(11)

mulai dirasakan bahwa masalah ULN swasta, khususnya perbankan

semakin berat, sementara hingga saat itu belum ada perusahaan

bermasalah yang menggunakan fasilitas INDRA. Jumlah perusahaan

yang bermasalah terlalu banyak, sehingga penanganannya secara

konvensional semata tidak cukup lagi. Mengajukan kasus kredit

bermasalah ke pengadilan kepailitan juga tidak menyelesaikan atau

meringankan persoalan. Selain prosesnya memakan waktu, juga

dikhawatirkan hampir semua pelaku bisnis bermasalah dinyatakan

bangkrut. Melihat kenyataan itulah pemerintah membentuk Prakarsa

Jakarta yang dikoordinasi oleh Ketua Tim Penanggulangan ULN

Swasta. Pinjaman bermasalah diatas dalam lembaga khusus dengan

segala fasilitas kemudahan dari pemerintah, yang intinya memang

berupa penyelesaian utang di luar jalur pengadilan.

Mekanisme kerja Prakarsa Jakarta adalah negosiasi yang menghasilkan

keputusan antara 5 kelompok, yakni:36

a) Pemerintah (sebagai fasilitator)

b) Kreditor (bank dalam negeri, bank luar negeri, pemegang obligasi)

c) Debitor (pemili kredit bermasalah)

d) Komite Penasihat Restrukturisasi Perusahaan (bank dalam negeri,

bank luar negeri, pemegang obligasi, BPPN, INDRA), dan

e) Satuan Tugas Restrukturisasi Perusahaan

36

(12)

C. Peran Negara-negara Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global

Krisis Ekonomi yang terjadi di Asia mempunyai dampak negatif di

beberapa Negara seperti Amerika latin, Brazil, Argentina, Meksiko, Cile.

Benua Afrika ternyata paling sedikit terkena dampak negatif dari krisis

Asia. Krisis yang di alamai Jepang sejak pertengahan tahun 1998 yang

terparah sejak tiga dekade terakhir, walaupun tidak seburuk yang dialami

Indonesia saat itu.37

Jepang dianjurkan oleh IMF maupun pemerintah-pemerintah dari

kelompok G7 untuk berusaha sebaik mungkin agar roda perputaran

ekonominya tidak berhenti, antara lain ;38

1. Menurunkan tingkat suku bunga untuk meningkatkan investasi dan

menggairahkan permintaan domestik. Maksudnya disaat Jepang

mengalami krisis, Jepang mau tidak mau harus menurunkan tingkat

suku bunga, yang dimana tingkat suku bunga ini sangat berpengaruh

untuk para investor datang untuk menginvestasikan kekayaannya, ini

dilakukan karena Jepang merupakan salah satu Negara penting dalam

hal investasi.

2. Membuka pasarnya agar ekspor dari Asia ke Jepang dapat

ditingkatkan. Maksudnya agar Jepang terus membuka pasar ekspornya

ke Asia, agar perekonomian Jepang meningkat dari sebelumnya dan

kepercayaan atas barang ekpor tersebut diperoleh dari negara-negara

Asia. Ini dilakukan karena jepang merupakan salah satu Negara

penting dalam hal perdagangan.

37Ibid, hal :41

(13)

Keberhasilan negara-negara di Asia yang terkena kisis untuk dapat

pulih kembali sangat tergantung pada kemampuan Negara-negara tersebut

dalam meningkatkan ekspor neto mereka (dan Negara-negara tujuan

lainnya) untuk mendapatkan cadangan valas sebanyak mungkin.39

Setelah krisis terjadi dan semakin memburuk, khususnya di

Indonesia, tentu semua prediksi buyar. Bahkan, menurut IMF, tahun 1998

merupakan puncak krisis Asia. Setelah itu Negara yang paling menderita

pada awalnya karena terbantai krisis seperti Korea Selatan dan Thailand

akan pulih kembali dalam waktu yang tidak lama, terkecuali Indonesia.

Ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan pulih dalam waktu yang lebih

cepat dibandingkan ekonomi Thailand.40

Setelah menyadari bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap

dolar AS tidak dapat dibendung lagi dengan kekuatan sendiri, lebih lagi

karena cadangan dolar AS di BI sudah mulai menipis, pada bulan Oktober

1997 Indonesia akhirnya terpaksa berpaling kepada IMF ( International

Monetery Fund ) untuk mendapat bantuan dana. Hal yang sama juga

dilakukan oleh beberapa Negara lainnya di Asia yang juga dilanda krisis

seperti Thailand dan Korea Selatan.41

Peran-peran negara yang membantu memulihkan krisis ekonomi

yang terjadi tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama IMF, yang

saat ini anggota IMF berjumlah lebih dari seratus Negara. IMF menerima

atau kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau kekayaan lainnya, yang

(14)

disesuaikan dengan jumlah penduduk, tingkat kemajuan ekonomi, serta

posisi Negara tersebut dalam perdagangan dunia. Kontribusi anggota ini

menentukan hak suara anggota dalam pengambilan keputusan di IMF.42

Oleh karena itu, kalau saat ini Indonesia meminta bantuan kepada

IMF untuk mengatasi krisis nilai tukar yang meluas pada krisis ekonomi

secara keseluruhan, adalah merupakan sesuatu yang wajar dan menjadi

hak Indonesia untuk memintanya. Namun ini sekaligus mencerminkan

bahwa Indonesia saat ini benar-benar mengalami kesulitan dalam

perekonomiannya43

42Edy Suandi Hamid, Op.Cit. hal : 109 43Ibid, hal :110

Ekonomi global adalah gambaran perekonomian secara global

dimana di dalamnya melibatkan perekonomian dari seluruh dunia, karena

setiap negara yang satu dengan yang lainnya selalu berkaitan maka dari itu

apabila terjadi suatu gejolak ekonomi terutama pada negara maju maka hal

itu bisa berpengaruh pada negara yang lainnya secara global. Apalagi

biasanya setiap negara memiliki hutangnya masing-masing sehingga itu

juga berpengaruh pada bergejolaknya pasar dunia. Seperti yang terjadi

belakangan ini, dimana nilai tukar dollar menjadi sangat tinggi sehingga

pada beberapa negara terjadi krisis ekonomi, apalagi seperti negara yang

budaya korupsinya tinggi seperti Indonesia. Ditambah lagi dengan

masyarakat yang kurang sadar akan pajak membuat negara berjuang untuk

(15)

Krisis ekonomi global adalah seuah permasalahan yang terjadi

pada bidang ekonomi di seluruh dunia yang saling memberikan dampak

sehingga terjadilah krisis ekonomi global. Hal ini dapat terjadi karena

hutang suatu negara yang tinggi atau kegiatan perekonomian di dalam

suatu negeri yang berantakan sehingga berpengaruh pada ekonomi global.

Dengan terjadinya krisis ekonomi global maka seluruh bidang kehidupan

masyarakat akan terkena dampaknya, dalam perusahaan jika perusahaan

tersebut tidak bisa bertahan dalam krisis tersebut maka mereka akan

memberlakukan PHK pada beberapa karyawannya dan akhirnya bertabah

penggangguran. Krisis ekonomi global sangat berpengaruh dalam bursa

saham, apabila ada perusahaan besar dunia yang runtuk akibar tidak bisa

bertahan pada krisis ekonomi global maka hal itu akan berdampak pada

bursa saham di seluruh dunia. Pemerintah di suatu negara harus selalu

sigap dan tanggap dalam mengatasi permasalahan ekonomi sebisa

mungkin untuk dapat menyelamatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jadi

negara-negara harus saling membantu dalam mengatasi krisis ekonomi

global agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi dalam hal krisis

ekonomi global ini.44

Untuk dapat mempertahankan perekonomian dalam negeri maka

negara harus selalu pandai melihat peluang dan kemudian

memanfaatkannya untuk kelancaran perekonomiannya, seperti

negara-negara yang terkena dampak krisis ekonomi membuka pasarnya untuk

mengatasi krisis ekonomi global. Misalnya, jika ada peluang ekspor

(16)

barang dari negeri sendiri berpotensi lari di pasaran dunia maka harus bisa

memanfaatkannya agar dapat membantu perekonomian negara untuk

bangkit kembali. Jika pun ada investasi yang nampaknya prospeknya

bagus maka jangan takut untuk mencoba berinvestasi. Negara yang sedang

terkena dampak krisis ekonomi global setidaknya harus bisa

mempertahankan perkembangan perekonomian, sehingga negara bisa

Referensi

Dokumen terkait

Alel : Adalah pasangan gena dalam suatu individu yang tidak tampak dari luar, misalnya : Kk; dimana K= rambut keriting dan k=

Tahap pertama dari penelitian adalah memperoleh data voice of customer berupa atribut kebutuhan pelanggan akan kemasan Ayam Geprek Beringas, yang didapatkan melalui wawancara

 Arbitrage Pricing Theory merupakan model alternatif dari Arbitrage Pricing Theory merupakan model alternatif dari CAPM u/menilai aset keuangan dikembangkan oleh Ross..

Diajukan Kepada Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.. untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Secara keseluruhan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh bidan di Puskesmas Johan Pahlawan masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur dan prinsip visual serta identitas Jawa Barat pada Al- Qur’an mushaf Sundawi yang dilakukan melalui metode analisis

Sosialisasi ketrampilan menenun kain songket dan pembuatan kain pelangi menjadikan perempuan Palembang lebih mandiri dan diberdayakan. Mereka setelah berkeluarga jadi mampu

Hal tersebut tercantum dalam Pasal 13 huruf (b) Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Sosial, dan