• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Analisis Kation Golongan I dan II.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Analisis Kation Golongan I dan II.pdf"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA ANALISIS KATION GOLONGAN I DAN II

Disusun Oleh :

Nama : Fauzia Budi Mariska NIM : 12312241038

Prodi : Pendidikan IPA A 2012 Kelompok : 2a

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

(2)

A. Judul

Analisis Kation Golongan I dan II B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kation golongan I (Ag+) dan golongan II (Hg2+, Cu2+, Sn2+).

C. Dasar Teori

Analisis kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisis ini berlaku untuk kation dan anion, analisis ini dinamakan analisis kualitatif karena hanya menentukan jenis ion yang ada dalam campuran. Dalam melakukan analisis kualitatif menggunakan seperangkat prosedur yang dinamakan bagan analisis kualitatif. Pendekatan yang digunakan untuk memisahkan kation ke dalam golongannya adalah melalui pengendapan. Hasil akhir dari suatu analisa suatu sampel adalah penetapan ada atau tidakin ya masing-masing ion dalam bagan analisis kualitatif (Petrucci, 1992: 352).

Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia (Cokrosarjiwanto, 1977 : 14).

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagnesia. Dengan memakai apa yang disebut reagnesia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagnesia golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi kation yang palin umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagnesia-reagnesia ini dnegan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaa kelarutan dari klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut (Svehla, 1985 : 2003).

Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990: 203-204). Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:

(3)

- Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.

- Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.

- Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan kobalt.

- Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.

- Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen.

Berikut merupakan tabel pemisahan kation ke dalam golongan reaksi pengendapannya dengan berbagai reagen:

(Sumber: Raymond Chang. 2005:155)

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Harjadi. 1990: 58).

(4)

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk Kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan ataupun sentrifugasi. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan larutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekarjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer.kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(l) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Masterton, 1991).

D. Alat dan Bahan Alat

1. Tabung reaksi 2. Pembakar spiritus 3. Penjepit tabung reaksi 4. Pipet tetes Bahan 1. Larutan HCl 0,1 M 2. Larutan AgNO3 0,1 M 3. Larutan NH4OH 0,1 M 4. Larutan Na 2S2O3 0,1 M 5. Larutan Kalium Kromat 0,1 M 6. Larutan KI 0,1 M

7. Larutan HgCl2 0,1 M 8. Larutan NaOH 0,1 M 9. Larutan SnCl2 0,1 M 10. Larutan CuSO4 0,1 M

(5)

11. Larutan Kalium Ferrosianida 0,1 M 12. Larutan KSCN 0,1 M 13. Larutan SnCl2 0,1 M 14. Larutan KOH 0,1 M E. Prosedur Kerja 1. Analisis ion Ag+ a. b. c.

Menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3pada bagian kedua.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Menuangkan 10 tetes larutan HCl ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

Menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3pada bagian kedua.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Menuangkan 10 tetes larutan Na2S2O3ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

Menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan AgNO3 sampai endapan yang terbentuk larut kembali.

(6)

d. e. 2. Analisis ion Hg2+ a. b. c. d.

Menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan asam nitrat pada bagian kedua.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan kalium kromat ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

Menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Menuangkan 10 tetes larutan KI ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

Menuangkan 10 tetes larutan asam pada

bagian

pertama dan 10 tetes larutan NH4Cl pada bagian kedua.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Menuangkan 10 tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan HgCl2.

Menuangkan 10 tetes Na2CO3ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 dan mengamati perubahan yang terjadi.

Menuangkan 10 tetes NaOH ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 dan mengamati perubahan yang terjadi.

Menuangkan 10 tetes kalium kromat ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 dan mengamati perubahan yang terjadi.

(7)

e. f. 3. Analisis ion Cu2+ a. b. c. d.

Menuangkan 10 tetes KI ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 . Kemudian menambahkan larutan KI berlebihan.

Menuangkan 10 tetes SnCl2ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 , mula-mula sedikit hingga berlebih. Dan mengamati perubahan yang terjadi.

. Memanaskan endapan dengan menggunakan pembakar spritus. Menuangkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam 10 tetes larutan CuSO4.

Menuangkan 10 tetes larutan asam mineral (HCl) pada bagian pertama dan 10 tetes larutan amonia pada bagian kedua.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Menuangkan 10 tetes larutan Na2CO3ke dalam 10 tetes larutan CuSO4.

Menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 sampai berlebihan hingga terjadi endapan yang permanen.

Menuangkan 10 tetes KSCN ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 dan mengamati perubahan yang terjadi.

(8)

4. Analisis ion Sn2+ a.

b.

F. Data Hasil Pengamatan 1. Analisis ion Ag +

No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan a. AgNO3+ HCl AgNO3 (aq)+ HCl (aq) AgCl (s) +

HNO3 (aq)

Larutan berwarna putih keruh,

AgCl+NH4OH AgCl(s)+NH4OH(aq) 𝐴𝑔(𝑁𝐻3)2+

𝐶𝑙−+ 𝐻 2𝑂

Larutan putih keruh, terdapat endapan

AgCl+Na2S2O3 2AgCl(s)+Na2S2O3(aq) 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 +

2𝑁𝑎𝐶𝑙

Larutan berwarna putih kekuningan, terdapat endapan putih

b. AgNO3+Na2S2

O3

AgNO3(aq)+Na2S2O3(aq) 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3

+ 𝑁𝑎𝑁𝑂3

Larutan berwarna hitam kecoklatan, terdapat endapan hitam 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 +NH4OH 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 + NH4OH 𝐴𝑔(𝑁𝐻3)2 + + S2O32- + H2O Larutan berwarna kehitaman keruh, terdapat endapan hitam 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 +Na2S2O3 Ag2S2O3 + Na2S2O3  2Na+ + [Ag2(S2O3)2] 2-Larutan berwarna kehitaman keruh, terdapat endapan hitam c. AgNO3+NH4O

H

AgNO3(aq)+ NH4OH (aq)

𝐴𝑔(𝑁𝐻3)2 + 𝐻𝑁𝑂3+ 𝑂𝐻

Larutan berwarna putih keruh, terdapat endapan . Menambahkan 10 tetes larutan SnCl2 , kemudian menyelidiki perubahan

yang terjadi.

Menuangkan 10 tetes larutan HgCl2ke dalam 10 tetes larutan SnCl2.

Menambahkan 10 tetes larutan KOH berlebihan, kemudian menyelidiki perubahan yang terjadi.

(9)

putih

Setelah penambahan ammonia berlebih endapan larut kembali warna larutan menjadi bening. d. 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐾2𝐶𝑟𝑂4 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐾2𝐶𝑟𝑂4𝐴𝑔2𝐶𝑟𝑂4 + 𝐾𝑁𝑂3 Larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata 𝐴𝑔2𝐶𝑟𝑂4+

NH4OH

𝐴𝑔2𝐶𝑟𝑂4+ NH4OH

(Ag(NH3)2)2CrO4 + 4 H2O

Larutan berwarna putih kekuningan, terdapat endapan putih keruh

Ag2CrO4 +

HNO3

Ag2CrO4 + HNO3

Ag2NO3+H2CrO4

Larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata e. 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐾𝐼 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐾𝐼 𝐴𝑔𝐼 + 𝐾𝑁𝑂3 Larutan berwarna putih

kekuningan, terdapat endapan

AgI + NH4OH AgI + NH4OH  AgOH + NH4I Larutan berwarna putih

kekuningan, terdapat endapan putih keruh

AgI +

𝑁𝑎2𝑆2𝑂3

𝐴𝑔𝐼 + 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 → Ag2S2O3 + NaI Larutan berwarna putih

kekuningan, terdapat endapan putih

2. Analisis ion Hg 2+

No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan a. HgCl2+

NH4OH

HgCl2 (aq)+ NH4OH (aq) Hg(OH)2

+ NH4Cl

Larutan bening, terdapat endapan putih

Hg(OH)2 +

HCl

Hg(OH)2 + HCl  HgCl2 + H20 Larutan putih keruh,

terdapat endapan putih

Hg(OH)2

+NH4Cl

Hg(OH)2 +NH4Cl) HgCl2 +

NH4OH

Larutan putih, terdapat endapan putih susu

(10)

b. HgCl2+

Na2CO3

HgCl2+ Na2CO3  HgCO3 + HCl Laritan merah

kecoklatan, terdapat endapan merah bata c. HgCl2+ NaOH HgCl2(aq)+2NaOH(aq)HgO(s)+2Na

Cl(aq)+H2O(l)

Larutan berwarna kuning telur, terdapat endapan warna kuning telur

d. HgCl2+K2CrO 4

HgCl2(aq)+K2CrO4(aq)

Hg2CrO4(s)+ 2KCl

Larutan berwarna kuning, terdapat endapan oranye

e. HgCl2+KI HgCl2(aq)+2KI(aq) HgI2 +2KCl Larutan berwarna

oranye, terdapat endapan

Setelah penambahan KI berlebih larutan menjadi bening

f. HgCl2+SnCl2 HgCl2 (aq)+ SnCl2 (aq) Hg + SnCl4 Larutan keruh, tidak

terdapat endapan.

Setelah penambahan SnCl2 berlebih larutan tetap keruh dan tidak terdapat endapan.

3. Analisis ion Cu 2+

No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan a. CuSO4+

NaOH

CuSO4 (aq)+ 2NaOH (aq) Cu(OH)2

+ Na2SO4

Larutan berwrna biru, terdapat endapan warna biru

Setelah dipanaskan Larrutan bening,

terdapat endapan coklat kehitaman

b. CuSO4+

Na2CO3

CuSO4 + Na2CO3  CuCO3 +

Na2SO4

Warna larutan biru, terdapat endapan

(11)

CuCO3 + HCl CuCO3 + HCl  CuCl2 + HCO3 Warna larutan keruh putih kebiruan CuCO3 + NH4OH CuCO3 + NH4OH  [CuNH3]+ + HCO3 + OH

-Larutan berwarna biru tua c. CuSO4+ NH4OH CuSO4 + NH4OH Cu(OH)2 + NH3SO4 Larutan berwarna kebiruan, terdapat endapan putih. Setelah penambahan ammonia berlebih endapat larut menjadi biru bening.

d. CuSO4+KSCN CuSO4(aq)+KSCN(aq) Cu(SCN)2 +

K2SO4

Larutan berwarna hijau bening, tidak terdapat endapan

4. Analisis ion Sn 2+

No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan 1. SnCl2+ HgCl2 SnCl2 (aq)+ HgCl2 (aq) Hg(Cl2)2 +

Sn2+

Larutan berwarna putih keruh, tidak terdapat endapan. Setelah ditetesi 10 tetes larutan SnCl2

lagi larutan tetap tidak terjadi perubahan

2. SnCl2+KOH SnCl2(aq)+2KOH(aq) Sn(OH)2 (s) +

K2Cl2

Larutan berwarna putih keruh. Setelah ditambahkan KOH berlebih larutan menjadi keruh ada endapan namun lama kelamaan larutan menjadi bening kembali.

(12)

G. Pembahasan

Percobaan yang berjudul “Analisis Kation Golongan I dan II” yang dilakukan pada Hari Rabu, 11 November 2015 di Laboratorium Kimia Analisis, FMIPA, UNY ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation golongan I (Ag+) dan golongan II (Hg2+, Cu2+, Sn2+). Pada percobaan ini praktikan menggunakan beberapa alat antara lain tabung reaksi dengan jumlah 8 buah, pembakar spiritus, penjepit tabung reaksi dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beberapa larutan dengan konsentrasi masing-masing 0,1 M. larutan tersebut antara lain larutan HCl, larutan AgNO3, larutan NH4OH, larutan Na2S2O3, larutan Kalium Kromat, larutan KI, larutan HgCl2, larutan NaOH, larutan SnCl2, larutan CuSO4, larutan Kalium Ferrosianida, larutan KSCN, larutan SnCl2 dan larutan KOH. Dalam percobaan ini praktikan hanya melakukan analisis kation pada golongan I yaitu pada ion Ag+ dan pada golongan II pada ion Hg2+, Cu2+, Sn2+, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan reagen yang disediakan oleh laboran.

Analisa kation, merupakan suatu bagian dari analisis ion yang dibagi menjadi analisis kation dan anion, untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation. Kation di klasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan kation dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan secara selektif.

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat. klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi, klasifikasi kation yang paling umum di dasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut.

Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing analisis kation yang telah praktikan, adalah sebagai berikut:

1. Analisis ion Ag+

Analisis ion Ag+ yang dilakukan praktikan meliputi 5 percobaan yang berbeda. Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan cara menuangkan 10 tetes larutan HCl ke dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian, kemudian menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua. Berdasarkan percobaan tersebut praktikan mendapatkan hasil bahwa ketikan kedua reagen tersebut

(13)

direaksikan akan menghasilkan larutan berwarna putih keruh yang mengindikasikan terdapat endapan, sebab larutan yang berubah warna menjdai keruh pasti akan mengendap. Berikut merupakan reaksi yang terjadi:

AgNO3 (aq)+ HCl (aq) AgCl (s) + HNO3 (aq)

Berdasarkan literatur, reaksi antara asam klorida encer dengan larutan perak nitrat akan membentuk endapan putih perak klorida (Svehla, 1990: 217). Warna putih keruh yang timbul dari hasil percobaan merupakan perak klorida yang timbul akibat reaksi antara perak nitrak dengan larutan asam klorida encer.

Hasil reaksi dari perak nitrat dan asam klorida encer yang berupa endapan putih tersebut kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Dimana bagian pertama akan direaksikan dengan larutan NH4OH dan bagian kedua akan direaksikan dengan larutan Na2S2O3.

Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa ketika endapan putih direaksikan dengan NH4OH maka larutan berwarna keruh dan terdapat endapan putih, sedangkan pada pada bagian kedua ketika endapan putih direaksikan dengan larutan Na2S2O3 maka akan terbentuk larutan berwarna putih kekuningan dengan sedikit endapan. Berikut reaksi yang terjadi :

AgCl(s)+NH4OH(aq) 𝐴𝑔(𝑁𝐻3)2+𝐶𝑙−+ 𝐻2𝑂

2AgCl(s)+Na2S2O3(aq) 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 + 2𝑁𝑎𝐶𝑙

Menurut Svehla (1990: 218) larutan ammonia encer akan melarutkan endapan dan terbentuk ion kompleks diaminargentat, sedangkan natrium tiosulfat melarutkan endapan dengan membentuk kompleks ditiosulfatoargentat

Percobaan kedua yang praktikan lakukan adalah dengan cara menuangkan 10 tetes larutan Na2S2O3 ke dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian, dan menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama serta 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua. Berdasarkan percobaan kedua tersebut, praktikan mendapatkan hasil bahwa ketika larutan Na2S2O3 ditambahkan ke dalam larutan AgNO3 akan menghasilkan larutan berwarna hitam kecoklatan dengan endapan berwarna hitam. Berikut merupakan reaksi yang terjadi :

AgNO3(aq)+Na2S2O3(aq) 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 + 𝑁𝑎𝑁𝑂3

Setelah mendapatkan endapan dari melarutkan kedua reagen, praktikan melakukan pembagian endapan tersebut. ketika endapan ditambah dengan larutan

(14)

keruh, terdapat endapan hitam, sedangkan ketika endapan ditambahkan dengan larutan

Na2S2O3 juga tidak terjadi perubahan, dimana Llarutan berwarna kehitaman keruh,

terdapat endapan hitam. Berikut merupakan reaksi yang terjadi: 𝐴𝑔2𝑆2𝑂3 + NH4OH 𝐴𝑔(𝑁𝐻3)2 + + S2O32- + H2O

Ag2S2O3 + Na2S2O3  2Na+ + [Ag2(S2O3)2]

2-Percobaan yang ketiga adalah dengan menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan AgNO3 sampai endapan yang terbentuk larut kembali. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan tersebut ketika larutan amonia dimasukkan ke dalam larutan AgNO3 dengan volume yang sama larutan berwarna putih keruh, terdapat endapan putih. Kemudian setelah penambahan ammonia berlebih endapan larut kembali warna larutan menjadi bening. Berikut reaksi yang terjadi :

𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝑁𝐻4𝑂𝐻 → 𝐴𝑔2𝑂 + 𝑁𝐻4𝑁𝑂3 𝐴𝑔2𝑂 + 𝑁𝐻4𝑂𝐻 → 2𝐴𝑔(𝑁𝐻3)2 + + 𝐻𝑁𝑂

3+ 𝑂𝐻−

Endapan putih yang dihasilkan dari reaksi antara amonia dengan larutan AgNO3 merupakan endapan perak oksida 𝐴𝑔2𝑂. Kemudian ketika endapan ditambahkan dengan larutan ammonia berlebih akan menjadi ion positif.

Percobaan keempat adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan kalium kromat ke dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian, selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan asam nitrat pada bagian kedua. Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan AgNO3 akan membuentuk larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐾2𝐶𝑟𝑂4𝐴𝑔2𝐶𝑟𝑂4 + 𝐾𝑁𝑂3

Setelah mendapatkan endapan dari reaksi kedua larutan tersebut, praktikan membagi larutan dan menamgakan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama, praktikan menambahkan larutan NH4OH dan mendapatkan hasil bahwa larutan

berwarna putih kekuningan, terdapat endapan putih keruh, sedangkan pada bagian kedua praktikan menambahkan larutan HNO3 ke dalam endapan, dan mendapatkan

hasil bahwa larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

𝐴𝑔2𝐶𝑟𝑂4+ NH4OH (Ag(NH3)2)2CrO4 + 4 H2O

(15)

Berdasarkan literatur, larutan kalium kromat dalam larutan netral dengan larutan perak nitrat akan membentuk endapan berwarna merah perak kromat. Hal terseut sesuai dengan hasil percobaan praktikan, dimana terdapat endapan berwarna merah bata, kemudian endapan direaksikan dengan larutan asam dan basa dimana pada larutan asam endapan tetap berwarna merah bata.

Percobaan kelima yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan KI ke dalam 10 tetes larutan AgNO3, kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian, selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua. Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan 𝐴𝑔𝑁𝑂3 direaksikan dengan

larutan 𝐾𝐼, akan mendapatkan hasil larutan berwarna putih kekuningan, terdapat endapan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐾𝐼 𝐴𝑔𝐼 + 𝐾𝑁𝑂3

Berdasarkan literatur, reaksi antara kalium iodida dengan perak nitrat membentuk endapan kuning perak iodide. Sehingga pada percobaan yang praktikan lakukan endapan yang dihasilkan tersebut merupakan perak iodide.

Kemudian setelah mendapatkan endapan tersebut, praktikan membagi dua endapan dengan melakukan penambahan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama ditambahkan dengan larutan NH4OH akan menghasilkan larutan berwarna putih

kekuningan, terdapat endapan putih keruh, sedangkan pada bagian kedua dengan penambahan larutan HNO3 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna putih

kekuningan, terdapat endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

AgI + NH4OH  AgOH + NH4I

𝐴𝑔𝐼 + 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 → Ag2S2O3 + NaI

Kation-kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila ditambahkan dengan asam klorida(HCl). Yaitu Ag⁺, Pb²⁺, dan Hg²⁺ yang akan mengendap sebagai campuran AgCl, HgCl , dan PbCl. Pengendapan ion-ion golongan I harus pada temperatur kamar atau lebih rendah karena PbCl terlalu mudah larut dalam air panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu banyak ditambahkan. Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan PbCl melarut, karena Ag⁺ dan Pb²⁺ membentuk kompleksi dapat larut. (Keenan,1984:20).

Kation golongan I memiliki cirri khas yaitu membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk

(16)

pengendapkan kation golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal mungkin dan menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl 2 larut kembali dalam bentuk kompleks sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.

Kation golongan I membentuk klorida, yang tidak larut. Namun timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tidak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan dengan HCl encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama golongan II.(Petrucci,R.H.1992:58)

2. Analisis Ion Hg+

Analisis Ion Hg+ yang dilakukan oleh praktikan masih sama dengan analisis sebelumnya. Dalam analisis ini, praktikan melakukan 6 percobaan. Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan HgCl2. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan asam pada bagian pertama dan 10 tetes larutan NH4Cl pada bagian kedua. Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan, praktikan mendapatkan hasil bahwa reaksi antara larutan HgCl2

dengan larutan NH4OH menghasilkan larutan yang berwarna bening dan terdapat

endapan putih. Seperti reaksi berikut :

HgCl2 (aq)+ NH4OH (aq) Hg(OH)2 + NH4Cl

Setelah mendapatkan endapan dari reaksi kedua larutan tersebut, praktikan membagi dua endapan tersebut dan menamhakan dengan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama praktikan menambahkan dengan larutan HCl, dan mendapatkan hasil bahwa larutan putih keruh, terdapat endapan putih, sedangkan pada bagian kedua praktikan menambahkan dengan larutan NH4Cl, dan mendapatkan hasil larutan putih,

terdapat endapan putih susu. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Hg(OH)2 + HCl  HgCl2 + H2O

Hg(OH)2 +NH4Cl) HgCl2 + NH4OH

Berdasarkan literatur, larutan ammonia apabila direaksikan dengan ion merkurium akan membentuk endapan putih. Sesuai dengan percobaan yang telah praktikan lakukan yaitu menghasilkan endapan warna putih.

Percobaan yang kedua ialah dengan menuangkan 10 tetes Na2CO3 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika

(17)

larutan Na2CO3 direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna merah kecoklatan,dan terdapat endapan merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

HgCl2+ Na2CO3  HgCO3 + HCl

Percobaan ketiga yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes NaOH ke dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan NaOH direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil larutan berwarna kuning telur, terdapat endapan warna kuning telur. Reaksi sebagai berikut :

HgCl2(aq)+2NaOH(aq)HgO(s)+2NaCl(aq)+H2O(l)

Berdasarkan literatur, natrium hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah sedikit akan membentuk endapan merah-kecoklatan dengan komposisi yang berbeda-beda, jika ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris endapan akan berubah menjadi kuning ketika terbentuk merkurium (II) oksida.

Percoban yang keempat adalah dengan menuangkan 10 tetes kalium kromat ke dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika kalium kromat direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil larutan berwarna kuning, terdapat endapan oranye. Reaksi sebagai berikut :

HgCl2(aq)+K2CrO4(aq) Hg2CrO4(s)+ 2KCl

Percobaan kelima yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes KI ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 . Kemudian menambahkan larutan KI berlebihan. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan KI direaksikan dengan larutan HgCl2 akan menghasilkan larutan berwarna oranye, dan terdapat endapan. Kemudian setelah itu praktikan menambahkan larutan KKI secara berlebihan hingga larutan menjadi bening. Reaksi adalah sebagai berikut:

HgCl2(aq)+2KI(aq) HgI2 +2KCl

Berdasarkan literatur, Kalium iodide bila ditambahkan perlahan-lahan kepada larutan yang mengandung ion merkurium akan menghasilkan endapan merah merkurium (II) iodide, sedangkan jika jika ditambahkan kalium iodide secara berlebihan akan menghasilkan ion tetraiodomerkurat (II) .

Percobaan keenam yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes SnCl2 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2, kemudian menambahkan larutan SnCl2 ke

(18)

dalam larutan secara berlebihan. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan SnCl2 direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil bahwa larutan keruh, dan tidak terdapat endapan. Kemudian praktikan menambahkan larutan SnCl2 secara berlebihan dan mndapatkan hasil bahwa larutan tetap keruh dan tidak terdapat endapan. Reaksi adalah sebagai berikut:

HgCl2 (aq)+ SnCl2 (aq) Hg + SnCl4

Berdasarkan literatur, penambahan timah (II) klorida dalam jumlah sedang akan membentuk endapan putih dan seperti sutera, merkurium (I) klorida. Jika dilakukan penambahan timah (II) klorid berlebih maka akan menghasilkan endapan hitam merkurium (Svehla, 1990: 224). Namun, hasil percobaan yang telah praktikan lakukan tidak mendapatkan hasil berupa endapan dari reaksi kedua larutan, hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan larutan yang dipakai telah terlalu lama. 3. Analisis ion Cu2+

Analisis ion Cu2+ pada percobaan ini praktikan melakukan empat percobaan yang berbeda. Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Kemudian setelah mendapatkan hasilnya, praktikan melakukan pemanasan pada endapan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan ketikan larutan NaOH direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna biru, dan terdapat endapan warna biru. Kemudian endapan warna biru tersebut dipanaskan menggunakan pembakar spritus beberapa saat, dan endapan warna biru berubah menjadi coklat kehitaman dan larutan berwarna bening. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CuSO4 (aq)+ 2NaOH (aq) Cu(OH)2 + Na2SO4

Berdasarkan literatur, natrium hidroksida dalam larutan dingin akan membentuk endapan biru tembaga (II) hidroksida. Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Bila dipanaskan, endapan akan diubah menjadi tembaga (II) oksida hitam oleh dehidratasi:

Cu(OH)2 → CuO+ H2O

(Svehla, 1990:231)

Percobaan kedua yang praktikan lakukan ialah dengan menuangkan 10 tetes larutan Na2CO3 ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan asam

(19)

mineral (HCl) pada bagian pertama dan 10 tetes larutan amonia pada bagian kedua. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan Na2CO3 direaksikn dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil larutan berwarna biru dan terdapat endapan. Reaksi sebagai berikut:

CuSO4 + Na2CO3  CuCO3 + Na2SO4

Kemudian endapan berwarna biru tersebut dibagi dua dan direaksikan dengan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama endapan direaksikan dengan larutan asam yaitu HCl dan mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna keruh putih kebiruan, sedangkan pada bagian kedua endapan direaaksikan dengan larutan NH4OH dan

mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna biru tua. Reaksi sebagai berikut:

CuCO3 + HCl  CuCl2 + HCO3

CuCO3 + NH4OH  [CuNH3]+ + HCO3 + OH-

Percobaan ketiga yang praktikan lakukan adalah dengan menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 sampai berlebihan hingga terjadi endapan yang permanen berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan ammonia direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil larutan berwarna kebiruan, dan terdapat endapan putih. Kemudian praktikan menamhakan larutan ammonia secara berlenihan dan mnedapatkan hasil bahwa endapan larut menjadi biru bening. Reaksi adalah sebagai berikut:

CuSO4 + NH4OH Cu(OH)2 + NH3SO4

Berdasarkan literature, larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah sedikit akan membentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).

Percobaan keempat yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes KSCN ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketikan larutan KSCN direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna hijau bening, dan tidak terdapat endapan. Reaksi sebagai berikut:

CuSO4(aq)+KSCN(aq) Cu(SCN)2 + K2SO4

Berdasarkan literatur, kalium tiosianat dengan ion tembaga (II) akan membentuk endapan hitam tembaga (II) tiosianat, Cu(SCN)2. Endapan terurai

perlahan-lahan, membentuk tembaga (I) tiosianat putih dan terbentuk tiosianogen yang terurai cepat dalam larutan air.

(20)

4. Analisis ion Sn2+

Analisis ion Sn2+ yang praktikan lakukan ialah dengan dua percobaan. Percobaan pertama yang praktikan lakukan ialah dengan menuangkan 10 tetes larutan HgCl2 ke dalam 10 tetes larutan SnCl2. Kemudian menambahkan kembali 10 tetes larutan SnCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan HgCl2 direaksikan dengan larutan SnCl2 mendapatkan hasil larutan berwarna putih keruh, dan tidak terdapat endapan. Setelah ditetesi 10 tetes larutan SnCl2 lagi larutan

tetap tidak terjadi perubahan. Reaksi adalah sebagai berikut:

SnCl2 (aq)+ HgCl2(aq) Hg(Cl2)2 + Sn2+

Berdasarkan literatur, larutan merkurium (II) klorida akan membentuk endapan putih merkurium (I) klorida terbentuk jika sejumlah besar reagensia ditambahkan degan cepat. Tetapi jika ion timah (II) terdapat berlebihan, endapan berubah menjadi abu-abu, terutama dengan pemanasan, karena tereduksi lebih lanjut menjadi logam merkurium. Namun, pada percobaan yang praktikan lakukan tidak muncul endapan merkurium (I) walaupun ditambah larutan secara berlebihan tetap tidak timbul endapan. Hal tersebut dapat dikarenakan larutan yang praktikan pakai sudah lama.

Percobaan kedua yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan KOH ke dalam 10 tetes larutan SnCl2. Kemudian menambahkan kembali 10 tetes larutan KOH berlebihan. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan KOH direaksikan dengan larutan SnCl2 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna putih keruh. Kemudian setelah ditambahkan KOH berlebih larutan menjadi keruh ada endapan namun lama kelamaan larutan menjadi bening kembali. Reaksi sebagai berikut :

SnCl2(aq)+2KOH(aq) Sn(OH)2 (s) + K2Cl2

Berdasarkan literatur, larutan natrium hidroksida akan dengan larutan tembaga (II) sulfat akan membentuk endapan putih timah (II) hidroksida, yang larut dalam alkali berlebihan. Dengan larutan ammonia, diendapkan timah (II) hidroksida putihm] yang tak larut dalam ammonia berlebihan.

Kation golongan II bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub

(21)

golongan tembaga tidak larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut.

Reaksi kation untuk golongan II adalah hidrogen sulfida yang hasilnya adalah endapan-endapan berbagaoi warna. Kation-kation golongan II dibagi atas dua sub golongan, yaitu sub golongan tembaga dan arsinik. Sub golongan temabaga terdiri dari hydrargium (II), plumbum (II), bismut (III), cuprum (III), dan subgolongan arsenik meliputi, arsen (V), arsen (III), stiblum (III), starnum (II), dan stannum (IV) (Petrucci,R.H.1992:60). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan 2B justru dapat larut. Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium, Zink, dan Mangan (II). Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kationkation golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium. Kation-kation golongan V merupakan Kation-kation-Kation-kation yang umum tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebulumnya. Yang termasuk anggota golongan ini adalah ion-ion Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium, dan Hidrogen. (Vogel,1985:203-204)

H. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Analisis kation golongan I yaitu Ag+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan AgNO3 dengan penambahan larutan HCl, Na2S2O3, NH4OH, 𝐾2𝐶𝑟𝑂4, dan KI. 2. Analisis kation golongan II yaitu Hg2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan

HgCl2 dengan penambahan larutan NH4OH, Na2CO3, NaOH, K2CrO4, KI, dan SnCl2.

(22)

3. Analisis kation golongan II yaitu Cu2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan CuSO4 dengan penambahan larutan NaOH, Na2CO3, NH4OH, dan KSCN.

4. Analisi kation golongan II yaitu Sn2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan SnCl2 dengan penambahan larutan KOH dan HgCl2

I. Daftar Pustaka

Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY Press.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia.

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Maryati, dkk. 2015. Diktat Petunjuk Praktikum Analisis Senyawa Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY

Masterlon, W.L. 1990. Analisa Kualitatif. Di akses dari http ://www.Chemistry.co.id.Pdf. Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro

Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi

Kelima . Jakarta: PT. Kalman Pusaka.

J. Jawaban Pertanyaan

1. Cara mengetahui bahwa dalam larutan mengandung ion Ag+ adalah dengan mengidentifikasi larutan menggunakan penambahan larutan HCl, Na2S2O3, NH4OH, 𝐾2𝐶𝑟𝑂4, dan KI. Pada penambahan larutan HCl encer akan membentuk endapan berwarna putih, endapan putih tersebut adalah endapan perak dan timbel.

2. Ion Cu (II) dapat membentuk kompleks dengan berbagai ligan.

Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan ligan Cl- yaitu : Cu2+ + Cl- → CuCl2 Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan CN- yaitu : Cu2+ + CN- → Cu(CN2) Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan SCN- yaitu : Cu2+ + SCN- → Cu(SCN)2

3. Perbedaan ion Sn (II) dan Sn (IV) adalah timah dalam bentuk senyawaannya memiliki tingkat oksidasi +2 dan +4, tingkat oksidasi +4 lebih stabil dari pada +2.

(23)

Cara mengubah ion Sn(II) menjadi Sn(IV) dan sebaliknya adalah Timah (II) dapat diubah menjadi timah (IV) dengan cara dioksidasi karena timah (II) merupakan pereduksi yang kuat. Timah (IV) dapat diubah menjadi timah (II) dengan cara direduksi.

4. Apabila logam Pb, Ag, Cu, dan Zn direaksikan dengan HCl, maka akan membentuk endapan putih.

5. Apabila anion klorida ditambahkan dalam larutan yang masing-masing mengandung kation Ag+, maka akan terbentuk endapan putih.

6. Jika anion hidroksida ditambahkan dalam larutan yang mengandung kation Ag+ akan membentuk endapan coklat AgO, jika dengan Hg+ akan membentuk endapan hitam Hg2O, dan jika dengan Pb+ akan membentuk endapan putih Pb(OH)2.

7. Jika gas hydrogen sulfide dialirkan dalam larutan yang masing-masing mengandung ion Hg2+, Bi3+, Cu2+, AsO43-, Sb3+, dan Sn2+ akan membentuk endapan hitam bismuth sulfida Bi2S2, pada ion Cu2+ akan membentuk hitam tembaga (II) sulfida CuS, pada ion AsO43- akan membentuk endapan kuning arsenik (III) sulfida As2S3 , pada ion Sb3+ akan membentuk endapan merah-jingga stibium pentasulfida Sb2S5, dan pada ion Sn2+ akan membentuk endapan coklat timah (II) sulfida SnCl2.

8. Perbedaan antara ion Hg+ dan ion Hg2+ adalah apabila ion Hg+ bereaksi dengan gas H2S akan membentuk endapan putih, sedangkan apabila ion Hg2+ bereaksi dengan gas H2S akan membentuk endapan hitam

(24)

Referensi

Dokumen terkait