• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN BIOPORI BAGI MASYARAKAT DUSUN BABAKAN DESA SAMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN BIOPORI BAGI MASYARAKAT DUSUN BABAKAN DESA SAMBANGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Made Vivi Oviantari1, Ni Wayan Martiningsih2, I Putu Parwata3, I Made Gunamantha4

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Desa Sambangan merupakan salah satu desa yang ditetapkan sebagai salah satu desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng. Selain karena keindahan alam yang dimiliki Desa Sambangan, dukungan masyarakat untuk terbentuknya desa wisata juga sangat kuat. Hal tersebut dilihat dari terbentuknya kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang akan melayani wisatawan yang berkunjung ke Desa

Sambangan, yaitu kelompok Sadar Wisata Tunjung Mekar (Anonim, 2018). Salah satu permasalahan yang dihadapi Desa Sambangan adalah dalam hal pengelolaan sampah. Walaupun sudah terdapat pokdarwis, pengelolaan sampah yang baik di Desa Sambangan hanya sebatas daerah-daerah tempat wisata. Sementara daerah yang bukan lokasi wisata, khususnya pemukiman, kepedulian masyarakatnya terhadap sampah masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat

PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN

BIOPORI BAGI MASYARAKAT DUSUN BABAKAN DESA

SAMBANGAN

1,2,3,4Jurusan Kimia FMIPA UNDIKSHA

Email:oviantari@gmail.com

Sambangan Village is one of the tourist villages. One of the problems in this village is garbage. Every rainy season, the garbage clogs up causing flooding. Waste management in Sambangan Village uses the old paradigm, which must be changed according to Government Regulation Number 81 of 2012. The purpose of this activity is to provide an understanding of the Seka Truna Truni (STT) Dusun Babakan about the importance of sorting waste at the source, giving STT Dusun Babakan skills in installing biopori, and use it as an organic waste sorting basin, composter tub and water absorber. The number of training participants was 10 people who were representatives of STT Dusun Babakan. The methods used in this activity include lectures, discussions, practice and mentoring. The result of this activity is that STT Dusun Babakan really understands that the waste in the village requires sorting the waste at the source (100%); They have also been programmed with biopores in their respective homes and turned into organic waste sorting tanks, composter basins and air absorbers (100%).

Keywords: waste sorting, biopores, Sambangan

Desa Sambangan merupakan salah satu desa wisata. Salah satu permasalahan desa ini adalah sampah. Setiap musim hujan sampah tersebut menyumbat got yang menyebabkan terjadi banjir. Pengelolaan sampah di Desa Sambangan menggunakan paradigma lama, yang harus dirubah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012. Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman Seka Truna Truni (STT) Dusun Babakan tentang pentingnya pemilahan sampah di sumber, memberikan ketrampilan STT Dusun Babakan dalam pemasangan biopori, serta memanfaatkannya sebagai bak pemilah sampah organik, bak komposter dan penyerap air. Jumlah peserta pelatihan adalah 10 orang yang merupakan perwakilan dari STT Dusun Babakan. Metode yang digunakan pada kegiatan ini diantaranya ceramah, diskusi, praktek dan pendampingan. Hasil dari kegiatan ini adalah STT Dusun Babakan sangat paham bahwa sampah di desanya membutuhkan pemilahan sampah di sumber (100%); juga sudah terampil memasang biopori di rumah masing masing dan menggunakannya menjadi bak pemilah sampah organik, bak komposter dan penyerap air (100%).

(2)

pada saat musim hujan, daerah hilir Desa Sambangan pasti mengalami banjir. Banjir merupakan dampak sekunder dari sampah yang dibuang ke saluran air. Oleh karena itu, sebelum musim hujan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng bersinergi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang melaksanakan kegiatan bersih-bersih di Desa Sambangan. Kepala DLH Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan bahwa Desa Sambangan termasuk daerah rawan Banjir. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut kurang lebih 8m3 dengan

sampah organik dan sampah anorganik masih bersatu (Nurseha, 2019). Kegiatan bersih-bersih ini hanya akan menyelesaikan permasalahan bersifat sementara. Akar dari permasalahan disini adalah pengelolaan sampah yang kurang baik, karena kurangnya kesadaran masyarakat di Desa Sambangan terhadap sampah.

Pengelolaan Sampah di Desa Sambangan masih menggunakan paradigma lama, yaitu kumpul-angkut-buang. Paradigma ini harus diubah untuk mendukung peraturan pemerintah tentang pengurangan timbulan sampah. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengajak semua lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengolahan sampah di Desa Sambangan. Partisipasi masyarakat bisa dilakukan dengan memilah sampah di sumber. Pemilahan sampah di sumber merupakan suatu hal yang sangat sulit diterapkan di masyarakat yang belum terbiasa memilah, apalagi setelah di TPS sampahnya masih tetap bersatu. Pada kesempatan ini, dimanfaatkan biopori untuk dipasang di rumah rumah penduduk, jadi setelah biopori dipasang, masyarakat diminta untuk memanfaatkan biopori tersebut sebagai bak pemilah bak sampah organik dan dijadikan sebagai bak komposter, selain sebagai penyerap air. Solusi ini juga sudah pernah diterapkan bagi masyarakat di Kelurahan Pangkalan Masyur, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan (Chahaya, I, dkk, 2020) dan masyarakat percontohan Kelurahan Ciputat dan Ciputat Timur dan lokasinya berdekatan

dengan kampus Universitas Pembangunan Jaya dan Pemukiman Bintaro Jaya serta Pemukiman Kecil Kelurahan Ciputat dan Ciputat Timur (Permanasari, E, 2018: Hal 51 - 64) serta Bumi Pesanggaran Mas RW 08 Kelurahan Petukangan Selatan (Mghfiroh, 2016).

Berdasarkan fakta tersebut Perbekel Desa Sambangan sangat mengharapkan diadakan kegiatan pengabdian untuk mengatasi permasalahan sampah yang mereka hadapi. Sehingga, sangat diperlukan diadakan sosialisasi untuk merubah paradigma masyarakat tentang sampah dan pelatihan pemilahan sampah di sumber, pemasangan biopori dan memanfaatkannya sebagai bak pemilah sampah organik, sekaligus sebagai bak komposter dan penyerap air.

Permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Pada musim hujan sering terjadi banjir di hilir Desa Sambangan.

b. Pengelolaan sampah di Desa Sambangan masih mengunakan paradigma lama.

c. Kurangnya ketersediaan waktu untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Hal ini disebabkan karena banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk memilah sampah. d. Kurangnya pengetahuan kelompok

pengelola sampah untuk menjadikan sampah organik menjadi kompos.

e. Sampah organik dan anorganik yang dikumpulkan belum terpilah.

f. Belum pernah mencoba untuk melakukan gerakan masyarakat dalam memilah sampah di sumber.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang ingin dicarikan solusinya dalam pengabdian adalah sebagai berikut.

a. Kelompok pengelola sampah desa dalam hal ini akan melibatkan STT Dusun Babakan belum terampil dalam membuat pupuk kompos.

b. Belum adanya usaha untuk menggerakkan lapisan masyarakat dalam aksi pemilahan sampah di sumber.

(3)

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut.

a. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan perwakilan Seka Teruna Teruni (STT) Dusun Babakan tentang pentingnya pemilahan sampah organik di Desa Sambangan.

b. Memberikan keterampilan STT Dusun Babakan Desa Sambangan dalam memasang biopori.

c. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan STT Dusun Babakan dalam mengolah sampah organik menjadi kompos dengan memanfaatkan biopori sebagai bak komposter.

Pemasangan biopori di beberapa rumah penduduk diharapkan dapat menjadi inisiasi bagi penduduk lainnya sehingga mau memasang biopori di rumahnya sendiri secara mandiri. Jika setiap rumah mau memasang biopori di rumahnya, dan memanfaatkan biopori tersebut sebagai bak pemilah sampah organik, bak komposter dan penyerap air, maka kebiasaan masyarakat memilah sampah di sumber secara bertahap akan meningkat, dan jumlah timbulan sampah di Desa Sambangan akan berkurang. Selain itu masalah banjir dan kekurangan air secara bertahap juga akan tertanggulangi.

METODE

Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah di atas adalah 1) sosialisasi diskusi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memilah sampah di sumber; 2) metode praktek dan pendampingan pemasangan biopori, pembuatan kompos menggunakan biopori; 3) serta menyebarkan kuisioner yang berisikan tentang saran untuk pengelolaan sampah Desa Sambangan. Dengan demikian diharapkan masyarakat Desa Sambangan ikut secara bertahap diharapkan berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dengan cara memilah sampah di sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema pemberdayaan masyarakat Desa Sambangan dalam pemilahan sampah dengan memanfaatkan biopori telah dilakukan sosialisasi yang dilakukan pada Hari Minggu, tanggal 6 September 2020. Kegiatan dimulai pada pukul 09.00 di Bale Banjar Dusun Babakan, dengan melibatkan perwakilan Seke Teruna Teruni (STT) Dusun Babakan. Tim pelaksana P2M yang terdiri dari 4 orang dosen dan 2 orang dari mahasiswa, perwakilan komunitas biopori warrior, perbekel Desa Sambangan dan perwakilan dari STT Dusun Babakan Desa Sambangan menghadiri kegiatan yang dimaksud. Pemilihan STT Dusun Babakan sebagai peserta pelatihan, berdasarkan pada hasil rembug dengan Perbekel Desa Sambangan, dimana STT ini juga dipilih sebagai inisiasi kegiatan yang dipilih oleh Dinas Lingkungan Hidup dalam rangka pengolahan sampah secara terpadu di Desa Sambangan dengan memanfaatkan sampah organik dijadikan enzim.

Perbekel Desa Sambangan sangat antusias dengan kegiatan P2M yang dilakukan oleh Undiksha. Pihak Desa Sambangan sangat mengapresiasi perhatian Undiksha terhadap Desa nya, karena memang pada tahun 2020, ada beberapa P2M yang dilaksanakan di Desa Sambangan. Hal ini karena pada tahun 2020 Undiksha menetapkan desa binaannya ada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Banyumala, yang terdiri dari Desa Wanagiri, Desa Sukasada, Desa Panji, Desa Panji Anom, Desa Sambangan, Desa Selat dan memang Desa Sambangan merupakan salah satu target Desa Binaan untuk Undiksha juga. Pada masa pandemik Covid 19, Undiksha masih mengijinkan untuk mengadakan pertemuan dengan membatasi jumlah orang yang terlibat dan melaksanakan protokol kesehatan. Pada saat kegiatan berlangsung peserta hanya dibatasi 10 orang dengan sebelum semua mengikuti kegiatan diharapkan mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dengan

(4)

cara yang benar dan juga menggunakan masker.

Materi yang diberikan pada saat sosialisasi, didalamnya berisikan tentang sampah, bagaimana sampah dipilah, membandingkan pemilahan sampah yang terjadi di negara-negara lain, bagaimana pemilahan sampah di Indonesia, lalu bagaimana penawaran pemilahan sampah yang ditawarkan oleh Undiksha, bagaimana cara pemasangan biopori, bagaimana cara membuat pupuk kompos dari sampah organik yang dihasilkan. Setelah sosialisasi, lalu dilakukan pelatihan pemasangan biopori di salah satu rumah penduduk. Gambar pemasangan Biopori di rumah penduduk tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemasangan Biopori di Rumah Penduduk

Selanjutnya pemasangan biopori tersebut akan dilakukan di rumah rumah penduduk yang akan dilakukan secara bertahap. Undiksha memberikan bantuan berupa biopori dengan diameter 6 dim sebanyak 10 buah, sementara dari pihak komunitas biopori warrior memberikan biopori diameter 4 dim sebanyak 20 buah. Tahap sosialisasi terakhir adalah dengan pembagian kuisioner terkait kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan kuisioner tersebut, maka dapat diperoleh data bahwa 100% STT Dusun Babakan merasakan bahwa Desa Sambangan bermasalah dengan sampah; perlu adanya pemilahan sampah di sumber; program P2M ini sangat diperlukan di Desa; waktu pelaksanaannya tepat dilakukan; materi yang diberikan menarik, memberikan wawasan dan memberikan semangat; dan biopori yang terpasang diyakini akan berhasil digunakan sebagai bak pemilah sampah

organik dan bak komposter. Pertanyaan terkait dengan pemahaman dari materi yang diberikan, maka di peroleh Gambar 2.

Gambar 2. Pemahaman Peserta terhadap Materi yang diberikan

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta mengerti dengan materi pelatihan yang diberikan (67%), bahkan 22 % menyatakan sangat mengerti, hanya 11% menyatakan kurang mengerti dengan materi pelatihan yang diberikan. Berdasarkan kompetensi dari pemateri menurut peserta pelatihan 44% menyatakan sangat berkompetensi, 45 % berkompetensi, hanya 11 % menyatakan kurang berkompetensi. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Kompetensi Pemateri menurut Peserta

Setelah 1 minggu, tim pengabdian melakukan monitoring ke rumah penduduk, terlihat bahwa 75% biopori sudah terpasang di rumah penduduk. Perwakilan STT Dusun Babakan semuanya sudah bisa memasang biopori dan memanfaatkannya menjadi bak pemilah sampah organik sekaligus bak komposter. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

0% 11% 67% 22% Tidak Mengerti Kurang Mengerti Mengerti Sangat Mengerti Kurang Berkom petensi 11% Kompet ensi 45% Sangat Berkom petensi 44%

(5)

Gambar 4. Biopori dan Pemanfaatannya sebagai Bak Komposte

SIMPULAN

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan diantaranya terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perwakilan STT Dusun Babakan tentang pentingnya pemilahan sampah organik di Desa Sambangan; terjadinya peningkatkan keterampilan STT Dusun Babakan Desa Sambangan dalam memasang biopori dan terpasangnya biopori di rumah penduduk; ketrampilan STT Dusun Babakan dalam mengolah sampah organik menjadi kompos dengan memanfaatkan biopori sebagai bak komposter meningkat. Walaupun dinyatakan bahwa kegiatan ini sudah berhasil, namun untuk memastikan keberlanjutan dari program ini perlu adanya pemantauan secara rutin selama 3 bulan ke depan, karena setelah 3 bulan, biasanya sampah sudah terfermentasi menjadi kompos. Untuk lebih mengefektifkan program ini diharapkan pihak desa mengeluarkan peraturan kewajiban pemasangan biopori di rumah rumah penduduk, karena lingkungan yang bebas dari permasalahan sampah dan banjir adalah menjadi tanggung jawab kita bersama.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, (2018). Desa Wisata Sambangan.

Available from:

https://sambanganvillage.info/article_po st/detail_article/10/Desa%20Wisata%20

Sambangan diakses tanggal 9 Desember

2019.

Anonim, (2018). Peraturan Gubernur Bali No. 97 tahun 2008. Tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai https://www.bulelengkab.go.id/assets/in stansikab/101/bankdata/peraturan- gubernur-bali-nomor-97-tahun-2018- tentang-pembatasan-timbulan-sampah-plastik-sekali-pakai-81.pdf

Chahaya I, dkk., (2020). Pengelolaan Sampah menggunakan Keranjang Takakura, Biopori dan Komposting di Kecamatan Medan Johor. Volume 4, Nomor 1, http://journal.umpo.ac.id/index.php/adi mas/index ADIMAS

Dwiyanto. Bambang Munas. (2011). Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Penguatan Sinergi dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. Volume 12, Nomor 2, Desember 2011, 239-256

Indriyanti, Dyah Rini. dkk. (2015). Pengolahan Limbah Organik Sampah Pasar Menjadi Kompos. Jurnal

Abdimas. Available from :

https://media.neliti.com/media/publicati ons/25526-ID-pengolahan-limbah-

organik-sampah-pasar-menjadi-kompos.pdf. Diakses tanggal 8

Desember 2019

Iriani Tuti dan M. Agphin Ramadhan . (2019). Pelatihan Manajemen Bank Sampah Bagi Masyarakat Di Kecamatan Muara Gembong . JPkM : Jurnal Pengabdian

kepada Masyarakat

http://doi.org/10.21009/JPkM. DOI:doi.org/10.21009/JPkM.011.01 Vol. 1 No.1 Maret 2019

Kusminah, Imah Luluk. (2018). Penyuluhan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kab. Gresik. Jurnal

(6)

Pengabdian Masyarakat Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Vol 3 No 01

Maghfiroh, R.A, dkk. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Organik (Komposting) oleh

Akademi Kompos di Bumi

Pasanggrahan Mas RW 08 Kelurahan Petukangan Selatan. Skripsi.

Permanasari, E., dkk. (2018). Penyelamatan Air Tanah dan Penanggulangan Sampah Melalui Program Biopori dan Komposter di Pemukiman Kecil Kelurahan Ciputat dan Ciputat Timur. Volume 4, Nomor 1. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat – Indonesian Journal of Community Engagement DOI:

http://doi.org/10.22146/jpkm.33412 ISSN 2460-9447 (print), ISSN 2541-5883 (online) Tersedia online di http://jurnal.ugm.ac.id/jpkm

Sejati, Kuncoro, (2009). Pengolahan Sampah Terpadu, dengan system node, sub poin

dan centre point, Kanisius, Yogyakarta

Shahreza, Mirza. Tt. Pemberdayaan Masyarakat pada Gerakan Bank Sampah

di Kota Tangerang Selatan Available from: https://scholar.google.co.id/citations?user =2iMEUfwAAAAJ&hl=id#d=gs_md_cit ad&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dvie w_citation%26hl%3Did%26user%3D2i MEUfwAAAAJ%26citation_for_view% 3D2iMEUfwAAAAJ%3AKxtntwgDAa4

C%26tzom%3D480 diakses tanggal 8

Desember 2019.

Sindonews. (2019). Pemkab Buleleng akan Bentuk Bank Sampah di Setiap SKPD.

Available from: https://daerah.sindonews.com/read/1456 148/174/pemkab-buleleng-akan-bentuk- bank-sampah-di-setiap-skpd-1573026715 diakses tanggal 9 Desember 2019.

Nurseha, Siti, (2019). Jelang Musim Hujan, DLH Buleleng Bersihkan Drainase di Desa Sambangan. Available from : http://m.rri.co.id/singaraja/post/berita/7 50458/daerah/jelang_musim_hujan_dlh _buleleng_bersihkan_drainase_di_desa

_sambangan.html, diakses tanggal 9

Gambar

Gambar 2. Pemahaman Peserta terhadap  Materi yang diberikan
Gambar 4. Biopori dan Pemanfaatannya  sebagai Bak Komposte

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan merupakan peralihan dari hal yang lama ke hal yang baru.Hal ini pun bisa dialami dalam ranah sosial budaya.Perubahan sosial budaya merupakan perubahan

5FMBIEJMBLVLBOQFOFMJUJBOUFOUBOHQFOHHVOBBO NFEJB QFSNBJOBO NPOPQPMJ NFMBMVJ QFNCFMBKBSBO LPPQFSBUJG QBEB NBIBTJTXB GJTJLB 'BLVMUBT 5BSCJZBI EFOHBO LPOTFQ UBUB TVSZB 1FOFMJUJBO

Uswatun Hasanah : The Influence of Storytelling on the students Ability in English Speaking at the Second year of MTs Negeri Karangampel.. Language primarily

Bentuk tindakan pelanggaran tata tertib kehadiran yang paling sering dilakukan siswa SMAN 2 Karangayar adalah datang terlambat ke sekolah. Keterlambatan yang dialami

Sehingga dengan potensi ini, baik lahan secara umum yang luas maupun lahan pertanian, khususnya tanaman padi yang terluas di Sulawesi Tenggara, bila dikelola

90 penelitian ini adalah 7,019 yang berada di atas nilai F tabel, yaitu 2,71.Dengan demikian, ketiga variabel independen, yaitu kualitas sumber daya manusia,

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu melihat pengaruh asimetri informasi, manajemen laba terhadap cost of equity

Mengingat banyak faktor yang mempengarui hasil belajar PPKn,maka peneliti membatasi ruang lingkup, penelitian yaitu Hubungan antara Motivasi Orang Tua dengan hasil Belajar