1
PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PELANGGAN
DENGAN PT. PLN (PERSERO) AREA PADANG RAYON TABING
ARTIKEL
Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
RETNO NAWANGSIH.S NPM: 12120012111013
Bagian Hukum Perdata
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2016
3 PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PELANGGAN DENGAN PT.
PLN (PERSERO) AREA PADANG RAYON TABING
Retno Nawangsih. S1, As Suhaiti Arief1, Adri1
Legal Studies program, Faculty of Law, University of Bung Hatta
Email: [email protected]
ABSTRACT
PT. PLN (Persero) is a manager in the field of electricity in order to meet the electricity infrastructure in the community. For connecting the electrical power necessary to hold the agreement between the customer and the PLN. The issues that will be discussed is the first author). How is the implementation of a power purchase agreement between the customer and PT. PLN (Persero) Rayon Tabing Padang Area? 2). How are the completion of the defaults in the execution of power purchase agreement between the customer and PT. PLN (Persero) Rayon Tabing Padang Area ?. The research method is a sociological study of law, sources of data used are primary data and secondary data. Technique data collecting by interview and document study. From the research that has been conducted, the conclusion 1). Implementation of the power purchase agreement between the customer and PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing has been implemented, but there are some things that are not in accordance with the agreement in the form of default, among others, there is a direct connection of electrical power without limiting devices and gauges, use of electric power is not in accordance with the designation, slow lap KWH meter, and are delinquent in the payment of electricity bills. 2). Settlement against the defaulting officers will provide a letter of reprimand, if not ignored then the officer will then terminate electricity temporarily, and then termination is completed.
Keywords: Agreement, Purchase, Default
Pendahuluan
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4 dinyatakan, bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Untuk mewujudkan kesejahteraan umum
maka perlu pembangunan nasional antara lain dibidang ketenagalistrikan. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selanjutnya disebut PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara yang diberi kuasa oleh pemerintah, sesuai dengan Undang-Undang
4
Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, selanjutnya disebut Undang-Undang Ketenagalistrikan diserahi tugas utama untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Ketenagalistrikan dapat dikatakan bahwa, ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. Tenaga Listrik mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, maka usaha penyediaan tenaga listrik perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan bermutu.
Usaha penyediaan tenaga listrik merupakan pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi, dan penjualan tenaga listrik. Dalam penjualan tenaga listrik terjadi transaksi jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero). Berdasarkan Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu diadakan suatu perjanjian antara pelanggan dengan PT.
PLN (Persero) yang disebut dengan “Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL)”.Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan dari kantor PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing, dalam perjanjian jual beli tenaga listrik tersebut calon pelanggan harus memenuhi prosedur yang sesuai dengan surat perjanjian jual beli tenaga listrik. Selain itu calon pelanggan harus mengisi suatu formulir permohonan untuk penyambungan arus listrik, apabila permohonan disetujui selanjutnya kepada calon pelanggan diminta untuk menandatangani perjanjian tersebut. Perjanjian itu telah dibuat terlebih dahulu oleh pihak PT. PLN (Persero) secara sepihak, sehingga pihak calon pelanggan tinggal menyetujui dan menandatangani perjanjian tersebut. Perjanjian seperti ini disebut perjanjian standar atau perjanjian baku. Setelah perjanjian itu disetujui oleh para pihak, maka perjanjian yang dibuat secara sah itu berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak, hal ini berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata.
Perjanjian jual beli tenaga listrik ini telah dilaksanakan antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing, namun dalam perjanjian tersebut terjadi wanprestasi yang dilakukan antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga
5
listrik dengan judul: “PERJANJIAN JUAL
BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PELANGGAN DENGAN PT. PLN (PERSERO) AREA PADANG RAYON TABING”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing ?
2. Bagaimanakah upaya penyelesaian terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing ?
Tujuan Penelitian
1. Untukmengetahuipelaksanaan dalam perjanjian jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing.
2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian yang
dilakukan di lapangan untuk memperoleh data primer melalui wawancara dengan informan. Selain itu juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data-data sekunder.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti di lapangan melalui wawancara dengan informan yang terdiri dari Accistain
Officer PT. PLN (Persero) Area Padang
Rayon Tabing Bapak Syarbaini dan dua orang pelanggan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan hukum yang terdiri dari:
1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat bagi individu maupun masyarakat yang dapat membantu dalam penelitian, yaitu:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
b) Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan c) Undang-Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen
2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan
6
dapat membantu menganalisa, memahami bahan hukum primer dengan menggunakan buku-buku, hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, jurnal ilmiah, dan data yang ada pada kantor PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Wawancaraadalah teknik pengumpulan datadengan melakukan tanya jawab kepada informan untuk mendapatkan informasi secara langsung. Dalam melakukan wawancara ini, penulis menggunakan bentuk pertanyaan semi terstruktur sebagai alat pengumpul data.
b. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari bahan kepustakaan yaitu undang-undang, buku-buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 4. Analisis Data
Data yang telah diperoleh baik itu dari data primer maupun data sekunder maka dilakukan analisis terhadap data tersebut dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti,
kemudian diambil kesimpulan yang diuraikan dalam bentuk kalimat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara Pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Syarbaini selaku Accistain
Officer Pelayanan Pelanggan PT. PLN
(Persero) Area Padang Rayon Tabing bahwasannya dalam pelaksanaan jual beli tenaga listrik terjadi suatu hubungan hukum yaitu hak dan kewajiban antara konsumen dengan PT. PLN (Persero). Hubungan hak dan kewajiban adalah keterikatan penjual untuk menyerahkan benda dan memperoleh pembayaran, oleh karena itu perlu diadakan suatu perjanjian untuk mengatur hak dan kewajiban para pihak yang disebut dengan “ Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL)” yang harus ditanda tangani oleh kedua belah pihak PT. PLN (Persero) dan pelanggan.
7
Tahap perjanjian jual beli tenaga listrik dilakukan oleh calon pelanggan dengan mengajukan permintaan pelanggan baru kepada PT. PLN (Persero) dan untuk memenuhi persyaratan penanda tanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dilakukan evaluasi teknis, yaitu adanya jaringan dan beban trafo serta persediaan material bila tidak mencukupi akan dilakukan penangguhan untuk sementara waktu , kemudian dilakukan pembayaran biaya penyambungan dan uang jaminan langganan selanjutnya dilakukan penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik.
Sebelum pelanggan membayar biaya penyambungan dan menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik itu harus dilengkapi dengan Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh PT. Perintis Perlindungan Listrik Nasional (PPILN).
Cara mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari PT. PPILN prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menghubungi PT. PPILN.
a. Ajukan permintaan pemeriksaan instalasi listrik dengan melampirkan gambar pemasangan instalasi yang dibuat oleh instalatir, ketika melakukan permohonan pemeriksaan, pelanggan akan mengisi formulir yang berisi : Nama, Alamat, No SIP/Tanggal, Tarif, dan Daya. Kemudian petugas akan memberikan nomor pendaftaran.
b. Setelah formulir diisi silahkan melakukan pembayaran Biaya Pemeriksaan Instalasi (BPI) sesuai tarif yang berlaku pada daftar tariff PT. PPILN.
2. PT. PPILN akan mengirim petugas untuk melakukan pemeriksaan, melakukan pengujian instalasi dan mencatat hasil pemeriksaan. Kemudian petugas yang berwenang akan melakukan verifikasi apakah instalasi telah Laik Operasi,Laik Operasi dengan Perbaikan Minor atau perlu Perbaikan Ulang.
3. Jika hasil pemeriksaan menyatakan instalasi telah memenuhi standar yang berlaku, maka PT. PPILN akan
8
menerbitkan Sertifikat Laik Operasi (SLO).
Apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan standar maka PT. PPILN akan memberi surat pemberitahuan kepada pihak instalatir untuk bertanggung jawab memperbaiki instalasi tersebut. Setelah instalasi diperbaiki, PT. PPILN akan melakukan pemeriksaan ulang dan bila hasilnya baik akan diterbitkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) sebagai tanda bahwa instalasi telah aman dan sesuai dengan standar yang berlaku.
Dokumen yang dibutuhkan ketika mengajukan permohonan pemeriksaan : 1. KTP calon pelanggan
2. Gambar dan diagram Instalasi Listrik 3. Sketsa denah lokasi pemeriksaan Selanjutnya untuk mendapatkan SLO dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
TIDAK
LAIK
LAIK
Dengan adanya Sertifikat Laik Operasi (SLO) berarti pelanggan dapat merasa aman karena instalasi listrik yang dipasang sudah memenuhi standar peraturan yang ada sehingga bisa meminimalkan resiko yang dapat terjadi akibat pemasangan listrik yang tidak sesuai prosedur. PT. PPILN menggunakan Standar Nasional Indonesia dalam melakukan pemeriksaan. Hak dan kewajiban merupakan suatu hubungan hukum antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing. Ada beberapa hak dan kewajiban pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing.
Hak pelanggan antara lain :
1. Mendapatkan pelayanan dengan baik. 2. Mendapatkan penyaluran tenaga listrik
sesuai dengan daya yang diinginkan. 3. Mendapatkan pelayanan untuk perbaikan
apabila ada gangguan tenaga listrik.
calon pelanggan
mengisi formulir permohonan pemeriksaan
dan membayar biaya pemeriksaan, lampirkan
gambar instalasi listrik
pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik pelanggan memperbaiki instalasi listriknya proses verifikasi sesuai standar
puil dan sni dikembalikan
kepelanggan
penerbitan sertifikasi laik
9
Kewajiban pelanggan antara lain :
1. Menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik.
2. Menggunakan tenaga listrik sesuai dengan peruntukkannya.
3. Membayar rekening listrik atas pemakaian tiap bulan.
Hak PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing antara lain :
1. Melakukan penyambungan seri/pararel kepada rumah/bangunan pembeli listrik. 2. Memeriksa instalasi dan menertibkan
pemakaian tenaga listrik pelanggan. 3. Menebang pohon-pohon/tanaman milik
pelanggan yang mengganggu instalasi listrik.
Kewajiban PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing antara lain :
1. Menyalurkan tenaga listrik kepada pelanggan sesuai dengan daya yang diminta.
2. Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
3. Memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.
Hak dan kewajiban antara PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing yang telah diuraikan di atas telah terpenuhi, namun ada halnyang kurang terpenuhi dari pihak PLN maupun dari pelanggan.
Pelayanan dari pihak PLN kurang maksimal seperti pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan listrik pada pelanggan pihak PLN tidak cepat tanggap, sedangkan dari pelanggan dalam pembayaran rekening listrik tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Perjanjian jual beli tenaga listrik dituangkan dalam suatu perjanjian yang disebut dengan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) seperti halnya dalam contoh perjanjian Nomor :
2004/12/21/SP-PBR/0053/K. Pelaksanaan perjanjian yang dibuat tersebut dapat
dilaksanakan, namun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian. Hal ini merupakan suatu bentuk wanprestasi dalam perjanjian. Wanprestasi yang dilakukan oleh pelanggan dapat berupa tidak memenuhi
10
kewajibannya sama sekali, pelanggan memenuhi kewajibannya tetapi tidak dengan baik, dan pelanggan memenuhi kewajibannya tetapi tidak tepat waktu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Syarbaini, adapun hal-hal yang dapat dikategorikan kedalam bentuk wanprestasi dalam perjanjian jual beli tenaga listrik antara lain:
1. Terdapat sambungan langsung penyaluran tenaga listrik tanpa melalui Alat Pembatas dan Pengukur (APP)
Hal ini merupakan penyambungan dengan kabel langsung ke jaringan instalasi PT. PLN (Persero) untuk memperoleh aliran listrik dan dipakai untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain. Menyambung langsung dengan kabel ke jaringan instalasi ini tidaklah dibenarkan, walaupun itu untuk prasarana umum karena tidak ada izin dari pihak yang berwenang.
2. Penggunaan tenaga listrik tidak sesuai dengan peruntukkannya
Pelanggan menggunakan tenaga listrik tidak sesuai dengan semestinya
atau mempengaruhi daya tetapi tidak melakukan penyambungan langsung ke jaringan instalasi, tapi dengan keahlian sendiri mencoba mengubah alat pembatas daya (sekering) agar daya di rumah pelanggan lebih besar. Tanpa kesepakatan PT. PLN (Persero) ini juga merupakan suatu wanprestasi yang dilakukan oleh pelanggan.
3. Memperlambat putaran KWH meter Para petugas yang mencatat angka pada KWH meter pelanggan menemukan kelicikan para pelanggan yang mengatur putaran KWH meternya dengan alat yang sederhana. Para pelanggan yang yang melakukan bertujuan agar rekening yang dibayarkan nanti, akan jauh lebih kecil dari angka yang dicatat petugas.
4. Menunggak dalam pembayaran tagihan listrik
Pada dasarnya setiap pelanggan tidak mengingginkan terjadinya wanprestasi dalam pembayaran tagihan listrik, tetapi pada kenyataannya tidak semua pelanggan dapat melakukan pembayaran tagihan rekening listrik
11
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, karena masih ada beberapa pelanggan yang membayar tagihan listriknya setelah lewat waktu yang telah ditentukan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan melakukan wanprestasi adalah :
1. Faktor ekonomi
Merupakan suatu faktor yang sangat mempengaruhi dalam melaksanakan kewajibannya. Karena keadaan ekonomi setiap pelanggan berbeda-beda.
2. Kurang akuratnya informasi yang diterima pelanggan
Kurang akuratnya informasi yang diterima pelanggan sehingga dapat menyebabkan wanprestasi oleh pelanggan dimana pada umumnya calon pelanggan yang ingin menggunakan jasa listrik lebih cenderung menggunakan perantara, sehingga informasi yang diterima oleh pelanggan tidak jelas mengenai perjanjian jual beli tenaga listrik tersebut.
Terjadinya wanprestasi akan selalu membawa akibat bagi para pihak yang melakukannya, karena telah menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya. Setiap pelanggar peraturan yang ada akan dikenakan sanksi berupa hukuman sebagai reaksi terhadap perbuatan yang melanggar peraturan hukum yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Nani Mulyani dan Bapak Kaidir faktor yang mempengaruhi melakukan wanprestasi yaitu :
1. Dengan Nani Mulyani, bahwa telah melakukan wanprestasi dalam bentuk keterlambatan pembayaran tagihan rekening listrik. Alasan keterlambatan tersebut karena faktor ekonomi keluarganya yang kurang mampu, sehingga selalu terlambat dalam membayar tagihan listrik dua sampai tiga bulan.
2. Dengan Kaidir, bahwa telah melakukan wanprestasi menyambungkan langsung penyaluran tenaga listrik tanpa melalui Alat Pembatas dan Pengukur (APP). Hal ini terbukti setelah petugas dari PLN turun ke lapangan dan
12
mendapatkan bukti yang akurat, namun pelanggan tidak mengakui bahwa ia melakukan hal tersebut dikarenakan beberapa alasan yang ia kemukakan. Pelanggan mengaku tidak mengerti sama sekali mengenai hal tersebut dikarenakan tidak mendapatkan informasi yang jelas.
Wanprestasi tidak hanya dilakukan oleh pelanggan, kadangkala petugas PLN juga melakukan suatu kelalaian seperti kesalahan dalam pencatatan KWH meter atau tidak mencatatnya. Sebab kesalahan tersebut dikarenakan pada saat petugas ingin mencatat KWH meter di rumah pelanggan, namun penghuni rumah tidak ada dirumah (rumah berpagar yang terkunci). Maka dalam hal ini petugas akan menaksir KWH meter pelanggan pada bulan sebelumnya dan sesudah itu.
Upaya Penyelesaian terhadap Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrikantara Pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Syarbaini, setiap pelanggan yang melakukan wanprestasi akan dikenakan sanksi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan jenis pelanggarannya.
Adapun upaya penyelesaian yang dilakukan oleh petugas PLN terhadap pelanggan yang melakukan wanprestasi adalah :
1. Petugas PLN akan memberikan surat teguran kepada pelanggan, bahwasannya pelanggan telah melakukan suatu pelanggaran dalam perjanjian jual beli tenaga listrik. Sebelumnya petugas PLN telah turun ke lapangan untuk memeriksa adanya kejanggalan yang terjadi pada instalasi listrik pelanggan, sehingga menyebabkan pelanggan harus membayar denda kepada pihak PLN. 2. Jika pelanggan tidak menghiraukan surat
teguran yang diberikan sampai batas waktu pembayaran yang telah ditentukan tersebut, maka petugas PLN akan mengeluarkan surat “Pemberitahuan Pelaksanaan Pemutusan Sementara
13
Sambungan Tenaga Listrik” ke instalasi pelanggan.
Hak PLN melakukan pemutusan sementara adalah :
a. Mulai hari pertama sejak berakhirnya batas waktu pembayaran.
b. Berakhir pada hari ketujuh.
c. Hari pertama sampai dengan hari ketujuh disebut jangka waktu pelaksanaan pemutusan sementara. Adapun prosedur pelaksanaan pemutusan sementara ini adalah:
a. Pemutusan sementara dilaksanakan menggunakan perintah pemutusan sementara.
b. Dilaksanakan dengan cara memutus penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan.
c. Kepada pelanggan diberikan TUL VI-01 (Surat Pemberitahuan Pemutusan Sementara).
d. Tanggal dan angka kedudukan meter pada saat pemutusan sementara harus dicatat pada buku pemantauan pemutusan.
3. Pemutusan rampung
Pemutusan rampung adalah pengehentian untuk seterusnya penyaluran tenaga listrik ke instalasai pelanggan dengan mengambil sebagian atau seluruh peralatan untuk penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan. Pelanggan akan menerima surat pemberitahuan pelaksanaan pembongkaran rampung sebelum petugas PLN melaksanakannya.
Sebelum pemutusan rampung dilaksanakan perlu dipastikan bahwa denda rekening listrik pelanggan yang bersangkutan sesuai dengan surat pemberitahuan pelaksanaan pemutusan sementara belum dibayar oleh pelanggan tersebut dan masih tersimpan di PLN.
Adapun hak PLN untuk melaksanakan pemutusan rampung adalah :
a. Dalam jangka waktu 60 hari sejak hari pertama pemutusan sementara rekening listrik belum juga dibayar.
14
b. Pelaksanaan mulai hari pertama sejak berakhirnya jangka waktu 60 hari tersebut.
c. Berakhir pada hari keempat belas. d. Hari pertama sampai dengan hari
keempatbelas disebut jangka waktu pelaksanaan pemutusan rampung.
Prosedur pelaksanaan pemutusan rampung tersebut adalah :
a. Pemutusan rampung dilaksanakan dengan pemberitahuan pelaksanaan pemutusan rampung aliran listrik, peninjauan kembali pembongkaran aliran listrik, dan berita acara pembongkaran.
b. Dilaksanakan oleh petugas PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing dengan membawa surat tugas.
c. Kepada pelanggan diberikan TUL VI-03 (Surat Pemberitahuan Pemutusan Sementara).
d. Tindakan TUL 1-10 (Berita Acara Pemasangan/ Penyambungan/ Pembongkaran Sambungan Listrik) dari fungsi teknik sebagai
pemberitahuan bahwa pembongkaran rampung telah dilaksanakan.
Apabila pihak PLN telah melaksanakan pemutusan rampung kepada instalasi listrik maka pelanggan dianggap tidak bisa menggunakan tenaga listrik lagi. Jika pelanggan ingin menyambung kembali maka menggunakan nomor pelanggan baru disertai dengan membayar tagihan rekening listrik dan dendanya.
Permintaan penyambungan kembali setelah pemutusan rampung adalah sebagai berikut :
1. Instalasi milik PLN telah diputus rampung berdasrkan peninjauan kembali dan berita acara pembongkaran aliran listrik.
2. Permintaan penyambungan kembali diperlakukan sebagai penyambungan baru.
3. Pelanggan tetap bertanggung jawab terhadap tunggakan rekening dan kewajiban lain yang ada.
4. Menggunakan nomor pelanggan yang baru.
15
Dengan terjadinya wanprestasi oleh pelanggan, yang mana berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama bahwa wanprestasi oleh pelanggan akan berakibat adanya pembayaran denda, pemutusan sementara dan pemutusan langsung oleh pihak PLN.
Jika pelanggaran yang dilakukan pelanggan termasuk ke dalam tindak pidana seperti pencurian arus listrik, maka petugas akan mendatangi rumah pelanggan dengan membawa surat teguran didampingi oleh pihak kepolisian dengan membawa surat tugas. Meminta agar pelanggan memenuhi kewajibannya, dalam hal ini pelanggan tidak langsung ditahan namun diberikan kesempatan untuk membayar tagihan akibat pencurian listrik tersebut dan diselesaikan dengan pihak PLN secara musyawarah terlebih dahulu.
Pihak PLN akan memberikan keringanan pada pelanggan dalam pembayaran denda untuk memberikan kepuasan pelayanan terhadap pelanggan, dengan tidak mengurangi biaya denda
hanya diberikan keringanan berupa angsuran dan perpanjangan jangka waktu pembayaran denda tersebut. Di samping itu juga bertujuan untuk melindungi hak-hak pelanggan, agar pelanggan tidak merasakan telah diperlakukan semena-mena oleh pihak PLN.
Penutup
1. Pelaksanaan perjanjian jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing adalah dengan menandatangani “Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL)”, yang di dalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak. Namun dalam pelaksanaannya belum sesuai perjanjian sehingga terjadi wanprestasi antara pelanggan dengan pihak PLN. Wanprestasi yang terjadi dalam Perjanjian Jual Beli tenaga Listrik antara Pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing antara lain :
a. Terdapat sambungan langsung penyaluran tenaga listrikk tanpa
16
melalui Alat Pembatas dan Pengukur (APP)
b. Penggunaan tenaga listrik tidak sesuai dengan peruntukkannya c. Memperlambat putaran KWH meter d. Menunggak dalam pembayaran
tagihan listrik
2. Upaya Penyelesaian terhadap Wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara Pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Area Padang Rayon Tabing adalah :
a. Petugas PLN akan memberikan surat teguran kepada pelanggan, bahwasannya pelanggan telah melakukan suatu pelanggaran dalam perjanjian jual beli tenaga listrik. b. Jika pelanggan tidak menghiraukan
surat teguran yang diberikan sampai batas waktu pembayaran yang telah ditentukan tersebut, maka petugas PLN akan mengeluarkan surat “Pemberitahuan Pelaksanaan Pemutusan Sementara Sambungan
Tenaga Listrik” ke instalasi pelanggan.
c. Pemutusan rampung
Pemutusan rampung adalah pengehentian untuk seterusnya penyaluran tenaga listrik ke instalasai pelanggan dengan mengambil sebagian atau seluruh peralatan untuk penyaluran tenaga listrik ke instalasi pelanggan. Pelanggan akan menerima surat pemberitahuan pelaksanaan pembongkaran rampung sebelum petugas PLN melaksanakannya.
Ucapan Terimakaih
1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.
2. Ibu Nurbeti, S.H.,M.H selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.
3. Bapak Adri, S.H.,M.H selaku ketua bagian hukum perdata.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan dan karyawati Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.
17
5. Bapak Syarbaini selaku Accistain
Officer di PT.. PLN (Persero) Area
Padang Rayon Tabing.
6. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, khususnya angkatan 2012.
Untuk yang teristimewa ucapan terimakasih kepada orangtua dan adik-adikku yang telah memberikan semangat, motivasi dan do’a agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan mencapai gelar sarjana hukum.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Buku-buku
J Satrio, 1999, Perikatan Yang Lahir dari
Perjanjian,PT. Alumni, Bandung.
Kartini Muldjadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan Yang Lahir dari
Perjanjian, PT. Raja Gravindo,
Jakarta.
Ridwan Halim, 1982, Hukum Perdata Dalam
Tanya Jawab, Balai Aksara, Jakarta.
Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-VI, PT. Intermasa, Jakarta.
WirjonoProdjodikoro, 1981,
HukumPerdataTentangPersetujuan-PersetujuanTertentu,Cetakanke VII,
PT. Sumur Bandung, Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sumber Lain http://Dinia.2014/04.HukumTentang Perjanjian.Jakarta. http://blogspot.co.id.html http://SatrioAbdillah.blogspot.co.id/2012/03/.
Pendapat Para Ahli Hukum Tentang Pasal. Html
https://Shareshareilmu.wordpress./2012/02/05 .Wanprestasi Dalam Perjanjian.com https://Suryono.dokumenlegal.bandung.word press.com/2011/03/17.Asas-asas Perjanjian.legalakses.htm http://Randiya.komnaslkpipusat.blogspot.co.i d/2013/06/.Memahami Perjanjian Baku.html http://RudiPradisetia.blogspot.co.id/2010/11.
Unsur-Unsur Dalam Perjanjian.html
https://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/2 0/Wanprestasi Sanksi Ganti