Table of Contents
No. Title Page
1 Kualitas Perempuan Lanjut Usia yang Melajang 152 - 159
2 Against Loneliness Influence Elections In Adult Life Couple Still Single Beginnings 160 - 169 3 The Effect of Training “Understanding and Assisting in Learning―
increased Understanding of the Classroom Teachers in Inclusive Schools on Children with Special Need
170 - 183
4 The Meaning of Life of Middle Age Adult Face Empty Nest Filling 184 - 193 5 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Psychological Well-Being Pada Masa
Pensiun
194 - 205
6 Perbedaan Tingkat Self Control pada Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan yang Kecanduan Internet
206 - 214 7 Relationship between Student Perception of Teacher Social Support with
Mathematics Self-Efficacy on Student of SMA Negeri 14 Surabaya
210 - 217
8 The Influence of Playing Playdough Toward 5-6 Years Old Child Creativity Viewed from Individually and Grouply Playing
218 - 225 9 Pengaruh Perfeksionisme Terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa Program
Akselerasi
Vol. 2 - No. 3 / 2013-12 TOC : 3, and page : 170 - 183
The Effect of Training “Understanding and Assisting in Learning― increased Understanding of the Classroom Teachers in Inclusive Schools on Children with Special Need
Pengaruh Pemberian Pelatihan “Memahami & Membantu dalam Belajar― terhadap Peningkatan Pemahaman Guru Kelas di Sekolah Inklusif tentang ABK
Author :
Anna Wahidah | [email protected] Fakultas Psikologi
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Pemahaman guru diartikan keadaan dimana guru mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Treatment by Subject Design. Pada rancangan ini pengeruh efek atau perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pre test dengan post ttes, tanpa ada pembanding dengan kelompok kontrol. Penelitian ekperimen ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sample/ judgmental sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SDN Medalem II Tuban yang berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel bertujuan dalam penelitian ini sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan yaitu seluruh guru kelas hanya pernah satu kali mengikuti penataran terkait dengan pendidikan inklusif dan memiliki
pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Alat ukur yang digunakan untuk melihat pemahaman guru adalah berupa instrument tes pemahaman terhadap ABK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pengukuran effect size menunjukkan pengaruh itu kecil.
Keyword : Pemahaman, pelatihan, sekolah, inklusif, anak, berkebutuhan, khusus, Daftar Pustaka :
1. Astuti, I, (2011). Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi. Malang : Banyumedia Publishing
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Pengaruh Pemberian Pelatihan “Memahami & Membantu dalam Belajar”
terhadap Peningkatan Pemahaman Guru Kelas
di Sekolah Inklusif tentang ABK
(The Effect of Training “Understanding and Assisting in Learning” increased
Understanding of the Classroom Teachers in Inclusive Schools on Children
with Special Need)
Anna Wahidah
Email: [email protected]
Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap
peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif mengenai Anak
Berkebutuhan Khusus. Pemahaman guru diartikan keadaan dimana guru
mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Treatment by Subject Design. Pada rancangan ini pengeruh efek atau perlakuan
diputuskan berdasarkan perbedaan antara pre test dengan post ttes, tanpa ada
pembanding dengan kelompok kontrol. Penelitian ekperimen ini menggunakan
teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sample/ judgmental sampling).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SDN Medalem II Tuban
yang berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel bertujuan dalam penelitian ini
sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan yaitu seluruh guru kelas
hanya pernah satu kali mengikuti penataran terkait dengan pendidikan inklusif
dan memiliki pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus.
Alat ukur yang digunakan untuk melihat pemahaman guru adalah berupa
instrument tes pemahaman terhadap ABK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pelatihan “Memahami &
Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di
sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pengukuran effect size
menunjukkan pengaruh itu kecil.
Kata Kunci: Pemahaman, pelatihan, sekolah inklusif, anak berkebutuhan khusus
Abstract. This study has purposed to investigate the effect of training
delivery “Understanding and Assisting in Learning” to an improved
understanding of classroom teachers in inclusive schools on Children with
Special Needs. Teachers' understanding is defined the teacher has adequate
knowledge about children with special needs.
This study use experimental research with treatment by Subject Design.
This design effects or treatment is decided based on the difference between the
pre-test to post- test, without any comparison with the control group. This
experimental study uses a sampling purposive sample/judgmental sampling. The
samples in this study were all classroom teachers SDN Medalem II Tuban,
amounting to 9 people. Intended use of the sample in this study was chosen based
on the purpose and considerations which all classroom teachers only ever one
time attended inservice training related to inclusive education and have a poor
understanding of children with special needs.
Measuring instruments used to showed teachers' understanding is a test
instrument understanding of children with special needs. The results showed that
there was a significant effect of training provision “Understanding and Assisting
in Learning” to an improved understanding of classroom teachers in the school
inclusive of children with special needs. Measurement of effect size showed effect
was small.
Keywords: Understanding, training, Inclusive Schools,children with special
needs
PENDAHULUAN
Pendidikan inklusif merupakan bentuk pemenuhan atas hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan inklusif mulai dicanangkan pada konferensi internasional yang diselenggarakan oleh UNESCO pada tanggal 7-10 juni 1994 di Salamanca Spanyol. Konferensi tersebut menghasilkan kesepakatan tingkat dunia berisi pentingnya pelaksanaan pendidikan inklusif untuk semua negara di dunia, sehingga setiap sekolah dapat melayani setiap anak termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (Astuti, 2011).
Pernyataan Salamanca dan
Kerangka aksi tentang
pendidikankebutuhan khusus (1994) merupakan dokumen internasional utama tentang prinsip-prinsip dan praktek pendidikan inklusif. Prinsip mendasar dari pendidikan inklusif dalam pernyataan Salamanca adalah bahwa semua anak seyogyanya belajar bersama-sama, sejauh memungkinkan, apa pun kesulitan atau perbedaan yang ada pada diri mereka. Sekolah inklusif harus
≠ •Æß°´ µ©
§°Æ ¥°Æßß°∞ ¥•≤®°§° ∞
keberagaman
kebutuhan
siswa-siswanya, serta mengakomodasi gaya
171 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
dan kecepatan belajar yang berbeda-beda (Stubbs, 2002). Sedangkan di Indonesia dasar hukum pendidikan inklusif termuat dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
Menurut Woolfok & Kolter (dalam Astuti, 2011: 9) pendidikan inklusif berarti pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, atau kondisi lainnya. Pendidikan inklusif meliputi anak-anak yang memiliki hambatan belajar dan berbakat istimewa, termasuk AnakBerkebutuhan Khusus didalamnya. Jadi di dalam sekolah inklusif siswa yang bukan berkebutuhan khusus dan siswa yang berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dalam satu kelas.
Pendidikan inklusif adalah wujud pergerakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip utama yang berkaitan dengan anak, pendidikan, keberagaman dan diskriminasi (Stubbs, 2002). Tujuan
pendidikan inklusif dijelaskan dalam buletin UNESCO adalah untuk menurunkan dan mengatasi semua pengecualian dari hak manusia dalam pendidikan, setidaknya pada tingkat SD, serta meningkatkan akses, partisipasi dan keberhasilan belajar di pendidikan dasar yang berkualitas bagi semua (Puri, 2004). Di dalam perspektif psikologis, dengan adanya pendidikan inklusif siswa dibantu dalam menemukan potensi serta bakat yang mereka miliki. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki hambatan sekaligus berbakat akan mendapat pelayanan sebagaimana yang diharapkan (Astuti, 2011).
Tenaga pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, terdiri atas guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru pendidikan khusus dengan latar belakang pendidikan yang beragam. Guru kelas dan guru mata pelajaran adalah pendidik/pengajar pada suatu kelas tertentu di sekolah umum yang sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan.
Guru pendidikan khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang pendidikan khusus/pendidikan luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan tentang pendidikan khusus/luar biasa, yang ditugaskan di sekolah inklusif (Departemen Pendidikan Nasional, Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik, 2007).
Salah satu faktor penting pendukung keberlangsungan pendidikan inklusif adalah partisipasi dari semua komponen yang terlibat di dalamnya. Meliputi, sekolah, kepala sekolah, guru umum/guru kelas, guru mata pelajaran, guru khusus, orangtua dan masyarakat, serta komponen-komponen penunjang lain seperti petugas kesehatan dll. Namun, pendidikan inklusif ini sangat rentan terhadap hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Pengalaman pelaksanaan pendidikan inklusif yang dilaksanakan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa pendidikan inklusif di sana dihadapkan pada tantangan utama dalam mengenali dan mengatasi
berbagai macam kebutuhan seluruh populasi siswa, padahal hal tersebut berfungsi sebagai langkah untuk mempromosikan pembelajaran yang efektif untuk semua (Stubb, 2002).
kompetensi guru diuji. Guru dalam sekolah inklusif dihadapkan dengan siswa dengan jenis kesulitan belajar atau kebutuhan khusus yang sangat beragam. Perubahan dalam keragaman siswa yang muncul pada sekolah reguler membuat perubahan pula pada tanggung jawab yang guru terima. Luasnya keberagaman siswa ini memiliki dampak pada proses pembelajaran (Refice, 2006).
Guru memainkan peran sentral untuk berpartisipasi dalam keberhasilan belajar siswa dan meningkatkan prestasi siswa, terutama dengan anak-anak yang mungkin dianggap memiliki kesulitan dalam belajar. Rouse (2010) di dalam jurnalnya menyebutkan 9 hal yang harus guru ketahui untuk mendorong lingkungan belajar yang inklusif,
Kebijakan pendidikan dengan mengakomodasi Anak Berkebutuhan Khusus
dalam sekolah umum ini menghadapkan seorang guru sebagai komponen penting
pendidikan pada keragaman siswa di kelas terbesar pada dekade ini. Dalam hal ini
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013
diantaranya guru harus memiliki pengetahuan tentang (1) strategi mengajar, (2) disabilitas dan kebutuhan khusus siswa, (3) bagaimana anak belajar, (4) apa yang dibutuhkan anak untuk belajar, (5) classroom management, ( ) mengetahui dimana
untuk mendapatkan bantuan ketika membutuhkannya, (7) identifikasi kesulitan belajar, (8) melakukan asesing dan monitoring belajar siswa, (9) kebijakan-kebijakan Sekolah inklusif. Pengetahuan dan pemahaman tentang kebutuhan khusus siswa merupakan kompetensi seorang guru yang dianggap prasyarat bagi guru di sekolah inklusif, hal ini diperlukan karena memungkinkan guru untuk menjadi sensitif dan mampu merespons secara efektif terhadap keberagaman. Pengetahuan guru tentang kebutuhan siswa harus sedemikian rupa, sehingga mereka dapat merespon dan beradaptasi dengan situasi dan aspek keragaman-keberagaman baru yang muncul. Guru yang efektif seharusnya mampu mengenali aspek yang berbeda
dari keragaman, bukan sebagai kekurangansiswa, tetapi sebagai sumber daya untuk meningkatkan lingkungan belajar yang kaya (DirectoratE General
IV. Directorate of Education and
Languages Unit of European Education
Policies, Diversity and inclusion:
challenges for teacher education, 644 ).
Agar dapat memenuhi peran mereka sebagai seorang guru, guru perlu memiliki bekal pemahaman yang tepat dan akurat tentang siswa-siswa mereka. Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pendidik harus mengerti betul bagaimana karakter masing-masing siswa. Guru juga harus jeli dalam mengenali kelebihan dan kekurangan siswa serta kebutuhan belajar yang diperlukan bagi masing-masing siswa, dalam hal ini mereka tidak bisa diperlakukan sama dalam satu kelas. Ketidakpahaman guru tentang siswa mengakibatkan tidak diterimanya materi dengan baik oleh siswa, sehingga berakibat tujuan dalam proses belajar
mengajar tidak tercapai sepenuhnya (Subini, 2012).
Pentingnya peran guru dalam proses menghantarkan kesuksesan belajar semua siswa inilah yang menuntut pemahaman mereka tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Apabila guru memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai anak berkebutuhan khusus, maka diharapkan guru mampu menyelaraskan antara kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus yang muncul dengan pemberian layanan pendidikan yang tepat untuk mereka. Pemahaman tentang siswa dapat menghantarkan proses belajar yang membawa pada kesuksesan belajar siswa (Subini, 2012).
Guru kelas inklusif yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di kelas mereka, bisa mengakibatkan penerimaan materi yang kurang baik oleh Anak Berkebutuhan Khusus di kelas tersebut, hal ini membuat tujuan dalam proses belajar mengajar tidak tercapai sepenuhnya (Subini, 2012).
Dengan melihat kondisi ini maka dapat disimpulkan bahwa peran dan tugas guru untuk berpartisipasi dalam keberhasilan belajar siswa mereka tidak bisa dilakukan dengan baik jika
pemahaman tentang Anak
Berkebutuhan Khusus masih kurang, sedangkan peran partisipasi guru dalam proses mendukung keberlangsungan sekolah inklusif pun menjadi terhambat.
Salah satu ciri guru yang efektif di dalam jurnal yang ditulis oleh Rubio (2011) adalah guru yang mampu memahami secara baik kebudayaan siswa, latar belakang, pengetahuan tentang metode dan prosedur yang dapat diadaptasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di kelas mereka. Guru efektif menggunakan pengetahuan mereka tentang proses pembelajaran yang paling efektif untuk membantu siswa tertentu dalam kelas mereka dan untuk mencapai kesuksesan belajar siswa mereka. Untuk alasan inilah, sangat penting untuk mengetahui kebutuhan siswa, strategi dan gaya belajar mereka, kepribadian, 175 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
penyelenggaraan sekolah Inklusif yang berhubungan dengan implementasi pendidikan inklusif di level Sekolah Dasar di Surabaya. Penelitian ini dilakukan mengungkapkan salah satu isu besar yang muncul di Sekolah Dasar inklusif di Surabaya adalah adanya kesenjangan pengetahuan dan kemampuan guru tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Hal ini berdampak pada perencanaan manajemen kelas dan implementasi serta evaluasi proses belajar yang tidak efektif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan guru dengan latar belakang pendidikan psikologi atau pendidikan khusus memiliki lebih banyak pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Namun, banyak guru kelas yang mengaku bahwa mereka memiliki keterbatasan pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus (Paramita & Muryantinah, 2012).
Dalam Kompas Edukasi 9 November 2011, Napitupulu (2011) mempublikasikan fakta bahwa guru sekolah inklusif belum sepenuhnya memahami tentang Anak Berkebutuhan Khusus, berikut cuplikan berita di dalamnya;
“Para guru di sekolah inklusif juga masih belum sepenuhnya memahami perbedaan gangguan perilaku dan mental dalam tiap diri anak berkebutuhan di sekolah. Akibatnya, para guru sering kewalahan menghadapi keseharian anak-anak di sekolah”(Napitupulu, 2011).
Fakta lain juga dipaparkan oleh Adriana dalam Kompas (2012), yang menyatakan bahwa masih banyak guru Sekolah inklusif yang memiliki pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus, seperti misalnya dalam kasus anak autis. Akibatnya guru
tidak mampu membantu Anak
Berkebutuhan Khusus tersebut (Mikail, 2012). Dari sejumlah permasalahan yang muncul ada di sekolah inklusif, kita dapat melihat bahwa guru masih memiliki sedikit bekal pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus itu sendiri, dari beberapa fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru tentang Anak Berkebutuhan Khusus masih sangat kurang.
Hasil wawancara kepada kepala bagian sekertaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, sub bagian program dan pelaporan, Susilo Murti mengungkapkan pada tahun 2011/2012 tercatat ada lima Sekolah Dasar Inklusif di Kabupaten Tuban.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 176
Sedangkan, keadaan kurangnya pemahaman guru tentang ABK ini dialami di SDN Medalem II Tuban. SDN ini menjadi SDN inklusif sejak tahun 2008. Namun belum ada tenaga didik yang berlatar belakang PLB. Sedangkan untuk koordinator inklusif berasal dari latar belakang pendidikan umum yang sudah mendapat pembekalan khusus menjadi koordinator inklusif.
Pemberian pembekalan tentang sekolah inklusif pernah diberikan kepada seluruh tenaga pendidik di sekolah ini. Pembekalan yang diberikan adalah berupa workshop tingkat dasar untuk pembekalan Pendidikan inklusif berbasis sekolah fase 1 selama 2 hari. Wawancara yang dilakukan kepada lima guru kelas tentang tantangan utama mereka dalam sekolah inklusif memperoleh hasil bahwa kelima guru menjawab tantangan terbesar mereka dalam sekolah inklusif adalah adanya ABK di kelas mereka, terutama mereka mengalami kesulian-kesulitan dalam hal penanganan mereka. adapun cuplikan hasil wawancara kepada
salah satu guru di SDN ini adalah sebagai berikut:
“menurut saya tantangan terberat ya saat menghadapi ABK, cara menangani mereka kalau ABK tidak mau mengikuti pelajaran dan malah keluar kelas kadang menangis, cara mengajar ABK yang ada di kelas dengan siswa lainnya bagaimana membagi perhatian, sedangkan ABK butuh perhatian khusus itu semua menyulitkan kami ini yang tidak tahu tentang karakter mereka kenapa mereka berperilaku seperti itu dan bagaimana menghadapi mereka”
Sedangkan dari hasil penggalian data awal dengan menggunakan kuesioner pengetahuan tentang ABK yang diberikan kepada seluruh guru kelas didapatkan hasil nilai rata-rata pengetahuan guru enang ABK rendah yaitu 4.7.
Dari hasil analisis kebutuhan pelatihan secara menyeluruh yang dilakukan di SDN Medalem II Tuban disimpulkan bahwa: (1) guru membutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, jenis dan karakteristik, serta pemahaman tentang kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus sesuai kategorinya, (2) guru membutuhkan kegiatan peningkatan pemahaman tentang penanganan ABK di kelas.
177 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Penjabaran diatas menunjukkan adanya suatu kebutuhan intervensi untuk guru kelas, yang berfokus pada peningkatan dalam hal pemahaman tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan adanya peningkatan pemahaman tentang Anak Berkebutuhan Khusus, maka diharapkan guru dapat merespon secara efektif kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus di kelas mereka. Pemahaman tentang Anak Berkebutuhan Khusus dapat membantu guru untuk memenuhi perannya dalam memenuhi kebutuhan belajar Anak Berkebutuhan Khusus selama proses penyampaian materi agar mudah diterima dengan baik oleh semua siswa, pemahaman tentang Anak Berkebutuhan Khusus juga membantu guru dalam menghadapi permasalahan mereka di kelas.
Pemahaman menurut Bloom adalah salah satu dari aktifitas belajar yang melibatkan proses kognitif dalam memahami makna, menerjemahkan, menginterpolasi, dan penafsiran instruksi dan masalah (Bloom, 1956). Proses
kognitif dalam kategori memahami termasuk menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Dari definisi ini maka yang dimaksud pemahaman Anak Berkebutuhan Khusus dalam penelitian ini adalah hasil aktifitas belajar yang melibatkan proses kognitif dimana guru mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.
Pelatihan adalah metode untuk meningkatkan kinerja manusia. Bilamana kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan terbatasi oleh kekurangan pengetahuan atau keterampilan, maka untuk menjembatani kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan instruksi yang diperlukan (Silberman, 2013).
Penelitian menunjukkan bahwa orang akan memahami konsep lebih baik dan akan mempertahankan informasi lebih lama ketika mereka terlibat dalam proses belajar (Lawson, 2006).
Penelitian dilakukan di Utah State University oleh Vernier (2012) menyatakan bahwa pelatihan untuk guru efektif dan dapat merubah persepsi guru tentang siswa penyandang LD. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan selama 60 menit yang bertujuan menyediakan informasi kepada guru untuk membantu mereka memahami alasan dan keuntungan dari sekolah Inklusif.
Sedangkan pelatihan “Memahami &
Membantu ABK dalam Belajar” adalah
pelatihan yang disusun dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Materi pelatihan berupa pengenalan konsep Anak Berkebutuhan Khusus, pengenalan jenis dan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (termasuk hambatan-hambatan belajar Anak Berkebutuhan Khusus serta mengenali kebutuhan belajar yang muncul), dan penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.
Pelatihan erat kaitannya dengan peningkatan pemahaman serta
keterampilan. Maka berangkat dari hal ini peneliti tertarik untuk meneliti apakah pemberian pemberian pelatihan
“Memahami & Membantu ABK dalam
Belajar” memiliki pengaruh pada
peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen agar dapat diketahui secara jelas pengaruh dari pelatihan ini.
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Treatment by Subject Design. Variabel
dalam penelitian ekperiemen ini adalah Pelatihan “Memahami& Membantu Anak
Berkebutuhan Khusus dalam Belajar” dan
Pemahaman guru kelas tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pelatihan
“Memahami & Membantu ABK dalam
Belajar”adalah suatu kegiatan yang
dibuat untuk guru sekolah inklusif
179 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
dengan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada guru kelas di sekolah inklusif tentang konsep, jenis dan karakteristik, serta penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Sedangkan yang dimaksud dengan pemahaman guru kelas tentang Anak Berkebutuhan Khusus adalah pemahaman guru tentang, definisi, jenis, karakteristik, serta penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SDN Medalem II yang berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel bertujuan dalam penelitian ini sengaja dipilih berdasarkan tujuan tertentu. Alat pengumpulan data berupa tes uraian pemahaman guru tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik non parametrik dari Wilcoxon signed rank test. Wilcoxon signed rank test dengan bantuan program SPSS 16 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis penelitian dilakukan dengan Wilcoxon signed rank test dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Taraf signifikansi yang digunakan 0.05 diperoleh nilai Z adalah -2.687 dan nilai signifikansi adalah 0.007 yaitu kurang dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji perbedaan kedua nilai diketahui bahwa perbedaan antara keduanya signifikan. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan tritmen. Sedangkan hasil perhitingan efek size menunjukkan nilai -0.298, artinya perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan itu kecil.
PEMBAHASAN
Hasil dari keseluruhan analisis diatas disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian pelatihan “Memahami dan Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru di sekolah inklusif tentang ABK. Sedangkan, ukuran perubahan atau pengaruh yang terjadi itu kecil. Adanya pengaruh tersebut sesuai Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
dengan pendapat Mayer (2002) bahwa pemahaman dapat ditingkatkan dengan menerapkan cara belajar bermakna atau disebut “meaningful learning”, sedangkan di dalam pelatihan ini menggunakan metode belajar blaind case yang sesuai dengan langkah-langkah belajar bermakna, yaitu: pembelajaran terjadi berdasarkan materi yang relevan atau dari hasil TNA sesuai kebutuhan guru kelas, pelatihan ini menggunakan metode pengajaran membuat pelajar terlibat dalam suatu aktifitas belajar, proses pembelajaran melibatkan kerjasama dengan oranglain, materi yang digunakan adalah merupakan kasus-kasus yang ada di sekitar pembelajar (Dahar, 1996).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Vernier (2012), yang menyatakan bahwa pelatihan untuk guru efektif dan dapat merubah persepsi guru tentang siswa penyandang LD. Penelitian dari Mahdiani (2010) juga mendukung hasil dari penelitian ini bahwa dari penelitian
yang dilakukan mendapatkan hasil pemberian pelatihan Inclusive Classroom
Management mampu meningkatkan
pemahaman guru mengenai kelas inklusif.
KESIMPULAN
Dari keseluruhan proses penelitian disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK
dalam Belajar”terhadap peningkatan
pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Hasil perhitungan effect size menunjukkan pengaruh itu kecil.
181 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi. Malang: Banyumedia Publishing.
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational
Goals. United States of America: Simultaneously in the Dominion of Canada.
Cruickshank, W. dan G, O.J. (1958). Exceptional Children and Youth. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik. Jakarta: Direktorat Jendral Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar (Juni 2007).
DirectoratE General IV. (2009). Directorate of Education and Languages Unit of European
Education Policies, Diversity and inclusion: challenges for teacher education.
Directorate of Education and Languages Unit of European Education Policies. (2009). Diversity and inclusion: challenges for teacher education (October 2009).
Frisbie, D.A. (1988). Reliability of Score from Teacher-Made Test. Instructional Topics in
Educational Measurement. 25-35.
Hadi, C. (2010). Psikologi Eksperimen. Surabaya: Unit Penelitian dan Publikasi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Hadis, A. (2006). Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hardman, M. L., Clifford J.D., M. W.E. (2002). Human Exceptionality: Society School and
Family. Boston: A PEARSON Education Company.
Kerlinger, F. N. (1990). Asas-asas Penelitian Behavioral Edisi Ke-tiga. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Knowles, M.S, Elwood, F. H., Richard, A. S. (1989). The Adult Learner. United State of America: Butterworth-Heinemann.
Krathwohl, D. R (2002). Arevition of Bloom's Taxonomy. An Overview Ohio: Theory Practice, 41(4).
nd
Lawson. (2006). The Trainer Handbook 2 Edition. United State of America: Preiffer.
Mahdiani, T.F. (2010). Pengaruh Pelatihan Inclusive Classroom Management pada Pemahaman Guru mengenai Kelas Inklusi. Theses Airlangga University, 17.
Mayer, R.E,. (2004). Rote Versus Meaningful Learning, Collage of Education, Ohio State
Unversity, 41 (4).
Mikail, B. (2012 , April). Sekolah Inklusi Belum Siap Menampung ABK. Health Kompas, D i a k s e s p a d a t a n g g a l 3 0 N o v e m b e r 2 0 1 2 p a d a http://health.kompas.com/read/2012/04/15/10551282/Sekolah.Inklusi.Belum.Siap.Me nampung.ABK.
Napitupulu, E.L. (2011). Pendidikan Inklusif Hadapi Tantangan. Kompas Edukasi, Diakses
p a d a t a n g g a l 3 0 N o v e m b e r 2 0 1 2 p a d a
http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/09/2341052/Pendidikan.Inklusif.Hadapi.Ta ntangan.
Paerunan, I. (2012). Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah dasar X, Y, dan Z, kota Jayapura. Universitas Pendidikan Indonesia.
th Pallant, J. (2011). SPSS SURVIVAL MANUAL: Astep by step guide to data analysis using SPSS 4
edition. Australia: Everbest Printing.
st
Paramita, P.P., Mulyantinah, M.H., (2012). Proceeding 1 International Conference on Current Issue in Education: Inclusive Education in Surabaya's Primary Schools: Current Issue
183 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Standar kompetensi Guru,
Standar kompetensi kepala sekolah, Standar kompetensi pengawas (permendiknas no 12, 13, dan 16. (2007).
Puri, M., George, A. (2004). Handbook of Inclusive Education for Educators, Administrators,
and Planners. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd.
Refice, A. (2006). Inclusion In The Classroom:Finding What Work For General Education
Teacher. Indiana University, 25-31.
Rouse, M. (2010). Developing Inclusive Practice: A Role for Teachers and Teacher Education? University of Aberdeen. 1- 20.
Rubio, C.M. (2010). Effective Teacher-Professional and Personal Skill. ENSAYOS. Revista de la
Facultad de Education de Albacete. 24, 35-46.
Silberman, M.., & Carol, A. (2013).Active Training:Pedoman praktis tentang desain, contoh kasus, dan kiat. Nusa Media: Bandung.
Stubbs, S. (2002). Inclusive Education: Where there are few resources. Norwegia: The Atlas Alliance.
Subini, N. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogjakarta: Mentari Pustaka.
Taniredja, T. (2011). Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar. Bandung; Alfabeta.
Tight, M. (2002). Key Concepts in Adult Education and Training 2nd Edition. New York: Taylor & Francis Group.
U.S. Departement of Education, National Comprehensive Center for Teacher Quality. America's Challenge: Effective Teachers for At-Risk School and Student. Under agreement S28B050051.
UNESCO. (2011). Inclusive Education Division of Basic Education. United Nations Educational,Scientific and Cultural Organizaton.
Vernier, K.M. (2012). The Effects of Training on Teachers' Perceptions of Inclusion of Students with Intellectual Disabilities. Utah State University, AllGraduate Reports and Creative
Projects. Paper 107.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013