• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS METODE PCR PADA SPUTUM PEROKOK AKTIF DENGAN RIWAYAT KONTAK SERUMAH PENDERITATB DI PUSKESMAS WAARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETEKSI MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS METODE PCR PADA SPUTUM PEROKOK AKTIF DENGAN RIWAYAT KONTAK SERUMAH PENDERITATB DI PUSKESMAS WAARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 DETEKSI MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS METODE PCR PADA

SPUTUM PEROKOK AKTIF DENGAN RIWAYAT KONTAK SERUMAH PENDERITATB DI PUSKESMAS WAARA

Sanatang1, Sri Anggarini Rasyid2, Waino3

chemistana82@yahoo.com1,anggarini.09@gmail.com2,inofara@gmail.com3

STIKES Mandala Waluya ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) dan merokok merupakan dua masalah yang berdampak besar bagi kesehatan di dunia. Merokok dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB) dapat berlanjut menjadi penyakit TB aktif. Tujuan umum penelitian ini adalah Untuk Mengetahui deteksi mycobacterium tuberkulosis pada sputum perokok aktif dengan riwayat kontak penderita tb di puskesmas Waara dengan menggunakan PCR (Polymerase

Chai Reaction). Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Observasional secara laboratoris. Desain penelitian yang di gunakan adalah desain cross

sectional. Populasi dari penelitian ini adalah 9 orang Perokok aktif yang kontak serumah

dengan penderita TB di puskesmas Waara. Dengan Metode pengambilan sampel yang di gunakan adalah total sampling.

Berdasarkan Hasil penelitian deteksi Mtb metode PCR pada sputum perokok Aktif dengan riwayat kontak penderita TB diperoleh dengan 2 sampel (22.22%) yang positif sedangkan penderita TB Negatif 7 sampel (77.77). Jadi dapat disimpulkan bahwa deteksi Mtb menggunakan PCR menunjukan hasil yang lebih akurat, karena dapat mengidentifikasi bakteri Mtb yang Bukan (+) pada pemeriksaan mikroskopik

Kata Kunci : Mtb , kontak serumah, perokok Aktif, PCR,

PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit infeksi kronik. TB paru sampai saat ini menjadi ancaman dan perhatian dunia. Saat ini TB termasuk 10 penyebab kematian teratas di dunia tahun 2015 dan diestimasi sekitar 10,4 juta kasus baru TB (Tuberculosis) di dunia. Terdapat 6 negara yang menempati sekitar 60% kasus baru di dunia yaitu: India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan,

dan Afrika Selatan. Secara global, angka kematian TB sekitar 22% dari total kematian dunia dari tahun 2000 sampai 2015. Pada tahun 2015, terdapat 1,8 juta orang meninggal akibat terinfeksi TB (Kurniawan dkk, 2016).

Di Asia Tenggara angka kejadian baru tahun 2015 ialah 4,7 juta kasus sedangkan angka kematiannya mencapai 74 ribu kasus. Di Indonesia tahun 2016 dilaporkan terdapat 156.723 kasus TB.

(2)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 Pada tahun 2015 total kasus yang

dilaporkan sebesar 333.119 yang didiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologi. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, taraf pendidikan dan status pekerjaan (Kurniawan dkk, 2016).

Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 ditemukan 3.105 kasus BTA positif menurun dibandingkan tahun 2015 dengan jumlah 3.268 kasus. Seperti tren yang terjadi di tahun – tahun sebelumnya, penemuan kasus baru tertinggi yang dilaporkan masih berasal dari tiga kabupaten yaitu Kabupaten Muna, Konawe dan Kota Kendari. Jumlah kasus baru di tiga kabupaten tersebut mencapai > 50 % dari keseluruhan kasus baru BTA positif Sulawesi Tenggara.

Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaaan fisik, gambaran radiologis, pemeriksaan laboratorium, dan uji tuberculin. Diagnosis TB paru yang digunakan saat ini secara rutin di laboratorium termasuk rumah sakit dan puskesmas adalah diagnosis bakteriologis dengan teknik mikroskopis basil tahan asam (BTA). Namun, metode ini pada beberapa pasien TB terbilang cukup

rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena konsentrasi bakteri M. tuberculosis pada cairan serebrospinal rendah (Lynda, 2012).

Teknik mikroskopis dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat tetapi teknik ini kurang sensitif dibutuhkan paling sedikit 500 mikrobakterial/ml spesimen sputum untuk mendapatkan hasil yang positif, yang merupakan kendala pada kasus ini, karena umumnya lebih bamyak jumlah mikroba dalam sputum penderita (Adi,2013).

Berbagai metode untuk melakukan diagnosis TB, diantaranya modifikasi kultur bakteri (MGIT, MODS), modifikasi pewarnaan (modified Ziehl-Neelsen, Auramine) hingga pemeriksaan metode Xpert MTB/RIF (GeneXpert) (Kemenkes, 2016). Pemeriksaan Genxpert dengan pemeriksaan Xpert MTB/RIF merupakan uji cepat (rapid test) untuk diagnosis penyakit TB tetapi di Indonesia hanya dipakai untuk pasien TB gagal pengobatan, TB relaps maupun TB-HIV dan memiliki sistem operasional yang tergolong rumit.

Pada tahun 2010, WHO merekomendasikan penggunaan GeneXpert sebagai alat diagnosis awal pada pasien MDR-TB dan pasien TB yang mengidap penyakit HIV. GeneXpert telah

(3)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 tersedia di berbagai negara di dunia

termasuk di Indonesia dan lebih banyak digunakan pada pasien TB paru. Pada bulan Oktober 2013, WHO membuat kebijakan baru bahwa pemeriksaan

GeneXpert direkomendasikan untuk

mendiagnosis TB paru, TB pada anak, TB ekstraparu, dan juga resistensi rifampisin. Susanty dkk (2015) dalam Uji Diagnostik

GeneXpert MTB/RIF Di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menyatakan bahwa GeneXpert MTB/RIF mempunyai sensitivitas tinggi untuk mendiagnosa TB MDR. Namun, pada berbagai kasus menunjukan bahwa hasil pemeriksaan TB tidak relevan antara penggunaan metode mikroskopik dan

GeneExpert terhadap pemeriksaan BTA

metode mikroskopik menunjukan hasil positif, sedangkan dengan metode

GeneXpert menunjukan hasil yang

negatif.

Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan penelitian dengan judul

“Perbandingan hasil pemeriksaan

Mycobacterium tuberculosis pada sampel

sputum menggunakan metode

Mikroskopik dan Gen eXpert”.

METODE

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional analitik secara

laboratoris. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yakni untuk melihat hasil pada sampel penelitian yakni pemeriksaan menggunakan metode mikroskopik dan metode gen eXpert. HASIL PENELITIAN

a. Distribusi Hasil Pemeriksaan Mycobacetrium tuberculosis Metode Mikroskopik

Distribusi hasil pemeriksaan

Mycobacetrium tuberculosis Metode

Mikroskopik dapat dilihat pada table 1: Table 1 Distribusi Hasil Pemeriksaan

Mycobacetrium tuberculosis

Metode Mikroskopik Variabel Hasil (%) Mikroskopik Positif Negatif

4 (57,1%) 3 (42,9%) Sumber: Data Primer 2019

Table 1 menunjukan bahwa jumlah hasil pemeriksaan Mycobacterium

tuberculosis yang diperiksa dengan

menggunakan metode mikroskopik memiliki hasil positif sebanyak 4 sampel atau sekitar 57,1% sedangkan hasil negatif sebanyak 3 sampel atau sekitar 42,9%. b. Distribusi Hasil Pemeriksaan

Mycobacterium Tuberculosis Metode GeneXpert

Distribusi hasil pemeriksaan

Mycobacetrium tuberculosis Metode

(4)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 Table 2 Distribusi Hasil Pemeriksaan

Micobacetrium Tuberculosis Metode GeneXpert

Variabel Hasil (%)

GeneXpert Positif Negatif

4 (57,1%) 3 (42,9%) Sumber: Data Primer 2019

Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah hasil pemeriksaan Mycobacterium

tuberculosisyang diperiksa dengan

menggunakan metode GeneXpertmemiliki hasil positif sebanyak 4 sampel atau sekitar 57,1% sedangkan hasil negatif sebanyak 3 sampel atau sekitar 42,9%. c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan wilcoxon signed

ranks test. Adapun hasil uji hipotesis

dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 Uji Hipotesis Penelitian

Variabel Mean n Sig. (2-tailed) GeneXpert,

Mikroskopik 1.50 7 1.000 Sumber: Data Primer 2019

Tabel 3 menunjukan bahwa hasil uji hipotesis tidak memiliki nilai sig 1,000 > α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara Hasil Pemeriksaan

Mycobacterium tuberculosis

Menggunakan Metode Mikroskopikdan

Gene Xpert Pada Sampel Sputumdi RSUD

Kab. Muna. PEMBAHASAN

PemeriksaanMycobacterium tuberculosis sangat penting dilakukan untuk mendeteksi bakteri tahan asam (BTA). Ada banayak metode yang dapat digunkana untuk mendeteksi BTA antara lain mikroskopik, kultur, geneXpert dan foto rontgen. Metode yang paling sering digunakan adalah metode mikroskopik karena dapat dilakukan di puskesmas-puskesmas dan biayanya murah.Di beberapa daerah di Indonesia metode mikroskopis tidak lagi digunakan digantikan dengan geneXpert karena lebih efisien waktu. Pada penelitian ini, pemeriksan Mycobacterium tuberculosis dilakukan dengan menggunakan metode mikroskopik dan metode geneXpert.

Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan BTA metode mikroskopik dan geneXpert adalah sputum karena kuman TB paling sering menyerang paru-paru. Dalam pemerikaan BTA ada beberapa kriteria specimen sputum yang dijumpai di laboratorium diantaranya,

purulen yaitu kondisi sputum dalam

(5)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 yaitu kondisi sputum dalam keadaan

kental, kuning kehijauan, mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental, hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah,

saliva yaitu air liur. Cara menentukan

kualitas sputum yang baik dapat dilihat secara makroskopik dilihat dari warna, kekentalan dan jumlah sputum yaitu sputum berwarna kuning kehijauan mukopurulen, kental atau mukoid serta berjumlah 3-5 ml (Widyowati., dkk 2007). Penelitian ini dilakukan terhadap 7 orang responden dan didapatkan hasil yang positif terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis pada kelompok umur 20-40

tahun yaitu 2 orang (28,6%), pada kelompok umur 41-61 tahun sebayak 1 orang (14,2%) dan pada kelompok umur 62-82 tahun sebanyak 1 orang (28,5%). Hal ini dapat diasumsikan karena pada kelompok umur 20-40 tahun adalah usia produktif yang lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja dan sedikit beristrahat, tingkat stres lebih tinggi serta berinteraksi dengan banyak orang sehingga resiko terpapar meningkat pula. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dotulong dkk., (2015) bahwa kelompok usia produktif beresiko menderita TB paru karena pada usia produktif cenderung memiliki

mobilitas tinggi sehingga kemungkinan terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis lebih tinggi (Dotulong dkk.,

2015)

Berdasarkan jenis kelamin (Tabel 1) dari 3 responden laki-laki dan 4 responden perempuan diperoleh hasil 2 orang responden laki-laki (66.67%) dan 2 orang responden perempuan (50%) menderita TB paru. Mobilitas responden laki-laki yang lebih tinggi disertai kebiasaan merokok dan alkoholik kemungkinan menjadi penyebab tingginya persentase kejadian TB paru pada laki-laki dibandingkan dengan kejadian TB paru pada responden perempuan. Sejalan dengan pernyataan Dotulong dkk., (2015)yang menyatakan bahwa pada laki-laki penyakit TB Paru lebih tinggi dibandingkan pada perempun karena kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol yang dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh. Sehingga wajar bila perokok dan peminum alkohol sering disebut sebagai agen dari penyakit TB Paru. (Dotulong dkk., 2015).

Pada Tabel 2 menunjukan variasi tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan metode mikroskopik dari 4 responden yang positif menderita TB paru 2

(6)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 diantaranya (50%) berpendidikan SMA, 1

orang (25%) Strata Satu dan 1 orang (25%) tidak bersekolah. Berbeda dengan Oktavia dkk., (2017) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kejadian TB paru, orang berpendidikan rendah menjadi penyebab meningkatnya resiko terkena TB paru dibandingkan dengan orang yang berpendidikan tinggi. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah responden yang sedikit sehingga hasil yang didapatkan tentang hubungan tingkat pendidikan terhadap kejadian TB paru tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan metode yang digunakan pada pemeriksaan

Mycobacterium tuberculosis dalam

penelitin ini ada ditemukan sampel yang hasilnya berbeda antara metode mikroskopik dan geneXpert.Hasil

pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis pada 7 sampel sputum menggunakan metode GeneXpert didapatkan hasil 4 sampel yang positif (57,1%) dan 3 sampel (42,9%) sampel negatif sedangkan dengan menggunakan metode mikroskopik didapatkan hasil 4sampel (57,1%) yang positif dan 3 sampel (42,9%) negatif. Didapatkan 1 sampel dengan hasil metode RT-PCR GeneXpert yang MTB

negatif,namun hasil metode mikroskopik adalah MTBpositif (false negatif). Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena sampel sputum terdapat BTA namun bukan

Mycobacterium tuberculosis atau dikenal

dengan Nontuberculosis Mycobacterium (NTM), sehingga pemeriksaan dengan metode RT-PCR GeneXpert tidak dapat mendeteksinya. Sedangkan metode mikroskopik dengan pewarnaan ziehl neelsen selain dapat mewarnai kuman M.

tuberculosis, juga dapat mewarnai BTA Nontuberculosus Mycobacterium (NTM)

sehingga dapat menimbulkan hasil mikroskopik positif.

Pada 1 sampel lainnya juga didapatkan perbedaan hasil pemeriksaan dimana metode RT-PCR GeneXpert MTB positif,namun hasil pada metode mikroskopik adalah MTB negatif. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena jumlah kuman M. tuberculosis pada sampel berjumlah <5000 kuman/ml, sehingga pemeriksaan dengan metode mikroskopik tidak dapat mendeteksinya. Sedangkan metode RT-PCR GeneXpertdapat

mendeteksi kuman M. tuberculosis

yangjumlahnya minimal 131 kuman/ml. sehingga metode GeneXpert lebih sensitif dari metode mikroskopik (Kurniawandkk., 2016).

(7)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 Sejalan dengan penelitian Eka

(2016) dari hasil uji diagnostik dengan

geneXpert untuk mendiagnosis TB paru

BTA negatif didapatkan sensitivitas 83.33%, spesifitas 95.46% dan akurasi 90%.

Efektivitas RT-PCR GeneXpert juga lebih sensitif dibanding pemeriksaan dengan metode mikroskopik karena pada metode mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA) harus diperiksa dalam keadaan hidup dalam waktu kurang dari dua jam agar warna terlihat jelas. Sedangkan menggunakan metode GeneXpert M.

tuberculosis yang sudah mati tetap

terdeteksi karena yang dideteksi adalah DNA dari kuman tersebut (Harsono Fitri, 2018).

Metode mikroskopik mendeteksi adanya(BTA) secara jelas dengan menggunakan mikroskop pewarnaanZiehl Neelsen yang memberikan latar belakang berwarna biru terang dan basiltampak jelas berwarna merah (Nova Wijaya, 2018).

Berdasarkan pengertian dari sensitivitas yaitu ukuran yang mengukurseberapa baik sebuah test skrining mengklasifikasikan orang yang sakit benar-benarsakit. Sedangkan spesifisitas yaitu ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah test skrining

mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai orang yang benar-benar tidak memiliki penyakit (Wijaya, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2013.Jurnal media analis kesehatan.Makassar. Diakses

pada tanggal 21 April 2018 pukul 09.06 wita

Aditama, T.Y., 2006. Fixed Dose

Combination for TB

Treatment.Med J Indones Vol.

12 No. 2.

Ahmad Haris Alhasan, 2014.

Perbandingan Hasil

Pemeriksaan Mikroskopik

Bakteri Tahan Asam Dan

Genexpert Pada Pasien

Suspek MDR-TB. Eectronic

thesis and disertasion. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Amin dkk, 2009.Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid III.Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Aris Setiono,2011. Uji Diagnostik PemeriksaanImmunochromato graphic Tuberculosis (ICT

TB)Dibandingkan Dengan

Pemeriksaan Bta SputumPada

Tersangka Penderita Tb

ParuDi RSUP Dr Kariadi Semarang. Karya tulis ilmiah.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Bernardelli Amelia, 2007. Manual de Procedimientos.Clasificación

fenotípica de

(8)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 Laboratoriy Control

Tecnico.Availableon:http://w ww.senasa.gov.ar/Archivos/Fi le/File1443- mlab.pdf-BioSource International, Inc. Alamar blue™ ordening information. Catalog number DAL 1100.Cardoso S

Cepheid GeneXpert GXM TB/RF, 2010. Cepheid GeneXpert GXM TB/RF, Jakarta; RS Pengayoman Cipinang

Danusantoso, Halim. 1999. Ilmu Penyakit

Paru. Jakarta: Penerbit

Hipokrates

Depkes RI, 2007, Pedoman Nasional

Penanggulangan

Tuberkulosis, edisi 2 cetakan

pertama, Jakarta

Depkes RI, 2008, Pedoman Nasional

Penggulangan Tuberkulosis, Jakarta

Dwi Rahayu Sukraningsih, 2018.Perbedaan Hasil

Pemeriksaan Basil Tahan

Asam Metode Ziehl Neelsen Dan Genexpert.Undergraduate

thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang Elva Susanty dkk, 2015.Uji Diagnostik

Genexpert MTB/RIF Di

Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik

Medan.Jurnal Biosains Vo. 1

No. 2. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DenrisonPurba dkk, 2016.Perbandingan

Pemeriksaan Basil Tahan

Asam Metodedirec Smear Dan Metode Imunochromatographi

Test Pada Tersangka

Penderita Tuberkulosis Paru Di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara.

Jurnal Analis Laboratorium Medik. Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Sari Mutiara Indonesia

Eka Kurniawan dkk, 2016.Nilai

Diagnostik Metode “Real Time” PCR GeneXpert pada TB Paru BTA Negatif.Jurnal

Kesehatan Andalas. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNAND/RSUP dr. M. Djamil Padang

FitriHaryanti Harsono, 2018. Metode Deteksi TBC Terbaru Jakarta Gandasoebrata R, 2010. Penuntun

Laboratorium Klinik.Cetakan

ke 15, Jakarta : Dian Rakyat Nurlia Naim dkk, 2018.Performa Tes

Cepat Molekuler Dalam

Diagnosa Tuberkulosis Di

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Jurnal

Media Analis Kesehatan, Vol. 9, No.2. poltekkes-mks

Niken Ayu Paramitha dkk, 2018.Perbandingan

Positivitas Metode MODS,

Pewarnaan ZN, dan

GeneXpert untuk Mendeteksi M. tuberculosis pada Pasien

Meningitis TB. Majalah

Kedokteran Bandung, Volume 50 No. 4, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia

Notoadmojo, S. 2007. Ilmu kesehatan

masyarakat dan seni. Jakarta:

(9)

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.4 No.1, Juli 2020 Kemenkes RI, 2011. Pedoman nasional

pengendalian tuberculosis.

Jakarta

Kemenkes RI, Direktorat Jendral Bina

Upaya Kesehatan, Standar

Prosedur Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB, Jakarta, 2012.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Info

Data Tuberkulosis

Indonesia.Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, 2017. Data dan Informasi: Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kurniawan, E. dan Arsyad, Z., 2016.Nilai

Diagnostik Metode “Real

Time” PCR GeneXpert pada TB Paru BTA Negatif. Jurnal

Kesehatan Andalas 5(3), pp. 730–738.

Lestari,E 2005. Nilai diagnostik pemeriksaan mikroskopis basil

tahan asam metode

konsentrasi dibandingkan

dengan kultur pada sputum tersangka tuberculosis paru.

Universitas diponegoro semarang.

Lynda, A. (2012). Rapid TB Test. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Retrieved Desember 12, 2017, from ppti.info/ArsipPPTI/PPTI- Jurnal-Maret-2012.pdf

Palomino, J.C., S.C Leao, and V. Ritacco.(2007). Tuberculosis 2007.First

Edition.www.Tuberculosistext book.com.

Supriyadi, 2003, Hubungan Kontak Serumah Dan Faktor Lain

Terhadap Kejadian TB Paru

BTA Positif di Kota

Banjarmasin Tahun 2003,

Tesis PS IKM Universitas Indonesia, Depok.

Syahruni H, 2010. Analisis hasil

pemeriksaan basil tahan asam

(BTA) dengan pewarnaan

ziehl neelsen dan pemeriksaan serologi metode rapid test TB

pada penderita suspek tuberculosis

paru. Universitas Hasanudin

Makassar

Sylvia R, 2011. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingginya

angka suspek tuberculosis dipuskesmas perawatan ratu agung. Universitas Bengkulu

Tanwar H, 2014. Bakteriologi I. DIII

Analis kesehatan Makassar.

Hal:28.

Tasso MP.; Martins MC.; Mizuka SY; Saraiva CM.; Silva MA. (2003). Cord formation and Colony morphology for the presumptive Identification of Mycobacterium tuberculosis complex.Brazilian Journal of Microbiology. 34:171-174. Raisuli Ramadhan, 2017. Deteksi Mycobacterium tuberculosis Dengan

Pemeriksaan Mikroskopis Dan Teknik Pcr Pada Penderita

Tuberkulosis Paru Di

Puskesmas Darul

Imarah.Jurnal Penelitian

Kesehatan. Loka Litbang Biomedis. Aceh

(10)

Gambar

Tabel 3 Uji Hipotesis Penelitian  Variabel  Mean  n  Sig.

Referensi

Dokumen terkait

&#34;Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian

Dari hasil penelitian didapatkan pemberian intervensi hold relax stretching sama baiknya dengan intervensi transverse friction massage pada terapi modalitas ultra sound

RENCANA STRATEGI 2016-2021 Hidup Penyusunan Profil BLHD Kabupaten Tersedianya data profil BLHD Dokumen 1 BLHD Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Kandungan utama tanaman Oldenlandia corymbosa L. yang larut dalam etanol 96% adalah senyawa golongan iridoid. mengandung 3

Bagi penyakit LKT, kematian ranting, apapun penyebabnya, merupakan awal suatu proses (baca: luka mekanis). Selanjutnya datanglah berbagai mikroba secara suksesi antara lain

Percobaan uji daya hasil di daerah endemik penyakit blas diperoleh hasil semua galur padi gogo hasil kultur antera yang diuji memiliki hasil yang lebih rendah dari

Jika diamati kemungkinan ada beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut terjadi, yaitu dikarenakan produk kerupuk yang mereka produksi dikemas dalam kemasan