• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKTOR POLA CAREGIVING KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA (Predictor of Caregiving Pattern of Family Toward Elderly)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKTOR POLA CAREGIVING KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA (Predictor of Caregiving Pattern of Family Toward Elderly)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

57

(Predictor of Caregiving Pattern of Family Toward Elderly)

Ni Made Riasmini, Wandaningsih Parmono, Eska Riyanti Kariman, Netty S Sofyan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Email : maderiasmini@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tingginya jumlah penduduk lansia berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan kesehatan. Kondisi tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga (caregiver) yang mampu merawat lansia dan memenuhi kebutuhannya baik fisik maupun psikososial. Pola garegiving keluarga terhadap lansia meliputi pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari; kebutuhan psikososial dan ekonomi Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan uji regresi logistik ganda. Jumlah sampel sebesar 165 caregiver. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara status pendidikan dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.002 ), ada hubungan bermakna antara status kesehatan dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.007) ada hubungan bermakna antara kemampuan koping dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.000) dan ada hubungan bermakna antara dukungan sosial dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia (p value=0.000). Faktor determinan pola caregiving adalah variabel jenis kelamin. Rekomendasi hasil penelitian yaitu gambaran tentang pola caregiving keluarga terhadap lansia, dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan program pemberdayaan keluarga sehingga keluarga mampu memberikan perawatan kepada lansia secara optimal.

Kata kunci : pola caregiving, caregiver, lansia

ABSTRACT

The highest numbers in elderly population affects to several aspects of life such as social, economy and health status. Those conditions need support from particularly family members (care giver) whom take care of elderly people and fulfill the physial and pshychosocial needs. Caregiving pattern are fulfill need of elderly in maintaining daily activity, pshychosocial and financial needs. The design of this study was a descriptive analysis with cross sectional method and used Multiple Regression Linear test. The participants were 165 family members that whom elderly lived in and selected by purposive sampling method. The results of this study were: there is significant relation between education with caregiving pattern (p value=0.002), there is significant relation between health status with caregiving pattern (p value=0.007), there is significant relation between coping mechanism with caregiving pattern (p value=0.000) and there is significant relation between social support with caregiving pattern (p value=0.000). The determinant factor of caregiving pattern was gender. The recommendation of this study was the description of caregiving pattern to elderly could become an input for family empowering program for caring the elderly member in family.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia dengan pertambahan jumlah penduduk yang tergolong cepat di dunia dan merupakan peringkat keempat dunia setelah Cina, India dan Amerika (Suyono, 2006). Pertambahan jumlah penduduk lansia di Indonesia dalam kurun waktu 1990-2010 tergolong sangat cepat. Pada tahun 2000, jumlah penduduk lansia sekitar 14,4 juta (7,18%), dengan Umur Harapan Hidup (UHH) 64,5 tahun; Antara tahun 2006 sampai 2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia sebesar 4,9 juta (0,87%), sejalan dengan peningkatan UHH dari 66,2 tahun pada tahun 2006 meningkat menjadi 67,4 tahun pada tahun 2010; Sedangkan pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia diproyeksikan akan bertambah menjadi 28,8 juta atau sebesar 11,34 % dari 254 juta jumlah penduduk, dengan UHH yaitu 71,1 tahun (BPS, 2007).

Tingginya jumlah penduduk lansia berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan kesehatan karena semakin bertambahnya usia, maka fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena faktor risiko yang menyertai. Oleh karena itu, perlu disiapkan masa lansia sejak usia dini sehingga lansia bisa tetap sehat, produktif dan mandiri

(DepKes, 2008, diakses dari http://www.depkes.go.id., 24 Juli 2009). Kondisi tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga yang mampu merawat lansia dan memenuhi kebutuhannya baik fisik maupun psikososial.

Kebanyakan masyarakat Indonesia memandang bahwa dukungan keluarga yang berupa pemberian bantuan dari anak kepada orang tua masih berperan sangat besar. Jika dikaitkan dengan budaya Indonesia dimana budaya keluarga besar (extended family) masih berkembang, memungkinkan lansia untuk tinggal bersama keluarga (anak, menantu, cucu atau anggota keluarga lain). Umumnya lansia masih mempunyai kedudukan yang cukup tinggi sebagai orang tua yang harus dihormati dan dihargai, karena lebih banyak mempunyai pengalaman sehingga pendapatnya masih dibutuhkan dalam pengambilan keputusan keluarga (Fitriani, 2009). Adanya dukungan tersebut, akan memperkuat ikatan kekeluargaan sehingga lansia merasa aman, puas dan merasa berguna serta mampu menjalani kehidupan dengan baik.

Beberapa studi menemukan bahwa dukungan sosial informal dari keluarga, teman dapat mengurangi stres, meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan perilaku sehat, meningkatkan

(3)

kesejahteraan, mengurangi stres dan beban keluarga (caregiver) (Kaufman & Kosberg, 2010). Keluarga merupakan sumber pendukung utama bagi lansia di masyarakat. Efektifitas dukungan keluarga merupakan komponen kunci terhadap kesejahteraan lansia. Hasil penelitian Sahar (2002) menggambarkan bahwa mayoritas family carers berusia 20-39 tahun dan 96,7% adalah perempuan. Sedangkan Karlikaya, et.al. (2005) menemukan bahwa mayoritas caregiver adalah pasangan dan anak usia dewasa.

Hasil penelitian Laubunjong (2008) tentang pola caregiving pada lansia, ditemukan mayoritas lansia menginginkan dirawat oleh anak perempuannya. Lansia mengharapkan mendapat perawatan, dicintai serta mendapat bantuan finansial dan pelayanan kesehatan yang bisa dipenuhi oleh anak mereka. Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian, memenuhi kebutuhan finansial, mempertahankan hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat serta memberikan perawatan jika lansia sakit (Friedmann, Bowden & Jones, 2003). Pola garegiving keluarga terhadap lansia meliputi : pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity Daily Living) yang mencakup aktivitas kehidupan sehari-hari yang bersifat dasar

(Basic Activity Dalily Living/BADL) dan aktivitas kehidupan sehari-hari yang bersifat instrumental (Instrumental Activity Dalily Living/IADL); pemenuhan kebutuhan psikososial dan pemenuhan kebutuhan ekonomi (Laubunjong, 2008). Stuifbergen (2008) mengungkapkan bahwa peran anak sangat penting dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada lansia. Dukungan dari anak kepada lansia dikaitkan dengan kesehatan mental lansia yang positif dibandingkan dengan dukungan yang diberikan oleh pasangan dan teman. Perawatan yang diberikan keluarga dilakukan secara berkelanjutan dan ditujukan kepada anggota keluarga yang tergantung atau memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Waldrop, 2003 dalam Kaakinen, et.al.,2010).

Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta mengingat DKI Jakarta mengalami permasalahan berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk lansia dari tahun ke tahun yang sangat pesat. Jumlah penduduk lansia tahun 2010 sebesar 9.61%. Hasil penelitian Wati dan Riasmini (2011) di DKI Jakarta (Jakarta Timur dan Selatan) ditemukan sebanyak 43% keluarga mengalami beban tingkat sedang dalam merawat lansia dan sekitar 62.7% lansia berisiko mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh keluarga. Namun belum diketahui bagaimana

(4)

gambaran pola caregiving yang diberikan oleh keluarga terhadap lansia dan faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap pola caregiving. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Faktor determinan pola caregiving keluarga terhadap lansia”. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran tentang faktor determinan pola cergiving keluarga terhadap lansia.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan diantara variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta yaitu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur pada periode bulan Juli sampai dengan November 2012. Jumlah sampel 165 orang dengan kriteria : keluarga yang mempunyai lansia tinggal bersama dalam satu rumah (lansia berusia 60 tahun ke atas), bertanggung jawab merawat lansia (sebagai caregiver utama), berusia 21-59 tahun, serta mampu membaca dan menulis.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah pada keluarga (caregiver utama). Alat ukur menggunakan modifikasi dari instrumen yang sudah baku. Uji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan pearson product moment dengan hasil : instrumen status kesehatan dengan r Alpha (0.721), pola caregiving degan r Alpha (0.797), kemampuan koping dengan r Alpha (0.795), dukungan sosial dengan r Alpha (0.751), masalah kesehatan kronis dengan r Alpha (0.814), tingkat fungsi kognitif dengan r Alpha (0.828).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitiam diperoleh gambaran karakteristik keluarga yaitu sebagian besar keluarga berjenis kelamin perempuan, rata-rata berusia 39.44 tahun, berstatus menikah, memiliki tingkat pendidikan menengah, bekerja, memiliki hubungan dengan lansia sebagai orang tua, dengan lama waktu merawat lansia rata-rata 13.33 tahun.

Hasil analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson, independent t-test dan uji Anova digambarkan pada tabel 1 berikut ini :

(5)

Tabel 1. Hubungan variabel independen dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia di wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012

No Variabel Independen P-value

1 Usia 0.223 2 Jenis kelamin 0.206 3 Status perkawinan 0.677 4 Tingkat pendidikan 0.002 5 Status pekerjaan 0.813 6 Lama merawat 0.341

7 Hubungan dengan lansia 0.072

8 Status kesehatan 0.007

9 Kemampuan koping 0.000

10 Dukungan sosial 0.000

11 Fungsi kognitif lansia 0.302

12 Masalah kesehatan lansia 0.468

Tabel 1. Menunjukkan ada 4 variabel independen yang berhubungan secara bermakna dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia yaitu variabel tingkat pendidikan (nilai p=0.002), status kesehatan (nilai p=0.007), kemampuan koping (nilai p=0.000) dan dukungan sosial (nilai p=0.000).

Hasil penelitian ini menemukan bahwa tingkat pendidikan berhubungan secara bermakna dengan pola pemberian perawatan keluarga terhadap lansia. Status pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan serta informasi yang diperolehnya. Responden mayoritas berpendidikan menengah (SMP dan SMA), dimana dengan tingkat pendidikan

yang dimiliki memungkinkan mereka untuk mampu mengakses informasi terkait dengan perawatan pada lanisa sehingga kemampuannya akan meningkat dan pada akhirnya mampu memberikan perawatan secara optimal kepada lansia. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmojo (2003), bahwa pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimiliki.

Status kesehatan caregiver juga berhubungan bermakna dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia. Dalam hal ini kondisi kesehatan keluarga itu sendiri akan berdampak terhadap respon mereka dalam merawat lansia

(6)

karena tersitanya waktu, tenaga dan pikiran dalam merawat lansia tersebut. Demikian juga dari hasil penelitian Bell, et.al (2001) dalam Mc Conaghy (2005) yang mengungkapkan bahwa merawat lansia berhubungan dengan penurunan kesehatan fisik dan psikologis keluarga. Faktor yang dihubungkan dengan kebosanan yang meningkatkan beban keluarga merawat lansia yaitu masalah kesehatan yang dialami keluarga, dan jumlah waktu yang dihabiskan merawat lansia. Selaras dengan hasil penelitian Asniar (2007) ditemukan bahwa beban fisik keluarga dalam merawat lansia yang berpengaruh terhadap status kesehatannya dilihat dari ekspresi wajah kelelahan, ungkapan rasa lelah, jenuh dan capek, selain itu karena kesulitan keluarga merawat klien terutama membagi waktu antara merawat klien dan peran lainnya. Sedangkan hasil penelitian Karlikaya, et.al. (2005) menggambarkan insiden depresi pada keluarga 18-47%. Ozge, e.al. (2009) melaporkan 86% caregiver mengalami anxietas dan 14,6% mengalami depresi.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kemampuan koping berhubungan dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia. Koping caregiver dalam merawat lansia tergambar dari koping adaptif dan makadaptif. Koping adaptif membantu individu untuk mengatasi peristiwa stres

secara efektif atau meminimalkan tekanan yang terkait dengan peristiwa stres. Sedangkan koping maladaptif dapat menimbulkan tekanan bagi individu dan orang lain yang terkait dengan individu atau peristiwa stres (Kozier, et.al., 2004). Keluarga sering menggunakan strategi koping yang berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Keluarga yang mengalami tingkat stres tinggi dalam merawat lansia cenderung menggunakan strategi koping yang berfokus pada emosi dan keluarga yang mengalami tingkat stres rendah akan menggunakan strategi koping yang berfokus pada masalah (Baker & Robertson, 2008). Hal ini didukung dari hasil penelitian Resnayati, Riasmini dan Maryam (2010) menemukan bahwa koping adaptif yang sering digunakan keluarga untuk mengatasi masalah dalam merawat lansia adalah penyelesaian masalah, kontrol diri, pengalihan aktivitas dan keyakinan spiritual. Sedangkan koping maladaptif akibat berbagai tekanan yang dialami dalam merawat lansia. Hal ini menunjukkan beban yang dialami keluarga terutama beban psikologis akibat perubahan emosi lansia seperti sering marah, cerewet, suka ngambek dan sikap lansia yang susah diatur. Menurut Bargeron (2001), stres dan beban dalam memberikan perawatan dapat membuat keluarga melakukan tindakan kekerasan kepada lansia.

(7)

Dukungan sosial khususnya dari keluarga sangat penting bagi lansia. Hasil analisis bivariat menggunakan menggambarkan ada hubungan bermakna antara dukungan sosial dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia. Dukungan sosial informal terdiri atas hubungan keluarga dengan anggota keluarga, saudara, teman, tetangga dan orang lain yang berinteraksi dengan keluarga. Dukungan sosial ini dapat meningkatkan kesehatan psikologis keluarga sehingga mampu merawat lansia secara optimal (Chappell & Reid, 2002, dalam Majerovitz, 2007). Dengan memperluas jaringan sosial sebagai sistem pendukung dapat menurunkan beban merawat dan meningkatkan ketersediaan dukungan emosional dan penghargaan sehingga berdampak terhadap kualitas kesehatan caregiver dan kemampuannya dalam merawat lansia. Dukungan sosial

yang adekuat dapat meningkatkan status kesehatan, kompetensi personal, kemampuan koping, perasaan sejahtera, penurunan ansietas dan depresi pada caregiver (Peterson & Brewdow, 2004). Sedangkan tidak adekuatnya dukungan sosial dan kurangnya pelatihan tentang perawatan berkontribusi terhadap perilaku kekerasan yang dilakukan caregiver kepada lansia (Wang, 2009).

Analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linier ganda dilakukan untuk memperoleh faktor determinan pola caregiving keluarga terhadap lansia. Variabel kandidat multivariat berdasarkan nilai p (< 0.250) yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, hubungan keluarga dengan lansia, status kesehatan, kemampuan koping, dan dukungan sosial. Hasil analisis dengan pemodelan akhir dapat digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat : Pemodelan Akhir Faktor Determinan Pola Caregiving Keluarga terhadap Lansia

Variabel Β R p-value Mekanisme Koping Dukungan Sosial Jenis Kelamin Tk. Pendidikan Constanta 0.327 0.335 2.980 2.938 5.779 0.389 0.015 0.000 0.028 0.003 0.000

(8)

Tabel 2. menunjukkan pemodelan akhir dengan nilai R = 0.389 artinya model yg diperoleh dapat menjelaskan 38.9 % variasi variabel dependen pola caregiving keluarga terhadap lansia pada nilai p= 0.000. Faktor yang paling berhubungan dengan pola caregiving keluarga terhadap lansia adalah jenis kelamin artinya skor pola caregiving akan naik (berubah) sebesar 2.980 bila caregiver berjenis kelamin perempuan setelah dikontrol variabel tingkat pendidikan, mekanisme koping dan dukungan sosial.

Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin merupakan faktor determinan pola caregiving keluarga terhadap lansia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hong dan Kim (2008) bahwa mayoritas peran keluarga dilakukan oleh anak perempuan dimana sebagai caregiver utama mereka merawat lansia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tugas merawat orang tua dalam budaya Indonesia dipandang merupakan tanggung jawab seorang anak terhadap orang tuanya sebagai bentuk bakti, rasa sayang dan menghormati orang tua. Apalagi dari hasil penelitian ini ditemukan hubungan keluarga dengan lansia mayoritas sebagai orang tua dengan sebagian besar keluarga berjenis kelamin perempuan.

Senada dengan hasil penelitian Laubunjong (2008) tentang pola pemberian perawatan pada lansia,

menemukan mayoritas lansia menginginkan dirawat oleh anak perempuannya. Lansia mengharapkan mendapat perawatan, dicintai serta mendapat bantuan finansial dan pelayanan kesehatan yang bisa dipenuhi oleh anak mereka. Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian, memenuhi kebutuhan finansial, mempertahankan hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat serta memberikan perawatan jika lansia sakit. SIMPULAN

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa faktor determinan pola caregiving keluarga terhadap lansia adalah jenis kelamin, dimana ditemukan mayoritas caregiver berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-rata 39.44 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dalam budaya Indonesia, peran anak khususnya anak perempuan sangat penting dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada lansia.

Hasil penelitian ini memberikan masukan kepada pemangku kebijakan dalam mengembangkan program pemberdayaan keluarga melalui pelatihan yang diberikan kepada keluarga tentang cara perawatan lansia dengan berbagai masalah akibat proses menua serta strategi penyelesaian masalah, sehingga akan

(9)

meningkatkan penge tahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat lansia di rumah. Disamping itu dapat dikembangkan kelompok swabantu (self helf group) bagi keluarga di masyarakat dimana keluarga bisa saling berbagi pengalaman dalam merawat lansia serta menemukan strategi penyelesaian masalah yang adaptif yang akan berdampak terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat lansia di rumah. DAFTAR RUJUKAN

Asniar. 2007. Studi fenomenologi tentang pengalaman keluarga merawat anggota keluarga paska stroke di rumah di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok Jawa Barat. Tesis tidak dipublikasikan.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2008. Jumlah Penduduk Lansia Meningkat. (Online) (www.depkes.go.id.) diakses 24 September 2009.

Fitriani, E. 2009. Lansia dalam Keluarga dan Masyarakat. diakses 17 Mei 2010.

Friedman, M. M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. 2003. Family Nursing : Research, Theory & Practice. 5th ed. New Jersey : Pearson Education, Inc..

Kaakinen, J. R. et.al. 2010. Family Health Care Nursing : Theory, Practice and Research. 4rd ed. Philadelphia : F.A. Davis Company.

Karlikaya, G. et.al. 2005. Caregiver Burden in Dementia: A Study in The Turkish Population. The Internet Journal of Neurology, Volume 4 Number 2.

Kaufman, A.V., et.al. 2010. Sosial Support, Caregiver Burden & Life Satisfaction in a Sample of Rural African American and White Caregiver of Older Persons with Dementia. Journal of Geronto logical Sosial Work, 53, 251-269. Kozier, et.al. 2004. Fundamental of

Nursing : Concepts, Process and Practice. 7th ed. Upper Saddle River : Pearson Education, Inc. Laubunjong, et.al. 2008. The Pattern of

Caregiving to the Elderly by Their Families in Rural Communities of Suratthani Province. ABAC Journal, Vol.28,No.2,64-74.

McCusker, J.,et.al. 2009. The Nature of Informal Caregiving for Medically Ill Older People with and without Depression. Int.J.Geriatr Psychiatry, 24 : 239-346

Peterson, S.J., & Brewdow, T.S. 2004. Middle Range Theories : Application to Nursing Research. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Resnayati, Y., Riasmini, M., Maryam. 2011. Pengalaman Keluarga dan Tenaga Kesehatan dalam Perawatan Lanjut Usia. Risbinakes. Jakarta.

Sahar, J. 2002. Supporting Family Carers in Caring for Older People in the Community in Indonesia. Queensland University of Technology, School of Nursing. Centre for Nursing research. Disertasi. Tidak dipublikasikan.

(10)

Stuifbergen, M.C., Vandelden, J.J.M., & Dykstra, P.A. 2008. The Implications of Today’s Family Structure for Support Giving to Older Parents. Ageing and Society, 28, 413-434. Suyono, H. 2006. Mengantisipasi Lansia

di Kota Besar. (Online) (http://www.haryono.com), diakses 24 September 2009.

Wang, J., et. al. 2009. Caregiver Burden Factors Contributing to Psycholo gical Elder Abuse Behavior in Long Term Facilities : A Structural Equa tion Model Approach. International Psychogeriatrics, 21, 2, 314-320

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks laporan melalui metode pembelajaran berbasis

pallet, bahan baku tersebut diangkut ke dalam ruang produksi dengan menggunakan forklift ke.. dalam ruang Sack Tip Unit (STU) yang berada dilantai 2 dalam

Hasil penelitian yang menunjukan adanya korelasi antara kualitas tidur buruk dengan angka hipertensi sejalan dengan yang dikerjakan oleh Lu pada tahun 2015 yang menunjukkan

Adapun materinya yaitu pengenalan video paduan suara anak yang yang harmonis, tutorial cara melakukan teknik vokal (sikap tubuh, pernapasan, resonansi dan

Grafik Pemberitaan HIV/AIDS Tahunan Berdasarkan Media Periode Caturwulan III 2016 0 5 10 15 20 25 Antaranews.com Beritaekspres.com Beritajakarta.com Beritasatu.com Bisnis.com

• CTRA: Siapkan empat produk yang akan diluncurkan tahun ini...

kategori cukup, sebagian besar lansia membersihkan kuku kaki dan tangan kategori cukup, sebagian besar lansia membersihkan rambut kategori baik, hampir seluruh

Pendidikan menengah dilaksanakan satu atap yang terbagi dua, yaitu sekolah menengah rendah selama tiga tahun yang diakhiri dengan satu ujian akhir (Pentaksiran