• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum

Tinjauan umum berisi mengenai pengertian panti asuhan, sejarah panti asuhan, aspek perancangan panti asuhan, fungsi dan tujuan panti asuhan, klasifikasi jenis aktivitas, klasifikasi fasilitas, persyaratan umum anak asuh, green design secara umum, dan budaya betawi secara umum.

2.1.1. Pengertian Panti Asuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, panti asuhan merupakan rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu. (Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka)

Adapun beberapa pengertian panti asuhan lainnya menurut para ahli antara lain :

a. Menurut Departemen Sosial RI, panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/ wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan sosial. b. Menurut Arif Gosita secara etimologi, panti asuhan berasal dari dua

kata yaitu “panti” yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan” yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat

(2)

tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. (Sumber: News, Psychology. (2013). Panti Asuhan. (03-11-2014) http://psychologynews.info/artikel/panti-asuhan/) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan badan yang didirikan dengan tujuan untuk merawat dan membesarkan anak terlantar sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara fisik, mental, dan sosial serta diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkepribadian baik untuk masa yang mendatang.

2.1.2. Sejarah Panti Asuhan di Indonesia

Panti asuhan pertama yang didirikan di Indonesia sejak Indonesia merdeka adalah Panti Asuhan Desa Putera yang terletak di kawasan Jakarta Selatan. Panti asuhan ini berdiri sejak tahun 1947 di saat Indonesia baru saja memperoleh kemerdekaan. Pada saat itu, negara Indonesia yang belum genap berusia 2 tahun tersebut belum dapat membenahi segala sesuatu yang porak-poranda akibat peperangan pada beberapa tahun sebelumnya. Banyak masyarakat yang kehilangan rumah dan anggota keluarga saat peperangan tersebut berlangsung. Keadaan yang sama juga dialami masyarakat Batavia pada saat itu.

Di Batavia dan sekitarnya telah terhitung ribuan anak terlantar yang kehilangan orang tua mereka akibat peperangan. Mereka terpaksa hidup di jalanan dengan tubuh telanjang. Kondisi yang memprihatinkan ini menarik simpati Mr.J.E.Ysebaert, seorang Residen Batavia. Beliau menginginkan agar anak-anak tersebut mendapat tempat penampungan. Keinginan ini kemudian dibicarakan dengan Mgr.Willekens, seorang Vikaris Apostolik Batavia dan kemudian disampaikan kepada Mr.A.Bogaardt yang bersedia untuk menampung anak-anak itu jika disediakan tempat penampungan dan tenaga untuk mengurusnya.

Selama kurang lebih dua bulan, sebuah rumah yatim piatu pun didirikan. Anak-anak yang sebelumnya terlantar akhirnya memperoleh tempat tinggal. Di panti asuhan tersebut, mereka diberikan latihan kerja agar mereka dapat mandiri nantinya. Kemudian sedikit demi sedikit sarana latihan kerja dibangun, mulai dari bengkel untuk pertukangan besi dan kayu, peternakan, hingga kelas belajar. Sejak saat itu, banyak anak terlantar lainnya

(3)

yang kemudian didatangkan dari beberapa daerah. Walaupun setelah agak besar sebagian dari mereka melarikan diri karena tidak terbiasa dengan kehidupan panti asuhan yang penuh dengan peraturan. (Sumber: Wawancara dengan Br. Tarcisius, Pimpinan Panti Asuhan Desa Putera)

2.1.3. Aspek Perancangan Panti Asuhan

Terdapat banyak aspek yang perlu diperhatikan saat merancang sebuah interior, terutama untuk interior yang digunakan untuk umum dan menyangkut kepentingan banyak orang di dalamnya. Aspek tersebut antara lain:

a. Tersedianya ruangan panti asuhan yang bersih dengan perlengkapan yang sesuai dengan jumlah penghuni, baik anak-anak asuh maupun pengasuh. b. Panti asuhan harus menyediakan sarana ibadah di lingkungan panti

asuhan yang dilengkapi dengan prasarana untuk kegiatan ibadah.

c. Panti asuhan harus menyediakan ruangan kesehatan yang bisa memberikan pelayanan kesehatan pada anak.

d. Panti Asuhan harus dapat menyediakan sarana belajar yang dilengkapi dengan sistem pencahayaan yang baik, baik pada siang hari maupun pada malam hari.

e. Panti asuhan perlu menyediakan ruang tamu yang bersih, rapi, dan nyaman bagi teman atau keluarga anak asuh yang akan berkunjung. (Sumber: Surjastuti. (2012). Tinjauan Umum Tentang Panti Asuhan dan Ketelantaran Anak (05-04-2014)

http://e-journal.uajy.ac.id/163/3/2TA12924.pdf

2.1.4. Fungsi dan Tujuan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:7) panti asuhan berfungsi sebagai :

a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan, dan pencegahan.

b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.

(4)

c. Sebagai pusat pengembangan ketrampilan. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:6) yaitu :

a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai ketrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat.

b. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak dip anti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai ketrampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan keluarganya, Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan, dan ketrampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

(Sumber: News, Psychology. (2013). Panti Asuhan. (03-11-2014) http://psychologynews.info/artikel/panti-asuhan/)

2.1.5. Klasifikasi Jenis Aktivitas

Pada umumnya, aktivitas yang dilakukan anak asuh di setiap panti asuhan itu sama. Dimulai dari bangun pagi yang kemudian dilanjutkan dengan doa pagi dan mengatur tempat tidur (untuk anak usia sekolah). Setelah itu, anak-anak akan diarahkan untuk mandi yang kemudian disusul dengan sarapan bersama. Selanjutnya anak-anak berangkat sekolah dan melaksanakan les tambahan. Pada jam tertentu setelah pulang sekolah, anak dibiasakan untuk tidur siang (sekitar Pk. 13.00-15.00). Setelah itu anak-anak bersiap untuk mandi. Seusai mandi, mereka dapat mengerjakan tugas dari sekolah, menonton, dan dilanjutkan dengan makan sore. Selanjutnya mereka dapat kembali bermain hingga jam tidur mereka tiba.

(5)

(Sumber: Wawancara dengan Pimpinan Panti Asuhan Desa Putera, Panti Asuhan Mekar Lestari, dan Panti Asuhan Kasih mulia Sejati)

2.1.6. Klasifikasi Fasilitas

Fasilitas yang diberikan oleh setiap panti asuhan berbeda-beda tergantung pada dana yang dimiliki panti asuhan dan besaran bangunan panti asuhan. Fasilitas yang tersedia pada panti asuhan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu fasilitas utama dan fasilitas tambahan. Fasilitas utama merupakan fasilitas yang harus dimiliki agar layak disebut sebagai panti asuhan. Fasilitas tersebut terdiri dari kamar tidur yang cukup luas/ banyak agar dapat menampung jumlah penghuni yang cukup banyak, kamar mandi yang cukup banyak, ruang makan, dapur, ruang belajar, ruang tamu, ruang pimpinan, gudang, area menjemur dan menyetrika, kantor administrasi, dan ruang pengasuh. Sedangkan fasilitas tambahan merupakan fasilitas yang tidak wajib dimiliki oleh panti asuhan, namun berperan sebagai sarana penunjang pendidikan anak asuh. Sebagai contohnya adalah ruang perpustakaan, ruang olah raga, dan ruang komputer.

(Sumber: Wawancara dengan Pimpinan Panti Asuhan Desa Putera, Panti Asuhan Mekar Lestari, dan Panti Asuhan Kasih mulia Sejati)

2.1.7. Persyaratan Umum Anak Asuh

Dalam penerimaan anak asuh, panti asuhan bersikap dengan sangat hati-hati. Latar belakang sang anak harus diketahui dengan jelas sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh buruk yang akan terbawa ke dalam lingkungan panti asuhan. Untuk dapat menjadi anak asuh, sebagian besar panti mengajukan prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi dan hampir sama antara panti asuhan satu dengan yang lainnya. Prosedur dan persyaratan tersebut antara lain :

a. Prosedur :

- Mengisi formulir pendaftaran - Wawancara

- Kunjungan rumah - Taraf penyeleksian - Pertemuan orang tua/ wali

(6)

b. Persyaratan :

- Fotokopi Akta Kelahiran

- Surat Keterangan Kesehatan dari dokter dan Kartu Golongan Darah

- Surat keterangan domisili dan latar belakang keluarga yang diketahui oleh RT, RW dan Lurah/ Pastor Paroki/ Pendeta - Fotokopi KTP orang tua/ wali

- Fotokopi Kartu Keluarga

- Fotokopi Surat Kematian/ Surat Cerai

- Surat persetujuan dari orang tua/ wali bahwa anak akan tinggal di panti asuhan

- Pas foto orang tua/ wali

- Surat Kelakuan Baik dari sekolah asal (bagi yang pernah bersekolah sebelumnya)

(Sumber: Wawancara dengan Pimpinan Panti Asuhan Desa Putera, Panti Asuhan Mekar Lestari, dan Panti Asuhan Kasih mulia Sejati)

2.1.8. Green Design

Konsep Green Architecture menjadi topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun belakangan ini mengingat menipisnya sumber energi yang tidak dapat diperbaharui sehingga kita harus menghemat sumber daya alam yang kita miliki saat ini. Hal ini dikarenakan efek global warming yang semakin mengkhawatirkan dan berdampak negatif bagi manusia. Salah satu hal yang memperparah keadaan tersebut adalah banyaknya pembangunan yang menggunakan energi dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dalam jumlah yang besar. Hal ini tentunya sangat berbahaya dan berdampak negatif bagi generasi kita yang akan datang.

Untuk mengantisipasi efek global warming yang semakin parah tersebut, banyak arsitek dan desainer interior yang saat ini mengusung konsep Green Design. Green design merupakan sebuah hasil teknologi yang dalam proses penciptaan maupun produk yang dihasilkan, tetap memperhatikan dampak yang ditimbulkan bagi lingkungannya, mulai dari tahap perencanaan,

(7)

pelaksanaan, pemakaian material yang ramah lingkungan serta penggunaan energi dan sumber daya yang efektif dan efisien.

Tujuan dari Green Design yaitu:

1. Mengurangi eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran.

2. Mengurangi dampak yang berbahaya dari proses produksi maupun hasil produksi bagi lingkungan.

3. Meningkatkan pemanfaatan dari sumber daya yang dapat diperbaharui secara efisien.

4. Menciptakan produk yang ramah lingkungan dan memiliki kemampuan daur ulang yang baik.

5. Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang membahayakan lingkungan seperti emisi.

Dalam pengaplikasian Green Design ke dalam desain interior, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama konsumsi sumber daya yang hemat dan efisien, emisi terhadap udara, air, dan tanah yang terkait dengan lingkungan dan kesehatan, serta aspek lainnya seperti kebisingan dan getaran. (Sumber: Probo Hindarto. (2008). Konsep Green Architecture/ arsitektur hijau oleh Budi Pradono. (03-18-2014)

http://www.astudioarchitect.com/2008/11/konsep-green-architecture-arsitektur_10.html)

Desain yang dirancang harus memperhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami sehingga meminimalkan penggunaan lampu dan AC di siang hari. Selain itu, material yang digunakan juga harus ramah lingkungan untuk mengurangi konsumsi energi.

Green Design juga mengacu pada pengembangan yang berkelanjutan sehingga pengembangan ataupun pembangunan yang dilakukan pada masa saat sekarang untuk kebutuhan saat ini tidak menyebabkan kekurangan di generasi yang mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2.1.9. Budaya Betawi

Suku Betawi merupakan suku asli yang menghuni wilayah-wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Sejarah Kota Jakarta atau Batavia yang dulunya merupakan salah satu pusat perdagangan dunia dan pusat pemerintahan

(8)

colonial Belanda menyebabkan budaya Betawi mengalami berbagai akulturasi. (Sumber: Swadarma,D., Yunus Aryanto. (2013). Rumah Etnik Betawi. Jakarta: Griya Kreasi)

Budaya Jakarta merupakan budaya campuran dari berbagai etnis. Sejak zaman penjajahan Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik banyak pendatang, baik dari dalam maupun luar Indonesia. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk lokal, budaya Betawi juga menyerap budaya dari luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis. Untuk melestarikan kebudayaan Betawi ini, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Sementara itu, bahasa yang digunakan orang Betawi yang bersifat campur aduk merupakan hasil dari perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik dari dalam maupun luar Indonesia. Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dengan dialek khas Betawi.

Dalam bidang kesenian, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik kaum Tionghoa, seni musik Rebana yang berakar dari seni musik tradisi kaum Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang Belanda. Oleh sebab itu, suku Betawi terkenal dengan berbagai seni musiknya, mulai dari seni Lenong, Orkes Samrah, Gambang Kromong, Rebana, Tanjidor, dan Keroncong. Selain seni musik, orang Betawi juga terkenal akan seni tarinya yang juga merupakan perpaduan unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya, seperti Tari Jaipong (pengaruh Sunda-Tiongkok), Tari Japin, Tari Cokek, Tari Topeng Betawi, Tari Lenggang Nyai, dan lainnya. Selain itu, terdapat juga kebudayaan Betawi lainnya, seperti Ondel-ondel, Seni Bela Diri Beksi, dan Wayang Betawi.

Cerita rakyat juga berkembang di masyarakat Betawi, seperti cerita Si Pitung, cerita Jagoan Tulen yang mengisahkan jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal keras, cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial, cerita Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing, dan masih banyak cerita lainnya.

Selain seni musik, tari, dan cerita rakyat, masyarakat Betawi juga memiliki kebudayaan lainnya, seperti makanan khas yang mereka miliki.

(9)

Makanan khas tersebut masih tetap lestari hingga saat ini walaupun beberapa diantaranya sudah hampir punah, seperti soto betawi, kerak telor, nasi uduk, lontong sayur, ketoprak, nasi kebuli (pengaruh Arab),semur jengkol dan lapis legit (pengaruh Eropa), dan masih banyak lagi makanan khas Betawi lainnya. (Sumber: Jakarta Fair. (2013). Sejarah Kebudayaan Betawi. (03-18-2014) http://www.jakartafair.org/BETAWI_SQUARE)

Gambar 2.1. Kebudayaan Betawi (Sumber: Google, 2014)

2.2. Tinjauan Khusus

Tinjauan khusus berisi mengenai sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, desain, flip chart perbandingan, serta analisa survey dari ketiga panti asuhan yang telah disurvei.

2.2.1. Sejarah

A. Panti Asuhan Mekar Lestari

Panti Asuhan Mekar Lestari berada di bawah naungan Yayasan Rumpun Lestari, didirikan sebagai wujud nyata dari gagasan Pastor Lambertus Somar MSc., yang merasa sangat prihatin dengan semakin merosotnya makna dari nilai-nilai kehidupan. Banyak bayi-bayi yang dibuang akibat pergaulan bebas, alasan ekonomi, maupun pemaksaan kehendak. Bayi-bayi yang lemah dan tidak berdaya

(10)

tersebut terpaksa menerima perlakuan yang tidak adil serta dipisahkan dari ibu kandungnya sendiri. Mereka dilahirkan tetapi ditolak keberadaannya. Sebagai jawaban atas kesemerawutan masalah sosial yang mewarnai kehidupan di sekeliling kita, Yayasan Rumpun Lestari akhirnya didirikan.

Yayasan Rumpun Lestari didirikan pada tanggal 25 Januari 2001, berdasarkan Akte Notaris No.23, yang dibuat di hadapan Notaris James Herman Rahardjo,SH. Yayasan Rumpun Lestari terdiri dari Panti Asuhan Mekar Lestari yang merawat bayi/ anak dan Panti Sinar Lestari yang merawat ibu-ibu muda bermasalah.

(Sumber: Panti Asuhan Mekar Lestari) B. Panti Asuhan Desa Putera

Tahun 1947 Indonesia baru saja memperoleh kemerdekaan. Belum banyak yang bisa dilakukan oleh sebuah Negara yang belum genap berumur 2 tahun untuk membenahi segala sesuatu yang porak-poranda akibat perang pada tahun-tahun sebelumnya. Politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, masih belum tertata. Di banyak Negara di dunia, perang juga membawa dampak yang selalu sama yaitu banyak yang kehilangan tempat tinggal, kehilangan anggota keluarga dan anak-anaklah yang paling menderita karena keadaan ini.

Di Indonesia, di Batavia dan sekitarnya saja sudah ribuan anak yang terlantar. Kebanyakan dari mereka kehilangan orang tua sehingga terpaksa hidup menggelandang dan mengemis di jalan-jalan dengan tubuh telanjang. Kondisi memprihatinkan ini menggugah hati Mr.J.E.Ysebaert, seorang Residen Batavia. Ia ingin agar anak-anak yang sebagian besar telanjang itu mendapat tempat penampungan. Keinginannya itu lalu dibicarakan dengan Mgr.Willekens, Vikaris Apostolik Batavia karena panti-panti asuhan yang ada tidak dapat menampung mereka lagi. Keinginan Mr.Ysebaert ini disampaikan oleh Mgr.Willekens kepada Mr.A.Bogaardt, Pimpinan Panti Asuhan Vincentius. Beliau bersedia menampung anak-anak itu asalkan disediakan tempat penampungan dan tenaga untuk mengurusnya.

Awal bulan April 1947, Mr. Ysebaert menemui Prof. Dr.P.M. Van Wulfften Palthe, Pimpinan Persatuan Perawat Orang Sakit Jiwa

(11)

untuk meminjam sebidang tanah yang ada bangunannya. Oleh Prof. Van Wulfften diusahakan sebuah tempat di desa Srengseng Sawah, Lenteng Agung yang berupa bangsal-bangsal yang dulunya untuk merawat orang sakit jiwa. Untuk mendapatkan tenaga pengelola, Mgr. Willekens kemudian menghubungi Kongregasi Budi Mulia dan didatangkanlah Br.Corbinianus untuk menjadi Direktur dan Br.Mattheus sebagai pembantu. Di bawah Pimpinan dan sumber dana dari Vincentius, sebuah tempat penampungan untuk anak-anak terlantar sedikit demi sedikit mulai dibangun. Bangunan dari bambu untuk tempat tinggal para Bruder mulai didirikan. Tidak lama setelah tempat dan tenaga pengelola tersedia, pada tanggal 17 Juni didatangkanlah 100 anak, yang diambil dari jalanan dan dari tempat hunian pengemis di Rustenburg. Mereka adalah penghuni pertama tempat penampungan yang baru. Selain anak-anak, barang-barang lainnya juga didatangkan, seperti pakaian bekas, selimut, dan bahan makanan. Selanjutnya, penduduk di sekitar desa Srengseng Sawah ikut membantu untuk mendaur ulang pakaian-pakaian yang didatangkan sehingga menjadi pakaian anak-anak. Tiga hari kemudian didatangkan lagi 30 anak dari Rustenburg dan 120 anak dari daerah hunian pengemis di Rawa Badak, Tanjung Priok . Usia mereka agak lebih besar sehingga tak lama kemudian mereka melarikan diri. (Sumber: Panti Asuhan Desa Putera)

C. Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati

Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati didirikan pada tanggal 18 September 2000, bertempat di Bojong Indah, Jakarta Barat.

(Sumber: Panti Asuhan Kasih mulia Sejati)

2.2.2. Visi dan Misi

A. Panti Asuhan Mekar Lestari VISI :

Pelayanan kemanusiaan dengan melestarikan, menghormati, dan membela kehidupan (dengan semangat peduli akan sesama, kami memberi harapan bagi yang lemah)

(12)

“Kita diutus untuk mewartakan bahwa Allah sangat mencintai tiap-tiap manusia”

MISI :

- Memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada bayi/ anak yang tidak diharapkan kehadirannya dan mempersatukan kembali dengan ibu kandungnya.

- Menyelamatkan ibu-ibu muda yang mengalami penolakan dalam keluarganya.

(Sumber: Panti Asuhan Mekar Lestari)

B. Panti Asuhan Desa Putera VISI :

Ikut serta dalam karya Penyelamatan Allah melalui pelayanan kepada masyarakat kecil, lemah, miskin, dan tersingkir sehingga mampu mandiri.

MISI :

- Memperjuangkan keadilan dan membebaskan masyarakat Panti Asuhan dari kesusahan melalui : Perlindungan anak, pendidikan, pembinaan, pendampingan dan memberikan kehidupan yang layak.

- Membimbing, mengasuh, mengarahkan, dan memberdayakan anak Panti Asuhan agar menjadi manusia mandiri, berbudi pekerti luhur dan bertakwa kepada Tuhan.

(Sumber: Panti Asuhan Desa Putera)

C. Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati VISI :

Menjadikan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati sebagai tempat untuk membentuk dan mewujudkan pribadi-pribadi ciptaan Allah yang hidup penuh syukur, sukacita serta mandiri sehingga mampu berkarya dan melayani sesama dalam kehidupan bermasyarakat.

MISI :

- Berorientasi kepada pengembangan jasmani dan rohani anak-anak Allah yang dititipkan kepada kami.

(13)

- Memberikan pelayanan dengan tulus dan tanpa pamrih sehingga anak-anak Allah bisa mewujudkan cita-cita mereka.

- Membentuk pribadi-pribadi yang tetap setia dan bersyukur kepada Allah.

(Sumber: Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati)

2.2.3. Struktur Organisasi

A. Panti Asuhan Mekar Lestari

Bagan 2.1. Struktur Organisasi Panti Asuhan Mekar Lestari (Sumber: Panti Asuhan Mekar Lestari, 2014)

B. Panti Asuhan Desa Putera

Bagan 2.2. Struktur Organisasi Panti Asuhan Desa Putera (Sumber: Panti Asuhan Desa Putera, 2014)

(14)

C. Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati

Bagan 2.3. Struktur Organisasi Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati (Sumber: Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati, 2014)

2.2.4. Desain Bangunan

A. Panti Asuhan Mekar Lestari

Bangunan Panti Asuhan Mekar Lestari saat ini masih tergolong baru dan berada di kawasan BSD. Oleh sebab itu, desain bangunan beserta interiornya dibuat dengan gaya yang modern.

B. Panti Asuhan Desa Putera

Bangunan Panti Asuhan Desa Putera merupakan bangunan yang dibuat di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, desain bangunan beserta interiornya masih bernuansa kolonial.

C. Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati

Hampir sama seperti Panti Asuhan Mekar Lestari, Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati merupakan bangunan yang masih cukup baru. Maka, desain bangunan maupun desain interiornya dibuat dengan gaya yang modern.

(15)

2.2.5. Tabel Perbandingan Hasil Survei

PERBANDINGAN

PANTI ASUHAN MEKAR LESTARI

PANTI ASUHAN DESA PUTERA

PANTI ASUHAN KASIH MULIA SEJATI

RUANG TAMU

AULA & RUANG SERBA GUNA KAMAR TIDUR RUANG BELAJAR KANTOR ADMINISTRASI -

(16)

KANTOR PEMILIK YAYASAN TIDAK ADA ADA TERLETAK DI BANGUNAN YANG BERBEDA, TETAPI MASIH BERADA DI LINGKUNGAN PANTI ASUHAN. TIDAK ADA KANTOR PEMIMPIN YAYASAN - RUANG PENGASUH TIDAK ADA RUANG RAPAT ADA

DI LANTAI 2, RUANG RAPAT DISATUKAN DENGAN KANTOR ADMINISTRASI.

ADA DI LANTAI 2, BERLOKASI DI AREA

AULA YANG DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI RUANG SERBA GUNA.

TIDAK ADA

PERPUSTAKAAN TIDAK ADA

TERDAPAT RUANG KHUSUS YANG DIGUNAKAN SEBAGAI RUANG PERPUSTAKAAN TIDAK ADA RUANG PENYIMPANAN LOGISTIK ADA TERLETAK DI LANTAI 1 DEKAT AREA DAPUR

ADA

TERLETAK DI LANTAI 2

ADA

TERLETAK DI LANTAI 3

(17)

RUANG MAKAN

GUDANG

ADA

TERLETAK DI LANTAI 3, BERDEKATAN DENGAN AREA CUCI DAN JEMUR.

ADA TERLETAK DI LANTAI 2 ADA TERLETAK DI LANTAI 3 KAMAR TIDUR PEMIMPIN YAYASAN ADA TERLETAK DI LANTAI 2 ADA TERLETAK DI LANTAI 1 ADA TERLETAK DI BANGUNAN BERBEDA, TETAPI TERDAPAT AKSES UNTUK MENGHUBUNGKAN KEDUA

BANGUNAN TERSEBUT.

RUANG LOKER TIDAK ADA RUANG LOKER

KHUSUS

Tabel 2.1. Tabel Perbandingan Hasil Survei (Sumber: Rini Jayanti, 2014)

2.2.6. Analisa Hasil Survei - Ruang Tamu

Ketiga panti asuhan memiliki ruang tamu. Besar ruang tamu dari ketiga panti asuhan tersebut berbeda-beda sesuai dengan besar panti asuhan masing-masing.

- Aula & Ruang Serba Guna

Ketiga panti asuhan memiliki aula. Panti Asuhan Mekar Lestari dan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati memiliki 1 buah aula yang dapat dijadikan sebagai ruang serba guna, sedangkan Panti Asuhan Desa Putera memiliki 2 buah aula dimana aula lantai 1 dikhususkan sebagai ruang olahraga, sedangkan aula lantai 2 digunakan sebagai ruang pertemuan, tempat acara, dan ruang rapat.

(18)

- Kamar Tidur

Pada Panti Asuhan Mekar Lestari dan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati, pembagian kamar tidur dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Hal ini disebabkan anak yang diasuh terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. Sedangkan pada Panti Asuhan Desa Putera, pembagian kamar hanya didasarkan pada usia karena anak yang diasuh hanya anak laki-laki.

- Ruang Belajar

Panti Asuhan Mekar Lestari dan Panti Asuhan Desa Putera memiliki ruang belajar, akan tetapi bukan ruang belajar yang khusus seperti pada Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati. Kedua panti asuhan tersebut membuat ruang belajar yang juga dapat difungsikan sebagai ruangan lainnya, seperti ruang belajar dan ruang rekreasi. Hal ini disebabkan karena panti asuhan memiliki ruang yang terbatas.

- Kantor Administrasi

Ketiga panti asuhan memiliki kantor administrasi yang berfungsi sebagai ruangan staff panti. Akan tetapi pada Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati, kantor administrasi dijadikan 1 ruangan dengan area penerima tamu.

- Kantor Pemilik Yayasan

Diantara ketiga panti asuhan tersebut, hanya Panti Asuhan Desa Putera yang memiliki kantor pemilik yayasan. Akan tetapi, kantor tersebut berada di bangunan terpisah dengan bangunan panti asuhan. - Kantor Pemimpin Yayasan

Ketiga panti asuhan memiliki ruangan khusus yang digunakan sebagai kantor pemimpin. Akan tetapi, ruangan tersebut sangat kecil dikarenakan kebutuhan penghuni yang minim.

- Ruang Pengasuh

Pada Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati dan Panti Asuhan Mekar Lestari, ruang pengasuh dijadikan sebagai tempat tidur pengasuh. Namun, tidak semua pengasuh menempati kamar tersebut. Ada sebagian pengasuh yang tidur bersama anak asuh yang masih kecil. Sedangkan untuk Panti Asuhan Desa Putera, ruang pengasuh

(19)

dibedakan menjadi ruang penerima tamu pengasuh dan kamar tidur pengasuh.

- Ruang Rapat

Panti Asuhan Desa Putera tidak memiliki ruang rapat. Rapat biasanya diadakan di Kantor Pemilik Yayasan yang berlokasi di bangunan lainnya. Begitupun dengan kedua panti asuhan lainnya tidak memiliki ruang rapat khusus. Hal ini dikarenakan staff panti asuhan tersebut hanya sedikit sehingga jika merapatkan sesuatu, mereka dapat melakukannya di ruangan lainnya.

- Perpustakaan

Diantara ketiga panti asuhan, hanya Panti Asuhan Desa Putera yang memiliki fasilitas perpustakaan. Ruangan ini disediakan untuk menjawab keperluan anak panti yang membutuhkan sarana penunjang pendidikan mereka, terutama anak panti yang sedang menempuh pendidikan STM.

- Ruang Penyimpanan Logistik

Ketiga panti asuhan ini memiliki ruang penyimpanan logistik khusus sehingga lebih tertata dan tidak dicampur dengan penyimpanan barang lainnya.

- Dapur

Ketiga panti asuhan memiliki dapur untuk mempersiapkan makanan bagi penghuni panti asuhan. Di antara ketiga panti asuhan tersebut, hanya Panti Asuhan Mekar Lestari yang memiliki pembagian dapur, yaitu dapur kotor dan dapur bersih.

- Ruang Makan

Diantara ketiga panti asuhan tersebut, hanya Panti Asuhan Desa Putera yang tidak memiliki ruang makan secara khusus. Hal ini dikarenakan ruang makan di panti asuhan tersebut dijadikan beberapa fungsi ruang lainnya, seperti ruang belajar dan ruang rekreasi bagi anak panti. Sedangkan kedua panti asuhan lainnya memiliki ruang makan khusus.

- Gudang

Ketiga panti asuhan tersebut memiliki gudang untuk menyimpan barang-barang yang jarang digunakan.

(20)

- Kamar Tidur Pemimpin Yayasan

Ketiga panti asuhan tersebut memiliki kamar tidur pemimpin secara khusus. Kamar ini dikhususkan hanya untuk kamar tidur pemimpin yayasan. Keberadaan kamar ini terletak di bangunan panti asuhan. Berbeda halnya dengan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati. Pada panti asuhan tersebut, kamar tidur pemilik yayasan berada pada bangunan terpisah dengan panti asuhan, tetapi masih dalam satu area dan memiliki akses langsung ke bangunan panti asuhan melalui lantai 2 dan lantai 3.

- Ruang Loker

Diantara ketiga panti asuhan, hanya Panti Asuhan Mekar Lestari yang tidak memiliki area loker. Hal ini dikarenakan mayoritas anak asuhnya adalah bayi dan balita sehingga kebutuhan akan ruang loker tidak diperlukan. Pada kedua panti lainnya, ruang loker merupakan kebutuhan. Akan tetapi, ruang loker pada Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati cenderung tidak tertata karena terpisah-pisah. Sedangkan ruang loker pada Panti Asuhan Desa Putera terlihat lebih tertata karena telah dikelompokkan.

2.2.7. Kesimpulan Hasil Survei - Ruang tamu

Ketiga panti asuhan memiliki ruang tamu sebagai tempat menerima tamu yang akan bertemu dengan pimpinan, pengasuh, ataupun anak-anak panti asuhan. Ruang tamu ini berada di bagian terluar panti asuhan.

- Aula & Ruang Serba Guna

Ketiga panti asuhan memiliki ruang serba guna di dalamnya. Kegunaan ruangan ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pantinya. Pada Panti Asuhan Desa Putera, ruang serba guna dapat dijadikan sebagai ruang rapat, ruang pertemuan, tempat diselenggarakannya acara tertentu, tempat berolahraga dan lainnya. Sedangkan pada Panti Asuhan Mekar Lestari dan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati, ruang serba guna hanya dibatasi sebagai tempat diadakannya acara khusus dan tempat untuk berdoa bersama.

(21)

- Kamar Tidur

Pada dasarnya ketiga panti asuhan memiliki kategori penempatan kamar anak yang sama, yaitu berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin.

- Ruang Belajar

Keberadaan ruang belajar tidak selalu harus dikhususkan hanya untuk belajar, tetapi juga dapat difungsikan sebagai ruang lainnya. Akan tetapi, jika tersedia ruangan yang memadai, sebaiknya ruang belajar dikhususkan agar tidak mengganggu kenyamanan belajar.

- Kantor Administrasi

Ketiga panti asuhan memiliki kantor administrasi yang berfungsi sebagai ruangan untuk para staff panti asuhan, yang meliputi sekretaris, bendahara, dan bagian logistik.

- Kantor Pemilik Yayasan

Tidak semua panti asuhan memiliki yayasan karena sebagian dari panti asuhan itu berdiri sendiri.

- Kantor Pemimpin Yayasan

Ketiga panti asuhan memiliki kantor yayasan yang berada di lantai 1. Dengan demikian, tamu ataupun donatur dapat lebih mudah untuk bertemu dengan pemilik yayasan.

- Ruang Pengasuh

Ketersediaan ruang pengasuh bergantung pada besar atau kecilnya panti asuhan. Selain itu keberadaan panti asuhan didasarkan oleh kebutuhan anak asuhnya.

- Ruang Rapat

Ketersediaannya ruang rapat didasarkan pada kebutuhan dari setiap panti. Tidak semua panti asuhan memerlukan ruang rapat.

- Perpustakaan

Tidak semua panti asuhan memiliki perpustakaan di dalamnya. Jika tersedia sekalipun, perpustakaan hanya berperan sebagai fasilitas tambahan yang dapat menunjang pendidikan anak asuhnya.

- Ruang Penyimpanan Logistik

Ketiga panti tersebut memiliki ruang penyimpanan logistik khusus sehingga dapat terlihat lebih tertata.

(22)

- Dapur

Ketiga panti tersebut memiliki dapur yang berdekatan dengan ruang makan sehingga lebih efisien.

- Ruang Makan

Ketiga panti tersebut memiliki ruang makan yang dilengkapi dengan wastafel dan air minum.

- Gudang

Ketiga panti tersebut memiliki ruangan gudang khusus sehingga ruangan dapat terlihat lebih tertata.

- Kamar Tidur Pemimpin Yayasan

Ketiga panti tersebut memiliki kamar tidur pemimpin yayasan karena pemimpin yayasan ikut tinggal di dalam panti.

- Ruang Loker

Keberadaan ruang loker di dalam sebuah panti bergantung pada banyaknya pengguna yang memerlukan loker sebagai tempat penyimpanan. Panti asuhan yang hanya merawat anak balita – usia sd, biasanya tidak memiliki ruang loker khusus. Sebagai penggantinya, mereka hanya disediakan beberapa buah lemari untuk menyimpan pakaian mereka sehingga tidak memerlukan ruang loker khusus.

Gambar

Gambar 2.1. Kebudayaan Betawi  (Sumber: Google, 2014)
Tabel 2.1. Tabel Perbandingan Hasil Survei  (Sumber: Rini Jayanti, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Food & Beverages .Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kulikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang telah diperoleh dalam

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik awal limbah laboratorium kimia dan karakteristik limbah laboratorium kimia setelah diolah dengan

Merupakan suatu jenis komputer yang bisa digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif (sangat banyak jumlahnya). Komputer Hibrid

Instruksi Kepada Peserta (IKP) ietm 18.7 yaitu Apabila peserta yang lulus pembuktian kualifikasi, kurang dari 3 (tiga) maka seleksi dinyatakan gagal ;dan item 22.1 yaitu Apabila

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Balai Veteriner Medan. Demikian disampaikan untuk