• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V FUNGSI METAFORA DALAM WACANA POLITIK MEDIA MASSA CETAK BERBAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V FUNGSI METAFORA DALAM WACANA POLITIK MEDIA MASSA CETAK BERBAHASA INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

137

Santoso, (2012: 222) mengemukakan bahwa metafora sering digunakan untuk mengkonkretkan konsep yang abstrak, untuk mengaburkan maksud, dan untuk menguatkan pesan ideologi. Pada era pasca-Orde Baru metafora banyak digunakan oleh elite politik, tetapi memahami metafora adalah langkah awal memahami bahasa politik secara keseluruhan. Sejalan dengan pendapat tersebut, fungsi metafora yang ditemukan dalam penelitian ini digunakan untuk memahami hal yang sulit dipahami dan juga digunakan untuk mengkongkretkan konsep yang abstrak.

Fungsi metafora dalam wacana politik ini merupakan bentuk jawaban atas pertanyaan mengapa orang/masyarakat menggunakan metafora dalam memahami politik? Dalam wacana politik, metafora digunakan untuk memahami suatu hal yang sulit dipahami dan digunakan untuk mengkonkretkan konsep yang abstrak. Dalam fungsi metafora terkandung makna konseptual (makna denotatif/kognitif). Leech (1997) menjelaskan makna konseptual dianggap sebagai faktor sentral dalam komunikasi bahasa karena makna konseptual mempunyai susunan yang sangat kompleks dan rumit. Sasaran makna konseptual ini adalah untuk memberikan tafsiran kalimat, suatu konfigurasi atau simbol abstrak yang merupakan ‘representasi makna’-nya, dan menunjukkan secara pasti hal yang

(2)

harus diketahui untuk membedakan makna dari semua kemungkinan makna kalimat yang lain dalam suatu bahasa.

5.1 Metafora sebagai Penyederhaan

Berkaitan dengan makna konseptual yang ditemukan dalam wacana politik, fungsi metafora yang pertama adalah digunakan untuk penyederhanaan. Penyederhanaan yang dimaksud di sini adalah metafora digunakan untuk menyederhanakan hal yang sulit dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Trckova (2011: 146) yang menyatakan bahwa sebagai alat kognitif, metafora membantu orang untuk memahami fenomena yang kompleks, hal itu untuk menyederhanakan realitas. Fungsi tersebut dapat dilihat pada contoh data berikut ini.

(V.1) Pada putaran terakhir kampanye, tim pemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla disibukkan dengan usaha menangkal kampanye gelap yang ditembakkan ke arah pasangan itu. Mereka berusaha memantapkan dukungan di kantong suara seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. (Tempo, 7 – 13 Juli 2014)

Data (V.1) menggunakan ungkapan menangkal kampanye gelap yang

ditembakkan ke arah pasangan itu. Ungkapan tersebut merupakan ekspresi

linguistik yang turut membentuk konseptualisasi metafora perebutan kekuasaan adalah perang. Ungkapan tersebut memudahkan pembaca untuk memahami konseptualisasi perang. Di dalam pernyataan tersebut mengandung makna +persaingan, +perebutan kekuasaan, dan +pemertahanan diri.

(V.1a) Pada putaran terakhir kampanye, tim pemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla disibukkan dengan usaha menolak kampanye buruk yang diarahkan ke arah pasangan itu. Mereka berusaha memantapkan dukungan di kantong suara seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

(3)

Jika ungkapan metafora tersebut dihilangkan dan diganti dengan ungkapan yang mengandung makna literal seperti pada data (V.1a), makan makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut lebih sulit untuk dipahami.

(V.2) Meski Tim Transisi bersifat ad hoc, Jokowi selayaknya tidak tinggal diam terhadap anak buah yang nakal. Ingatlah bahwa pemegang saham terbesar dalam pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla adalah publik—orang ramai yang menginginkan pemerintahan baru terdiri atas mereka yang jujur dan trengginas bekerja. (Tempo, 15 – 21 September 2014)

Dalam data (V.2) terdapat ungkapan pemegang saham yang di dalamnya terkandung makna +kekuasaan. Pemegang saham dapat diartikan sebagai orang yang memiliki hak atas kekuasaan tersebut. Dengan begitu, pemegang saham juga meruapkan penguasa. Penggunaan ungkapan pemegang saham tersebut memudahkan pembaca untuk memahami bahwa dibalik kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin terdapat penguasa sebenarnya yang lebih besar. Apabila ungkapan pemegang saham dalam konteks data (V.2) diganti dengan ungkapan yang bermakna literal, konsep adanya penguasa dibalik penguasa lebih sulit untuk dipahami. Hal itu dapat dilihat pada contoh data (V.2a) berikut ini.

(V.2a) Meski Tim Transisi bersifat ad hoc, Jokowi selayaknya tidak tinggal diam terhadap anak buah yang nakal. Ingatlah bahwa pemilik hak kekuasaan terbesar dalam pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla adalah publik—orang ramai yang menginginkan pemerintahan baru terdiri atas mereka yang jujur dan trengginas bekerja.

5.2 Metafora Digunakan untuk Mengkongkretkan Konsep yang Abstrak Selain untuk memudahkan memahami hal yang sulit dipahami, metafora dalam wacana politik digunakan untuk mengkongkretkan konsep yang abstrak. Fungsi ini berkaitan dengan sendi gaya bahasa kejelasan. Kejelasan tersebut dapat

(4)

diukur dari penggunaan kiasan dan perbandingan (Keraf, 1985:114). Fungsi tersebut dapat dipahami melalui contoh data berikut ini.

(V.3) Jokowi harus menganggap konsep dan rancangan kabinet versi tim transisi sebagai masakan prasmanan yang tersaji di atas meja. Sayur dan lauk yang akan disantap Jokowi sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden terpilih. (Tempo, 11 – 17 Agustus 2014)

Ungkapan metafora ...konsep dan rancangan kabinet versi tim transisi

sebagai masakan prasmanan yang tersaji di atas meja. Sayur dan lauk yang akan disantap Jokowi sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden terpilih dalam

data (V.3) merupakan pengkongkretan dari perencanaan konsep kabinet yang dibuat oleh tim transisi. Dalam data tersebut perencanaan konsep kabinet dikonkretkan melalui ranah sumber masakan prasmanan. Sayur dan lauk dalam data (V.3) merupakan pengkongkretan dari jumlah kementerian dan menteri yang nantinya akan terlibat dalam pemerintahan Jokowi, sedangkan kata disantap merupakan pengkongkretan dari pilihan atau konsep kementerian versi Jokowi.

Untuk membandingkannya, penggunaan ungkapan non-metafora dapat dilihat dalam data berikut ini.

(V.3a) Jokowi harus menganggap konsep dan rancangan kabinet versi tim transisi sebagai perencaan konsep kabinet. Pembagian jumlah kementerian dan menteri yang akan membantu Jokowi dalam pemerintahan sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden terpilih. Dalam data (V.3a) terdapat persamaan makna kata yang bisa berpotensi ambigu jika menggunakan kata literal, yaitu antara kata rancangan dan perencanaan karena keduanya bermakna [+merencanakan].

(5)

5.3 Metafora Digunakan untuk Dramatisasi Situasi

Metafora dalam media massa memiliki fungsi sosial yaitu sebagai dramatisasi situasi (Trckova, 2011: 147). Metafora digunakan untuk menggambarkan keadaan dan memberikan efek dramatisasi. Contoh fungsi tersebut dapat dilihat pada data berikut ini.

(V.4) “Rezim narsistik” tak lebih dari manekin-manekin yang nangkring di etalase mal kekuasaan dan tidak pernah mencium “harum” aroma penderitaan rakyat. Mereka hanya pamer gebyar cahaya pasar,

sementara rakyat hidup termasuk dalam kegelapan tanpa masa depan. (Kompas, Kamis, 14 Agustus 2014)

Ungkapan Rezim narsistik” tak lebih dari manekin-manekin yang nangkring di

etalase mal kekuasaan dan tidak pernah mencium “harum” aroma penderitaan rakyat dalam data (V.4) merupakan penggambaran pemimpin bangsa Indonesia

saat ini.

Berdasarkan data (V.4), hal yang terjadi di negara ini adalah ketidakpedulian pemimpin terhadap rakyatnya. Penggambaran dramtisasi kelompok elite yang kaya dapat dipahami dari ungkapan mereka hanya pamer

gebyar cahaya pasar. Kelompok semacam itu menggunakan berbagai cara

termasuk salah satunya korupsi untuk mempertahankan segala “kenyamanan” yang dimilikinya. Sementara itu rakyat yang menderita semakin menderita. Hidup dengan masa depan yang tidak jelas. Hal itu dapat dipahami dari ungkapan rakyat

hidup termasuk dalam kegelapan tanpa masa depan.

Untuk membandingkan apakah metafora dapat memberikan efek dramatisasi, berikut adalah diberikan contoh penggunaan ungkapan non-metafora. (V.4a) “Rezim narsistik” tak lebih dari boneka/patung mirip manusia yang

(6)

menderita. Mereka hanya pamer kekayaan, sementara rakyat hidup dalam kemiskinan tanpa masa depan.

Penggunaan metafora yang berfungsi sebagai dramatisasi situasi memunculkan fungsi lainnya yang berkaitan dengan politikus dan masyarakat. Fungsi tersebut dapat ditemukan dari penggunaan metafora di media massa yang digunakan oleh politikus sebagai sarana retorika dan masyarakat sebagai sarana untuk memberikan kritik dan sindiran yang berkaitan dengan politik.

Selain itu, penggunaan metafora di media massa juga memberikan efek puitis yang dapat menjadi daya tarik bagi pembaca untuk membaca media massa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyani dan Subangun (2008:3) bahwa salah satu sifat penggunaan bahasa di media massa adalah menarik, dan bahasa yang menarik tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca.

5.3.1 Metafora Digunakan sebagai Alat Retorika Elite Politik

Sebagai alat retorika, metafora sering digunakan sebagai alat oleh para elite untuk menahan kritik dan untuk menjaga orang-orang di tempat mereka (Ringmar, 2008: 57). Metafora sebagai alat retorika elite politik dapat dilihat dari contoh berikut ini.

(V.5) Bersama dengan Jokowi, JK berjanji akan membentuk pemerintahan yang kuat untuk menciptakan ekonomi yang berdikari. “Kami menjual harapan, membuktikan harapan itu, dan meyakini membawa harapan itu dapat dipercaya,” kata JK. (Kompas, Rabu, 28 Mei 2014)

Dalam data (V.5), terdapat ungkapan “Kami menjual harapan,

membuktikan harapan itu, dan meyakini membawa harapan itu dapat dipercaya”.

Ungkapan tersebut merupakan ungkapan yang dituturkan oleh JK dalam masa kampanye capres-cawapres 2014. Dalam data tersebut, terdapat ungkapan kami

(7)

menjual harapan yang ditandai sebagai ungkapan metafora. Dalam data tersebut, harapan (yang diberikan) kepada rakyat diibaratkan sebagai sesuatu yang dapat

dijual. Secara implisit, dapat dipahami bahwa Jk menginginkan masyarakat bertindak sebagai pembeli harapan yang cara membelinya adalah dengan memberikan dukungan kepada JK agar dapat menjadi wapres periode 2014-2015. JK meyakinkan pendukungnya dengan ungkapan lanjutan membuktikan harapan

itu, dan meyakini membawa harapan itu dapat dipercaya. Melalui ungkapan

tersebut, dapat dipahami bahwa JK menjaga orang-orang (yakni masyarakat) tetap berada di tempat atau posisi mereka, yaitu sebagai pendukung.

5.3.2 Metafora Digunakan untuk Mengkritik

Metafora yang digunakan untuk mengkritik dapat dilihat pada contoh data berikut ini.

(V.6) Di sebagian besar masa kemerdekaan, yaitu sejak demokrasi terpimpin, negara-bangsa kita berkiprah tanpa perangkat aturan main politik produk deliberasi yang matang dan yang ditopang oleh prinsip Rechtsstaat tadi – singkatnya, tanpa rasionalitas politik. Bangsa kita belum lepas penuh dari tudingan Clifford Greertz: tiada hentinya terombang-ambing di antara kegairahan pada demokrasi dan kerinduan pada otoritarisme. (Kompas, Jumat 4 Juli 2014)

Ungkapan metafora yang digunakan dalam data (V.6) bernada mengkritik pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Hal itu dipahami dari ungkapan Bangsa kita

belum lepas penuh dari tudingan Clifford Greertz: tiada hentinya terombang-ambing di antara kegairahan pada demokrasi dan kerinduan pada otoritarisme.

Clifford Greertz merupakan seorang ahli antropologi asal Amerika Serikat yang dikenal dengan penelitian-penelitannya dalam bidang agama, perkembangan ekonomi, struktur politik tradisional, dan sebagainya. Dengan menambahkan

(8)

pendapat yang disampaikan oleh Clifford Greertz tentang demokrasi di Indonesia, penulis berusaha untuk memberikan kritikan kepada bangsa Indonesia pasca Orde Baru (yang berbau pemerintahan otoriter) yang dianggap belum melaksanakan demokrasi sepenuhnya.

5.3.3 Metafora Digunakan untuk Menyindir

Metafora yang digunakan untuk menyindir dapat dilihat pada contoh data berikut ini.

(V.7) Pasca Episode “Negeri Tanpa Telinga”

Rakyat sudah sangat lelah dan tidak butuh akrobat politik. Rakyat telah berkorban dalam pemilu presiden. Kini saatnya mereka menyodorkan rekening tagihan kepada presiden terpilih untuk mewujudkan semua janjinya saat kampanye. (Kompas, Kamis, 14 Agustus 2014)

Ungkapan Negeri Tanpa Telinga dalam data (V.7) bermakna sindiran kepada pemerintah negara. Dalam ungkapan tersebut tersirat makna bahwa dalam negara demokratis ini, keluhan, aspirasi, dan penderitaan rakyat tidak dipedulikan. Negara seolah-seolah tidak memiliki alat pendengaran (telinga) sehingga tidak peduli dengan keadaan rakyatnya.

Ungkapan akrobat politik dapat dimaknai sebagai keadaan politik yang bisa berubah-ubah dengan cepat. Dalam KBBI, akrobat politik didefinisikan sebagai pernyataan yang dikeluarkan hari ini, bisa bertentangan dengan pernyataan beberapa saat kemudian. Hal ini bisa dikaitkan dengan ungkapan selanjutnya, yaitu rekening tagihan terhadap janji pemimpin saat kampanye. Ungkapan rekening tagihan dapat dipahami sebagai pembayaran tagihan janji. Janji yang diberikan saat kampanye dapat begitu saja berubah dan mengalami

(9)

akrobatik. Oleh karena itu, yang diinginkan masyarakat adalah pembuktian janji saat kampanye.

5.3.4 Metafora Menunjukkan Fungsi Puitik

Jakobson (dalam Soeparno, 2002: 7 – 8, Halliday dan Hasan, 1994:21) menjelaskan bahwa fungsi puitik merupakan fungsi yang didasarkan pada amanat (message) pembicaraan. Fungsi ini dapat dilihat dari amanat atau pesan tertentu yang terkandung dalam pembicaraan. Selain digunakan untuk menarik perhatian pembaca, metafora dalam media massa digunakan untuk memperindah bahasa bahasa di media massa cetak.

(V.8) Lebih dari sekedar membentuk kabinet professional, Jokowi kelak tak boleh ragu mengganti anggota kabinet yang terbukti tak cakap bekerja atau terindikasi korupsi. Tak perlu menunggu hingga pembantunya itu berstatus tersangka. Dengan bukti permulaan yang meyakinkan saja, presiden semestinya sudah berani menyatakan talak tiga. (Tempo 4 – 10 Agustus 2014)

Amanat yang terkandung dalam data (V.8) adalah sebaiknya presiden tidak ragu atau segan mengganti atau memecat anggota kabinetnya jika yang bersangkutan terbukti tidak cakap bekerja atau terlibat kasus korupsi.

(V.8a) Lebih dari sekedar membentuk kabinet professional, Jokowi kelak tak boleh ragu mengganti anggota kabinet yang terbukti tak cakap bekerja atau terindikasi korupsi. Tak perlu menunggu hingga pembantunya itu berstatus tersangka. Dengan bukti permulaan yang meyakinkan saja, presiden semestinya sudah berani melakukan pemecatan.

Ungkapan metafora menyatakan talak tiga dalam data (V.8) memiliki makna +putus, +berhenti. Ungkapan tersebut berfungsi untuk memperindah makna kata yang sebenarnya Secara literal, ungkapan tersebut dapat digantikan dengan ungkapan melakukan pemecatan seperti pada data (V.8a). Namun, dalam data

(10)

(V.8a) ungkapan melakukan pemecatan tidak bermakna metafora dan tidak memperindah bahasa.

(V.9) Pimpinan DPR dan fraksi-fraksi pendukungnya tak bisa seenaknya menganggap DPR wilayah kekuasaan sendiri. Sudah waktunya pimpinan DPR dan pendukungnya tak lagi memperlakukan DPR sebagai arena pertarungan antara kelompok Prabowo dan kelompok Jokowi. (Tempo, 3—9 November 2014)

(V.9a) Pimpinan DPR dan fraksi-fraksi pendukungnya tak bisa seenaknya menganggap DPR wilayah kekuasaan sendiri. Sudah waktunya pimpinan DPR dan pendukungnya tak lagi memperlakukan DPR sebagai tempat bertarung antara kelompok Prabowo dan kelompok Jokowi.

Penggunaan ungkapan arena pertarungan dalam data (V.6) memiliki makna +tempat. Ungkapan tersebut digunakan untuk memperindah pengungkapan tempat yang digunakan untuk bertarung. Apabila ungkapan tersebut digantikan dengan ungkapan yang bermakna literal, tempat bertarung seperti pada data (V.9a) maka penggunaannya tidak memunculkan efek yang indah dan juga tidak menarik perhatian pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif e- service quality terhadap kepuasan pelanggan Gojek Yogyakarta, dibuktikan dari nilai t hitung sebesar

Menurut Jasin (1992), karakter khusus yang dimiliki Chondrichthyes adalah seperti kulitnya yang tegar diliputi oleh sisik placoid dengan banyak kelenjar mukosa, pada kedua

Pada penelitian ini, perumusan model ekonometrika yang dibangun didasarkan pada kerangka teori ekonomi dan fakta empiris yang menunjukkan pengaruh dari pertumbuhan harga CPO

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh perubahan cuaca terhadap harga bawang merah khususnya di Kabupaten Bandung, memilih atribut penting/ yang paling

Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) bagian farmasi di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Jakarta timur yaitu; dalam bidang manajemen kefarmasian tupoksi yang dilakukan

Dari pengalaman saya di atas, ada beberapa hikmah yang bisa dipetik, yaitu: Sejak bangun tidur hingga kita tidur kembali, Allah Swt memberikan berbagai macam nikmat. Sebut saja

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu dan tanpa

Kehittämistehtävässä jatkoimme yhteistyötä Kajaanin Nakertajan koulun kanssa ja tuotimme materiaalia keväällä 2009 järjestettyihin kahteen vanhempainkouluun, joiden aiheena