• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Cinta Kepada Allah SWT dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Urgensi Cinta Kepada Allah SWT dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Urgensi Cinta Kepada Allah SWT dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam

Haslinda

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

e mail: hasnapai1999@gmail.com

Andi Takdir

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Furqan Makssar

e mail: anditakdir21@gmail.com

Abdul Salam

Sekolah Menengah Atas Negeri 20 Pangkep e mail: abdulsalammpdd10@gmail.com

Abstrak

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui konsep cinta kepada Allah Swt dalam kaitannya dengan pendidikan Islam. Untuk mengetahui urgensi cinta kepada Allah Swt dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam.Dalam rangka pengolahan data, penulis berusaha mengumpulkan sumber kepustakaan kemudian menggunakan pengolahan data secara kualitatif deskriptif berbagai peristiwa yang ada korelasinya . Hasil Penelitian menunjukkan Cinta kepada Allah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pendidikan Islam. Hal ini dikarenakan, dengan adanya rasa cinta kepada Allah maka manusia selaku pendidik akan mencintai manusia lain selaku peserta didik dan Kecintaan kepada Allah dalam meningkatkan kualitas pendidika Islam. Hal ini dikarenakan, dengan adanya rasa cinta yang besar kepada Allah maka pendidik akan senantiasa menjadikan aktifitas pendidikannya sebagai sebuah ibadah dalam rangka mencari keridhaan Allah Swt.

Kata Kunci: Urgensi Cinta Kepada, Kualitas Pendidikan Islam Abstract

Research Objectives To find out the concept of love for Allah in relation to Islamic education. To find out the urgency of love for Allah in improving the quality of Islamic education. In the context of data processing, the writer tries to collect library sources and then uses descriptive qualitative data processing of various events that have correlation. Research results show love for God has a very close relationship with Islamic education. This is because, with the love of God, humans as educators will love other humans as students and love of God in improving the quality of Islamic education. This is because, with a great love for God, educators will always make their educational activities as a worship in order to seek the pleasure of Allah. Keywords: Love Urgency, Quality of Islamic Education

(2)

PENDAHULUAN

Cinta adalah fitrah yang terbawa sejak lahir dan senantiasa hidup dalam hati setiap manusia. Cinta bukanlah sesuatu yang statis, tetapi cinta itu dinamis, penuh vitalitas dan energi sehingga mampu membangkitkan potensi tersembunyi dalam diri sampai dahaga cinta itu terpuaskan. Cinta dapat merubah karakter manusia dan melahirkan energi positif yang akan membuat manusia lemah menjadi kuat, yang pemalu menjadi percaya diri, yang kasar menjadi lembut, yang zalim menjadi penyayang, yang kikir menjadi pemurah, dan yang tidak peduli menjadi perhatian.

Cinta akan selalu menampakkan keindahan dan senantiasa berusaha mempersembahkan yang terbaik kepada zat yang dicintainya demi mendapatkan balasan cinta dari Sang Kekasih. Hal inilah yang dirasakan oleh para pencari cinta Ilahi, yang berusaha menemukan cinta yang hakiki dalam hidup sebagai sebuah jalan yang akan mengantarkannya kepada cinta sejati antara makhluk dengan Allah Swt sebagai pencipta.

Cinta kepada Allah akan berimplikasi terhadap pribadi seorang manusia (Pecinta). Dia akan berusaha mendedikasikan dirinya, meluangkan waktunya dan bahkan mengorbangkan jiwa dan raganya dalam rangka membuktikan cintanya kepada Allah Swt.

Cinta kepada Allah akan melahirkan kerelaan serta keikhlasan untuk melakukan apa saja yang diperintahkan agar dapat meraih balasan cinta dari-Nya. Idaman balasan cinta itulah yang menghidupkan semangat dalam sanubari setiap manusia tidak pernah pudar bahkan senantiasa membuncah dalam segala musim dan peristiwa. Seperti itulah yang dirasakan oleh para pejuang cinta sejati, orang-orang suci yang hidup di dunia hanya mengharapkan cinta dan ridha-Nya.

Begitulah kiranya orang yang menjadikan Allah sebagai tujuan cintanya, akan rela melakukan apapun yang diperintahkan-Nya dan berusaha semaksimal mungkin agar tidak tergelincir untuk melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya, Pecinta akan sangat khawatir jika salah satu ucapan ataupun perbuatannya melanggar aturan Allah Swt sehingga akan sangat berhati-hati dalam berucap dan berbuat demi mendapatkan balasan cinta berupa pahala, rahmat serta keridhaan-Nya baik di dunia maupun di akhirat.

Berdasarkan cinta itulah, setiap manusia berusaha untuk

mengimplementasikan cintanya melalui berbagai aspek kehidupan. Salah satu jalan yang dapat dapat ditempuh oleh manusia adalah melalui pendidikan baik formal, nonformal maupun informal sebagai implementasi dari rasa cintanya kepada Sang Khalik. Hal itu dikarenakan, cinta tidaklah dikatakan sempurna dan paripurna sebelum mencintai segala sesuatu yang menjadi milik Allah Swt.

(3)

Pernyataan tersebut dikuatkan dengan sebuah hadits riwayat Muslim yang berbunyi:

ع

ز

و

ج

ل

(

ر

و

ا

ه

م

س

لم

)

ُالل َ َ

ُ

ل

ُ َ

ُ

س

ي

ر

ح

ُ

ُ َ

م

ه

لُ

ُا

م

ُ َ

ُ

ح

ر

ُي

ل

ُ َ

ُ

ن

م

ُ َ َ

نا

Artinya:

“barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, maka Allah „Azza Wajalla

tidak akan menyayanginya”34

Hadits di atas memberikan tekanan yang sangat kuat bahwa menjalin cinta kasih antar sesama manusia menjadi sebuah keharusan dan syarat untuk mendapatkan kecintaan dari Allah Swt. Selaku makhluk sosial memang sudah seyogyanya menjalin silaturahmi dan saling berbagi dengan sesama manusia.

Ketika dikorelasikan, Cinta akan memiliki hubungan yang sangat erat dengan Pendidikan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan, sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan. Salah satu yang menjadi tujuan pendidikan adalah membentuk generasi yang cerdas, beriman dan bertakwa serta beramal shaleh. Tujuan tersebut dapat terwujud jika pendidik dan peserta didik memiliki rasa cinta yang besar kepada Allah Swt. Karena dengan adanya rasa cinta, pendidik akan berupaya menjalankan tugasnya serta memperlakukan anak didiknya dengan baik agar mereka (peserta didik) dapat menyerap ilmu dengan mudah dan tidak merasa tertekan oleh sikap dan arogansi pendidik.

Di sisi lain, pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia, yang mana hal tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya rasa cinta yang terjalin antara pendidik dan peserta didik. Dengan adanya rasa cinta, pendidik dan peserta didik akan saling menghormati dan memposisikan diri secara proporsional.

Pendidikan merupakan proses alat bantu bagi manusia dalam melakukan perubahan agar lebih dewasa dan dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan. Pendidikan tidak hanya diharapkan membentuk kecerdasan kognitif (intelektualitas) melainkan juga mampu membentuk kecerdasan afektif (emosional) sehingga peserta didik dapat mengintegrasikan ilmunya dalam kehidupan serta dapat menginternalisasi ilmu dalam dirinya.

34Maktabah Syamilah, Kitab Shahih Muslim (Bab Rahmatuhu Shallallahu Alaihi Wasallam

(4)

Pendidikan adalah sarana yang efektif dan efisien untuk membawa manusia ke dalam kehidupan yang lebih baik, sejahtera dalam mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini yang tentu akan berpengaruh pula terhadap kehidupan manusia di akhirat kelak.

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga mengalami perkembangan. Dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat modern. Pendidikan dituntut untuk melakukan inovasi dalam berbagai aspek seperti kurikulum, metode, dan juga penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi.

Sistem pendidikan yang berlaku, mengharuskan peserta didik untuk menuntaskan materi yang telah dipersiapkan oleh guru mata pelajaran. Tingkat efektifitas dan efisiensi pembelajaran diukur dari kemampuan peserta didik menuntaskan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh guru mata pelajaran sehingga peserta didik cenderung mengutamakan kemampuan kognitif (intelektualitas) dan mengabaikan aspek afektif (emosional).

Kesuksesan yang dicapai peserta didik dalam menuntaskan materi terkadang tidak dibarengi dengan aplikasi. Banyak di antaranya hanya mampu menguasai materi namun tidak mampu menyelaraskannya dengan perbuatan sehingga yang terjadi adalah penyalahgunaan terhadap ilmu yang telah didapatkannya dari proses pendidikan.

Begitupun dalam lingkup pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam seharusnya mampu mencetak generasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Namun, realitas membuktikan bahwa banyaknya lulusan-lulusan dari lembaga pendidikan Islam yang tersandung dengan berbagai kasus melahirkan sebuah persepsi bahwa nilai-nilai ajaran Islam yang tertuang dalam pendidikan Islam telah terdegradasi oleh arus dunia modern. Mereka tidak mampu mengimplementasikan dan menginternalisasikan ilmu-ilmu keislaman yang telah didapatkan sehingga secara aplikatif telah melanggar dan menyelisihi aturan yang ada baik aturan pemerintah maupun aturan Allah Swt. Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa cinta terhadap Allah Swt yang disebabkan minimnya pemahaman sehingga mereka tidak lagi mengindahkan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan baik yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak makhluk-Nya yang ada di muka bumi. Seyogyanya Materi yang telah diampuh dan dituntaskan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehingga tampaklah efektifitas dan efisiensi dari proses pendidikan tersebut.

Melihat pengertian cinta dan pendidikan dan adanya korelasi yang sangat erat yang telah disebutkan di atas, maka cinta menjadi sebuah komponen yang sangat

(5)

urgen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang disertai dengan cinta, akan memberikan dampak yang luar biasa dalam proses perkembangannya.

Dengan cinta, peserta didik akan merasa nyaman dalam menerima ilmu yang diberikan, dan dengan cinta pula seorang pendidik akan memperlakukan anak didiknya dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab yang sangat besar karena adanya keyakinan bahwa anak didik adalah amanah yang dititahkan oleh Sang Kekasih Yang Maha Mulia yaitu Allah Swt.

Melihat keberadaan cinta yang sangat urgen serta pengaruh yang sangat besar yang ditimbulkan dalam pendidikan Islam maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi dalam bentuk skripsi sebagai bahan masukan bagi pihak yang terkait serta berwenang untuk mengatasi masalah tersebut.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep cinta kepada Allah Swt dalam kaitannya dengan pendidikan Islam?

2. Bagaimana Urgensi cinta kepada Allah Swt dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam?

TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Di antara tujuan diadakan penelitian tentang yang dibahas dalam Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui konsep cinta kepada Allah Swt dalam kaitannya dengan pendidikan Islam.

b. Untuk mengetahui urgensi cinta kepada Allah Swt dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bermanfaat bagi orang yang ingin mempelajari masalah tersebut melalui pendidikan Islam. Dengan memahami urgensi cinta kepada Allah Swt dalam upaya meningkatkan kulaitas pendidikan Islam, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak orang tua selaku pendidik dalam memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anak mereka.

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan yang sebesar-besarnya bagi kalangan akademik dan masyarakat luas, khususnya yang

(6)

berprofesi sebagai guru, paling tidak sebagai informasi dan tambahan referensi dalam upaya peningkatan akhlak yang lebih baik

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan hasil bacaan penulis, bahwa masalah yang penulis angkat dalam draf ini memiliki korelasi dan relevansi yang sangat erat dengan berbagai referensi yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam tulisan ini.

a. Cinta kepada Allah

Dalam buku Cinta Abadi Para Kekasih Allah yang ditulis oleh Faqir Zulfiqar Ahmad Naqshabandi disebutkan bahwa Allah Swt., Tuhan alam semesta, menanamkan benih cinta-Nya di hati setiap manusia saat penciptaan mereka. Karena itulah setiap manusia dilahirkan dalam kondisi awal (fitrah) berislam. Fitrah inilah, dan bukan argumen-argumen rasional, yang mendorong setiap orang untuk percaya kepada adanya Allah Swt. dan menyembah-Nya semata.35

Selanjutnya, M. Habib Mustopo dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar

(Kumpulan Essay-Manusia Dan Budaya) mengutarakan bahwa „cinta itu berasal dari

kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan, untuk mencapai penyatuan. Kenyataan- kenyataan cinta terhadap Allah mempunyai sifat dan aspek yang berbeda sama banyaknya dengan cinta terhadap manusia dan dalam arti yang luas kita menentukan perbedaan-perbedaan yang sama.36

Sementara itu dalam buku yang berjudul Meraih Cinta Ilahi (Pencerahan

Sufistik) yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat terdapat pendapat Imam Al-Ghazali

yang mengatakan bahwa „puncak perjalanan keberagamaan kita adalah al-mahabbah (cinta).37

Kemudian Ibnul Qayyim al-Jauzi berkata dalam bukunya yang berjudul

Terapi Penyakit Hati bahwa „cinta yang bermanfaat, yang paling tinggi, serta mulia

adalah cinta yang keluar dari hati yang tulus. Cinta seperti ini diciptakan atas dasar beribadah kepada Allah. Sesungguhnya Allah memprogram hati manusia bertuhan, mengabdi kepada Allah dengan perasaan cinta, mengagungkan serta memuliakan

35Faqir Zulfiqar Ahmad Naqshabandi, Cinta Abadi Para Kekasih Allah (Apendik : Filsafat

Cinta, Cinta & Akal), (Cet Pertama, Bandung: Penerbit Marja‟, 2002 ) h.15

36M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar (Kumpulan Essay-Manusia Dan Budaya), (Surabaya:

Usaha Nasional, 1989) h.79

37

Jalaluddi Rakhmat, Meraih Cinta Ilahi (Pencerahan Sufistik), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001) h.16

(7)

dengan cinta, seperti itu pula Allah menciptakan perasaan merendah, dan khusyu‟ pada jiwa manusia di hadapan-Nya‟.38

Begitupun dalam buku Renungan-Renungan Sufistik terdapat pendapat Jalaluddin Rakhmat yang mengatakan bahwa ibadat untuk Allah lahir karena rasa syukur, rasa terima kasih, rasa berutang budi kepada-Nya. Yang mendorongnya untuk mengabdi kepada Allah bukan lagi keinginan akan pahala atau ketakutan akan siksa, tetapi cinta kepada-Nya. Cinta ini tumbuh bersamaan dengan kesadaran betapa banyaknya anugrah Allah yang telah ia terima. Apapun yang ia lakukan tidak akan sebanding dengan apa yang ia peroleh.39

b. Pendidikan Islam

Berdasarkan tentang persoalan pendidikan Islam sangat urgen bagi peserta didik (objek/pencari ilmu), karena dengan pendidikan Islam Outputnya adalah penciptaan insan intelektual yang berakhlak mulia dengan nuansa religius.

Pendidikan islam merupakan apresiasi yang secara sadar dikembangkan untuk menghayati, menjiwai, dan yang terpenting adalah implementasi dari proses pengejawantahan skenario pendidikan Islam itu, pada realitas kehidupan peserta didik.

Kata pendidikan Islam dalam pembahasan lebih dikenal dengan beberapa istilah, antara lain :

1. Tarbiyah

Dalam mu‟jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu :

a. Rabba, yarbu, tarbiyah : yang memiliki makna „tambah‟ (Zad) dan

„berkembang‟. Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

b. Rabba, yurbi, tarbiyah : yang memiliki makna tumbuh (Nasya‟a) dan menjadi besar atau dewasa (tara‟ra‟a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.

c. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun

38

Ibnul Qayyim al-Jauzi, Terapi Penyakit Hati (terj. Salim Bazemol), (Jakarta: Qisthi Press, 2006) h.345

(8)

eksistensinya. Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat lebih baik dalam kehidupannya.

2. Ta‟lim

Ta‟lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata

„allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta‟lim diterjemahkan dengan pengajaran. Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta‟lim dengan “proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu”.

3. Ta‟dib

Ta‟dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama,

adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta‟dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.

4. Riyadhah

Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan. Menurut

al-Bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa anak dengan akhlak yang mulia.40

Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Kata ini memiliki makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.41

Pendidikan Islam dapat menyelenggarakan atau menyelaraskan antara kehidupan jasmani dan kehidupan rohani, individu dan masyarakat maupun persoalan duniawi dan ukhrawi. Momentum ini sebagai usaha penerapan berbagai lembaga pendidikan secara integral (pendidikan islam) dan kesatuan sistem pendidikan nasional, dalam memahami islam sebagai ajaran universal.

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mengkaji dan mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Olehnya itu, untuk memudahkan pembahasan skripsi selanjutnya maka penulis terlebih dahulu memberikan pengertian pendidikan Islam.

Selanjutnya, menurut Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah upaya atau bimbingan atau pimpinan secara sadar yang

40Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I (Cet. I; Jakarta: Kencana,

2006) h. 10-21

41Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), (Cet. I;

(9)

dilaksanakan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohaninya bertujuan terbentuknya kepribadian yang utama.42

Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam yang diyakininya.43

Pendidikan Islam merupakan upaya yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan yang bernilai Islam dengan tujuan membentuk kepribadian yang baik menurut ajaran Islam serta mempu memahami, menghayati dan mengamalkan yang telah diajarkan dengan dorongan keimanannya sesuai dengan aqidah Islam.

Dengan demikian, pendidikan Islam merupakan upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak mempunyai sikap menjadi bersikap.44

Secara konsekuen dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan para tokoh pemikir atau cendikiawan di atas, telah menyepakati pentingnya keberadaan cinta kepada Allah Swt dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan Islam, kendatipun demikian para pemikir tersebut belum ada yang mengkaji urgensi cinta kepada Allah Swt dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Sehingga dalam tulisan ini dikemukakan tentang:

1. Cinta kepada Allah Swt merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan Islam.

2. Pentingnya penelitian yang dilakukan oleh penulis, adalah untuk mengemukakan dan memperkenalkan kepada masyarakat pada umumnya dan untuk umat Islam pada khususnya, mengenai urgensi cinta kepada Allah Swt dalam upaya meningkatkakan mutu dan kualitas pendidikan Islam.

.

42

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 24

43

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 32

44Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara,

(10)

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian penulis menggunakan beberapa pendekatan yaitu: a. Pendekatan Pedagogik, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan

memperhatikan dari sudut pandang pendidikan.

b. Pendekatan Psikoilogis, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan memperhatikan dari sudut pandang psikologi.

c. Pendekatan Tasawuf, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan memperhatikan dari sudut pandang ilmu tasawuf.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode Library

Research yakni penulis membaca buku-buku serta bahan bacaan lainnya yang

ada korelasinya dengan masalah yang dibahas dalam draf skripsi ini. Hasil telaah tersebut diterapkan dalam pembahasan dengan menggunakan teknik pengutipan secara langsung dan tidak langsung.

3. Metode Pengolahan Data

Dalam rangka pengolahan data, penulis berusaha mengumpulkan sumber kepustakaan kemudian menggunakan pengolahan data secara kualitatif deskriptif berbagai peristiwa yang ada korelasinya dengan draf skipsi ini.

4. Metode Analisis Data

Dalam analisis data ini, penulis akan menggunakan metode yaitu, sebagai berikut:

a. Deduktif, yaitu suatu metode yang digunakan dengan jalan melihat dan menganalisa hal-hal yang bersifat umum lalu diterapkan ke hal-hal yang bersifat khusus.

b. Induktif, yaitu suatu metode yang digunakan dengan jalan melihat dan menganalisa hal-hal yang bersifat khusus lalu diterapkan ke hal-hal yang bersifat umum.

c. Metode Komparatif, yaitu suatu metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisa data dengan jalan membandingkan dari berbagai data yang diperoleh kemudian menarik suatu simpulan.

(11)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Cinta Kepada Allah Swt dengan Pendidikan Islam

Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa cinta kepada Allah akan berimplikasi terhadap pendidikan Islam. Dengan adanya rasa cinta yang tinggi dan besar yang dimiliki oleh seseorang, maka cintanya itu akan berpengaruh terhadap perilaku serta aktivitas yang dilakukannya tidak terkecuali dalam sistem pendidikan.

Seseorang yang dalam hatinya terdapat rasa cinta yang tinggi kepada Allah, akan menjadikan Allah dan Rasul sebagai rujukan serta sebagai hakim dalam setiap perbuatannya baik dia berada pada posisi pendidik maupun sebagai peserta didik. Hal itu dikarenakan orang yang mencintai Allah akan memiliki beberapa indikator sebagai berikut:

1. Beriman kepada Allah karena merekalah orang-orang yang sangat cinta kepada Allah.

2. Mencintai Rasul-Nya sebagai manifestasi dari cinta kepada-Nya.

3. Mencintai dan bersikap lemah lembut antar sesama muslim dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir.45

Ugensi Cinta kepada allah swt dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam

Seseorang yang memiliki rasa cinta kepada Allah akan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Kecintaan kepada Allah akan diwujudkannya dalam bentuk ibadah, kesetiaaan dan ketaatan sebagai sebuah wujud akan keterikatan manusia kepada Tuhannya.

Jika dihubungkan dengan pendidikan, orang yang memiliki rasa cinta kepada Allah akan menjadikan aktivitas pendidikannya sebagai sebuah kegiatan yang bernilai ibadah untuk meraih pahala. Sehingga materi-materi yang diajarkannya akan senantiasa berorientasi pada ajaran yang telah diturunkan oleh Allah baik ayat kauliyah maupun ayat kauniyah. Begitupun dengan metode pendidikannya. orang yang mencintai Allah akan memilih metode yang terbaik sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nahl [16]: 125 yang berbunyi,

45Abdul Mujib, Risalah Cinta: Meletakkan Puja Pada Puji. (Jakarta: PT. Grafindo Persada

(12)

Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah. Dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”46

Dari terjemahan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah Swt telah memerintahkan kepada manusia untuk menyampaikan pelajaran dengan cara yang terbaik agar peserta didik tidak merasa tertekan serta selalu berada dalam suasana yang baik. Dengan metode ini diharapkan peserta didik mampu menyerap ilmu dengan baik untuk mencapai kecerdasan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Cinta kepada Allah memiliki peranan yang sangat penting terhadap pendidikan. Dengan adanya cinta yang besar terhadap Allah Swt, pendidik dan peserta didik akan saling menghargai dan menjaga etika sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Selain itu, materi-materi yang diajarkan serta metode yang digunakan akan selalu sejalan dengan ajaran Islam yang telah ditetapkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

1. Cinta Kepada Allah dan Hubungannya dengan Kurikulum Pendidikan Islam Pendidikan adalah kegiatan ilmiah yang memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Sehingga diperlukan adanya program yang terencana agar dapat menghantarkan proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Perencanaan inilah yang disebut dengan kurikulum pendidikan.

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.47 Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa kurikulum adalah segala sesuatu yang akan dilalui pendidik dan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran baik materi maupun metode yang diterapkan.

Secara garis besar kurikulum dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.48 Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa

46Departemen Agama, op. cit., h. 421 47

Omar Muhammad Al-Toumi Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Terj. Hasan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 478

48Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan. (Cet.

(13)

kurikulum adalah inti dari pendidikan. Ungkapan yang senada diutarakan oleh Muhammad Ali al-Khawli yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Musakkir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam bahwa “kurikulum (manhaj/curiculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.”49

Kurikulum merupakan operasionalisasi tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan pendidikan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum karena ia merupakan salah satu komponen pokok pendidikan. Karena pada hakikatnya kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, strategi belajar mengajar, sarana dan media pembelajaran dan hala-hal lain yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan dilanjutkan dengan penganalisaan serta penafsiran data yang telah penulis lakukan tentang Urgensi Cinta Kepada Allah dalam Meningkat Kualitas Pendidikan Islam, maka pennulis dapat menyimpulkan:

1. Cinta kepada Allah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pendidikan Islam. Hal ini dikarenakan, dengan adanya rasa cinta kepada Allah maka manusia selaku pendidik akan mencintai manusia lain selaku peserta didik. Cinta kepada sesama manusia ini merupakan implementasi dari rasa cintanya kepada Allah karena Rasulullah telah bersabda,

Artinya:

ع

ز

و

ج

ل

(

ر

و

ا

ه

م

س

لم

)

ُالل َ َ

ُ

ل

ُ َ

ُ

س

ي

ر

ح

ُ

ُ َ

م

ه

لُ

ُا

م

ُ َ

ُ

ح

ر

ُي

ل

ُ َ

ُ

ن

م

ُ َ َ

نا

“barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, maka Allah „Azza Wajalla tidak akan menyayanginya

2. Kecintaan kepada Allah dalam meningkatkan kualitas pendidika Islam. Hal ini dikarenakan, dengan adanya rasa cinta yang besar kepada Allah maka pendidik akan senantiasa menjadikan aktifitas pendidikannya sebagai sebuah ibadah dalam rangka mencari keridhaan Allah Swt. Dengan cinta kepada Allah, materi-materi pelajaran yang diberikan serta metode yang diterapkan kepada peserta didik akan senantiasa mengacu pada ajaran dan tuntunan yang telah diturunkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Buah dari

(14)

cinta inilah yang membentuk pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia serta memahami tujuan hidupnya yaitu sebagai hamba Allah sekaligus khalifah Allah di muka bumi yang bertugas untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta memakmurkan alam semesta.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 1995

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002

Arifin, H.M. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. 6; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000

, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Cet. V; Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2000

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996

, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Cet. I; Jakarta: Bumi

Aksara, 1996

Departemen Agama. Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 200

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke- 2, Cet. Ke-4, Jakarta: Balai Pustaka, 199

al-Ghazali, Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi. Bandung: Pustaka Hidayah: 2006 Hafidz, Umar bin Musa. Mahligai Taqwa: Memetik Mutiara Hikmah Ibnu Rajab Al-

Hanbaly. (terj. Syamsuddi TU). Jakarta: Pustaka Azzam, 1998

Hilal-Qur‟an. Al-Qur‟an Terjemah dan Tafsir Per Kata. Bandung: Pondok Yatim Hilal Qur‟an, 2010

http://alghoyami.wordpress.com/2011/06/22/ada-kebahagiaan-di-balik-istiqomah/ Diakses Rabu, 20 Februari 2013

Jalaluddin & Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. Ke III, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999

al-Jauzi, Ibnul Qayyim. Terapi Penyakit Hati. Jakarta: Qisthi Press, 2006

al-Jauzi, Ibnul Qayyim. Mencapai Kesempurnaan. (terj. Abd. Rohim Mu‟thi dan Abu Hana Zulqarnain), Cet. I, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004

(15)

Maktabah Syamilah, Kitab Shahih Muslim. (Bab Rahmatuhu Shallallahu Alaihi Wasallam Asshibyan)

, Kitab Shahih Bukhari. (Bab Shifatun Nabi Shallallahu Alaihi

Wasallam)

, Sunan Abu Dawud . (Bab Dalil Ala Ziyadatil Iman

Wanuqshanihi)

, Kitab Shahih Muslim . (Bab Muba‟adatuhu Shallallahu Alaihi

Wasallam Lil Atsam)

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet. IV; Bandung: PT. Al-Ma‟rif, 1962

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004

Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Ed. I Cet. I; Jakarta: Kencana, 2006

Mujib, Abdul. Risalah Cinta: Meletakkan Puja Pada Puji. Jakarta: PT. Grafindo Persada 2004

Mukni‟ah. Materi Pendidikan Agama Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011 Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. (Kumpulan Essay-Manusia Dan Budaya).

Surabaya: Usaha Nasional, 1989

Naqshabandi, Faqir Zulfiqar Ahmad. Cinta Abadi Para Kekasih Allah (Apendik :

Filsafat Cinta, Cinta & Akal). Cet Pertama, Bandung: Penerbit Marja‟, 2002

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. Satu. Jakarta: Logos Wacana Ilmu 2997

, Metodologi Studi Islam. Ed. XI; Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,

2007

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis). Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Notowidagdo, Rohiman. Ilmu Budaya Dasar Berdasrkan Al-Qur‟an dan Hadits. Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1985

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed: III; Jakarta: Balai Pustaka, 2002

al-Qardhawy, yusuf. niat dan ikhlas. jakarta: pustaka al-kautsar, 1996

al-Qarni, Aidh. Cahaya Pencerahan (Petunjuk al-Qur‟an dan Hadits untuk Meraih

(16)

Rakhmat, Jalaluddin. Renungan-Renungan sufistik. Bandung: MIZAN, 2003

, Meraih Cinta Ilahi (Pencerahan Sufistik). Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya 2001

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. VI; Jakarta: Kalam Mulia, 2008

, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet. I; Jakarta: Kalam Mulia, 1990 Shaleh, A. Rosyad. Management Da‟wah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1977 Siregar, H.A. Rivay. Tasawuf: Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme. Jakarta, PT.

Raja Grafindo Persada: 2002

al-Syaibani, Omar Mohammad Al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam. (terj. Hasan Langgulung). Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Referensi

Dokumen terkait

(Pendidikan Islam bertujuan menyeimbangkan pertumbuhan dari total kepribadian manusia melalui pendidikan spritual, intelektual, rasio, rasa dan fisik manusia. Pendidikan

Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mencapai sasarannya yaitu membina manusia yang beragama dan berbudi pekerti luhur. Memberikan pendidikan anak dengan keteladanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Manifestasi cinta yang terdapat dalam novel Ayat-ayat Cinta meliputi sebagai berikut: a). Cinta kepada Allah, yang dimanifestasikan

Karena masyarakat Indonesia yang majemuk, maka kurikulum Pendidikan Agama islam (PAI) yang ideal adalah kurikulum yang dapat menunjang proses siswa menjadi manusia

Dan sejauh ini dari data yang diperoleh dari penelitian dan interview dilapangan, survey membuktikan bahwa penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui kegiatan

Dapat disimpulkan bahwa setelah penulis analisis dalam film Ayat-Ayat Cinta terdapat 28 gerak.gaya yang dilakukan oleh pelaku yang menunjukkan pesan Pendidikan

Bagaimana sesungguhnya Allah Memandang Kita Allah Mengasihi Kita Citra Allah Kej 1:26 Telapak Tangan Yes 49:16 Allah ingin menjalin relasi pribadi dengan manusia Mintalah…...

Keterkaitan Modernisasi Pendidikan Islam terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia pada Abad 21 Modernisasi pendidikan Islam merupakan suatu perubahan dari keadaan yang