ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM PERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT DI DINAS KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Iwan Permana
Iwantatat.permana73@gmail.com STIKES Kota Sukabumi
ABSTRAK
Latar Belakang : Masyarakat Indonesia saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan
pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000; MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan paradigma sakit yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah paradigma sehat yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan program perawatan kesehatan masyarakat dengan pendekatan upaya promotif dan preventif. Menurut hasil laporan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu adalah tidak baik ( 0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota Sukabumi, sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran keluarga adalah baik dari target 15 % pencapaian sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan program perkesmas di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Metode : penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Metode
yang digunakan adalah wawancara dan focus group discution kepada pemegang program perkesmas, koordinator perkesmas, bagian perencanaan , dan bagian kepegawaian di tingkat Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Hasil : Hasil penelitian dengan melakukan analisa SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan
kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi integratif (backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
Kesimpulan : Peningkatan biaya operasional pelaksanaan perkesmas , peningkatan kualitas SDM
melalui pelatihan perkesmas secara rutin , dan pengembangan perkesmas disetiap puskesmas mempunyai peranan penting dalam pelaksanakan perkesmas di puskesmas sehingga perlu adanya perencanaan di tingkat Dinas agar cakupan program perkesmas tercapai.
Pendahuluan
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini juga yaitu upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada di atas rata-rata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Namun demikian, target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat dicapai pada 2007.
Indonesia berupaya mengatasi masalah tersebut melalui pembangunan dibidang kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dari seluruh potensi bangsa baik dari masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat 2025 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan ayng setinggi – tingginya dan perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk meningkatkan kesehatan bangsa Indonesia agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka Visi Rencana Strategi (Renstra) Kementrian Kesehatan RI adalah “ Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan “ dengan Misi Renstra Kementrian Kesehatan adalah Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan ; Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; Menciptakan tata kelola keperintahan yang baik. Guna mencapai visi dan misi tersebut kementrian kesehatan menetapkan strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemamfaatan dan mutu kesediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.
Guna mendukung pembangunan nasional dibidang kesehatan dan seiring dengan adanya reformasi puskesmas pemerintah mengambil suatu kebijakan dalam upaya revitalisasi puskesmas dimana keperawatan sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan berkontribusi melalui pengembangan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat termasuk pelayanan keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat termasuk keperawatan keluarga merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat mendukung terciptanya kemandirian klien dalam mengatasi masalah kesehatannya. Pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan sasaran pelayanan individu, keluarga, kelompok dengan penekanan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kemudian berdasarkan UU kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 53 ayat 1 dinyatakan bahwa Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga kemudian pada UU Rumah Sakit no: 44 tahun 2009 dinyatakan bahwa tugas dan fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sementara itu pada Kepmenkes 279 tahun 2006 dinyatakan bahwa lingkup pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat di puskesmas lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitaif yang ditujukan pada sasaran pelayanan indvidu, keluarga kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut berarti pelayanan kesehatan masyarakat dapat melakukan upaya kesehatan perorangan maupun upaya pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat. Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk mencapai kemamdirian masyarakat baik disaranan pelayanan rumah sakit dan puskesmas (Kep.Menpan No. 94 Tahun 2001).
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di tetapkan sub sistem upaya kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya kesehatan perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran serta aktif masyarakat dan swasta, sedangkan UKP dapat diselenggarakan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terarah, terencana, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, professional dan bermutu, (Kemenkes, 2006c) .
Kota Sukabumi mempunyai Misi pembangunan dibidang jasa perdagangan, pendidikan dan kesehatan. Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari Visi dan Misi bidang Kesehatan yaitu : Terlindunginya Kota Sukabumi dari masalah kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang profesional dengan melibatkan peran aktif masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang Sehat, Cerdas, dan Sejahtera. Pewujudan visi dan misi Dinas Kesehatan tersebut diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Bidang Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari 3 seksi, yakni Kesehatan Komunitas, Kesehatan Khusus dan Kesehatan Gizi. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
sudah berupaya melakukan Visi dan Misi dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan yakni kesehatan komunitas dengan melakukan penerapan keperawatan kesehatan masyarakat melalui Klinik Terpadu Kesuma yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas wilayah Kota Sukabumi sesuai dengan komitmen Dinas Kesehatan dengan melakukan kebijakan melalui Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi agar setiap Puskesmas melaksanakan kegiatan perkesmas melalui Klinik Terpadu Kesuma dengan dasar rujukan Kepmenkes No. 279/MENKES/SK/IV/2006. Klinik Terpadu Kesuma yaitu klinik yang ada di Puskesmas dengan ruangan khusus sebagai rujukan dari poliklinik Puskesmas atau dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang komprehensif, holistic, terintegrasi dan berkesinambungan.
Namun menurut hasil laporan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Sukabumi (2010) evaluasi pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu adalah tidak baik ( 0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota Sukabumi, , sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran keluarga adalah baik dari target 15 % pencapaian sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani.
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan tersebut diatas, untuk berupaya merealisasikan upaya yang lebih konkrit dalam penerapan keperawatan kesehatan masyarakat yang mana harus ditunjang dengan peran perawat yang profesional dan dukungan Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas maka peneliti melakukan studi tentang “Analisa Pelaksanaan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.”
Metode
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket yang dilakukan dengan cara wawancara dan focus group discusion (FGD). Sampel digunakan dengan purposive sampling yaitu pemegang program perkesmas, koordinator perkesmas, bagian perencanaan, bagian kepegawaian dan bagian pelayanan kesehatan. Data yang di kumpulkan dengan menggunakan analisa SWOT.
Hasil Dan Pembahasan
A. Analisa SWOT Di Tingkat Dinas Kesehatan 1. Analisis Internal
Berdasarkan hasil analisa di Dinkes Kota Sukabumi :
a. Kekuatan ( Strength )
1) Adanya visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi yang jelas akan memberikan kekuatan atau energi semua komponen struktural maupun fungsional untuk menunjukan kinerja yang optimal bagi peningkatan program keperawatan komunitas/perkesmas/klinik kesuma
2) Kebijakan Kepala Dinas Kesehatan untuk perbaikan program perkesmas yang akan menjadi modal pendorong untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
3) Penanggung jawab perkesmas adalah seorang perawat yang akan bisa memahami masalah dan kecenderungan mampu melakukan analisis situasi dengan cermat 4) Adanya seksi kesehatan komunitas dalam organisasi dinas kesehatan yang dapat
mendukung kegiatan perkesmas
5) Sudah adanya kebijakan dinas kesehatan ke tingkat puskesmas dalam pelaksanaan perkesmas.
b. Kelemahan ( Weaknes )
1) Biaya operasional pelaksanaan perkesmas tidak tersendiri dan besaran biaya rendah sebesar 0,05 % dari total anggaran kesehatan di tingkat dinas kesehatan.
2) Jumlah/ mutu/ kinerja SDM yaitu jumlah kebutuhan perawat D III, dan S1 belum maksimal akan menggaggu pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya menyebabkan tidak puas dan mencari pelayanan lain
3) SOP dan aturan serta metoda pelaksanaan perkesmas di tingkat dinas kesehatan belum ada yang akan berakibat pada praktik pelayanan dibawah standar.
4) Kurangnya pengembangan SDM melalui pelatihan perkesmas dan pelatihan kemampuan dasar keperawatan di tingkat dinas kesehatan
5) Penempatan tenaga/rotasi yang terlalu cepat yang pada akhirnya penanggungjawab perkesmas belum bekerja secara penuh
6) Bagian/ program penelitian dan pengembang tidak ada sehingga pengembangan pegawai atau karyawan stagnan dan tidak ada inovasi-inovasi baru yang dihasilkan untuk pelayanan dan manajemen serta sebagai indikator lemahnya penerapan praktik berdasarkan bukti (evidence-base practice) di dinaskesehatan
7) SIK dinas kesehatan belum ada yang menyebabkan saluran komunikasi manajemen yang kurang , fungsi-fungsi manajemen yang tidak berjalan di dinas kesehatan 8) Evaluasi pencapaian sasaran tahun 2010 dalam Cakupan perkesmas individu tidak
baik
9) Belum adanya sumber daya alat, bahan, sarana prasarana khusus perkesmas seperti : PHN Kit, alat dan bahan pertolongan darurat.
2. Analisis Eksternal
Berdasarkan hasil analisa di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi secara eksternal diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Peluang ( Opurtunity )
1) Merupakan daerah transit antar daerah dengan luas wilayah yang sangat kecil sehingga mudah mengakses pelayanan kesehatan dan terbuka peluang kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam memberi pelayanan kesehatan serta mudah untuk memperoleh informasi dan teknologi terbaru baik dibidang manajemen maupun pelayanan kesehatan
2) Visi dan Misi Kota Sukabumi adalah di bidang jasa pelayanan kesehatan, perdagangan dan pendidikan hal ini akan membantu proses penyelesaian masalah kesehatan
3) Adanya peningkatan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan pengembangan tingkat pendidikan tenaga keperawatan
4) Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan ( Poltekes Yapkesbi, Universitas Sukabumi dan SITKES Sukabumi)
5) Adanya kebijakan dinas kesehatan profinsi untuk melaksanakan kegiatan program keperawatan komunitas melalui Nursing Center (NC) untuk dilakasanakan di setiap kota/kabupaten
6) Adanya aturan Permenkes No. 279 tentang pelaksanaan perkesmas 7) Adanya program desa siaga dan RW siaga
8) Adanya bantuan dana dari tingkat profinsi, APBN dan DAK yang dapat mendukung kegaiatan program serta BOK untuk puskesmas.
b. Ancaman ( Treath )
1. Tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat makin dinamis dan variatif yang tidak diimbangi oleh peningkatan kinerja pemberi pelayanan kesehatan yang baik serta mutu pelayanan kesehatan di dinkes akan berdampak pelayanan kurang bermutu dan kinerja tenaga kurang baik.
2. Adanya universal coverarage yang mana harus menyediakan pelayanan masyarakat tidak mampu
3. Terjadinya peningkatan teknologi pelayanan keperawatan/kedokteran 4. Menngkatnya IPTEK di bidang komputerisasi
5. Meningkatnya Penyakit tropis dan penyakit infeksi Faktor Internal Kekuatan (strengths)
: Kelemahan (weaknesses) :
Faktor Exsternal
1. Adanya Visi dan Misi Dinkes Kota Sukabumi 2. Adanya Kebijakan
Dinkes
3. Adanya PJ perkesmas 4. Adanya seksi keskom 5. Adanya akreditasi Tk.
PKM
1. Biaya operasional rendah
2. Belum adanya
SOP/aturan/metoda pelaksanaan perkesmas 3. Kurangnya pelatihan di tk.
Dinkes
4. Belum adanya program
penelitian dan
pengembangan 5. Belum adanya SIK 6. Belum adanya sapras dan
alat PHN KIT/desa 7. Belum adanya perawat
penyelia Peluang
(oppurtunities) : 1. luas wilayah kecil 2. Visi dan Misi Kota
Sukabumi 3. Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan 4. Kebijakan Dinkes Profinsi 5. Permenkes 279 6. Adanya kel. Siaga
dan RW
7. Dana bantuan APBD, DAK BOK
SO strategis 1. Meningkatkan program pengembangan yankes (S: 1, 2, O: 1, 2, 4, 5) 2. Memperluas kemitraan dan advokasi (S: 5 O; 3) WO strategis 1. Meningkatkan biaya operasional perkesmas (W:1, O:7) 2. Membuat model SOP/aturan/metode perkesmas (W:2, O: 1, 2) 3. Meningkatkan pelatihan perkesmas (W:3, O; 4,5) Ancaman (treaths) : 1. Tuntutan yankes 2. Multi bourden desease 3. UHH meningkat 4. Adanya IPTEK bid.kes/kep ST strategi, Meningkatkan sistem yankes dlm menghadapi pasar bebas (S: 2, 5, T: 1, 2, 3, 4) WT strategis 1. Pengembangan dan peneltian yankes (W:4, T: 3, 2, 3) 2. Pengembangan yankes berbasis komputerisasi (W:5, T:4)
BAGAN MATRIXS TOWS
Tabel : Internal Factor Evaluation (IFE Matrix)
Keterangan :
1 = kelemahan besar 3 = kekuatan kecil
2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan besar
No Critical Succes Factor Bobot AS Score Keterangan
1 Kekuatan : Adanya visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi yang jelas akan memberikan kekuatan atau energi semua komponen struktural maupun fungsional untuk menunjukan kinerja yang optimal bagi peningkatan program keperawatan komunitas/perkesmas/klinik kesuma
0,15 4 0,60 Arah yang jelas
2 Kebijakan Kepala Dinas Kesehatan untuk perbaikan program perkesmas yang akan menjadi modal pendorong untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
0,12 4 0,48 Kualitas pelayanan ke arah yang lebih baik Bentuk komitmen Dinkes
Kota Sukabumi 3 Penanggung jawab perkesmas adalah seorang perawat yang akan
bisa memahami masalah dan kecenderungan mampu melakukan analisis situasi dengan cermat
0,10 4 0,40
4 Adanya seksi kesehatan komunitas dalam organisasi dinas kesehatan
yang dapat mendukung kegiatan perkesmas 0,08 3 0,24 Bentuk pengembangan pelayanan kesehatan
5 Kerjasama lintas program yang baik 0,08 3 0,24 Potensi pelayanan akan
berkembang Kelemahan :
1 Biaya operasional pelaksanaan perkesmas tidak tersendtiri dan besaran biaya rendah sebesar 0,05 % dari total anggaran kesehatan di tingkat dinas kesehatan.
0,10 1 0,10 Menghambat pelayanan perkesmas 2 Jumlah/ mutu/ kinerja SDM yaitu jumlah kebutuhan perawat D III, dan
S1 belum maksimal akan menggaggu pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya menyebabkan tidak puas dan mencari pelayanan lain. yaitu S1 keperawatan 9 orang, D III keperawatan 84 orang dan SPK 25 orang.
0,04 2 0,08 Gangguan proses pelayanan perkesmas
3 SOP dan aturan serta metoda pelaksanaan perkesmas di tingkat dinas kesehatan belum ada yang akan berakibat pada praktik pelayanan dibawah standar.
0,05 1 0,05 Menghambat pelayanan perkesmas 4 Kurangnya pengembangan SDM melalui pelatihan perkesmas dan
pelatihan kemampuan dasar keperawatan di tingkat dinas kesehatan secara rutin
0,06 2 0,12
5 Penempatan tenaga/rotasi yang terlalu cepat yang pada akhirnya
penanggungjawab perkesmas belum bekerja secara penuh 0,03 1 0,03
7 Bagian/ program penelitian dan pengembang tidak ada sehingga pengembangan pegawai atau karyawan stagnan dan tidak ada inovasi-inovasi baru yang dihasilkan untuk pelayanan dan manajemen serta sebagai indikator lemahnya penerapan praktik berdasarkan bukti (evidence-base practice) di dinas kesehatan
0,08 1 0,08 Potensi pengembangan program pelayanan kesehatan lebih rasional
8 SIK dinas kesehatan belum ada yang menyebabkan saluran komunikasi manajemen yang kurang , fungsi-fungsi manajemen yang tidak berjalan di dinas kesehatan
0,04 2 0,08 Pengembangan program perkesmas tidak
terprogram 9 Belum adanya penunjukan perawat penyelia dengan tugas dan fungsi
yang jelas 0,05 1 0,05 perkesmas tidak optimal Pelaksanaan program
10 Belum adanya sumber daya alat, bahan, sarana prasarana khusus
perkesmas seperti : PHN Kit, alat dan bahan pertolongan darurat. 0,02 2 0,04
Tabel : External Factor Evaluation (EFE Matrix) N
o
Critical Succes Factor Bobot AS Scor e
Keterangan Peluang :
1 Merupakan daerah transit antar daerah dengan luas wilayah yang sangat kecil sehingga mudah mengakses pelayanan kesehatan dan terbuka peluang kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam memberi pelayanan kesehatan serta mudah untuk memperoleh informasi dan teknologi terbaru baik dibidang manajemen kesehatan maupun pelayanan kesehatan
0,10 3 0,30 Alternatif pengembang an program yankes perkesmas
2 Visi dan Misi Kota Sukabumi adalah di bidang jasa pelayanan kesehatan, perdagangan dan pendidikan hal ini akan membantu proses penyelesaian masalah kesehatan 0,15 4 0,60 Mendukung program perkesmas dan terposisi dengan baik
3 Adanya peningkatan jumlah kebutuhan tenaga perawat dan pengembangan tingkat pendidikan tenaga keperawatan
0,10 3 0,30 Membantu pelayanan perkesmas
4 Adanya 3 lembaga pendidikan kesehatan ( Poltekes Yapkesbi, Universitas Sukabumi dan SITKES Sukabumi)
0,08 3 0,24
5 Adanya kebijakan dinas kesehatan profinsi untuk melaksanakan kegiatan program keperawatan komunitas melalui Nursing Center (NC) untuk dilaksanakan di setiap kota/kabupaten 0,08 3 0,24 Pendukung kecepatan/ akurasi sistem pelayanan kesehatan dan memerlukan inovasi
6 Adanya aturan Permenkes No. 279 tentang pelaksanaan perkesmas 0,08 4 0,32 Memperkuat
pelaksanaaa n perkesmas
7 Adanya program desa/kelurahan siaga dan RW siaga 0,05 2 0,10 Memerlukan
pelayanan
8 Adanya bantuan dana dari tingkat profinsi, APBN dan DAK yang dapat mendukung kegaiatan program dan BOK untuk tk. puskesmas
0,08 3 0,24 Mendukung program perkesmas
Ancaman :
1 Tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat makin dinamis dan variatif yang tidak
diimbangi oleh peningkatan kinerja pemberi pelayanan kesehatan yang baik serta mutu pelayanan kesehatan di dinkes akan berdampak pelayanan kurang bermutu dan kinerja tenaga kurang baik.
0,10 3 0,30 Perlu respon selektif
2 Adanya universal coverarage yang mana harus menyediakan pelayanan masyarakat
tidak mampu
0,03 2 0,06 Masih dipertanyaka
n
3 Terjadinya peningkatan teknologi pelayanan keperawatan/kedokteran 0,03 2 0,06 4 Meningkatnya IPTEK di bidang komputerisasi 0,04 3 0,12 5 Meningkatnya jumlah lansia, Penyakit tidak menular dan penyakit menular (penyakit
tropis, penyakit infeksi) serta multi bourden desease
0,08 4 0,32 Perlu peningkatan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat 1,0 3,2
Keterangan :
1 = dibawah rata-rata 2 = rata-rata 3 = diatas rata-rata 4 = Sangat bagusBAGAN MATRIXS INTERNAL EXSTERNAL TOTAL IFE
Kuat Sedang Lemah
kuat
I II III
Sedang IV V VI
lemah VII VIII IX
Dari gambar matrixs diatas diperoleh hasil posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi integratif (backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
B. Rencana Strategi
1. Peningkatan biaya operasional pelaksanaan perkesmas
2. Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan perkesmas secara rutin 3. Pengembangan perkesmas disetiap puskesmas
4. Penyediaan fasilitas dan sarana prasarana : ruangan khusus, PHN Kit minimal 1/desa, PPGD Kit 5. Pengembangan program layanan kesehatan berbasis komputerisasi (Sistem Informasi Kesehatan ) 6. Pengembangan pelayanan kesehatan melalui penelitian dan penerapan praktik berdasarkan bukti (evidence-base practice)
7. Ditetapkan adanya perawat penyelia Kab/Kota di Tk. Dinkes 1,0 4,0 3,0 2,0 3,0 2,0 es 1,0 3,2 2,59
8. Ditetapkannya SOP/standar/pedoman pelaksanaan kegiatan perkesmas 9. Pengembangan dukungan administrasi
10. Pengembangan kerjasama dengan lembaga pendidikan kesehatan
Kesimpulan
Hasil penelitian dengan melakukan analisa SWOT faktor internal dengan hasil kekuatan kecil sebesar 2,59 dan faktor eksternal di atas rata – rata dengan nilai 3,2, setelah dilakukan pembobotan. Hasil matrixs pada posisi Grow and Build. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif (market penetration, market development dan product development) dan strategi integratif (backward ibtegration, foward integration dan hirizontal integration).
Saran
Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi melakukan peningkatan biaya operasional pelaksanaan perkesmas , peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan perkesmas secara rutin , dan pengembangan perkesmas disetiap puskesmas mempunyai peranan penting dalam pelaksanakan perkesmas di puskesmas sehingga perlu adanya perencanaan di tingkat Dinas agar cakupan program perkesmas tercapai.