• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan atas hukum. Disebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan atas hukum. Disebut"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan atas hukum. Disebut sebagai negara kesatuan karena kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak sama dan tidak sederajat, sehingga kekuasaan tertinggi dari suatu negara berada pada pemerintahan pusat.1 Disisi lain disebut sebagai negara hukum karena kekuasaan negara didasarkan atas dasar hukum, dan seluruh masyarakatnya diharuskan bertindak berdasarkan atas hukum. Hal ini tercermin dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Indonesia memiliki misi sebagai negara yang merdeka yakni, melindungi segenap bangsa Indonesia, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.2 Ketentuan tentang misi negara ini dirumuskan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni “…pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

1 Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, 2000, Ilmu Negara Edisi Revisi, Gaya Media

Pratama, Jakarta, h. 207.

2 Leden Marpaung, 2009, Tindak pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan,

(2)

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…”

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Dikatakan demikian karena Indonesia sedang mengalami proses pembangunan, serta tingkat kesejahteraan atau kualitas hidup rakyatnya sedang atau dalam proses perkembangan. Di samping itu pula, tingkat perekonomian masyarakat Indonesia masih terbilang rendah, sehingga mengakibatkan pendapatan per kapita penduduk rendah. Masyarakat dapat dikatakan sejahtera apabila tingkat perekonomian rata-rata masyarakat sudah mencapai tingkat perekonomian menengah ke atas. Selain itu, masyarakat juga membutuhkan kondisi keamanan negara yang baik dan harmonis untuk dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sejahtera.3

Remaja sebagai generasi muda memiliki peranan yang sangat penting di dalam pembangunan bangsa dan negara. Di genggaman generasi muda terletak masa depan bangsa, yang nantinya diharapkan bisa menjadi kader-kader pemimpin dalam membangun Indonesia yang lebih maju, aman dan sejahtera. Remaja sebagai generasi penerus bangsa, tentunya memiliki kewajiban untuk ikut serta di dalam memperjuangkan kesejahteraaan masyarakat, agar tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Hal ini sangat selaras dengan tujuan dari negara Indonesia yakni terciptanya masyarakat yang adil dan makmur serta terpeliharanya keamanan dan ketertiban umum.4

3 Hendarmin Ranadireksa, 2007, Visi Bernegara Arsitektur Konstitusi Demokratik, Fokusmedia, Bandung, h. 99.

4 Fisjwara, tanpa tahun terbit, Pengantar Ilmu Politik, tanpa penerbit, tanpa tempat terbit, h.

(3)

Remaja sebagai agen perubahan bangsa, sangat berperan di dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat laju pertumbuhan dan perkembangan bangsa dan negara. Maka dari itu remaja harus memiliki kemampuan untuk berpikir yang positif, berkata yang jujur, dan berbuat yang baik.5 Dengan terealisasikannya ketiga hal tersebut, maka akan tercipta remaja yang memiliki mental yang selaras dan seimbang. Di samping itu, dengan memahami ketiga hal tersebut maka dapat membuat hidup ini sedapat mungkin dapat dipahami dan menjadi bermakna.6

Namun yang menjadi permasalahan serius yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah mengenai permasalahan kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan gejala masyarakat yang bersifat universal, dimana-mana ada dan terus beregenerasi dari waktu ke waktu. Contoh kasus-kasus kenakalan remaja yang sering dijumpai di dalam masyarakat dapat berupa perkelahian antar geng, begal, perampokan, pencurian, perkosaan-perkosaan, pemilikan senjata tajam, bahkan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh remaja serta perbuatan-perbuatan a-moral dan a-sosial lainnya. Dari beberapa contoh pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja tersebut, dapat memberikan penjelasan bahwasanya remaja sebagai generasi penerus bangsa yang mempunyai hak dan kewajiban membangun bangsa dan negara, malah sebaliknya mereka melakukan perbuatan yang sifatnya melanggar hukum.

Permasalahan kenakalan remaja yang saat ini dianggap sebagai masalah yang sangat kompleks dan menyangkut masa depan bangsa dan negara adalah tindak

5 Soerjono Soekanto, 2012, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, h. 5. 6

(4)

pidana penyalahgunaan narkotika. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika diatur di dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Secara etimologi, kata narkotika berasal dari bahasa yunani yaitu narke yang memiliki arti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.7 Yang dimaksud dengan narkotika menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Remaja merupakan masa dimana manusia berada pada titik labil, hal ini ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-prilaku yang sifatnya menyimpang, dimana pada masa ini akan muncul keinginan yang tinggi untuk mencoba-coba sesuatu, mengikuti mode/zaman dan gaya hidup/lifestyle yang berlebihan. Meskipun kesemua hal tersebut masih bisa dianggap wajar, namun hal ini bisa saja menyebabkan remaja memiliki keinginan untuk mencoba-coba narkotika, sehingga terjadilah penyalahgunaan narkotika, yang ujung-ujungnya tidak hanya merugikan remaja itu sendiri, namun juga merugikan keluarganya, serta masyarakat. Salah satu buku yang berjudul Drug Addiction and Families (Ketergantungan Narkotika dan Keluarga) menyebutkan, Exposure to drug misuse within the family has diverse consequences for children. On the whole it could be said that children of drug-misusing parents face a whole host of potentially negative developmental outcomes, one of which might be to develop their own problems with drugs.8 Apabila

7 Andi Hamzah, 1986, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia,

Jakarta, h. 224.

8

(5)

diterjemahkan memiliki arti, paparan penyalahgunaan narkoba dalam keluarga memiliki beragam konsekuensi untuk anak-anak. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa anak-anak dari orang tua pecandu narkotika menghadapi berbagai macam hasil perkembangan berpotensi negatif, salah satunya mungkin untuk mengembangkan masalah mereka sendiri dengan narkotika.

Untuk menanggulangi hal tersebut, diperlukan upaya penanggulangan yang serius dan intensif dengan melibatkan kerjasama semua pihak atau multisektor, baik di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun peran serta pemerintah secara aktif yang dilakukan secara berkesinambungan.

Sama halnya dengan di Kabupaten Buleleng, sebagai kabupaten dengan daerah terluas di pulau Bali, Kabupaten Buleleng merupakan salah satu daerah yang menjadi target utama di dalam peredaran gelap narkotika. Peredaran narkotika ini terjadi karena letak Kabupaten Buleleng yang berdekatan dengan pelabuhan Gilimanuk, sehingga sangat strategis untuk dijadikan tempat transit peredaran narkotika dari pulau Jawa menuju daerah lainnya di pulau Bali. Hal ini telah terbukti dengan penangkapan kasus-kasus besar narkotika di Kabupaten Buleleng selama tiga tahun terakhir oleh Sat Res Narkoba Polres Buleleng.

Peredaran dan penggunaan narkotika di Kabupaten Buleleng sudah sangat pesat perkembangannya, dimana peredaran narkotika tidak hanya terfokus di kota Singaraja, namun sudah memasuki daerah–daerah terpencil di pedesaan. Menurut Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra, kasus penyalahgunaan narkotika di

(6)

Buleleng semakin meningkat dan tidak hanya menyasar masyarakat umum namun sudah menjalar ke pelajar ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS).9

Menurut Satuan Res Narkoba Buleleng, selama rentang waktu 8 bulan yaitu dari bulan Januari hingga bulan Agustus Tahun 2015, telah tertangkap 19 pelaku pengguna, penyimpan maupun pengedar narkotika.10 Kondisi ini tentu terbilang sangat memprihatinkan, dan menggambarkan betapa pesatnya perkembangan peredaran gelap narkotika di Kabupaten Buleleng, serta kondisi ini pada khususnya dapat mengancam keselamatan ataupun masa depan remaja-remaja yang ada di Kabupaten Buleleng.

Berikut ini merupakan tabel pelaku penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja yang sudah ditangkap oleh Sat Res Narkotika Kabupaten Buleleng selama dua tahun terakhir:

Tabel 1. Tabel Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Lingkungan Remaja yang Sudah Ditangkap Oleh Sat Res Narkotika Kabupaten Buleleng Selama Dua Tahun Terakhir a. Tahun 2014

No. Nama (inisial) Alamat

1. GAM, Laki-laki, Usia 21 Tahun, Agama Hindu, Pekerjaan Buruh harian lepas.

Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.

2. OF, Laki-laki, Usia 19 Tahun, Agama Kristen Protestan, Pelajar

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng

3. PAD, Laki-laki, Usia 22 Tahun, Agama Hindu, Pekerjaan Buruh harian lepas,

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng

9 BeritaBali, 2015, Jadi Incaran Pengedar Narkoba, BNN Buleleng Segera Dibangun,

http://beritabali.com/read/2015/10/16/201510170001/Jadi-Incaran-Pengedar-Narkoba-BNN-Buleleng-Segera-Dibangun.html , diakses tanggal 21 Oktober 2015

10 Bali Post, 2015, Delapan Bulan Polres Buleleng Tangkap 19 Pelaku Narkoba,

http://balipost.com/read/criminal-dan-hukum/2015/08/21/40119/delapan-bulan-polres-buleleng-tangkap-19-pelaku-narkoba.html , diakses tanggal 21 Oktober 2015

(7)

b. Tahun 2015

No. Nama (inisial) Alamat

1. MIEA, Laki-laki, Usia 20 Tahun, Agama Islam, Pekerjaan tidak ada.

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng

2. RW, Perempuan, Usia 20 Tahun, Pekerjaan Swasta.

Alamat tetap: Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi.

Alamat sementara: Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

(Sumber : Sat Res Narkotika Kabupaten Buleleng pada Tanggal 19 Januari 2016)

Berdasarkan pada uraian tabel di atas, dapat dilihat bahwa penyalahgunaan narkotika sudah menjalar ke lingkungan remaja, hal ini membuktikan bahwa peredaran narkotika sudah sangat pesat perkembangannya di Kabupaten Buleleng. Walaupun jumlah pelaku penyalahgunaan narkotika yang ditangkap tidak banyak, namun perlu diwaspadai bahwa kejahatan narkotika ibarat gunung es yang sewaktu-waktu bisa mencair dan mengungkapkan kasus-kasus baru yang tidak terduga dampak yang akan ditimbulkan terhadap masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan kajian secara ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul Kajian Kriminologis Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika di Lingkungan Remaja Kabupaten Buleleng.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng ?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor Buleleng dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika khususnya di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah menggambarkan luasnya cakupan lingkup masalah yang dikaji dan pada umumnya digunakan untuk membatasi pembahasan yaitu hanya sebatas pada permasalahan yang sudah ditetapkan, jadi bukan merupakan keseluruhan unit. Melalui perumusan ruang lingkup masalah, dapat diketahui variabel yang akan diteliti maupun yang tidak diteliti.

Maka dari itu, dalam penulisan karya ilmiah ini agar pembahasannya lebih sistematis, metodelogis dan tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan serta tidak terjadi pembahasan yang berlebihan maka terhadap pembahasannya diberikan batasan ruang lingkup yaitu pertama, mengenai faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng. Kedua, bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan

(9)

oleh pihak Kepolisian Resor Buleleng dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penulisan proposal penelitian ini murni dibuat oleh penulis, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Untuk membuktikan orisinalitas dari proposal penelitian ini maka dapat dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang sejenis, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Tabel Orisinalitas Penelitian Terhadap Dua Buah Penelitian yang Pernah Dilakukan Sebelumnya

PEMBEDA SKRIPSI 1 SKRIPSI 2

JUDUL Tinjauan Kriminologis

Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Oknum Mahasiswa (Studi Kasus di Kota Makassar Tahun 2010-2012)

Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Narkotika yang Dilakukan Oleh Ibu Rumah Tangga di Kota Makassar

PENULIS Pradipta Pranadhika Hakim A. Muh. Fajrin

(10)

TAHUN 2014 2013

RUMUSAN MASALAH

a. Apakah yang menjadi

faktor penyebab

penyalahgunaan narkotika oleh mahasiswa?

b. Bagaimana upaya yang

dilakukan untuk

menanggulangi

penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh mahasiswa?

a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Ibu rumah tangga di kota Makassar?

b. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Ibu rumah tangga di kota Makassar?

PENJELASAN Terhadap penelitian yang pertama, indikator pembeda yang dapat penulis jelaskan adalah mengenai judul, tempat, tahun, serta rumusan masalah yang akan dibahas. Mengenai rumusan masalah, penelitian terdahulu membahas mengenai

Terhadap penelitian yang kedua, indikator pembeda yang dapat penulis jelaskan adalah mengenai judul, tempat, tahun, serta rumusan masalah yang akan dibahas. Mengenai rumusan masalah, penelitian terdahulu membahas mengenai

(11)

faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh mahasiswa, serta membahas mengenai upaya yang

dilakukan untuk

menanggulangi

penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh mahasiswa. Sedangkan penelitian yang penulis buat membahas mengenai faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng, serta bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor Buleleng dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng.

faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Ibu rumah tangga di kota Makassar, serta membahas mengenai bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Ibu rumah tangga di kota Makassar. Sedangkan penelitian yang penulis buat membahas mengenai faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng, serta bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor Buleleng dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng.

(12)

1.5 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus memiliki tujuan sehingga dapat mencapai target yang dikehendaki. Adapun tujuan nya digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa.

2. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis.

3. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum.

4. Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa ke dalam kehidupan masyarakat.

5. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana hukum.

6. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh remaja di Kabupaten Buleleng serta upaya penanggulangannya.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng.

(13)

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor Buleleng dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu hukum khususnya dalam mendalami perkembangan hukum pidana, terutama tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotka.

1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi aparat penegak hukum, khususnya dalam rangka penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang saat ini menjadi target utama pemerintah untuk segera diberantas.

1.7 Landasan Teoritis

Sebagai landasan teori di dalam memecahkan permasalahan di atas maka penulis berpijak pada teori hukum, konsep-konsep hukum, ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan disamping itu pula akan dipakai pegangan adalah

(14)

pendapat-pendapat para sarjana yang ada kaitannya dengan permasalahan tersebut di atas.

Hukum adalah serangkaian peraturan mengenai tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat, sedang satu-satunya tujuan dari hukum ialah mengadakan keselamatan, bahagia dan tata tertib dalam masyarakat itu.11 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang ini memberikan peluang yang sangat besar terhadap tumbuhnya berbagai macam tindak kejahatan. Atas dasar itulah maka ilmu kriminologi sebagai bagian dari ilmu hukum berupaya untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi ataupun menanggulangi berbagai jenis tindak kejahatan serta gejala-gejalanya.

Suatu pendapat klasik menyatakan, bahwa kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang meneliti delinkuensi dan kejahatan, sebagai suatu gejala sosial. Jadi ruang lingkupnya adalah proses terjadinya hukum (pidana)/menganalisa kondisi-kondisi di mana hukum pidana berlaku, penyimpangan terhadap hukum atas pelanggarannya/sebab-sebab terjadinya kejahatan, dan reaksi terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut/upaya penanggulangan terhadap kejahatan.12

Secara etimologi, Kriminologi berasal dari kata Crime dan Logos. Dimana Crime artinya kejahatan, sedangkan Logos berarti Pengetahuan.

11 Wirdjono Prodjodikoro, 1976, Perbuatan Melanggar Hukum, Penerbitan Sumur Bandung,

Bandung, h. 1. (selanjutnyadisingkat Wirdjono Prodjodikoro I)

12 Soerjono Soekanto, Hengkie Liklikuwata dan Mulyana W. Kusumah, 1981, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 24.

(15)

Sehingga Kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.13

Andi Zainal Abidin mengemukakan bahwa kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan, dan cara penanggulangannya.14

Sejalan dengan pendapat di atas, Paul Moelino memaparkan mengenai pelaku kejahatan, dimana pelaku kejahatan mempunyai andil atas terjadinya suatu kejahatan, karena terjadinya kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan perbuatan yang ditentang oleh masyarakat.15

Berdasarkan pemaparan para sarjana diatas, maka kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab kejahatan, pelaku kejahatan, serta bagaimana cara menanggulangi tindak kejahatan.

Di dalam mempelajari kriminologi secara garis besar dikenal adanya beberapa teori yaitu:

1. Teori Kriminologi Dari Perspektif Biologis dan Psikologis 2. Teori Kriminologi Dari Perspektif Sosiologis

3. Teori Kriminologi Dari Perspektif Kontrol Sosial / Social Control

13 Abdul Syani, 1987, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Perspektif Kriminologi, Bina

Aksara, Jakarta, h. 6.

14 Andi Zainal Abidin Farid, 1981, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 42. 15

(16)

Di dalam penulisan ini, adapun teori kriminologi yang digunakan untuk mengkaji permasalahan yang diangkat yaitu teori kriminologi dari perspektif kontrol sosial / social control.

Teori kontrol sosial memfokuskan diri pada teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya kepada ketaatan terhadap aturan-aturan masyarakat.

Teori kontrol pada dasarnya berusaha untuk menjelaskan kenakalan di kalangan remaja. Kenakalan di antara para remaja dapat dikatakan sebagai kejahatan yang bersifat primer, dikatakan demikian karena kejahatan dilakukan secara periodik atau jarang-jarang, dilakukan tanpa menggunakan cara yang lihai, para remaja menganggap bahwa prilaku yang dilakukan tidak bersifat melanggar serta pada dasarnya hal yang dilakukan itu tidak dipandang sebagai tindak pidana oleh pihak yang berwajib.16

Kontribusi keluarga terhadap timbulnya kejahatan atau delinkuen di kalangan remaja pada khususnya sangatlah besar, karena keluarga merupakan tempat terjadinya pembentukan kepribadian dari seseorang, hal ini disebut dengan kontrol eksternal. Selain kontrol eksternal, maka manusia diharapkan mampu untuk menahan diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat, hal ini disebut dengan

personal control / kontrol internal. Selain 2 kontrol tersebut, diperlukan

16 Wahyu Muljono, 2012, Pengantar Teori Kriminologi, Penerbit Pustaka Yustisia,

(17)

adanya sosialisasi yang memadai untuk mengurangi terjadinya kejahatan, serta para remaja harus taat terhadap hukum. 17

Travis Hirschi sebagai penganut teori kontrol sosial beranggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecendrungan yang sama kemungkinannya, apakah ia menjadi baik ataupun malah sebaliknya menjadi jahat. Perbuatan baik ataupun jahat yang ia lakukan sangat ditentunkan oleh bagaimana lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Selain itu, perilaku menyimpang merupakan konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mengendalikan dirinya agar tidak melanggar norma-norma yang ada. Menurut Travis Hirschi, terdapat empat elemen ikatan sosial (social bonds) dalam setiap masyarakat yang dapat membentuk ikatan sosial antara individu dan masyarakat, yaitu:

1. Attachment (Keterikatan/Kasih Sayang)

Attachment merupakan kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya

terhadap orang lain. Kalau attachment ini sudah terbentuk, maka orang tersebut akan peka terhadap pikiran, perasaan dan kehendak orang lain.

Attachment diartikan secara bebas dengan keterikatan/kasih sayang,

ikatan pertama yaitu keterikatan dengan orang tua, keterikatan dengan sekolah (guru) dan dengan teman sebaya.

2. Commitment (Komitmen/Tanggung Jawab)

Commitment adalah keterikatan seseorang pada subsistem konvensional

seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Segala kegiatan yang dilakukan seseorang seperti sekolah, pekerjaan, kegiatan dalam organisasi, akan mendatangkan manfaat bagi orang tersebut seperti misalnya berupa harta benda, reputasi, masa depan, dan sebagainya.

Commitment diartikan secara bebas dengan komitmen/tanggung jawab

yang kuat terhadap aturan dan kesadaran akan pentingnya masa depan. Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depannya akan suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang.

17

(18)

3. Involvement (Keterlibatan)

Involvement merupakan aktivitas seseorang dalam subsistem. Jika

seseorang berperan aktif dalam organisasi maka kecil kemungkinan untuk melakukan penyimpangan, atau dengan kata lain apabila orang aktif di segala kegiatan maka ia akan menghabiskan waktu dan tenaganya dalam kegiatan tersebut. Sehingga, ia tidak sempat lagi memikirkan hal-hal yang bertentangan dengan hukum. Dengan demikian segala aktivitas yang bermanfaat akan mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

4. Belief (Keyakinan)

Belief merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial dan

tentunya berbeda dengan ketiga aspek di atas. Belief merupakan kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Kepercayaan seseorang terhadap norma-norma yang ada menimbulkan kepatuhan terhadap norma tersebut. Kepatuhan terhadap norma tersebut tentunya akan mengurangi hasrat untuk melanggar. Tetapi, apabila orang tidak mematuhi norma-norma maka lebih besar kemungkinan melakukan pelanggaran.18

Berdasarkan pemaparan di atas, maka teori kontrol sosial paling tepat di dalam menjawab persoalan kenakalan remaja, karena di dalam teori ini memfokuskan diri pada strategi-strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya kepada ketaatan terhadap aturan-aturan masyarakat ataupun aturan hukum, baik itu dengan melakukan kontrol internal maupun kontrol eksternal serta memberikan sosialisasi kepada remaja sehingga diharapkan remaja taat terhadap hukum.

Selain itu, dapat ditarik pemaparan mengenai obyek dan subyek kajian kriminologi. Obyek kajian kriminologi ditekankan pada gejala kejahatan seluas-luasnya dalam artian mempelajari kejahatan dan penjahat, usaha-usaha pencegahan penanggulangan kejahatan serta perlakuan terhadap penjahat. Subyek kajian kriminologi adalah anggota dan kelompok masyarakat secara

18 Indah Sri Utari, 2012, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi, Penerbit Thafa Media,

(19)

keseluruhan sebagai suatu sistem yang termasuk di dalamnya gejala kejahatan yang tidak terpisahkan. Berdasarkan pengertian kriminologi di atas juga dapat ditarik suatu pandangan bahwa kriminologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri akan tetapi berada di samping ilmu-ilmu lain, dalam arti kata interdisipliner.

Berbicara mengenai kriminologi, maka tidak dapat terlepas dengan hukum pidana. Hukum pidana merupakan peraturan hukum yang di dalamnya terdapat perintah dan larangan atau keharusan yang terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana.19 Sehingga hukum pidana bertujuan untuk memberikan penderitaan ataupun memidana si pembuat. Adapun yang menjadi unsur-unsur dari tindak pidana, yaitu:20

1. Perbuatan yang dilarang

2. Akibat dari perbuatan itu yang menjadi dasar alasan mengapa perbuatan itu dilarang

3. Sifat melanggar hukum dalam rangkaian sebab-akibat itu.

Salah satu tindak pidana yang saat ini menjadi masalah yang sangat serius di Indonesia adalah tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Kejahatan narkotika merupakan “most serious crime” di Indonesia, sehingga dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan sosial, ekonomi dan nilai-nilai budaya bangsa, serta keamanan hidup umat manusia.21 Istilah narkotika berasal dari bahasa Yunani yakni “narke” yang berarti terbius sehingga tidak

19

H.A. Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.

20 Wirjono Prodjodikoro, 2011, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika aditama,

Bandung, h. 64. (selanjutnya disingkat Wirdjono Prodjodikoro II)

21 Soedjono Dirdjosisworo, 1987, Hukum Narkotika Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung,

(20)

merasakan apa-apa.22 Istilah narkotika yang dipergunakan di sisi bukanlah pada bidang farmasi, melainkan sama artinya dengan drug, yaitu sejenis zat yang bila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu mempengaruhi kesadaran, memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia, serta dapat menimbulkan halusinasi.23 Sanksi pidana terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika di atur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Selanjutnya mengenai penggolongan narkotika di atur dalam Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu:

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang tinggi mengakibatkan ketergantungan. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengembangan pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Pengertian penyalahgunaan narkotika dijelaskan di dalam Pasal 1 Angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu, “Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum.”

22 Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany, dan Amir Muhsin, 1987, Kejahatan-Kejahatan yang merugikan dan Membahayakan Negara, BINA AKSARA, Jakarta, h. 480.

23 Soedjono Dirdjosisworo, 1985, Narkotika dan Remaja, Penerbit Alumni, Bandung, h. 1.

(21)

Sumber lain memberikan penjelasan mengenai penyalahgunaan narkotika yaitu, dilakukan secara terus-menerus, sekali-sekali, secara berkelebihan, serta dilakukan tidak menurut petunjuk dokter.24

Penyalahgunaan narkotika erat sekali kaitannya dengan kenakalan remaja dan kriminalitas, karena pikiran dan perasaan para remaja atau pecandu narkotika tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, sehingga perbuatannya dapat melanggar norma kesopanan, kesusilaan, hukum, dan agama. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria, dimana masa remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.25 Berdasarkan pernyataan tersebut dapatlah dikatakan bahwasannya remaja bukanlah anak-anak baik bentuk fisik maupun mental, tetapi juga tidak dapat disebut sebagai orang dewasa. Maka dari itulah pada masa ini, para remaja mengalami kegoncangan karena banyaknya perubahan yang terjadi serta tingkat kestabilan emosi yang masih labil, sehingga sangat mudah untuk dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang sifatnya negatif dan merusak, seperti melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

Maka dari itulah untuk memberantas terjadinya penyalahgunaan narkotika khususnya oleh remaja, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, diantaranya orang tua, lingkungan masyarakat, serta pemerintah. Di lingkungan keluarga misalnya, orang tua harus bertindak hati-hati dan bijaksana disertai rasa kasih sayang dengan pendekatan-pendekatan yang bersifat mencegah, agar

24 Djoko Prakoso, Op.cit, h. 489. 25

(22)

anaknya tidak terjerumus ke dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Begitu pula di lingkungan masyarakat diperlukan koordinasi dan sikap saling harga menghargai satu sama lain, sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya penyalahgunaan narkotika. Dan yang terakhir diperlukannya peran pemerintah di dalam pemberantasan tindak pidana penyalahgunaan narkotika, baik itu sifatnya preventif (pencegahan), seperti misalnya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya narkotika, serta yang sifatnya represif (menanggulangi/penindakan), seperti misalnya dengan menegakkan hukum dengan adil dan tegas tanpa pandang bulu.

1.8 Metode Penelitian

Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor penting yang menunjang suatu proses penelitian yaitu berupa suatu penyelesaian suatu permasalahan yang akan diteliti, dimana metode penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah yang dianggap efektif dan efisien, dan pada umumnya untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dalam rangka menjawab masalah yang akan diteliti.26 Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.8.1 Jenis Penelitian

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan suatu kebenaran yakni dengan melakukan penelitian secara ilmiah, artinya suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa permasalahan

26

(23)

dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap masalah tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan. Metodelogi juga sebagai pembimbing untuk menemukan hasil penelitian atau penulisan ilmiah.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis sosiologis (empiris), yaitu suatu penelitian yang menggunakan bahan kepustakaan atau data sekunder sebagai data awalnya kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan.27

1.8.2 Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan konseptual dan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach).

Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum, guna menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan.28

Pendekatan peraturan perundang-undangan (The Statute Approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dalam penelitian ini pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.29

27 Ibid, h. 52.

28 Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 95. 29

(24)

1.8.3 Data dan Sumber Data

Untuk menunjang permasalahan yang diajukan, maka data harus melalui suatu penelitian. Sedangkan arti kata penulisan itu adalah suatu penyelidikan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian metode penelitian adalah suatu jalan yang ditempuh untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat ilmiah.

Data dan sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersumber dari:

a. Data primer meliputi penelitian lapangan (Field Research), yaitu mencari data secara langsung dengan informan di Polres Buleleng terkait faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan upaya-upaya hukum yang telah ataupun akan dilakukan, serta mencari data dengan responden/pelaku penyalahgunaan narkotika khususnya di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng terkait faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

b. Data sekunder meliputi penelitian kepustakaan (Library Research), yakni mengadakan penelitian terhadap bahan-bahan bacaan untuk mendapatkan data secara teoritis atau data sekunder dengan cara membaca, memahami buku-buku karangan ilmiah yang ada kaitannya baik langsung maupun tidak langsung dengan permasalahannya.

1.8.4 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh aparat Polres Buleleng yang menangani tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan pelaku tindak pidana

(25)

penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 1 orang Kasat Narkoba, 4 orang Penyidik Polres Buleleng, serta 6 orang remaja pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

Pertimbangan penulis memilih 1 orang Kasat Narkoba, yakni untuk mendapatkan informasi mengenai upaya yang dilakukan oleh pihak Polres Buleleng dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika khususnya di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng. Selanjutnya pertimbangan pemilihan 4 orang Penyidik Polres Buleleng, yakni untuk mendapatkan informasi mengenai data perkembangan penyalahgunan narkotika di Kabupaten Buleleng, serta untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika berdasarkan pengalaman para penyidik kepolisian, karena ke 4 orang penyidik ini yang memiliki kewenangan menangani kasus penyalahgunaan narkotika di wilayah Kabupaten Buleleng. Sedangkan pertimbangan penulis memilih 6 orang pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika, karena sampel tersebut sudah cukup representatif mewakili populasi penelitian terkait faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng. Selain itu, ke 6 responden tersebut mempunyai kemiripan/kesamaan jawaban dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa wilayah yang berbeda, sehingga data dianggap telah mencapai titik jenuh, maka dari itu walaupun jumlah responden ditambah hasilnya tidak akan berubah.

(26)

Adapun teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Non Probability Sampling. Teknik ini memberikan peran yang sangat besar pada penulis untuk menentukan pengambilan sampelnya, karena data tentang populasi tidak diketahui secara pasti berapa jumlahnya, sehingga tidak ditentukan secara pasti berapa jumlah sampel yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya. Adapun bentuk teori Non Probability

Sampling yang dipilih dalam penelitian ini yaitu teknik Purposive Sampling,

dimana teknik ini dilakukan dengan pemilihan/ditentukan langsung oleh peneliti untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel ini didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dari populasinya. Kriteria yang dimaksud adalah adanya informasi dari pelaku penyalahgunaan narkotika di lingkungan remaja Kabupaten Buleleng, serta adanya informasi dari aparat Polres Buleleng, di dalam penelitian ini.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari obyek penelitian sebagai bahan penelitian skripsi diperlukan suatu cara atau teknik yang efisien dan efektif agar mendapatkan data yang aktual. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Studi Kepustakaan: Data kepustakaan dikumpulkan dengan cara membaca, mencatat, mempelajar, dan menganalisa isi pustaka yang berkaitan dengan masalah objek penelitian. Penulis mempelajari dokumen dan arsip yang berhubungan dengan masalah objek penelitian yaitu kajian

(27)

kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja dan upaya penanggulangannya.

2. Wawancara (Interview): Di dalam pengumpulan bahan hukum/data menggunakan teknik wawancara atau interview, yakni suatu proses Tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka dan mendengarkan, yang lain dengan telinganya sendiri dan suaranya sebagai alat informan yang langsung tentang beberapa data sosial baik yang terpandang maupun yang bermanfaat. Informan adalah orang-orang yang memberikan data atau keterangan dimana ia mengalami langsung permasalahan yang dibahas. Data ini diperoleh dari sejumlah narasumber yang berkompeten seperti remaja yang pernah menjadi pelaku dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan pihak Polres Buleleng.

1.8.6 Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisa bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan maka dipergunakan teknik analisis kualitatif atau teknik analisis deskriptif kualitatif, dimana teknik ini diterapkan dalam suatu penelitian yang sifatnya deskriptif. Dalam penelitian dengan teknik ini, maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami

(28)

keseluruhan kualitas data. Proses analisis tersebut dilakukan secara terus-menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis.

Gambar

Tabel 1. Tabel Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Lingkungan Remaja yang Sudah  Ditangkap Oleh Sat Res Narkotika Kabupaten Buleleng Selama Dua Tahun Terakhir  a
Tabel  2.  Tabel  Orisinalitas  Penelitian  Terhadap  Dua  Buah  Penelitian  yang  Pernah  Dilakukan Sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji lanjut menyatakan bahwa skor rasa tertinggi dihasilkan pada roti berbahan pati ganyong HMT-GX yang berbeda tidak nyata dengan roti berbahan terigu dan (a) (b)

Rasa saling percaya yang bahkan terkadang tidak bisa terbentuk pada orang-orang yang saling mengenal di dunia nyata ini ternyata dapat terbentuk dari interaksi yang terjadi

Lulus SMK N 3 Sukawati pada tahun 2007, kini masih meneruskan kuliah di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, yaitu jurusan seni tari semester 6. Pernah mengikuti Duta Seni

Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya para tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja mempunyai minat yang besar untuk menjadi

Bagaimana saya bergumul rindu untuk punya rumah, saya berkata pada Tuhan kalau orang lain saja Tuhan bisa berkati rumah, saya pasti juga bisa diberkati, dan saya ngeyel ke Tuhan

Sama halnya dengan kondisi yang terjadi pasca gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006 yang lalu, pasca erupsi merapi di daerah Sleman bulan November 2010 yang

Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan lebar karapas dan berat tubuh kepiting bakau yang tertangkap pada stasiun pengamatan baik dikawasan laguna, muara, dan

Secara potensial, karakteristik pesantren tersebut memiliki peluang untuk dijadikan sebagai dasar pijakan dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan lain yang