• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 1

BAB 3

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. Kondisi Fisik

3.1.1. Kondisi Geografi

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak pada posisi 5050’ – 7050’ Lintang

Selatan dan 104048’ – 108048’ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Povinsi DKI Jakarta, b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah,

c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Banten.

Luas wilayah Provinsi Jawa Barat sekitar 3.644.185,50 ha dengan garis pantai sepanjang 724,85 km. Wilayah yang berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut seluas 330.946,92 hektar, pada ketinggian 25-100 meter diatas permukaan laut seluas 312.037,34 hektar, pada ketinggian 100-500 meter diatas permukaan layutseluas 650.086,65 hektar, pada ketinggian 500-1000 meter diatas permukaan laut seluas 585.348,37 hektar dan yang berada pada letinggian 1.000 meter lebih diatas permukaan lautseluas 284.022,53 hektar.

(2)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 2

3.1.2. Iklim

3.1.2.1. Curah Hujan

Jawa Barat secara umum mengalami Pola curah hujan Moonson yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (biasanya disebut musim kemarau). Secara umum musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Oktober dan musim hujan dari bulan November sampai bulan April. Namun kota Bandung hampir sepanjang tahun 2013 memiliki curah hujan yang relative tinggi. Curah hujan tahun 2013 di Jawa Barat seperti pada gambar di bawah ini diwakili oleh empat kabupaten/kota dengan 35 stasion (Tabel 3.1). Beberapa data yang ada pada bulan desember curah hujan tinggi di semua kota seperti yang terlihat pada gambar di bawah.

Gambar 3.1.

Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Jawa Barat Tahun 2013

Sumber : BMKGProvinsi Jawa Barat, Tahun2013

Wilayah Jawa Barat curah hujan sedikit mengindikasikan musim kemarau dengan curah hujan terendah berkisar 0 - 2 mm sedangkan musim kemarau tertinggi di bulan Juni 2013 adalah 200 mm ini hanya terjadi di Sukahaji Majalengka, sedang kota Bandung terlihat curah hujan tinggi walaupun berada pada masa waktu musim kemarau.

(3)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 3

Tabel 3.1. Data Curah Hujan Bulanan

No. Nama dan Lokasi Stasiun Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Stasiun Geofisika Bandung 216,9 250 305 286 171 231,5 159 74 171,7 233,9 164 418

2 Arjamangunh Cirebon 149 132 196 97 39 70 0 0 0 20 77 272 3 Cangkring Cirebon 331 344 239 48 92 12 0 0 0 29 80 370 4 Cangkuang Cirebon 114 128 7 95 46 0 0 0 0 2 27 180 5 GebangUdik Cirebon 217 194 135 161 90 56 0 0 0 5 38 225 6 Gegesik Cirebon 148 103 163 102 26 49 0 0 0 22 116 306 7 KarangKendal Cirebon 167 189 132 177 115 28 0 0 0 44 167 310 8 Klangenan Cirebon 192 292 285 86 25 8 0 0 0 33 28 398 9 Losari Cirebon 362 231 443 33 0 13 0 0 0 18 83 203 10 Sedong Cirebon 271 326 234 161 57 0 0 0 0 55 92 317 11 Seuseupan Cirebon 312 268 330 136 157 14 0 0 0 0 116 377 12 SindangLaut Cirebon 289 434 195 102 20 9 0 0 0 25 116 248 13 Tukmudal Cirebon 74 96 26 82 6 2 0 0 0 3 103 85 14 Walahar Cirebon 113 99.5 0 132 6.5 9 0 0 0 6 191 360

15 Ciawi Gebang Kuningan 331 358 240 136 147 0 0 0 0 34 418 367

16 Cikeusik Kuningan 192 203 125 124 14 0 0 0 0 54 329 356 17 Ciniru Kuningan 254 292 273 181 96 5 0 0 0 52 142 315 18 Garawangi Kuningan 261 285 246 93 99 5 0 0 0 44 96 208 19 Kuningan Kuningan 247 284 212 322 32 12 0 0 0 68 177 448 20 LinggarJati Kuningan 441 568 420 152 63 39 0 0 0 81 28 540 21 MandiRancan Kuningan 378 453 476 144 62 19 0 0 0 57 171 147 22 WadukDarma Kuningan 456 500 363 68 133 0 0 0 0 116 200 485 23 Banjaran Majalengka 475 557 383 170 92 15 0 0 0 41 310 578 24 Cikijing Majalengka 576 704 398 247 124 30 0 0 0 80 453 596 25 Jatitujuh Majalengka 278 182 388 149 27 73 0 0 0 10 120 390 26 KarangSambung Majalengka 562 357 483 164 43 120 0 0 0 85 280 851 27 Lame Majalengka 364 391 357 116 123 0 0 0 0 14 82 410 28 LeuwungGede Majalengka 359 464 323 164 14 12 0 0 0 13 56 323

(4)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 4

No. Nama dan Lokasi Stasiun Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

29 Pajajar Majalengka 524 591 300 146 98 84 0 0 0 13 271 578 30 Rawan Majalengka 621 700 483 268 141 28 0 0 0 72 211 501 31 Sadawangi Majalengka 452 351 364 297 141 16 0 0 0 56 158 554 32 Sukahaji Majalengka 411 596 321 102 54 207 0 0 0 51 125 305 33 Sunia Majalengka 578 596 546 539 85 16 0 0 0 24 229 530 34 Talag Majalengka 392 383 364 109 200 13 0 0 0 49 181 490 35 BandungCisomang Majalengka 274 165 191 412 93 92 85 37 40 47 443 357 Total Keterangan : Sumber : BadanMeteorolgi,Klimatologi,danGeofisika2013

(5)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 5

Gambar 3.2.

Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Jawa Barat Pada Musim Kemarau Tahun 2013

Sumber : BMKGProvinsi Jawa Barat, Tahun2013

Distribusi curah hujan pada puncak musim hujan tahun 2013 di Jawa Barat dilihat pada Gambar 3.3. Berdasarkan gambar tersebut, umumnya wilayah Jawa Barat memiliki curah hujan tinggi dan sangat tinggi bahkan di beberapa wilayah Jawa Barat khususnya Majalengka memiliki curah hujan diatas 596 mm.

Gambar 3.3.

Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Jawa Barat Pada Musim Hujan Tahun 2013

(6)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 6

3.1.2.2. Suhu

Di Jawa Barat suhu udara rata –rata bulanan di 7 Kabupaten/Kota berkisar di 22,9 sampai dengan 27,4 oC. Suhu tertinggi ada di 3 Kabupaten/Kota Yaitu Kota

Cirebon,Kabupaten Majalengka dan Kota Sukabumi (Tabel 3.2). Kabupaten Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat memiliki suhu udara rata-rata bulanan dengan suhu 23,1 sampai dengan 23,8 oC.

Tabel3.2.Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

No. Nama dan Lokasi Stasiun Suhu Udara Rata-Rata Bulanan (oC)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Kota Cimahi 23.1 22.9 23 23.4 23.4 23.4 23 23.6 24.4 23.4 23.2 22.9 Kota Cirebon 27,3 27,3 27,3 27,3 27,4 27,3 27,2 27,2 27,2 27,4 27,3 27,3 Kab Majalengka 26,5 25,9 26,7 27,5 27,3 27,2 26,9 27,5 29,2 29,3 28,4 27,6 Kab Purwakarta 25,08 24,69 24,81 24,8 2 25,29 26,26 26,21 25,82 - - - -Kab. Sukabumi 20,7 20,7 20,6 20,6 20,3 20,0 19,2 19,3 20,2 21,4 21,2 21,3 Kota Sukabumi 25 25 25 25 26 27 27 27 27 26 25 25 Kota Bandung 23,4 23,4 23,8 23,7 23,5 23,6 22,5 23,2 23,7 23,7 23,8 23,1 Total

Keterangan : (-) Tidak tersedia data

(7)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 7

3.1.3. Kondisi Administrasi Jawa Barat

Perencanaan berdasarkan pendekatan ekodistrik merupakan perencanaan berbasis bentang alam.Dalam rangka pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi penyelenggara wilayah administrasi, maka pembagian ekoregion yang perlu dipertimbangkan adalah wilayah potensi berdasarkan ekodistrik.Dengan demikian pembagian wilayah ekodistrik harus termasuk dalam wilayah administrasi dengan tujuan kewenangan institusi.

Ekodistrik bagi pemerintahan daerah kabupaten / kota bisa menjadi pewilayahan untuk mempertimbangkan perlindungan keanekaragaman hayati, penanggulangan bencana dan pengendalian sumber mineral, terutama dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam oleh setiap sektor.

Pembagian wilayah administrasi dalam ekodistrik mencakup 28 wilayah administrasi yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota.

(8)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 8

Tabel 3.3. Pembagian Ekodistrik Dalam Wilayah Administrasi Kabupaten/Kota

No Bentang alam Wilayah administrasi

1 Pedataran Aluvial Cidurian-Citarum 1. Kab Bekasi 2. Kota Bekasi 3. Kab. Karawang 4. Kab. Bogor 5. Kab. Purwakarta 2 Perbukitan Sedimen Cidurian-Citarum 1. Kab. Bogor

2. Kab. Bekasi 3. Kab. Karawang 4. Kab. Purwakarta 5. Kab. Cianjur 3 Rangkaian Gunung Api Cidurian-Citarum 1. Kab. Bogor

2. Kota Bogor 3. Kota Depok 4. Kota Bekasi 5. Kab. Bekasi 6. Kab. Purwakarta 7. Kab. Cianjur

8. Kab. Bandung Barat 9. Kota Bandung 10. Kab. Bandung 11. Kab. Sumedang 4 Cekungan antar Gunung Cidurian-Citarum 1. Kab. Bandung Barat

2. Kota Bandung 3. Kota Cimahi 4. Kab. Bandung 5. Kab. Sumedang 5 Pegunungan Sedimen Cidurian-Citarum 1. Kab. Cianjur

2. Kab. Bandung Barat 3. Kab. Bandung 6 Pedataran aluvial Cilamaya-Cipanas 1. Kab, Purwakarta

2. Kab. Karawang 3. Kab. Subang 4. Kab. Indramayu 5. Kab. Majalengka 7 Perbukitan sedimen Cilamaya-Cipanas 1. Kab. Purwakarta

2. Kab. Subang 3. Indramayu 4. Kab. Sumedang 8 Rangkaian Gunung Api Cilamaya-Cipanas 1. Kab. Purwakarta

2. Kab. Subang 3. Kab. Sumedang 9 Pedataran Aluvial Cimanuk-Cisanggarung 1. Kab. Indramayu

2. Kab. Cirebon 3. Kota Cirebon 4. Kab. Majalengka

(9)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 9

10 Perbukitan Sedimen Cimanuk-Cisanggarung 1. Kab. Cirebon

2. Kota Cirebon 3. Kab. Kuningan 4. Kab. Majalengka 5. Kab. Sumedang 11 Rangkaian gunung Api Cimanuk-Cisanggarung 1. Kab. Sumedang

2. Kab. Majalengka 3. Kab. Cirebon 4. Kab. Kuningan 5. Kab. Garut 12 Cekungan Antar Gunung Cimanuk-Cisanggarung 1. Kab. Majalengka

2. Kab. Garut 13 Pegunungan sedimen Cimanuk-Cisanggarung 1. Kab. Majalengka

2. Kab. Kuningan 14 Rangkaian Gunung Api Citanduy-Cimandiri 1. Kab. Kuningan

2. Kab. Banjar 3. Kab. Ciamis 4. Kab. Tasikmalaya 5. Kota Tasikmalaya 6. Kab. Garut 7. Kab. Bandung 8. Kab. Bandung Barat 9. Kab. Cianjur

10. Kota Sukabumi 11. Kab. Sukabumi 15 Cekungan Antar Gunung Citanduy Cimandiri 1. Kab. Ciamis 16 Pegunungan sedimen Citanduy-Cimandiri 1. Kab. Kuningan

2. Kab. Ciamis 3. Kota Banjar 4. Kab. Tasikmalaya 5. Kab. Garut 6. Kab. Cianjur 7. Kab. Sukabumi 17 Pedataran Aluvial Citanduy-Cimadiri 1. Kota Banjar

2. Kab. Ciamis 3. Kab. Tasikmalaya 4. Kab. Garut 5. Kab. Cianjur 6. Kab. Sukabumi Sumber: BPLHD Provinsi Jawa Barat, Tahun 2014

(10)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 10

3.1.4. Wilayah Sungai dan Daerah Aliran Sungai

Kawasan Ekologi Citanduy – Cimandiri meliputi tiga wilayah sungai (WS) yang juga berada di bagian Selatan Jawa Barat, yaitu: a). WS Cisadea-Cibareno, b). WS Ciwulan dan c). WS Citanduy. Tiga Wilayah Sungai pada Kawasan Ekologi Citanduy – Cimandiri tersebut terdiri dari dua puluh Daerah Airan Sungai (DAS) berikut:

1) Citanduy 2) Cijulang 3) Cimedang 4) Ciwulan 5) Cipatujah 6) Cikaengan 7) Cisanggiri 8) Cipaleubuh 9) Cikondang 10) Cilaki 11) Cipandak 12) Ciujung 13) Cisadea 14) Cisokan 15) Cibuni 16) Cikaso 17) Ciletuh 18) Cimandiri 19) Citepus 20) Cibareno

Kawasan diatur oleh duapuluh DAS, tetapi hanya dua DAS yang tergolong sebagai DAS besar yaitu DAS Citanduy dan DAS Cimandiri. Semua DAS mempunyai daerah hulu lebih luas dari daerah hilirnya.

(11)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 11

G

am

b

ar

P

et

a D

A

S d

i P

ro

vi

n

si

J

aw

a B

ar

at

(12)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 12

3.1.5. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama

Lahan terdiri dari lingkungan fisis dan biologis dan merupakan pijakan bagi mahluk hidup untuk saling berinteraksi dan berkembang. Lahan merupakan sumber daya alam yang dapat menentukan laju penurunan atau perbaikan daya tampung dan daya dukung lingkungan. Pola pemanfaatan lahan akan menentukan pola pergerakan manusia dan menentukan kebutuhan sumber daya alam dan energi yang dibutuhkan.

diperoleh gambaran bahwa pemanfaatanlahandiProvinsiJawa Baratadalah berupalahankering sebesar44,02%,sawah 28,21%,hutan 8,36%perkebunan 8,53%dannon pertanian 6,41% seperti ditunjukkan Gambar361. (SLHD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013)

Penggunaan lahan di Daerah AliranSungai(DAS) menunjukkanpola yang berbeda.Kebuncampuranadalahtataguna lahanyangpaling dominandi DASCiliwung (38,11%), DAS Cimandiri(32,20%), DAS Cisadane (55,93%), DASCitanduy(69,50%) dan DASCiwulan. Tegalan/ladangadalahtatagunalahan yang paling dominan diDAS Cibuni (37,73%). Sawah

adalah tatagunalahan yang paling dominan diDAS

Cipunagara(41,32%),Citarum(35,44%)danDAS Kali

Bekasi(41,61%).Sementaraitu,DASdengan proporsi kawasanpermukiman yangtinggiterdapatdiDASCiliwung(31,54%)danKaliBekasi (24,17%).

Gambar 3.6.

Komposisi Penggunaan Lahan di Jawa Barat tahun 2013

Sumber : Intepretasi CitraLandsatBPLHD Provinsi JawaBarat,2013

Perubahanfungsigunalahanyang terjadidi Provinsi Jawa Baratditandaidenganberkurangnya

hutanprimer(92%),perkebunan(36%)danhutansekunder(35%), yangdisebabkan oleh kepadatan pendudukyang terusmeningkat,terbatasnyalapangan pekerjaan dantingginyatingkat arus migrasi yang telah melahirkan sejumlah persoalan lingkungan yang

(13)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 13

berkurangnyakawasanhutanbaikituhutanprimermaupunhutansekunder. Haltersebutdapat dilihatdarikonversilahandiProvinsiJawaBaratdariTahun1994hinggaTahun2012,seperti

terlihatpadaGambar3.7.

Ditinjau dari sebarannya, area kawasan hutan lebih terkonsentrasi di wilayah Jawa Barat bagian selatan yang membentang mulai dari Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, juga di Kabupaten Kuningan, serta tersebar sebagian kecil di Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Kuningan. Sedangkan area persawahan terkonsentrasi di wilayah Jawa Barat bagian utara mulai dari Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon yang bisa dilihat pada Gambar 3.8 berikut.

(14)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 14

Gambar 3.8. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

3.1.6. Kondisi Wilayah Ekoregion

Bentuk permukaan tanah Jawa Barat, yang juga disebut sebagai bentang alam, fisiografi adalah produk proses tektonik pertemuan lempeng Samudera Hindia Australia yang menunjam yang bertumbukan dan menunjam dibawah lempeng Eurasia. Tumbukan yang juga disebut proses geologi makro inilah yang membuahkan perbukitan patahan, perbukitan lipatan, gunung api dengan rangkaiannya. Selanjutnya terjadi proses meso dan mikro seperti penggenangan, pengeringan pengendapan, erosi, yang membentuk dataran yang cukup luas juga. Bentuk permukan tanah terutama keberadaan gunung api inilah yang secara alami mengatur aliran air permukaan dan tata air tanah. Jenis dan karakter flora faunapun ditentukan oleh bentuk permukaan tanah tersebut. Oleh karena itu dipertimbangkan untuk mendeliniasi ekoregion Jawa Barat berdasarkan bentuk permukaan atau bentang alamnya yang secara garis besar terdiridari kawasan yang juga disebut sebagai unit fisiografi sebagai berikut:

1. Unit fisiografi 1:pedataran pantai utara,

(15)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 15

3. Unit fisiografi 3: rangkaian gunung api,

4. Unit fisiografi 4: cekungan antar gunung,

5. Unit Fisiografi 5: perbukitan patahan utara dan selatan, 6. Unit Fisiografi 6: pedataran selatan.

Iklim, flora, fauna, sosial budaya yang terjawantahkan dalam satuan permukiman adat, dapat menjadi deliniator ekoregion tetapi tidak pada sistem meso yang disebut paras 1. Selain itu tidak bisa memberikan batas yang jelas juga dinamikanya tinggi untuk bisa memberi batas yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Secara garis besar aliran sungai di Jawa Barat dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu yang mengalir ke pantai utara dan yang mengalir ke pantai selatan. Daerah aliran sungai tersebut meliputi kawasan fisografi yang memberikan ciri ketersediaan air, sifat aliran, sedimen yang diangkut dan juga pemanfaatannya. Sehubungan dengan sifat sungai dalam kaitannya dengan sifat kawasan fisiografinya, pertimbangkan untuk menentukan daerah aliran sungai yang mengarah ke Utara dibedakan dalam tiga kawasan ekologi yaitu kawasan ekologi Cidurian-Citarum, wilayah ekologi Cilamaya-Cipanas dan wilayah ekologi Cimanuk-Cisanggarung. Sedang aliran sungai yangmengarah ke Selatan disebut kawasan ekologi Cimandiri-Citanduy. Jawa Barat didominasi oleh rangakaian gunung api, yang menjadi unsur penting dalam pembentukan ekoregion Jawa Barat. Wilayah Jawa Barat selatan didominasi oleh perbukitan patahan (8496 km2) dan pedataran pantai yang hanya

741 km2 kurang dari 10% nya pedataran pantai utara yang total seluas 8029,83 km2.

Kawasan ekologi Jawa Barat terdiri dari beberapa Wilayah Ekoregion Paras 1, yaitu Citarum - Cidurian, Cilamaya - Cipanas, Cimanuk-Cisanggarung dan Citanduy - Cimandiri seperti tercantum pada Tabel 3.4.

(16)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 16

Gambar 3.9. Peta Ekoregion Paras 1 di Jawa Barat

Tabel 3.4. Luas Kawasan Ekologi Paras 1 di Jawa Barat

No Fisiografi Citarum-Cidurian Cilamaya- Cipanas Cisanggarung Cimanuk- Citanduy- Cimandiri

Km2 Km2 Km2 Km2

1 Pedataran Pantai Utara 2.229,78 4.079,93 1.720,12 --

2 Perbukitan Lipatan 1.794,64 407,54 1.102,89 111.97

3 Perbukitan Patahan Utara 850,44 --- -- --

4 Rangkaian Gunung Api 4.988,45 726,06 3.488,45 5.439,22

5 Cekungan Antar Gunung 664,12 -- 108,58 10,63

6 Danau Waduk 173,29 -- 4,38 --

7 Perbukitan Patahan Selatan -- -- -- 8.496,33

8 Pedataran Selatan -- -- -- 741,95

(17)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 17

3.2. Kependudukan

3.2.1. Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk

Pada tahun 2013jumlah penduduk di Kabupaten/Kota Jawa Barat adalah 45.736.365 jiwa, yang terbanyak berada diKabupaten Bogor, yaitu sebesar 5,247.538 jiwa dan diikuti oleh Kabupaten Bandung 3.435.200 juta jiwa. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi ditahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kota Banjar yaitu sebanyak 181.280 jiwa.

Gambar 3.10.

Jumlah Penduduk per Kab/Kota Tahun 2013

Sumber : BPSProvinsi Jawa Barat,2013

3.2.2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk di Jawa Barat padatahun 2013 adalah 1.230 orang/km2,

dengan luas wilayah sebesar 37.173,97 km2. Diantara Kabupaten/kota se Jawa Barat

kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Bandungyaitu sebesar 14.741,29 orang/km2,

disusul olehKota Cimahi 13.979,20 orang/km2 dan terendah di Kabupaten Ciamis 567,37

(18)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 18

Gambar 3.11.

Kepadatan Penduduk Jawa Barat tahun 2013

Sumber : BPSProvinsi Jawa Barat,2013

3.2.3. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk rata-rata di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,03 %, pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Bekasi sebesar 1,09%, sedangkan pertumbuhan penduduk terendah berada di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Ciamis. Pertumbuhan penduduk tinggi dapat mempengaruhi tekanan lahan pada wilayah tersebut.(Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013).

Gambar 3.12.

Pertumbuhan Penduduk Tiap Kab/Kota Tahun 2013

(19)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 19

Tabel3.5.Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Luas (Km2) Penduduk Jumlah Penduduk (%) Pertumbuhan Penduduk (%) Kepadatan

1 Kab.Bogor 2.997,13 5.247.538 1,05 1.750,85 2 Kab.Sukabumi 4.160,75 2.429.395 1,01 583,88 3 Kab.Cianjur 3.594,65 2.244.767 1,01 624,47 4 Kab.Bandung 1.756,65 3.435.200 1,04 1.955,54 5 Kab.Garut 3.094,40 2.524.239 1,02 815,74 6 Kab.Tasikmalaya 2.702,85 1.735.028 1,01 641,93 7 Kab.Ciamis 2.740,76 1.555.018 0,99 567,37 8 Kab.Kuningan 1.189,60 1.051.893 1,00 884,24 9 Kab.Cirebon 1.071,05 2.111.411 1,00 1.971,35 10 Kab.Majalengka 1.343,93 1.180.754 0,99 878,58 11 Kab.Sumedang 1.560,49 1.134.915 1,01 727,28 12 Kab.Indramayu 2.092,10 1.687.314 0,99 806,52 13 Kab.Subang 2.164,48 1.509.948 1,01 697,60 14 Kab.Purwakarta 989,89 905.762 1,03 915,01 15 Kab.Karawang 1.914,16 2.244.772 1,02 1.172,72 16 Kab.Bekasi 1.269,51 3.028.309 1,09 2.385,42 17 Kab.BandungBarat 1.335,60 1.602.681 1,03 1.199,97 18 Kota.Bogor 111,73 1.021.911 1,03 9.146,25 19 Kota.Sukabumi 48,96 314.523 1,02 6.424,08 20 Kota.Bandung 168,23 2.479.927 1,01 14.741,29 21 Kota.Cirebon 40,16 304.313 1,01 7.577,51 22 Kota.Bekasi 213,58 2.592.819 1,06 12.139,80 23 Kota.Depok 199,44 1.979.278 1,08 9.924,18 24 Kota.Cimahi 41,2 575.943 1,03 13.979,20 25 Kota.Tasikmalaya 184,38 657.427 1,01 3.565,61 26 Kota.Banjar 130,86 181.280 1,01 1.385,30 TOTAL 37.173,97 45.736.365 1,03 1.230,33 Keterangan :

(20)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 20

3.2.5. Jumlah Penduduk Di Kawasan Pesisir Dan Laut

Kawasan pantai Jawa Barat terbagi menjadi dua, yaitu pantai utara dan pantai selatan. Kedua pantai ini memiliki karakteristik berbeda. Pantai utara Jawa Barat memiliki panjang pantai 365,05 km terdiri dari kabupaten yaitu Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab. Cirebon, Kota Cirebon dan Kab. Indramayu. Sedangkan untuk pantai selatan terdiri dari 6 kabupaten yaitu Kab. Sukabumi, Cianjur, Garut, kab. Tasikmalaya, Ciamis dan kab. Pangandaran (merupakan kabupaten baru yang awalnya dari kab. Ciamis), dengan panjang pantai 398,05 km. Wilayah Selatan umumnya terjal dengan ombak yang besar. Pantai selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia sehingga dinamika pesisirnya lebih dinamis dibandingkan pesisir utara.

Wilayah Utara lebih landai dengan ombak yang lebih tenang karena berbatasan dengan laut jawa sehingga dinamika pesisir dan lautnya lebih tenang. Geografisnya yang lebih landai dan datar menyebabkan kawasan utara lebih berkembang dengan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan pantai selatan. Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk di wilayah pesisir dan laut setiap kabupaten/kota pada tahun 2013.

Berdasarkan grafik diatas, terlihat kabupaten Cirebon (Tabel 3.5) memiliki jumlah penduduk paling besar dan Kota Cirebon memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit. Penduduk di wilayah pantai utara lebih banyak dibandingkan dengan penduduk di wilayah selatan. hal ini dapat difahami, karena perbedaan geografis dan kondisi alam antara pantai utara dan selatan. Pantai utara, dengan kondisi geografis yang lebih landai, ombak yang tenang menjadi sentral ekonomi provinsi Jabar terutama untuk produksi padi dan perikanan. Data menunjukkan bahwa, produksi perikanan di pantai utara lebih tinggi dibandingkan dengan di pantai selatan.

Gambar 3.13.

Jumlah Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut setiap Kab/Kota Pada Tahun 2013

(21)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 21

Selain itu, tingginya aktivitas industri di kawasan pantai utara menarik penduduk untuk tinggal dan bekerja di kawasan ini. Hal ini tentunya harus mulai menjadi perhatian utama, karena sering kali aktivitas industri bertentangan dengan aktivitas pertanian atau perikanan di daerah tersebut.

Kawasan pantai selatan, dengan kondisi geografi yang curam, ombak besar dan memiliki potensi terjadinya Tsunami, merupakan salah satu penyebab tidak sepadat seperti di kawasan pantai utara. Pantai selatan merupakan sentra perkebunan yang sudah dikembangkan sejak jaman Belanda. Berbatasan langsung dengan Samudera Hindia menyebabkan aktivitas perikanan di kawasan ini memerlukan teknik dan teknologi yang lebih maju dibandingkan dengan perikanan di kawasan utara. Namun beberapa lokasi pariwisata di kawasan selatan sudah sejak lama menjadi tujuan wisata unggulan seperti Pangandaran di Kabupaten Pangandaran dan Palabuhan ratu di Kabupaten Sukabumi.

3.3. Gambaran Umum RTRW Provinsi Jawa Barat

3.3.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah

Kebijakandan strategi pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antarwilayah baik antar Kabupaten/Kota maupun antara wilayah perkotaan dan perdesaan.

Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah terdiri dari :

A. Pembagian 6(enam) Wilayah Pengembangan (WP)

WP dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan dan merealisasikan rencana tata ruang, serta merupakan penjabaran dari Kawasan StrategisNasional (KSN) dan Kawasan Andalan pada sistem nasional.

Strategi :

1. menetapkan konsep pemerataan pengembangan wilayah

(22)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 22

B. Pengembangan Wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP.

Keterkaitan fungsional antar WPdilakukan dalam rangka meningkatkan fungsi antar WP, meliputi :

a. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KKCekungan Bandung, dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya.

Strategi mengendalikan pengembangan wilayah :

1. memenuhi kebutuhan pelayanan perkotaan yang berdaya saing dan ramah lingkungan

2. membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah

3. menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang menarik arus migrasi masuk tinggi

4. mengembangkan sistem transportasi massal

5. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di KSN

6. mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS danpemanfaatan sumberdaya alam.

b. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya.

Strategi mendorong pengembangan wilayah, meliputi :

1. memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai dengan arahan RTRWP

2. mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa

3. memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah

4. menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan

5. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan.

(23)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

III - 23

c. Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK

Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya.

Strategi membatasi pengembangan wilayah, meliputi:

1. mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan 2. meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan

tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan 3. meningkatkan akses menuju dan keluar kawasan

4. meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan 5. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan

kesetaraan peran dan fungsi di KSN; dan

6. mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS. d. Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP

Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan sekitarnya, ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya.

Strategi meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi:

1. mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa

2. memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah 3. mengembangkan sistem transportasi massal

4. menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan

5. meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan.

Gambar

Gambar  3.4. Peta Wilayah Administrasi Jawa Barat
Gambar Peta DAS di Provinsi Jawa Barat
Tabel 3.4. Luas Kawasan Ekologi Paras 1 di Jawa Barat

Referensi

Dokumen terkait

2011 padahal dalam pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh terdakwa BAREN AMBARITA, ST masih ada kekurangan dan terdakwa BAREN AMBARITA, ST juga telah membuat dan

2) Penjualan Personal (Personal Selling), merupakan suatu bentuk interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan persentasi, menjawab pertanyaan, dan

Renstra Perangkat Daerah Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas tahun 2016–2021 ini merupakan dokumen perencanaan jangka menengah Perangkat Daerah untuk

Selain penugasan yang bersifat lintas sektoral dan kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset, pada tahun 2012 juga telah dilaksanakan penugasan dari Presiden (Pemerintah)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap,

Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah pisah tempat tinggal 24 Juni 2012; Menimbang, bahwa oleh karena masalah ini adalah masalah perceraian sehingga meskipun Tergugat

Proses perwujudan karya busana dan pergelaran busana dalam proyek akhir ini meliputi: 1) Proses pencipta desain busana meliputi tahapan: mengkaji tema Movitsme,