• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Tentang Hukum Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana

Hukum pidana itu ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran -pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan. Dari definisi tersebut di atas tadi dapatlah kita mengambil kesimpulan, bahwa Hukum Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma yang baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatanterhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum.Menurut para ahli Hukum Pidana memiliki pengertian yang berbed-bedaYaitu:

a) Menurut Sudarsono, Pengertian Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan.

b) Menurut WPJ. Pompe, Pengertian Hukum Pidana ialah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang sedikit banyaknya bersifat umum yang abstrak dari keadaan-keadaan yang bersifat konkret.

c) Menurut Wirijino Prodjodikor, Pengertian Hukum Pidana merupakan peraturan hukum mengenai pidana. Kata “pidana”

(2)

19

diartikan sebagai “dipidanakan” dimana oleh instansi tertentu yang berkuasa dilimpahkan kepada seseorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan.1

2. Jenis-jenis Tindak Pidana a) Kejahatan dan Pelanggaran

Dalam KUHP kejahatan diatur di dalam Buku II KUHP. Sedangkan pelanggaran diatur pada Buku III. KUHP tidak menjelaskan kriteria pembagian tindak pidana atas kejahatan dan pelanggaran, namun menurut ilmu pengetahuan, pembedaan tindak pidana atas kejahatan dan pelanggaran bersifat kualitatif dimana kejahatan bersifat rechtsdelict, yakni perbuatan yang bertentangan dengan rasa keadilan, terlepas dari apakah perbuatan itu diancam pidana atau tidak (mala perse).

b) Tindak Pidana Formil dan tindak Pidana Materiil

Pada tindak pidana formil, titik berat perumusanya pada perbuatan yang dilarang.Jadi, tindak pidana formil selesai dengan dilakukannya perbuatan seperti yang tercantum dalam rumusan delik.Misalnya perbuatan mengambil pada tindak pidana pencurian.Pada tindak pidana materil, titik berat perumusannya pada akibat yang dilarang.Tindak pidana tersebut terjadi setelah akibat yang dilarang terjadi.Misalnya, hilangnya nyawa pada tindak pidana pembunuhan.

1 Didik Endro Purwoleksono, Hukum Pidana (Surabaya: Airlangga University Press, 2016), hlm.

(3)

20

c) Tindak Pidana Dolus, Tindak Pidana Culpa, Serta Tindak Pidana Praparte Dolus Pro Parte Culpa.

Tindak Pidana dolus adalah tindak pidana yang memuat unsur kesengajaan.Sedangkan tindak pidana culpa adalah tindak pidana yang memuat unsur kealpaan sebagai salah satu unsurnya. Selanjutnya tindak pidana Proparte Dolus Proparte Culpa adalah tindak pidana yang dalam satu pasal memuat unsur kesengajaan dan unsur kealpaan sekaligus dan ancaman pidananya sama.

d) Tindak Pidana Aduan dan Tindak Pidana Bukan Aduan.

Tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang penuntutanya baru dapat dilakukan setelah ada pengaduan dari orang yang terkena kejahatan.Sedangkan tindak pidana bukan aduan adalah tindak pidana yang dapat dilakukan penuntutnya meskipun tidak ada pengaduan dari orang yang terkena kejahatan.

Tindak pidana aduan dibedakan lagi atas tindak pidana aduan absolute dan tindak pidana aduan relatif.Tindak pidana aduan absolute adalah tindak pidana yang menurut sifatnya hanya dapat dilakukan penuntutnya setelah adanya pengaduan.

Contoh : tindak pidana zina, tindak pidana penghinaan.

Sedangkan tindak pidana aduan relatif adalah tindak pidana yang menjadi tindak pidana aduan karena adanya hubungan istimewa antara si pelaku dengan orang yang terkena kejahatan.

(4)

21

Contoh : tindak pidana pencurian dikalangan keluarga, sebagaimana diatur dalam Pasal 367 KUHP.

e) Tindak Pidana Tunggal dan Pidana berganda.

Tindak pidana tunggal adalah tindak pidana yang cukup dilakukan satu kali perbuatan.Sedangkan tindak pidana berganda merupakan tindak pidana yang baru merupakan tindak pidana jika dilakukan beberapa kali.

Contoh : tindak pidana penadahan sebagai kebiasaan (Pasal 481 KHUP).

f) Tindak pidana Yang Berlangsung Terus Menerus dan Tindak Pidana Yang Tidak Berlangsung Terus Menerus. Untuk tindak pidana yang berlangsung terus menerus, keadaan yang dilarang berlangsung terus menerus.

Contoh : merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP). g) Tindak Pidana Sederhana/Standar, Tindak Pidana diperbuat serta

Tindak Pidana Ringan. Tindak pidana sederhana.

Contoh adalah tindak pidana pencurian (Pasal 362 KUHP), Pembunuhan 338 KUHP.Sedangkan tindak pidana diperbuat adalah tindak pidana yang ancaman pidananya diperberat.Contoh : pencurian yang ancaman pidananya diperberat / pasal 363 KUHP. Sedangkan tindak pidana ringan (Pasal 373 KUHP) serta penggelapan ringan (Pasal 379 KUHP).

(5)

22 3. Unsur-Unsur Tindak Pidana

a) Menurut Prof. Simons, unsur - unsur tindak pidana adalah sebagai berikut :

1) Perbuatan manusia (Positif/Negatif,Berbuat/Tidak berbuat). 2) Diancam pidana

3) Melawan Hukum

4) Dilakukan dengan kesalahan

5) Oleh orang yang mampu bertanggungjawab.

Dari unsur - unsur diatas dapat dibagi ke dalam unsur Objektif dan unsur Subjektif. Unsur Objektif meliputi : perbuatan orang, akibat yang keliahatan dari perbuatan itu, kemungkinan adanya akibat yang menyertai. Contoh unsur dimuka umum dalam Pasal 281. Kemudian Unsur Subjektif meliputi : orang yang mampu bertanggungjawab, adanya kesalahan.

b) Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro, Unsur - unsur tindak pidana meliputi : 1) Adanya norma, yaitu yang dirumuskan dalam Undang-undang. 2) Adanya sanksi atas pelanggaran norma itu dengan hukuman

pidana.

c) Menurut Van Hamel, Unsur - unsur tindak pidana meliputi : 1) Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang 2) Melawan hukum

3) Dilakukan dengan kesalahan 4) Patut dipidana

(6)

23

d) Menurut E. Mezger, Unsur - unsur tindak pidana meliputi :

1) Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia (aktif atau membiarkan)

2) Sifat melawan hukum (baik bersifat objektif maupun yang subjektif)

3) Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang. 4) Diancam pidana

e) Menurut Prof . Moeljatno, Unsur - Unsur tindak pidana meliputi : 1) Perbuatan manusia

2) Memenuhi rumusan undang-undang 3) Bersifat melawan hukkum

f) Menurut H.B Vos mengatakan bahwa unsur - unsur tindak pidana meliputi :

1) Kelakuan manusia

2) Diancam pidana dalam undang-undang

B. Tindak Pidana Perbuatan Curang menurut Pasal 378 KUHP dan Penanggulanganya

Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat (hoedanigheid) palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya. Atau

(7)

24

supaya member utang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pengertian Tindak Pidana Penipuan dengan melihhat dari segi hukum sampai sekarang belum ada, kecuali apa yang dirumuskan dalam KUHP. Rumusan penipuan dalam KUHP bukanlah suatu definisi melainkan hanyalahh untuk mentepakan unsure-unsur suatu perbuatan sehingga dapat dikatakan sebagai penipuan dan pelakunya dapat dipidana.

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

KUHP juga mengatur mengenai tindak pidana penipuan terhadap hak cipta dalam ilmu lapangan kesusatraan, ilmu pengetahuan, atau kesenian.KUHP juga menjelaskan bentuk kejahatan tindak pidana yang termasuk dalam atau dinamakan persaingan curang atau penawaran curang. Tindakan ini meliputi perbuatan menipu untuk memperdaya public atau seorang yang tertentu untuk menarik sesuatu keuntungan di dalam perusahaan sendiri atau orang lain dan karena perbuatan itu dapat ditimbulkan kerugian

(8)

25

bagi saingan, baik saingan dari terdakwa sendiri ataupun dari saingan yang dibela oleh terdakwa.2

1) Unsur-unsur -Unsur Pasal 378 KUHP

Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat danyangmenjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukantugasnya. Dan apabila kita berbicara tentang tindak pidana penipuan, di Indonesia tindak pidana penipuan di atur dalam Pasal 378 KUHP. DalamPasal 378 KUHP, unsur-unsurnya adalah sebagai berikut3

1. Unsure subjektifdariPasal 378 :

a. Denganmaksudmenguntungkandirisendiri. b. Melawanhukum.

2. Unsure objektifdariPasal 378 : a. Barangsiapa.

b. Menggerakan orang lain atau orang lain tersebut. c. Menyerahkansuatubenda. d. Mengadakansuatuperikatanutang. e. Meniadakansuatupiutang. 3. Denganmemakai : a. Sebuahnamapalsu. b. Suatusifatpalsu. c. Tipumuslihat.

2 “UPAYA UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN SITUS JUAL BELI

ONLINE DI INDONESIA” Vol. 14, No 1, 2019, Hal. 98

(9)

26

d. Rangkaian kata-kata bohong.

UU ITE sangat berperan dalam tindak pidana penipuan melalui media social, unsure-unsure subjektifnya ialah :

1. Perbuatan :

a. Mendistribusikan. b. Mentransmisikan.

c. Membuatdapatdiaksesnya.

2. Melawan hukum, yaitu yang dimaksud dengan “tanpahak”

Objeknya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memuat penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Penanggulanganya itu segala daya upaya yang dilakukan oleh setiap orang maupun lembaga pemerintahan ataupun swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi manusia yang ada. Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat di bagi dua yaitu, jalur ”penal” (hukum pidana) dan jalur “non penal” (diluar hukum pidana).

2) Upaya Non Penal (Preventif)

Penanggualangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan

(10)

27

karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomis.

3) Upaya Penal (represif)

Upaya represif adalah suatu upaya penganggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Yang dimaksudkan dalam penanggulangan ini adalah untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatanya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukanya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukanya mengingat sanksi yang di tanggungnya sangat berat.4

C. PengertianPerlindunganHukum, Jual Beli, dan Syarat Sahnya Jual Beli 1. Perlindungan Hukum

Secara etimologi, perlindungan diartikan sebagai tempat berlindung, hal atau perbuatan, memperlindungi. Sedangkan secara terminologi, perlindungan diartikan sebagai perbuatan memberi jaminan atau keamanan, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung kepada yang dilindungi atas segala bahaya atau resiko yang mengancamnya. Hukum secara etimologi, adalah memutuskan sebuah perkara. Sedangkan secara terminologi yang terdapat dalam kamus bahasa

4 “UPAYA PENANGGULANGAN KEPOLISIAN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

(11)

28

Indonesia diartikan peraturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan disepakati baik secara tertulis maupun tidak tertulis, seperti peraturan, undang-undang yang mengikat setiap masyarakat tertentu.5

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.6

Jadi dapat disimpulkan pengertian perlindungan hukum pada hakikatnya hukum memberi perlindungan yaitu memberi kedamaian yang intinya adalah keadilan, dan keadilan yang diberikan oleh hukum tergantung hukum mana yang diatur oleh hukum tersebut.6 Jika yang diatur adalah hubungan antara negara dengan perseorangan maka keadilan yang diberikan adalah memberikan apa yang menjadi jatahnya, tetapi jika yang diatur hubungan antara perseorangan maka keadilan yang diberikan adalah memberikan pada semua orang sama banyak.

2. Jual Beli

Transaksi jual beli dalam kehidupan sehari-hari terjadi antara pelaku usaha dengan konsumen, dimana masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari memerlukan barang dan/atau jasa sebagai keperluan dalam melakukan aktivitas atau dalam berkehidupan bermasyarakat. Menurut Pasal 1457

5 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, 271.

6 Rahayu, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. (Peraturan Pemerintah RI, Nomor 2 Tahun

(12)

29

KUHPerdata yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Berdasarkan pengertian tersebut maka jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan.7

3. Syarat sah Jual Beli

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian 3) Mengenai hal atau objek tertentu

4) Suatu sebab (causal) yang halal karena meyangkut mengenai objek yang diperjanjikan

Syarat sah dari suatu perjanjian tersebut harus terpenuhi jika akan melakukan suatu perjanjian, karena jika tidak memperhatikan syarat sah tersebut maka suatu perjanjian dapat dikatan tidak sah atau dapat batal demi hukum dan nantinya akan menyulitkan pihak yang akan mennggugat jika dikemudian hari terdapat masalah yang muncul. Jika dilihat dari sisi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka menurut Pasal 1474 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pelaku usaha wajib menyerahkan barang dan menanggung barang yang diserahkan atau dijual kepada pihak konsumen. Serta dalam Pasal 1475 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menharuskan penyerahan suatu barang

7 Firman Floranta Adonara. Perjanjian Jual Beli. (Jember, Universitas Jember, 2012).

(13)

30

kepada konsumen tidak boleh mengandung unsur cacat yang tersembunyi pada barang tersebut serta menjamin adanya keamanan terhadap penguasaan oleh pihak konsumen.

4. Hak dan Kewajiban 1) Penjual

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

(14)

31

Dibalik kewajiban Pelaku Usaha, terdapat poin dimana Pelaku Usaha wajib memberikan informasi yang sebenarnya mengenai barang yang dijual, karena dalam kenyataannya masih banyak pelaku usaha yang menjual barang rekondisi tidak memberikan informasi yang jelas dan sebenarnya bahwa barang yang dijual merupakan barang rekondisi. Hal tersebut tertuang di dalam Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di Pasal 7 huruf b yang menyebutkan bahwa “pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan terhadap barang yang dijual kepada konsumen.”

2) Pembeli

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keslamatan dalam mengkomsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan konsumen secara patut.

(15)

32

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, gganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana semestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

Menurut mantan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pernah mengemukakan bahwa konsumen memiliki empat hak dasar, yaitu :8

1. Hak untuk mendapatkan produk yang aman (The right to safe products); 2. Hak untuk mendapat informasi dari suatu produk (The right to he

informed about product);

3. Hak untuk menentukan pilihan dalam memilih produk (The right to defnite choices in selecting products);

4. Hak untuk didengar mengenai kepentingan konsumen (The right to be heard regarding consumer interests);

Hak dasar tersebut telah diakui secara internasional, dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International Organization of Consumers Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan ganti kerugian , dan hak

(16)

33

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, tetapi tidak semua organisasi menerima hak tersebut.9

5. Tanggung Jawab Penjual dan Pembeli

Dalam hukum Islam pertanggungjawaban produsen terhadap konsumen dengan memberikan ganti rugi yang disebut Jawâbir ( penutup maslahat yang hilang). Jawâbir diberlakukan terhadap pelaku kerusakan secara tersalah, tidak disengaja, lalai, sadar, lupa dan bahkan terhadap orang gila serta anak-anak109. Adapun macam-macam bentuk dari ganti rugi dalam Islam yaitu:

a) Dlamân Itlâf ini merupakan ganti rugi yang berkaitan dengan kerusakan atas harta benda dan juga terhadap jiwa dan anggota tubuh manusia.

b) Dlamân„Aqdîn yaitu terjadinya suatu akad atau transaksi sebagai penyebab adanya ganti rugi atau tanggung jawab.

c) Wad‟u Yadîn yaitu ganti rugi akibat kerusakan barang dari perbuatan mengambil harta orang lain tanpa izin dan ganti rugi kerusakan barang yang masih berada di tangan penjual apabila barang belum di serahkan dalam akad yang sah.

d) Dlamâ al- Hailûlah (penahanan) yaitu perbuatan atau kesepakatan yang menyebabkan seseorang membatasi orang lain untuk menggunakan atau berbuat terhadap hartanya.

e) Dlamân al- Maghrûr yaitu ganti rugi atau tanggung jawab karena kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan tipu daya (al gurûr).10

(17)

34

D. Subjek dan Objek Perlindungan Hukum Barang Elektronik

Istilah Subjek hukum berasal dari terjemahan bahasa Belanda rechtsubject atau law of subject (Inggris). Secara umum rechtsubject diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban, yaitu manusia dan badan hukum.

Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut yang dapat mempunyai wewenang hukum. Menurut ketentuan hukum, dikenal dua macam subjek hukum, yaitu manusia dan badan hukum.

Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum (manusia dan badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (objek) suatu hubungan hukum (hak), karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum. Objek hukum juga dikenal dengan Mahallul al-„Aqdi yaitu benda yang berlaku padanya hukum akad, atau disebut juga sebagai sesuatu yang menjadi objekperikatan dalam istilah hukum perdata. Misalnya benda-benda yang dijual dalam akad jual beli. Dalam hal ini hanya benda-benda yang halal dan bersih (dari najis dan maksiat) yang boleh menjadi objek perikatan. Sehingga menurut fiqih jual beli buku-buku ilmu sihir, najis, gharâr,dan maisîr adalah tidak sah.

Dalam hukum pelindungan konsumen, yang menjadi objek hukum adalah prestasinya yaitu konsumen mendapatkan barang yang diperjual belikan dari pelaku usaha sesuai dengan yang diperjanjikan.

10 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen, 235.

(18)

35

1. Perlindungan Hukum Konsumen dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Kedudukan seorang konsumen tidak seimbang dengan pelaku usaha, hal ini dapat dilihat dari faktor ekonomi pelaku usaha yang lebih tinggi dibandingkan konsumen. Hal ini telah menjadi permasalahan yang terus dipelajari agar ditemukan jalan terbaik dalam menyelesaikannya. Hukum perlindungan konsumen inilah yang menjembatani permasalahan yang timbul tersebut.11

Perlindungan konsumen, merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya hukum yang memberikan perlindungan kepada konsumen dari kerugian atas penggunaan produk barang dan/atau jasa. Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifatyang melindungi konsumen. Menurut peraturan perundang-undangan, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan konsumen.12

Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang sangat luas meliputi perlindungan terhadap segala kerugian akibat penggunaan barang dan/atau jasa. Meskipun perlindungan ini diperuntukkan bagi konsumen, namun bukan berarti kepentingan pelaku usaha tidak mendapat perhatian. Karena bagaimanapun, untuk menciptakan iklim

11 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum, 17 12 Ibid.hlm 13.

(19)

36

persaingan usaha yang sehat dan kondusif, keberadaan pelaku usaha sebagai produsen barang dan/atau jasa harus mendapatkan perlakuan adil, dengan memposisikan sebagai mitra konsumen dalam memenuhi kebutuhan sesuai hak dan kewajiaban yang timbul dari suatu perikatan.13

Untuk dapat menegakkan hukum perlindungan konsumen, perlu diberlakukan asas-asas yang berfungsi sebagai landasan penetapan hukum. Pengaturan mengenai asas-asas atau prinsip-prinsip yang berlaku dalam hukum perlindungan konsumen dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa: perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta partisipasi hukum. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai asas perlindungan konsumen adalah sebagai berikut: 1) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan penyelenggaraan

perlindungan konsumen harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2) Asas keadilan dimaksudkan untuk mewujudkan partisipasi

masyarakat secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil.

3) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberi keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil maupun spriritual.

13Ibid. Hlm 45

(20)

37

4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5) Asas kepastian hukum dimaksud agar baik pelaku usaha amaupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.14

Salah satu unsur penting dalam kegiatan usaha ekonomi dan bisnis adalah keberadaan konsumen. Hampir semua orang yang telah menggunakan produk barang dan/atau jasa yang beredar di masyarakat (pasaran) dapat dikatagorikan sebagai konsumen. Begitu besarnya jumlah konsumen yangmenggantungkan kebutuhannya pada suatu produk yang beredar di masyarakat, menyebabkan keberadaannya perlu mendapatkan perlindungan. Sebagai tindak lanjut, pemerintah telah memberlakukan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya diri ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

14 Burhanuddin S. Pemikiran Hukum, 4.

(21)

38

3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.15

Tujuan perlindungan konsumen pada hakikatnya adalah untuk mencapai maslahat dari hasil transaksi ekonomi/bisnis. Pengertian maslahat dalam kegiatan ekonomi/bisnis adalah perpaduan antara pencapaian keuntungan dan berkah. Keuntungan diperoleh apabila kegiatan usaha memberikan nilai tambah dari aspek ekonomi, sedangkan berkah diperoleh sesuai prinsip-prinsip syariah. Karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, diperoleh kesadaran dari para pelaku usaha untuk selalu mengedepankan perbuatan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dan peraturan lainnya yang berlaku secara yuridis formal.

2. Barang Rekondisi

(22)

39

Barang rekondisi adalah barang bekas yang diperbarui dan pengkondisian ulang dengan sedikit perbaikan, sehingga mendekati kualitas baru untuk kemudian dibuat dus dan label baru. Produk ini tidak memenuhi standard kualitas, atau cacat produk. Kemudian produk ini dijual lagi di pasaran dengan harga jauh lebih murah bahkan mencapai 30% dari harga aslinya. Garansi yang diberikan lebih pendek jangka waktunya dibandingkan dengan barang resminya.16

3. Elektronik

Pengertian barang elektronik adalah alat-alat yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip elektronika, hal atau benda yang mempergunakan alat-alat yang dibentuk atau bekerja atas dasar elektronika.

Elektronik terdapat dua kegunaan, yang pertama, elektronik konsumen (Consumer Electronics,) adalah alat elektronik yang ditujukan untuk penggunaan sehari-hari dan dapat digunakan untuk hiburan, komunikasi, serta bisnis. Penyiaran radio pada awal abad ke-20 menciptakan produk konsumen terbesar pada saat itu, yaitu penerima siaran radio. Produk selanjutnya yang termasuk dalam elektronik konsumen adalah komputer pribadi, telepon, pemutar MP3, perangkat audio, televisi, kalkulator, sistem navigasi kendaraan GPS, kamera digital, serta pemutar dan perekam media video seperti DVD, VHS, atau perekam kamera video (camcorder). Secara meningkat, produk-produk ini telah menjadi dasar teknologi digital, dan telah bergabung dengan industri komputer.Saat ini, pasar elektronik konsumen

16 Ibid. hlm 49.

(23)

40

global terutama dikuasai oleh produsen dari Amerika Serikat, Jepang, dan Korea.

Yang kedua adalah media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio,presentasi multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital.17

17 Wikipedia, Media Elektronik, http://id.wikipedia.org/wiki/Media_elektronik. (diakses tanggal

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Perluang pasar untuk produk CPO dan turunanya menurut hemat kami adalah tetap fokus mencoba penetrasi pasar dengan produk-produk yang masuk dalam kategori NCM 15119000

Menurut survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti, faktor-faktor yang menjadi pasien tidak ingin kembali dirawat di RSUD Raden Mattaher Jambi adalah adanya

Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah prestasi manajemen pada setiap rumah sakit telah sesuai dengan kebijakan ketentuan dan

pengelolaan limbah RS, panduan hand hygiene, panduan APD (alat perlindungan diri), pelaksanaan survailans (phlebitis, infeksi saluran kemih (ISK),

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti efek perbandingan dari teh hijau dan teh hitam terhadap efek hemostasis pada luka potong ekor mencit

Slogan-slogan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tetapi ajar- an yang harus diamalkan oleh para santri dan jamaah Pondok Pesantren Bi Ba’a Fadlrah. Berfungsi juga

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji problematika guru geografi pada materi penginderaan jauh dan SIG. Metode yang digunakan adalah metode