• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Arthritis Rheumatoid 1. Pengertian

Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi atau nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri (Yulianti, et., 2013)

Arthritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cinderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara sistematis (NIC-NOC,2015)

Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dengan target utama adalah sendi. Arthiritis rheumatoid tidak hanya mengenai lapisan sinovial sendi tetapi juga dapat mengenai organ-organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru, dan mata (Suarjana,2014).

2. Klasifikasi ( Buffer, 2010)

a. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

b. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

c. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

d. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

(2)

3. Etiologi

Penyebab arthritis rheumatoid tidak diketahui. Faktor genetik diyakini memainkan peran dalam perkembangannya, kemungkinan kombinasi dengan faktor lingkungan.

Beberapa penelitian menemukan bahwa perokok berat meningkatkan resiko untuk terjadinya arthritis rheumatoid. Diketahui bahwa insidens arthritis rheumatoid menurun selama 40 tahun terakhir, mendukung teori bahwa faktor lingkungan dapat berubah dan dapat meningkatkan atau melindungi terhadap arthritis rheumatoid. Rangkaian arthritis rheumatoid beragam dan berfluktuasi pada orang yang mengalami arthritis rheumatoid, lebih besar peningkatan resiko infeksi, perdarahan GI, dan penyakit kardiovaskular

(3)

4. Patofisiologi

Nyeri

Informasi tentang proses penyakit

Kurang pengetahuan

Kerusakan Kartlago Tulang

Tendon & Ugamen Meleleh

Mudah Luksasi & Sublukasi Hilangnya kekuatan otot Resiko cedera Reaksi Peradangan Sinovial Menebal

Pannus Nodul Defronitis Sendi Gg body image

Infilitrasi e dlm os. Subcondria

Hambatan Nutrisi pada kartialago artikularis

Kartiologi nekrosis

Erosi Kartiologi

Infilitrasi e dlm os. Subcondria

Adhesi pd permukaan sendi

Ankilosis pibrosa Ankilosis Tulang Mudah Luksasi & Sublukasi

Gg. Mobilitas fisik

Terbatasnya gerakan sendi

Defisit self care Rekasi Faktor R dengan atibody,

faktor metobolikk, infeksi dengan kecendrungam virus

(4)

5. Manifestasi Klinik

Awitan arthritis rheumatoid biasanya tersembunyi dan perlahan-lahan, walaupun sekitar 15% kasus dapat memiliki awitan akut. AR dimulai dengan manifestasi sistemik umum pada inflamasi, meliputi demam, kelelahan, kelemahan, anoreksia, kehilangan berat badan dan nyeri serta kekakuan diseluruh tubuh. Manifestasi lokal juga muncul secara bertahap dalam hitungan minggu atau bulan. Secara khas, sendi akan menjadi nyeri, nyeri pada penekanan, dan kaku. Nyeri pada fase awal penyakit disebabkan oleh tekanan akibat pembengkakan. Pada fase lanjut, nyeri disebabkan oleh sklerosis tulang subkondral dan pembentukan tulang baru. Rasa nyeri serta ketidakmampuan untuk melakukan fungsi normal adalah alasan utama datang untuk mencari pertolongan secara medis. Kekakuan biasanya berlangsung sekitar 1 jam setelah bangun pagi.

6. Komplikasi

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi, efek ini meliputi :

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi dibawah kulit yang disebut subcutan nodule.

b. System muskuloskeletal : pada otot dapat terjadi myosis karena proses granulasi jaringan otot dan osteoporosis.

c. System pembuluh darah : troemboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

d. Splenomegali : splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

e. System pencernaan : pada system pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid

(5)

f. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas sehingga sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.

g. Infeksi : pasien dengan AR memiliki resiko lebih besar untuk infeksi. Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan resiko.

h. Penyakit paru-paru : sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi peradangan paru dan fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis AR, namun temuan ini dapat dikaitkan dengan merokok.

i. Sindrom felty : kondisi ini ditandai dengan splenomegali, leukopenia dan infeksi bakteri berulang.

j. Limfoma dan kanker lainnya : AR terkait perubahan system kekebalan tubuh. (Shiel, 2011)

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1) NSAID dan analgesik ringan digunakan untuk meredakan proses inflamasi dan mengelola manifestasi penyakit. Meskipun obat ini dapat meredakan gejala AR, mereka tampaknya memiliki sedikit efek pada perkembangan penyakit.

2) Metode kedua menggunakan kartikosteroid oral dosis rendah untuk meredakan nyeri dan inflamasi. Kartikosteroid intra-artikular dapat digunakan untuk memberi peredaan sementara pada pasien.

3) Kelompok obat berbeda diklasifikasikan sebagai obat antireumatik pemodifikasi penyakit (disease-modifying antirheumatic drugs, DMARD). Panduan terbaru dari American College of Rheumatology (2008) menganjurkan penggunaan dini DMARD, terutama untuk pasien yang mengalami aktivitas penyakit yang tinggi, keterbatasan fungsional, atau penyakit ekstra-artikular.

b. Penatalaksanaan keperawatan

1) Pendidikan kesehatan pada klien tentang penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dengan pasien.

(6)

2) Reumatik biasanya menimbulkan rasa lelah yang hebat, oleh karena itu penderita AR harus bisa membagi waktunya saat beraktivitas dengan waktu istirahatnya.

3) Latihan fisik seperti berolahraga untuk mempertahankan fungsi sendi.

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan cairan sinovial b. Pemeriksaan darah tepi

c. Pemeriksaan kadar sero-imunologi d. Sinar X dari sendi yang sakit e. Artroskopi langsung

f. Biopsi membran sinovial

B. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) 1. Pengertian Nyeri

a. Mc. Coffery mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

b. Wolf weifsel Feurst mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

c. Arthur C. Curton mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

2. Manajemen Nyeri a. Sifat Dasar Nyeri

Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal, stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik atau mental yang terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang

(7)

melelahkan dan membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna hidup.

b. Fisiologi Nyeri 1) Nosisepsi

System saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khususnya bertugas mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan.

a) Transduksi.

Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (mis, bahan kimia, suhu, listrik, atau rangsangan) memicu pelepasan mediator biokimia (mis, prostaglandin, bradikinin, histamine, substansi p).

b) Transimisi.

Pada bagian pertama, nyeri merambat serabut saraf perifer kemedula spinalis. Bagian kedua nyeri dari medula spinalis menuju batang otak dan talamus melalui jaras spinotalamikus (STT). Selanjutnya pada bagian ketiga impuls yang di transmisikan melalui STT mengaktifkan respons otonomi dan limbik.

c) Persepsi.

Individu mulai menyadari adanya nyeri. d) Modulasi.

Pada fase ini, disebut juga system desenden. Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medulla spinalis. Serabut desenden melepaskan substansi.

2) Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya berlangsung dalam waktu lama, yaitu lebih dari enam bulan.

(8)

Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status ekstensi. Sumber Sebab eksternal atau penyakit

dari dalam.

Tidak diketahui pengobatan yang terlalu lama.

Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang,

dan terselubung.

Waktu Sampai enam bulan. Lebih dari enam bulan sampai bertahun-tahun

Pernyataan Nyeri Daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti.

Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit dievaluasi (perubahan perasaan) Gejala-gejala Klinis Pola respons yang khas dengan

gejala yang lebih jelas.

Pola respons yang bervariasi dengan sedikit gejala (adaptasi)

Pola Terbatas. Berlangsung terus, dapat

bervariasi. Perjalanan Biasanya berkurang setelah

beberapa saat.

Penderitaan meningkat setelah beberapa saat.

Perbedaan Nyeri Somatis dan Viseral

Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral

Superfisial Dalam

Kualitas Tajam, menusuk, membakar.

Tajam, tumpul, nyeri terus.

Tajam, tumpul, nyeri terus, kejang.

Menjalar Tidak. Tidak. Ya.

Stimulasi Torehan, abrasi terlalu panas dan dingin.

Torehan, panas, iskemia pergeseran tempat.

Distensi, iskemia, spasmus, iritasi kimiawi (tidak ada torheran).

(9)

Refleks kontraksi otot

Tidak. Ya. Ya.

3) Tingkatan Nyeri a) Skala intensitas

10 : Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.

9,8,7 : Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.

6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk. 5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak. 4 : Nyeri seperti kram atau kaku. 3 : Nyeri seperti perih atau mules. 2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul.

1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan. 0 : Tidak ada nyeri.

b) Tipe nyeri

10 : tipe nyeri sangat berat. 7-9 : tipe nyeri berat.

4-6 : tipe nyeri sedang. 1-3 : tipe nyeri ringan.

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST, yaitu sebagai berikut. a. P (pemacu) yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

b. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

c. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.

d. S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.

(10)

Kebutuhan Aktivitas 1. Pengertian

Kebutuhan aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas.

2. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas a. Mobilitas

1) Pengertian Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. 2) Jenis Mobilitas

a) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.

c) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada system musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.

d) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.

3) Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

a) Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehari-hari.

(11)

b) Proses penyakit/cidera. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstermitas bagian bawah.

c) Tingkat energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energi yang cukup.

d) Usia dan status perkembangan.

b. Imobilitas

1) Pengertian imobilitas

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas, dan sebagainya.

2) Jenis imobilitas

a) Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan. b) Imobiltas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berfikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.

c) Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.

d) Imobilitas sosial, yakni keadaan dimana seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

C. KONSEP KELUARGA 1. Pengertian Keluarga

Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi teoritis yang digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori

(12)

interaksi, sistem atau tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai berikut:

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan memalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (dalam Andarmoyo, 2012).

Logan’s

Keluarga adalah sebuah sistem social dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berintraksi satu dengan yang lainnya (dalam Andarmoyo, 2012).

Depkes RI (2012)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan (dalam Andarmoyo, 2012).

Allender dan Spradley (2011)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas (dalam Tantut, 2012).

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, inteleransi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya yaitu lingkungan (masyarakat) dan sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat memengaruhi masyarakat (prasistem).

(13)

2. Jenis/Tipe keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2013 (dalam Susanto, 2012):

a. Tradisional

1) The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah.

2) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.

3) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.

4) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.

5) The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakeknenek), keponakan.

6) The single-parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

(14)

7) Commuter family

Kedua orang tua bekerja di Kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktuwaktu tertentu.

8) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang Sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televise, telepon, dan lain-lain.

10) Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

11) The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

b. Non Tradisional

1) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

(15)

2) The stepparent family

Keluarga dengan orangtua tiri. 3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang Sama, pengalaman yang Sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama. 4) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana marital partners‟.

6) Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.

8) Group nework family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anak.

(16)

9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

10) Homeless family

Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari:

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Patriakal

(17)

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. d. Matriakal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Peran Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagi anggota masyarakat kelompok sosisal tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Setiadi, 2008).

5. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif

(18)

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga yaitu : sandang, pangan, dan papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

6. Tahapan Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua memasuki masa tua d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

(19)

D. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keperawatan (hal yang perlu dikaji sesuai dengan teori pengkajian keluarga Friedman)

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahap pengkajian ini merupakan tahapan yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga.

Pengkajian keluarga model Friedman

a. Data pengenalan keluarga

b. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga c. Data lingkungan d. Struktur keluarga e. Fungsi keluarga f. Koping keluarga 1) Tahapan-tahapan pengkajian a) Penjajakan I

Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain : a. Data umum

b. Riwayat data dan tahapan perkembangan c. Lingkungan

d. Struktur keluarga e. Fungsi keluarga

f. Stress dan koping keluarga g. Harapan keluarga

(20)

Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.

b) Penjajakan II

Penjajakan yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.

Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga. d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan (menjelaskan jenis diagnosa keperawatan actual, resiko, dan sejahtera / potensial)

Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.

a. Struktur Diagnosa Keperawatan 1) Problem/masalah

2) Etiologi/penyebab

3) Sign and symptom/tanda dan gejala

b. Tipe dan Komponen Diagnosa Keperawatan Keluarga

(21)

Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu ciri dari pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Diagnosa keperawatan actual memiliki tiga komponen diantaranya adalah problem, etiologi, dan symptom.

a) Problem

Yang mengacu pada permasalahan yang dihadapi klien. b) Etiologi (faktor yang berhubungan)

Faktor penyebab yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan.

c) Symptom (batasan karakteristik)

Yang menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subyektif, dan obyektif.

2) Resiko (ancaman kesehatan)

Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.

3) Potensial/ sejahtera

Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal.

Diagnosa yang terdapat diteori adalah: 1. Nyeri akut

2. Hambatan mobilitas fisik 3. Gangguan citra tubuh 4. Defisit perawatan diri

c. Prioritas Masalah 1) Kriteria

2) Bobot 3) Pembenaran

(22)

4) Kriteria Penilaian (Dalam buku Aplikasi Askep Keluarga. Komang. A.H.A, 2010)

Skala untuk Menentukan Prioritas (Maglaya, 2009)

NO. KRITERIA NILAI BOBOT

1. Sifat masalah

 Tidak/ kurang sehat

 Ancaman kesehatan  Keadaan sejahtera 3 2 1 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

 Mudah  Sebagian  Tidak dapat 2 1 0 2

3. Potensial masalah untuk dicegah

 Tinggi  Cukup  Rendah 3 2 1 1

(23)

4. Menonjolnya masalah

 Masalah berat harus segera

ditangani

 Ada masalah tetapi tidak perlu

segera ditangani

 Masalah tidak dirasakan

2 1 0 1 Keterangan : e. Cara Skoring

Skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut : 1) Tentukan skore untuk tiap kriteria

2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skore

Bobot

Angka Tertinggi

3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria

4) Skore tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

3. Perencanaan Keperawatan a. Penetapan Tujuan

Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi :

(24)

Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari. Pecantum jangka waktu ini adalah untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tujuan Jangka Pendek

Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan keperawatan adalah:

1. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan 2. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai

3. Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart adalah :

1. Berfokus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada keadaan keluarga “apa” yang harus dilakukan keluarga, kapan, dan sejauh mana tindakan akan dilaksanakan.

2. Singkat dan jelas, untuk memudahkan perawat dalam mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan. Perawat harus menghindari kata-kata yang terlalu panjang dan bermakna ganda.

3. Dapat diobservasi dan diukur, tanpa hasil yang dapat diukur proses keperawatan tidak dapat diselesaikan. Perawat harus menghindari penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah tersebut sulit untuk diukur.

(25)

4. Realistik, ini harus disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia dirumah.

b. Penetapan Intervensi

1. Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah 2. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga 3. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan

4. Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan

5. Rencanakan tindakan keperawatan dapat dilakukan secara terus menerus oleh keluarga.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain :

a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.

b. Implementasi dilakukan dengan tetap mempertahankan prioritas masalah. c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.

d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab.

5. Evaluasi Keperawatan a. Sifat Evaluasi

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dan proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncana perawatan. Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu :

(26)

1) Tujuan tidak realistis.

2) Tindakan keperawatan tidak tepat.

3) Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi.

b. Kriteria dan Standar

Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tepat yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standart telah menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.

c. Evaluasi kuantitatif dan Kualitatif

Dalam evaluasi kuantitatif menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan, misalnya : jumlah imunisasi, kunjungan ANC pada ibu hamil. Evaluasi kuantitatif kelemahannya hanya mementingkan jumlah, padahal belum tentu banyaknya kegiatan yang dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang memuaskan.

Evaluasi kualitatif dapat dilihat dari :

1) Evaluasi Struktur

Berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan.

Contoh :

a) Penguasaan materi bagi petugas. b) Sumber-sumber keluarga

c) Penyediaan media untuk keluarga d) Tersedianya tempat.

2) Evaluasi Proses

Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. Contoh :

(27)

a) Penyuluhan sesuai dengan strategi penyampaian. b) Waktu pelaksanaan tepat.

c) Keluarga antusias saat penyuluhan berlangsung.

3) Evaluasi Hasil

Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan : Contoh :

a) Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian RA dengan menggunakan bahasa sendiri.

b) Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengompres yang benar.

d. Metode-metode Evaluasi 1) Observasi langsung.

2) Memeriksa laporan dan observasi langsung. 3) Wawancara

4) Latihan stimulasi.

e. Catatan Perkembangan

Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan.

Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan tuntunan pada perawat dengan uraian sebagai berikut :

1) Subjektif

Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.

(28)

2) Objektif

Data yang bisa diamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi, perkusi, atau auskultasi sehingga dapat dilihat kemajuan kemunduran pada sasaran perawatan

sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.

3) Analisa

Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan dapat tertanggulangi.

4) Planning

Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan dan modifikasi bagi perawat.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Presentase rata-rata aktivitas belajar siswa pertemuan pertama kelas eksperimen yaitu 60%, pada pertemuan kedua presentase aktivitas siswa meningkat menjadi

• Anggaran neraca adalah anggaran yang paling terakhir yang disusun oleh perusahaan dalam proses penyususan anggaran induknya (master budgeting) yang mana menyajikan informasi

Dari variasi aktifitas tersebut diatas, siswa akan mendapatkan manfaat sebagai berikut, (1) kejenuhan siswa dalam pelajaran membaca akan terkurangi sebab mereka

Terjadi peningkatan angka Filling atau penambalan 10 gigi dalam waktu satu tahun ternyata pada saat wawancara para responden menjadi pasien dari mahasiswa Jurusan

Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrument yaitudalam pelaksanaan tes tertulis diperoleh data

Bahan kimia meli%u$i Da$,Da$ ang di%erlukan dalam %er(obaan,%er(obaan H +engenalan Reaksi Kimia3 7eknik +emisahan dan +emurnian3 7i$rasi sam,Basa3 9lek$rokimia3 9nerge$ika3

Al A’raaf ( 7 :157 ) (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang