• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut diantaranya mengenai pertumbuhan ekonomi dan perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. tersebut diantaranya mengenai pertumbuhan ekonomi dan perdagangan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan dijelaskan beberapa teori terkait dengan penelitian. Teori-teori tersebut diantaranya mengenai pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional. Penelitian terdahulu, yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini yang selanjutnya pada akhir bab ditutup dengan kerangka pemikiran.

2.1.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2004), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang sebenar-benarnya barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Dengan demikian, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil yaitu Produk Nasional Bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil. Dalam menghitung pendapatan nasional dan komponennya menurut harga tetap yaitu harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih.

(2)

Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduk, menurut Kuznet (Todaro, 1997). Kuznet (Todaro, 1997) juga mengatakan bahwa terdapat enam karakteristik dalam pertumbuhan ekonomi, antara lain :

1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.

2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi. 3. Tingkat transformasi struktur ekonomi yang tinggi. 4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

5. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.

6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi (Boediono, 1999:2).

(3)

Satu hal yang perlu ditekankan sejak awal adalah bahwa didalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai saat ini (dan masa mendatang) tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh dan lengkap dan yang merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berbagai ekonom besar, sejak lahirnya ilmu ekonomi mempunyai pandangan atau presepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian.

Seringkali pandangan atau presepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup, ideologi yang dianut oleh ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan kecenderungan idiologisnya. Ini semua perlu dipahami oleh setiap orang yang mempelajari teori pertumbuhan (ilmu ekonomi umumnya). Jangan sampai berpendapat bahwa teori yang kebetulan dipelajari adalah satu-satunya kebenaran yang tidak dapat dibantah. Semakin banyak teori yang dipelajari, semakin luas pandangan, dan semakin mudah menghindari perangkap fanatisme intelektual tersebut (Boediono, 1999:2).

2.1.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik merupakan salah satu dasar dari teori pertumbuhan yang dipakai sejak dulu hingga sekarang. Teori pertumbuhan ekonomi klasik ini dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonom seperti Aadam Smith dan David Ricardo.

(4)

Adam Smith dalam bukunya “An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations”, mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Smith, terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk dianggap sebagai faktor yang pasif. Dengan demikian pertumbuhan suatu negara lebih tergantung pada pertumbuhan output. Sedangkan pertumbuhan output sangat tergantung kepada jumlah modal yang ditanam, modal ditentukan oleh jumlah laba yang diperoleh, laba tergantung kepada pasar (permintaan) dan permintaan tergantung pada jumlah penduduk dan penduduk tergantung pada upah, upah tergantung pada output. Asumsi klasik menyatakan bahwa faktor alam bersifat konstan. Maka pada suatu saat tingkat produksi itu akan mencapai tingkat “Full Employment”, artinya pendayagunaan alam, modal dan tenaga kerja akan mencapai tingkat optimum, sehingga pada suatu saat tertentu jumlah output tidak bisa ditingkatkan lagi karena sudah optimum, maka akibatnya tingkat upah akan tetap, karena upah tetap maka penduduk pun akan tetap, karena biaya hidup penduduk tergantung pada upah.

Dengan demikian kalau kondisi “Full Employment” tersebut sudah tercapai artinya ekonomi akan mengalami kemandengan, dan pada akhirnya ekonomi akan sistem ekonomi yang statis dan pas-pasan. Pada prinsipnya teori yang dikemukakan oleh David Ricardo sama dengan yang dikemukakan oleh Adam Smith. Dengan asumsi bahwa faktor alam tetap,

(5)

sedangkan penduduk bertambah pesat maka pada suatu saat tingkat perkembangan ekonomi akan sangat rendah dan tidak berkembang.

2.1.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod Domar

Teori pertumbuhan Harrod Domar dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes yaitu R.F Harrod dan Evsey Domar. Domar mengemukakan teorinya tersebut pada tahun 1947 dalam jurnal American Economic Review, sedangkan Harrod telah mengemukakan pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Teori ini sebenarnya dikembangkan oleh kedua ekonom secara sendiri-sendiri, akan tetapi karena inti dari teori tersebut sama, maka sekarang ini dikenal sebagai teori Harrod Domar.

Teori pertumbuhan Harrod Domar merupakan penyempurnaan dari analisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Teori ini ingin menunjukkan syarat yang dibutuhkan supaya perekonomian bisa tumbuh dan beerkembang dengan baik (Arsyad, 1999). Menurut Harrod Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk membutuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal (gedung-gedung, peralatan, material) yang rusak. Untuk meningkatkan perekonomian, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal.

Selain itu, ada beberapa kelemahan dari teori Harrod Domar yang meliputi MPS dan ICOR tidak konstan, proporsi penggunaan tenaga kerja

(6)

dan modal tidak tetap, harga tidak akan tetap konstan serta suku bunga berubah. Kelemahan-kelemahan tersebut kemudian disempurnakan dalam pemgembangan teori Solow Swan.

2.1.3. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa, yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Perdagangan luar negeri timbul karena pada hakikatnya tidak ada satu pun negara didunia ini yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya (Deliarnov, 1995). Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000).

Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional (Nopirin, 1991).

(7)

Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono, 2000). Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional.

2.1.3.1. John Stuart Mill dan David Ricardo

David Ricardo (1772-1823) mengembangkan teori pertumbuhan klasik lebih lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Dalam perpacuan laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output, penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai posisi stasioner.

Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber-sumber alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1999:17).

Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo mengenai sewa tanah) dalam penjabaran mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan

(8)

yang lebih jelas dari sektor pertanian diantara sektor-sektor lain dalam proses pertumbuhan (Boediono, 1999:17).

Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki Comparative Advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki Comparative Disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar). Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul karena Absolute Advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua. Tetapi yang penting bukan Absolute Advantage-nya tetapi Comparative Advantage-nya.

2.1.3.2. Heckscher-Ohlin

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:

a) Endowment Factor, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.

(9)

b) Intensity Factor, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan yang kedua, kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.

2.1.4. Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi suatu negara secara geografis. Menurut pendekatan produksi, GDP merupakan jumlah nilai dan barang jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu negara dalam waktu setahun. Atau dapat dikatakan GDP merupakan konsep pengukuran tingkat kegiatan produksi dan ekonomi suatu negara.

GDP menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang beralokasi dalam perekonomian tersebut outputnya diperhitungkan dalam GDP. Suatu perekonomian

(10)

dapat dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara dapat diartikan sebagai nilai dari GDP. Nilai GDP ini digunakan dalam mengukur presentase pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Petumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan Gross National Product (GNP) atau GNP pada tahun sedang berjalan dengan GNP tahun sebelumnya. Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan GDP sebagai indikator untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

GDP dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar. a) GDP Harga Berlaku atau pendapatan nasional pada harga berlaku adalah

nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu menurut/berdasarkan harga yang berlaku pada periode tersebut.

b) GDP Harga Konstan atau pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada periode/tahun berikutnya.

(11)

Y = ∑Pi Qi 2.1.5. Pendekatan Perhitungan Gross Domestic Product

GDP diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). GDP berbeda dari GNP, karen memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut, sehingga GDP hanya menghitung apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, GNP memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar harga Berlaku) merujuk kepada nilai GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP riil (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka GDP nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.

2.1.5.1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan produksi adalah dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) semua barang dan jasa yang diproduksi tiap proses produksi disuatu negara dalam satu tahun.

dimana :

Y = Pendapatan Nasional

Pi = Harga Jual Produk (Output) Qi = Faktor Produksi (Input)

(12)

Y = C + I + G + (X-M) 2.1.5.2. Pendekatan Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan menggunakan pengeluaran atau expenditure dari masing-masing sektor perekonomian, yaitu :

1. Pengeluaran Konsumsi (C), meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan.

2. Pengeluaran Investasi (I), meliputi semua pengeluaran domestik (dalam negeri) yang dilakukan oleh swasta untuk mendirikan bangunan, membeli mesin-mesin produksi, perlengkapan dan jumlah persediaan perusahaan.

3. Pengeluaran Pemerintah (G), meliputi pembayaran pensiun, beasiswa, subsidi dalam berbagai bentuk dan transfer pemerintah.

4. Ekspor Netto (X-M), meliputi keseluruhan jumlah barang dan jasa yang diekspor dan diimpor. Jika ekspor lebih besar dari impor maka ekspor bertanda positif (+), begitu juga sebaliknya.

(13)

Y = r + w + i + p 2.1.5.3. Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan ini, pendapatan nasional diperoleh dari penjumlahan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang disumbangkan kepada rumah tangga produsen selama satu tahun, yang terdiri dari :

Sewa tanah/alami (rent income) = r Upah (wage and salary income) = w Bunga (interest income) = i

Laba usaha (profit income) = p

Secara teori, GDP dengan pendekatan pengeluaran, pendapatan dan juga pendekatan produksi harus menghasilkan angka yang sama. Dalam praktek, perhitungan GDP yang paling sering dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan pengeluaran. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan GDP adalah definis bahwa Produk Domestik Bruto merupakan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa akhir/final yang diproduksi dalam perekonomian dalam jangka waktu tertentu (Mankiw, 2003). Barang final ini adalah barang dan jasa yang dijual langsung kepada pengguna akhir (end users). Barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan, lalu digunakan sebagai input produksi perusahaan lain (intermediate goods) tidak dihitung dalam GDP sebab akan menyebabkan terjadinya perhitungan ganda (double counting). Selain itu, GDP juga

(14)

menghitung nilai tambah (value added) barang dan jasa yang merupakan selisih antara nilai output yang dijual perusahaan dan nilai intermediate goods yang digunakan perusahaan sebagai input untuk memproduksi barang akhir.

Nilai GDP dalam perekonomian disajikan statistiknya dalam bentuk nilai riil dan nilai nominal. Nilai riil GDP dihitung dengan menggunakan satuan harga yang konstan (misal berdasarkan harga tahun 2000). Nilai GDP nominal dihitung dengan menggunakan harga pasar atau harga berlaku. Nilai GDP riil dapat menunjukkan perubahan kuantitas output jika harga berubah, sedangkan GDP nominal menunjukkan perubahan harga dengan kuantitas tetap. Rasio antara GDP nominal dengan GDP riil disebut GDP deflator.

2.1.6. Export Led Growth, Growth Led Export, dan Feedback

Pernyataan bahwa aktivitas ekspor menyebabkan pertumbuhan ekonomi telah menjadi bahan perdebatan dalam studi mengenai pembangunan dan pertumbuhan pada dekade akhir ini (Keesing, 1967; Krueger, 1985). Studi-studi empiris belakangan ini telah menghasilkan hasil yang berbeda-beda dan saling bertentangan mengenai hubungan antara pertumbuhan ekspor dengan pertumbuhan ekonomi. Terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi antara ekspor dengan GDP, yaitu Export Led Growth, Growth Led Export, dan Feedback. Fokus dari Export Led Growth (ELG) adalah apakah suatu negara akan menajdi lebih baik dengan

(15)

mengorientasikan kebijakan perdagangannya kepada promosi ekspor atau kepada subtitusi impor.

Terdapat beberapa alasan dalam teori perdagangan untuk mendukung proposisi ELG. Pertama, pertumbuhan ekspor dapat mewakili kenaikan dalam permintaan output negara yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam output riil. Kedua, ekspansi dalam ekspor dapat mempromosikan spesialisasi dalam produksi produk ekspor yang kemudian akan meningkatkan tingkat produktivitas, dan dapat menyebabkan tingkat skill umum meningkat disektor tersebut. Ini kemudian menyebabkan realokasi sumber daya dari sektor non trade yang realtif kurang efisien ke sektor ekspor yang lebih produktif. Ketiga, peningkatan dalam ekspor dapat meregangkan kendala nilai tukar (Chenery dan Strout, 1996) sehingga menyebabkan kemudahan dalam mengimpor input untuk memenuhi permintaan domestik, dan memungkinkan terjadinya ekspansi output. Orientasi keluar memberikan kemungkinan untuk menggunakan modal eksternal untuk pembangunan dan dapat membantu penyelesaian utang. Promosi ekspor juga dapat menghapus kontrol yang menyebabkan overvaluation dari mata uang domestik. Perkembangan ekspor barang-barang tertentu berdasarkan keunggulan komparatif suatu negara dapat menyebabkan eksploitasi terhadap economies of scale yang kemudian menyebabkan kenaikan pertumbuhan. Argumen ini menyatakan pasar domestik terlalu kecil untuk mencapai skala optimal sedangkan icreasing return dapat tercapai melalui pasar luar negeri.

Promosi terhadap industri subtitusi impor dapat juga membantu varietas pada industri sedangkan promosi ekspor hanya dapat membantu beberapa industri tertentu saja. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pembiayaan melalui subtitusi impor lebih

(16)

menarik secara politis karena tarif, kuota, dan hambatan lainnya dapat meningkatkan pajak secara diam-diam. Grossman dan Helpman (1991) menyatakan bahwa penggunaan tarif dapat menguntungkan negara-negara yang tidak mempunyai keuntungan komparatif dalam sektor-sektor utama seperti research and development sehingga dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan.

Dukungan terhadap proteksi impor secara yang selektif masih ada (Taylor, 1988) dan secara empiris, masih tersebut banyak negara yang mempromosikan ekspor dalam satu atau lebih sektor, tetapi sekaligus melindungi sektor lain . strategi promosi ekspor dan subtitusi impor jelas merupakan komplomenter, bahkan subtitusi impor dapat dianggap sebagai langkah penting dalam export-based growth (Hamilton dan Thompson, 1994). Meskipun demikian, masih terdapat potensi untuk terjadinya Growth Led Export (GLE). Bhagwati (1988) menyatakan bahwa GLE mungkin terjadi, kecuali jika bias anti perdagangan muncul dari growth-induceed supply dan demand. Teori perdagangan neoklasik mendukung pernyataan ini karena faktor lain diluar ekspor dapat menyebabkan tumbuhnya output. Ortodoksi terhadap GLE juga dijustifikasi oleh Lancaster (1980) dan Krugmen (1984); pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan skill dan teknologi. Peningkatan efisiensi ini dapat menciptakan keunggulan komparatif bagi negara yang memfasilitasi ekspor. Market failure dengan intervensi pemerintah yang memadai, dapat menyebabkan terjadinya GLE.

Hubungan feedback antara ekspor dengan output merupakan prospek yang menarik. Helpman dan Krugmen (1985) menyatakan bahwa ekspor dapat meningkatkan dari realisasi economies of scale dari gain produktivitas; peningkatan

(17)

ekspor dapat mengurangi biaya yang kemudian meningkatkan gain yang lebih dalam produktivitas. Bhagwati (1988) menduga bahwa peningkatan perdagangan (dengan alasan apapun) akan menghasilkan pendapatan yang lebih, yang kemudian dapat menghasilkan perdagangan yang lebih, dan seterusnya. Selain itu, masih terdapat kemungkinan bahwa tidak terdapat hubungan sebab akibat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi ketika jalur pertumbuhan ditentukan oleh variabel-variabel lain seperti investasi (Pack, 1988).

2.2 Penelitian Terdahulu

Hubungan antara perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi pembahasan yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari hubungan tersebut. Beberapa penelitian untuk kasus-kasus negara tertentu berhasil membuktikan adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel yang diuji, sementara untuk kasus lainnya tidak ditemukan hubungan yang saling memengaruhi antar variabel-varibelnya.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Hye dan Boubaker (2011) di Tunisia, dimana pada penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji hipotesis export-led growth, import-export-led growth dan foreign debt sustainbility. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah time series data selama periode 1960-2008. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekspor, impor dan GDP. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Autoegressive Distributed Lag (ARDL).

(18)

Dengan penggunaan metode tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan dalam jangka panjang dan arah kausalitas antara ekspor, impor dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan kausalitas menggunakan metode dekomposisi varians. Pada penelitian ini menghasilkan hubungan searah antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (export-led growth) dan dua arah antara impor dan pertumbuhan ekonomi (import-led growth dan growth-led import). Hal tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu export-led growth dan import-led growth telah valid untuk studi kasus di negara Tunisia.

Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Ashraf (2011), yang bertujuan untuk mengidentifikasi hipotesis import-led growth di negara Pakistan. Pada penelitian ini menggunakan variabel impor bahan kimia, impor mesin, impor bahan pangan, dan GDP. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah time series data selama periode 1970-2008. Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grenger Causality Test. Uji kausalitas Grenger ini digunakan guna menentukan arah hubungan antar variabel. Pada penelitian ini menghasilkan hubungan dua arah antara impor bahan kimia terhadap pertumbuhan ekonomi, dan impor mesin terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana impor pada bahan pangan tidak menyebabkan pertumbuhan ekonomi, begitu pula sebaliknya.

Penelitian juga pernah dilakukan oleh Ray (2011) di negara India yang bertujuan untuk meneliti secara empiris hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di India dengan menggunakan data time series selama periode 1972-2011.

(19)

Dengan menggunakan teknik ekonometrik Granger Causality Test dan Cointegration Test untuk menguji hipotesis dari strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh ekspor (export-led growth). Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (export-led growth) dalam jangka panjang berdasarkan Uji Johansen. Uji kausalitas Granger akhirnya mengkonfirmasikan adanya kausalitas dua arah secara langsung dalam jangka pendek antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor, begitu pula sebaliknya (export-led growth dan growth-led export).

Pada tahun berikutnya, penelitian lain juga dilakukan oleh Hye (2012), dimana penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hipotesis export-led growth, growth-led export, import-led growth, growth-led import serta hipotesis terhadap keberlanjutan defisit luar negeri. Penelitian ini menggunakan data time series periode 1987-2009 di negara China. Dengan menggunakan metodologi Phillip Unit Root Test untuk menguji level integrasinya dan Autoregressive Distributed Lag (ARDL) untuk menentukan hubungan jangka panjang dan hubungan secara langsung baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta menggunakan Granger Causality Test untuk menentukan arah hubungan kausalitasnya. Penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat hubungan dua arah langsung antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor (export-led growth dan growth-led export), pertumbuhan ekonomi dan impor (growth-led import) serta ekspor dan impor (export-led import).

Penelitian juga dilakukan oleh Mangir (2012) di negara Turkey. Penelitian ditujukan untuk membuktikan secara empiris hubungan antara ekspor dan

(20)

pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data time series selama periode 2002-2011. Dengan pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah Unit Root Test, Cointegration Test, dan Granger Causality Test. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam jangka pendek (short run) terdapat hubungan dua arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (export-led growth dan growth-led export), sedangkan pada jangka panjang (long run) penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan satu arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (export-led growth).

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Achchuthan (2013) di negara Sri Lanka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Sri Lanka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series periode 1970-2010. Dengan menggunakan metodologi OLS dan Uji Korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ekspor dan impor memiliki hubungan positif yang signifikan satu sama lain, dan juga, baik ekspor dan impor memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, ada hubungan positif yang kuat antara ekspor dan impor.

Penelitian yang dilakukan oleh Hye dan Boubaker (2011) di Tunisia, Ray (2011) di di India, Hye (2012) di China, Mangir (2012) di Turkey, dan Achchuthan (2013) di Sri Lanka menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian tersebut para peneliti berhasil membuktikan secara empiris mengenai hipotesis export-led growth maupun growth-led export (kecuali Hye, 2011). Artinya bahwa dalam penelitian tersebut terbukti bahwa ekspor

(21)

dapat menyebabkan pertumbuhan begitu pula sebaliknya, pertumbuhan dapat menyebabkan ekspor.

Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Mangir (2012) membuktikan bahwa hubungan dua arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi hanya dapat terjadi apabila penelitian dilakukan berdasarkan jangka waktu panjang (long run), sedangkan pada jangka waktu pendek (short run) hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi hanya memiliki hubungan satu arah saja dan hasil temuan dari penelitian ini sekaligus menolak hipotesis growth-led export dalam jangka pendek (short run) dan dapat diterima ketika penelitian dilakukan dengan jangka waktu panjang (long run). Penelitian yang dilakukan oleh Hye dan Boubaker (2011) di Tunisia juga tidak membukikan hipotesis growth-led export, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dapat menyebabkan ekspor tidak dapat diterima pada penelitian tersebut.

Hubungan antara impor dan pertumbuhan ekonomi dapat di klasifikasikan menjadi dua hipotesis yaitu: import-led growth, dimana pada hipotesis ini menjelaskan bahwa impor menyebabkan pertumbuhan dan growth-led import, dimana hipotesis ini menjelaskan bahwa pertumbuhan menyebabkan impor. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hye dan Boubaker (2011) di Tunisia, Ashraf dkk, (2011) di Pakistan, serta Hye (2012) di China menemukan bahwa ada hubungan dua arah pada variabel impor dan pertumbuhan ekonomi, sehingga kedua hipotesis, baik import-led growth dan growth-led import secara bersama-sama dapat di buktikan.

(22)

Pada hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hasil yang beragam, sehingga belum ada arah hubungan yang jelas antara variabel ekspor, impor dan GDP. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menganalisa kembali arah hubungan antara ekspor, impor dan pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia.

2.3 Kerangka Model

Berdasarkan teori dan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan model yang diajukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

EXPORT

GDP

IMPORT

EXPORT

(23)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat diterapka hipotesis sebagai berikut:

1. Ekspor mempengaruhi GDP Indonesia 2. Impor mempengaruhi GDP Indonesia 3. GDP Indonesia mempengaruhi ekspor 4. GDP Indonesia mempengaruhi impor 5. Ekspor mempengaruhi impor

6. Impor mempengaruhi ekspor

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar tahun

Dampak positif yang dihasilkan dari kebijakan pemerintah dalam menetapkan Singaparna sebagai ibukota kabupaten Tasikmalaya terhadap ekonomi politik masyarakat Singaparna

Subyek dan sumber data seharusnya tidak hanya alumni peserta diklat tetapi juga atasan langsung yang bersangkutan sebagai pengguna alumni (stakeholder). Atasan alumni perlu

Seperti yang telah dijelaskan di dalam bagian pendahuluan, yang akan dibahas dalam bab ini adalah analisis peran tata penunjang pementasan, yaitu tata gerak, tata suara,

Adapun buku yang berkaitan dengan hukum karma phala dalam Islam dan pembalasan amal perbuatan dalam Islam diantaranya karya Muhammad Yusup Musa yang berjudul Islam (Suatu

Manfaat-manfaat tersebut meliputi adanya alur tukar- menukar informasi mengenai IMS, HIV/AIDS dan cara-cara untuk meminimalisir faktor-faktor risiko yang ada tanpa harus merasa

Kesimpulan ada hubungan status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-60 bulan, sesuai hasil penelitian disarankan sebagai masukan

Celah antara silinder dapat diatur jaraknya untuk memperoleh derajat kehalusan yang diinginkan, bila jarak antara silinder terlalu dekat maka tenaga yang