57 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
KAJIAN PENGORGANISASIAN PEMELIHARAAN
BANGUNAN GEDUNG SEKRETARIAT DAERAH
KABUPATEN ACEH TENGAH
Fira Isma1, Dr. Ir. Moch. Afifuddin, M. Eng2, Dr.Ing. Ir. T. Budi Aulia, M. Ing3
1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstract : This research aims to find out the existing condition of building maintenance organizing, knowing the condition of the damage and making a concept to maintain the buildings. Descriptive methods are used to describe the existing condition of the organizing and building damage, whereas SWOT and AHP methods used to obtain the optimal concept of building maintenance organizing. Through this SWOT method gained three alternative strategies should be made for optimizing the organizational, that is: to put the technical staff in the General Department, making Sub-Department of Building Maintenance, and to include the all staff for a training buildings maintenance. Alternative strategies that have been gained from the SWOT were analyzed again using AHP to determine the priority scale. After that analyzed, the result to be done by the Secretary of Aceh Tengah District for optimized the building maintenance organizing is to put the engineering staff at the General Department.
Keywords: organizing, maintenance, building
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung, mengetahui kondisi eksisting kerusakan bangunan dan membuat konsep optimal pemeliharaan bangunan gedung. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi eksisting pengorganisasian dan kerusakan bangunan, sedangkan metode SWOT dan AHP digunakan untuk mendapatkan konsep optimal pengorganisasian pemeliharaan gedung. Melalui metode SWOT didapatkan tiga alternatif strategi yang harus dilakukan untuk pengoptimalan pengorganisasian, yaitu: menempatkan staf teknis pada Bagian Umum, membuat Sub Bagian Pemeliharaan Bangunan Gedung dan mengikutkan staf yang ada pada kegiatan pelatihan pemeliharaan bangunan gedung. Strategi alternatif yang telah didapat dari analisis SWOT dianalisis kembali menggunakan AHP untuk menentukan skala prioritas yang harus dilakukan. Setelah dilakukan perhitungan dengan AHP, skala prioritas yang harus dilakukan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tengah untuk pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung yang optimal adalah: menempatkan staf teknik pada Bagian Umum.
Kata kunci: pengorganisasian, pemeliharaan, bangunan gedung
PENDAHULUAN
Pengorganisasian pada pemeliharaan bangunan gedung merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pemeliharaan. Di Indonesia, pedoman pemeliharaan gedung sebagai suatu standar yang dapat dijadikan acuan sudah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, namun pada kenyataannya pedoman ini cenderung tidak diterapkan
sehingga pemeliharaan bangunan gedung tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Aceh Tengah merupakan pusat perkantoran di Kabupaten Aceh Tengah. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan pada Bagian Umum Setdakab Aceh Tengah merupakan instansi yang diberi tanggung jawab dalam proses pemeliharaan gedung. Jika mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008, masih banyak
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 -58 bagian gedung yang tidak terpelihara dengan
baik. Kenyataan ini dibuktikan dengan banyaknya kerusakan komponen bangunan gedung. Hal ini berkaitan secara langsung dengan pengelolaan atau pengorganisasian dalam pemeliharaan bangunan gedung.
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian bagaimana kondisi eksisting pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung dan kondisi eksisting kerusakan komponen pemeliharaan bangunan dan bagaimana konsep pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung yang optimal.
METODE PENELITIAN
1. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder dengan cara pengumpulan sebagai berikut:
1) Pengumpulan data primer
Data primer dikumpulkan dengan cara: a. Observasi terhadap pemeliharaan bangunan
gedung dengan mengamati
pengorganisasian yang meliputi struktur organisasi, tupoksi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta tingkat kerusakan gedung dari komponen-komponen pemeliharaan gedung;
b. Wawancara tidak terstruktur kepada pengelola gedung;
c. Kuesioner tertutup.
2) Pengumpulan data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008tentang
Pedoman Pemeliharaan dan
PerawatanBangunan Gedung dan perundang-undangan/peraturan lain yang berkenaan dengan bangunan gedung, serta berbagai literatur dan kajian mengenai pemeliharaan bangunan gedung.
2. Metode Analisis
Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis SWOT dan Analisis Hierarchy Analysis (AHP).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Kondisi eksisting pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung
Fungsi dari pengelola bangunan gedung Setdakab Aceh Tengah terdiri dari:
a. Sekretaris Daerah sebagai penanggung jawab utama.
b. Kegpala Bagian Umum sebagai pelaksana teknis.
c. Kasubag Rumah Tangga dan Perlengkapan sebagai pembantu pelaksana teknis.
d. Staf sebagai pelaksana kegiatan harian. Berdasarkan Peraturan Bupati Aceh Tengah Nomor 25 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tengah, tugas pokok Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan adalah melakukan urusan rumah tangga yang meliputi pelayanan angkutan dan perawatan kenderaan dinas, akomodasi serta ruangan, rumah jabatan serta memelihara kebersihan
59 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 kantor dan pekarangan. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.
Tabel berikut merupakan latar belakang pendidikan pengelola bangunan gedung Tabel 1 Latar Belakang Pendidikan Pengelola Bangunan Gedung
Jabatan Lulusan
Kabag Umum Magister Manajemen Kasubag Rumah
Tangga & Perlengkapan
Sarjana Pertanian
Staf Sarjana Ekonomi Staf DIII Teknik Elektro Staf DIII Teknik Elektro Staf DIII Kesekretariatan
Staf SMK
Staf SMA
Staf SMA
Sumber: Hasil Analisis, 2012
2) Kondisi eksisting kerusakan bangunan
Hasil observasi di lapangan, kondisi kerusakan bangunan gedung dilihat dari komponen pemeliharaan bangunan gedung dapat dijabarkan sebagai berikut :
Kondisi data kerusakan bangunan
Data kerusakan komponen bangunan yang didapat dari hasil survey pada masing-masing gedung dengan menghitung prosentase kerusakan ringan, sedang dan berat yang dilihat dari komponen struktur, arsitektur dan utilitas.
Tabel 2. Kondisi Eksisting Kerusakan Bangunan
Struktur Arsitektur Utilitas Struktur Arsitektur Utilitas Struktur Arsitektur Utilitas
Gedung A Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya
Gedung C Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Gedung D Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Gedung E Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya
Gedung F Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
Gedung G Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Gedung H Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya
Kerusakan ringan Kerusakan sedang Kerusakan berat Nama gedung
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4. Prosentase kerusakan bangunan Gedung A
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Dinding Cat terkelupas m² 1.162 31,5 2,70% Plafond Cat terkelupas m² 504 64,00 12,70% Pintu Cat terkelupas Buah 8 1 12,50% Kotor Buah 8 2 25% Jendela Cat terkelupas m² 32 7 21,9%
Kotor Buah 32 6 18,75% Lantai Kotor m² 390 20 5,13% Utilitas
Bidang Komponen Rusak Berat Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - - -Arsitektur - - - -Utilitas 100% 33,30%
Kamar mandi tidak berfungsi Unit 1 1 Kloset Kotor Buah 3 1
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 60 3) Kondisi Pengorganisasian Pemeliharaan
Bangunan Gedung
Gambaran kondisi pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung didapat dari
hasil kuesioner yang diberikan kepada pengelola bangunan gedung, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Kondisi Pengorganisasian Pemeliharaan Bangunan Gedung
1 Struktur organis as i untuk pemeliharaan bangunan gedung s udah repres entatif terhadap kegiatan pemeliharaan bangunan gedung.
0 8 8 0% 100%
2 Tugas Pokok dan Fungs i untuk kegiatan pemeliharaan bangunan gedung s udah menjabarkan kegiatan pemeliharaan bangunan gedung.
0 8 8 0% 100%
3 Jumlah pegawai yang bertugas untuk pemeliharaan bangunan gedung s udah cukup.
3 5 8 37,5% 62,5%
4 Pegawai yang bertugas untuk
pemeliharaan bangunan gedung berlatar belakang pendidikan teknis
3 5 8 37,5% 62,5%
5 Ada s taf teknis s ebagai s alah s atu uns ur organis as i yang diandalkan dalam pemeliharaan bangunan gedung
2 6 8 25,0% 75,0%
6 Setiap pegawai yang bertugas s udah jelas tugas dan fungs inya terhadap pemeliharaan bangunan gedung
3 5 8 37,5% 62,5%
7 Kompetens i pegawai yang bertugas dalam bidang pengelolaan bangunan gedung s udah baik
3 5 8 37,5% 62,5%
8 Pengelola kegiatan pemeliharaan bangunan gedung mempunyai wewenang yang berpengaruh dalam merealis as ikan us ulan program
0 8 8 0% 100%
9 Sumber daya pengelola kegiatan pemeliharaan bangunan gedung mampu melakukan penilaian kondis i bangunan s ehingga dapat menentukan s trategi pemeliharaan
1 7 8 12,5% 87,5%
10 Perlu s umber daya dari ins tans i lain dalam melakukan penilaian kondis i bangunan s ehingga dapat menentukan s trategi pemeliharaan
0 8 8 0% 100%
11 Pengelola kegiatan pemeliharaan bangunan gedung pernah mengikuti pelatihan pemeliharaan bangunan gedung
8 0 8 100% 0% Persentase Tidak Ya No. Pertanyaan Frekuensi jawaban
Tidak Ya Total
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 5. Prosentase kerusakan bangunan Gedung C
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Lantai Retak m² 372 0,25 0,067%
Utilitas - - -
61- Volume 4, No. 3, Agustus 2015
Tabel 6. Prosentase kerusakan bangunan Gedung D
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Dinding Cat terkelupas m² 865 28 3,24%
Utilitas - - -
-Bidang Komponen Rusak Sedang Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Plafond Cat terkelupas m² 444 6 1,35% Arsitektur Lantai Kotor m² 432 4 0,93%
Utilitas - - -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 7.Prosentase kerusakan bangunan Gedung E
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Dinding Cat terkelupas m² 1.680 24 1,430%
Plafond Cat terkelupas m² 484 3 0,62%
Atap Cat terkelupas m² 528 2 0,38%
Utilitas Kloset Kotor Buah 4 1 12,50%
Bak Kotor Buah 4 1 12,50%
Bidang Komponen Rusak Berat Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - - -Arsitektur - - -
-Utilitas Kamar mandi tidak berfungsi Unit 1 1 100%
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 8.Prosentase kerusakan bangunan Gedung F
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Dinding Cat terkelupas m² 882 3,5 0,4%
Pintu Cat terkelupas Buah 5 1 20%
Utilitas Kloset Kotor Unit 2 1 50%
Bak Kotor Unit 2 1 50%
Lampu Tidak terpasang Titik 14 1 7,14%
Bidang Komponen Rusak Berat Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - - -Arsitektur - - -
-Utilitas Kamar mandi tidak berfungsi Unit 2 1 50%
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 62 Tabel 9.Prosentase kerusakan bangunan Gedung G
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Dinding Cat terkelupas m² 168 6 3,6%
Pintu Rusak Buah 1 1 100%
Lantai Kotor m² 42 1 2,4%
Plafond Cat terkelupas m² 49 3 6,1%
Utilitas Tempat wudhuk Berlumut m² 6 1 16,70%
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 10.Prosentase kerusakan bangunan Gedung H
Bidang Komponen Rusak Ringan Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - -
-Arsitektur Dinding Cat terkelupas m² 2.058 6 0,3%
Pintu Cat terkelupas Buah 16 2 12,5%
Lantai Pecah m² 1.036 8 0,80%
Kotor m² 1.036 4 0,39%
Plafond Rusak/jebol m² 1.036 6 0,6%
Utilitas Kamar mandi Kotor Unit 4 1 25%
Lampu Tidak terpasang Titik 76 6 7,90%
Bidang Komponen Rusak Sedang Satuan Volume awal Volume kerusakan Prosentase kerusakan Struktur - - - -Arsitektur - - -
-Utilitas Urinoir Tidak berfungsi Buah 4 4 100% Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tahap analisis
Analisis pada tahap ini menggunakan matrik SWOT untuk menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi instansi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT.
Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengembangkan konsep pengorganisasian manajemen pemeliharaan bangunan gedung
yang optimal, maka alternatif strategi yang didapatkan dari matrik SWOT adalah:
1. Menempatkan staf teknis pada Bagian Umum;
2. Staf yang ada diikutkan pelatihan pemeliharaan bangunan gedung;
3. Membuat Sub Bagian tersendiri untuk pekerjaan pemeliharaan bangunan gedung di bawah Bagian Umum.
63 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015 Tabel 11. Matrik SWOT
Strengths Weak nesses
IFAS 1. Kerus akan bangunan dalam klas ifikas i rus ak ringan
1. Tidak adanya SOP pemeliharaan bangunan gedung
2. Tenaga kerja cukup terampil, dan berpengalaman.
2. Tidak adanya s taf teknis pada Bagian Umum
3. Pengelola kegiatan pemeliharaan mempunyai
wewenang dalam
merealis as ikan us ulan program
3. Struktur organis as i kegiatan pemeliharaan tidak repres entatif terhadap kegiatan pemeliharaan
4. Lingkup pekerjaan terlalu banyak
EFAS
4. Kegiatan pemeliharaan terjadwal dengan baik
5. Pengelola tidak pernah mengikuti pelatihan pemeliharaan bangunan
Opportunities
1. Adanyan kerjas ama dengan Dinas PU dan kons ultan perencana untuk kegiatan pemeliharaan bangunan.
1. Prioritas perbaikan pada komponen bangunan yang rus ak.
1. Membuat SOP pemeliharaan bangunan mencakup s truktur organis as i bes erta fungs i, tanggung jawab dan wewenangnya dengan s umber Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 24/PRT/2008
2. Adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/2008
2. Memanfaatkan wewenang pengelola dalam merealis as ikan us ulan program berdas arkan prioritas pekerjaan
pemeliharaan
2. Menempatkan s taf teknis pada Bagian Umum dengan latar pendidikan minimal S1 Teknik Sipil atau ars itektur untuk kegiatan pemeliharaan
3. Membuat s ub bagian pemeliharaan ters endiri
3. Banyaknya pegawai dengan latar belakang pendidikan teknis di Pemkab Aceh Tengah
3. Optimalis as i pemeliharaan berdas arkan Permen PU No. 24/PRT/2008 dengan s taf teknis internal dan bekerjas ama dengan Dinas PU
4. Mengikuti pelatihan pemeliharaan bangunan bagi s taf yang ada.
Threats
1. Sulitnya dis tribus i air bers ih dari PDAM Tirta Tawar.
1. Menggunakan wewenang pengelola untuk pengalokas ian dana pemeliharaan bangunan berdas arkan kemampuan keuangan pemerintah
1. Melaks anakan kegiatan
pemeliharaan berdas arkan SOP dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/2008 yang meliputi batas an organis as i s erta fungs i, tanggung jawab dan wewenang 2. Alokas i dana pemeliharaan
tidak mencukupi
2. Bekerjas ama dengan PDAM untuk efektivitas kegiatan pemeliharaan bangunan
2. Staf teknis s ecara ketat mengawas i pekerjaan rekanan dalam kegiatan pemeliharaan
3. Kemampuan keuangan pemerintah tidak cukup tinggi untuk memenuhi
kebutuhan dana
pemeliharaan bangunan
3. Mengontrol pekerjaan rekanan dalam kegiatan pemeliharaan bangunan dengan ketat untuk keterjaminan mutu
4. Mutu pekerjaan dari kegiatan pemeliharaan bangunan oleh rekanan Sumber: Hasil Analisis, 2012
Dari ketiga alternatif diatas, untuk mendapatkan alternatif yang paling optimal, maka dilakukan analisis AHP. Kriteria untuk mencapai tujuan pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung yang optimal adalah latar belakang pendidikan (kriteria 1), fungsi, tanggung jawab dan kewajiban (kriteria 2), pembiayaan (kriteria 3) dan kemampuan
personal (kriteria 4). Pembobotan hirarki yang tersusundengan hasil sebagai berikut:
Berdasarkan diagram di atas, setelah dilakukan perhitungan matematis, didapatkan bobot akhir pemilihan alternatif. Adapun bobot dimaksud adalah:
1. Alternatif 1 = 1,881 2. Alternatif 2 = 1,296 3. Alternatif 3 = 0,825
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 64 Alternatif terpilih adalah alternatif 1, yaitu
menempatkan staf teknis pada Bagian Umum.
Berikut adalah konsep pengorganisasian pemeliharaan bangunan gedung yang optimal.
No. Kondis i e ks is ting Kondis i yang dire kome ndas ikan
1 Struktur organisasi tidak representatif terhadap kegiatan pemeliharaan bangunan gedung
Pada struktur organisasi sekurang-kurangnya harus ada Bagian Teknik yang khusus menangani pekerjaan pemeliharaan bangunan.
2 Tupoksi tidak representatif terhadap kegiatan pemeliharaan bangunan gedung
Revisi terhadap tupoksi yang ada dengan memasukkan kegiatan pemeliharaan bangunan sebagai salah satu kegiatan utama
3 Tidak ada staf teknis sebagai pengelola bangunan gedung
Direkomendasikan kepada Badan Kepegawaian Daerah dan Pemkab Aceh Tengah agar menempatkan staf teknik pada Bagian Umum untuk kegiatan
pemeliharaan, khususnya pada Bagian Teknik
4 Tidak ada SOP pekerjaan pemeliharaan bangunan gedung
SOP pemeliharaan bangunan dibuat dengan mengacu pada Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2008, karena peraturan ini dibuat bertujuan sebagai acuan Pemerintah Daerah dalam kegiatan pemeliharaan bangunan
5 Item pekerjaan pada Bagian Umum terlalu banyak
Perlu dibatasi pekerjaan umum bagi pengelola, khususnya Bagian Teknik agar fokus pada pekerjaan pemeliharaan 6 Pengelola tidak pernah mendapatkan
pelatihan pemeliharaan bangunan gedung
Staf yang ada perlu diikutkan pada pelatihan pemeliharaan bangunan, baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun yang dilaksanakan oleh akademisi. Hal ini dapat menambah wawasan pengelola bangunan gedung.
7 Banyaknya kerusakan komponen
bangunan Kerusakan bangunan dengan klasifikasi ringan agar segera diperbaiki agar tidak menjadi semakin berat. Kerusakan dengan klasifikasi berat agar diprioritaskan perbaikannya dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang matang agar tidak terjadi lagi kerusakan yang tidak diinginkan.
65 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaannya, manajemen pemeliharaan bangunan gedung berjalan tanpa adanya SOP sebagai acuan sehingga kegiatan pemeliharaan bangunan gedung tidak berjalan sebagimana mestinya. Tidak terdapat staf teknis untuk kegiatan pemeliharaan pada struktur organisasi Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) untuk Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan tidak memperlihatkan secara jelas adanya kegiatan pemeliharaan bangunan gedung.
2. Kerusakan bangunan rata-rata berada pada klasifikasi rusak ringan pada komponen arsitektur dengan prosentase rata-rata kerusakan sebesar 36%. Kerusakan ringan pada komponen utilitas terdapat pada kamar mandi yaitu kotornya kloset dan bak mandi serta tidak terpasangnya beberapa titik lampu beberapa ruang pada gedung. Kerusakan berat pada komponen bangunan terdapat pada beberapa kamar mandi yang tidak dapat difungsikan.
3. Skala prioritas dalam pengorganisasian manajemen pemeliharaan bangunan gedung yang optimal yaitu menempatkan staf teknis pada Bagian Umum Setdakab Aceh Tengah.
Saran
1. Untuk keperluan pekerjaan pemeliharaan bangunan gedung, diperlukan SOP sebagai acuan sehingga kegiatan pemeliharaan bangunan gedung dapat berjalan dengan baik. Selain itu,perlu perbaikan pada struktur organisasi dan revisi pada tupoksi sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat diketahui secara rinci.
2. Agar kerusakan yang terjadi pada komponen bangunan tidak semakin berat, perlu kiranya Pemkab Aceh Tengah memprioritaskan perbaikan komponen bangunan yang rusak. Untuk kerusakan kamar mandi dengan klasifikasi rusak berat agar segera diperbaiki sehingga dapat digunakan kembali.
3. Perlu dilakukan kajian manajemen pengelola pemeliharaan kantor dari bangunan pemerintah yang lain yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, baik dari segi pengorganisasian, sumber daya manusia maupun metode yang dipakai dalam pemeliharaan bangunan gedung, sehingga didapat perbandingan antara manajemen pemeliharaan bangunan Setdakab Aceh Tengah dengan kantor lainnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Kementerian Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan. Jakarta
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 66 Mulyandari, H dan R. A. Saputra. 2010.
Pemeliharaan Bangunan: Basic Skill Facility Management. Penerbit Andi. Yogyakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Cetakan ke 13. Ghalia Indonesia. Jakarta
Oktaviana, Anna. 2008. Evaluasi rancangan toilet dari aspek pemeliharaan rutin pada gedung kampus. Kalimantan scientiae No. 71 Th. XXVI Vol. April 2008. Hal. 1-17. (diakses pada 21 Maret 2012)
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan ke 15. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 13. Alfabeta. Bandung.
Suryadi dan Ramdhani. 2002. Sistem pendukung keputusan. Cetakan ke 3. Rosda. Bandung
Usman, K & Winandi, R. 2009. Kajian manajemen pemeliharaan gedung (building maintenance) di Universitas Lampung, J. Sipil dan Perencanaan. Vol. 13 No. 2. Hal. 158-166. Tersedia di http://ft-sipil.unila.ac.id (diakses pada 19 Maret 2012)