• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS INJEKSI BATANG DALAM MENGENDALIKAN

HAMA ULAT KANTONG (Metisa plana) PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI KEBUN LARAS

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

TEGUH WIBOWO

12011321

PROGRAM STUDI

BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2016

(2)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan Diploma IV pada Program Studi Budidaya Perkebunan

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

EFEKTIVITAS INJEKSI BATANG DALAM MENGENDALIKAN HAMA ULAT KANTONG (Metisa plana) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI KEBUN LARAS

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

TEGUH WIBOWO 12011321 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN 2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

Nama Lengkap : TEGUH WIBOWO

Nomor Induk : 12011321

Program studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN

Judul Penelitian :

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. P. Sembiring Dr. Ir. Ahmad Saleh, M.Sc

Mengetahui,

Ketua Ka. PS BDP

Wagino, S.P., M.P Guntoro, S.P., M.P

EFEKTIVITAS INJEKSI BATANG DALAM

MENGENDALIKAN HAMA ULAT KANTONG (Metisa plana) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI KEBUN LARAS

(4)

Pembimbing Tugas Akhir : 1. Ir. P. Sembiring

2. Dr. Ir. Ahmad Saleh, M.Sc

Tim Penguji : 1. Hardy Wijaya, S.P.

2. Ir. W.A. Tambunan, M.P.

(5)

i

RINGKASAN

TEGUH WIBOWO. EFEKTIVITAS INJEKSI BATANG DALAM

MENGENDALIKAN HAMA ULAT KANTONG ( M. plana) PAA TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis jacq) DI KEBUN LARAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV. Tugas akhir mahasiswa stipap program studi budidaya perkebunan di bimbing oleh Ir. P. Sembiring dan Dr.Ir. Ahmad Saleh, M.Sc., Kelapa sawit ( Elaeis guineensis jacq ) adalah komoditas yang cukup cerah, hasil kelapa sawit terutama di gunakan sebagai bahan pangan olahan dan campuran bahan kosmetik sedangkan kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan. penelitian di laksanakan di afdeling I kebun laras PT. Perkebunan Nusantara IV. Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Maret-Juli 2016. Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan analisa deskriptif, dengan cara menggunakan data –data sekunder di lokasi penelitian di afdeling I Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase mortalitas pengendalian hama ulat kantong M.plana dengan metode injeksi batang pada bulan Maret sebesar

94,98 %, April sebesar 91,62% Juli sebesar 89,43% dan persentase rata-rata mortalitas 92,01%. Dari insektisida yang di gunakan yaitu insektisida sistemik Manthene 75 SP berbahan aktif asefat adalah yang terbaik untuk mengendalikan hama ulat kantong M.plana .

(6)

ii DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN ... i DAFTAR ISI ... ii KATA PENGANTAR ... iv RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Urgensi Penelitian ... 2 1.3.Tujuan Khusus ... 3 1.4.Target Temuan ... 3 1.5.Kontribusi ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Morfologi Kelapa Sawit dan Hama Ulat Kantong ... 4

2.1.1. Bagian Vegetatif dan Generatif Kelapa Sawit ... 5

A. Akar ... 5 B. Batang ... 6 C. Daun ... 7 D. Bunga ... 8 E. Buah ... 9 2.2.Ulat Kantong ... 11

2.2.1.Siklus Hidup Ulat Kantong ... 12

A. Telur ... 12

B. Larva ... 12

C. Pupa ... 13

D. Imago ... 13

2.3. Gejala Dan Kerusakan Akibat Hama Ulat Kantong M. plana... 14

2.4. Pengendalian Hama Ulat Kantong ... 15

2.4.1. Pengendalian Kimiawi ... 15

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 17

3.1.Tempat dan Waktu ... 17

3.2.Bahan dan Alat ... 17

3.2.1. Bahan ... 17

3.2.2. Alat ... 17

3.3.Metode penelitian ... 17

3.4.Cara Kerja ... 18

(7)

iii

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1. Informasi Umum ... 19

4.1.1. Sejarah singkat Kebun Laras ... 20

4.1.2. Letak Geografis ... 20

4.1.3. Luas Areal ... 19

4.2.Curah Hujan ... 21

4.3.Kebijakan Perusahaan ... 24

4.4.Tingkat Serangan hama ulat kantong ... 25

4.4.1. Kriteria tingkat serangan ... 25

4.4.2. Ketentuan titik dan baris ... 25

4.4.3. Cara sensus ... 26

4.5. Sensus sebelum dan sesudah pemberantasan ... 27

4.6. Insektisida ... 33

4.7. Teknis Pelaksanaan Injeksi Batang ... 34

4.8. Jumlah pemakaian Insektisida... 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1. Kesimpulan ... 37 5.2. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN ... 39 Lampiran 1 ... 39 Lampiran 2 ... 40 Lampiran 3 ... 41

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Efektivitas Injeksi Batang Dalam Mengendalikan Hama Ulat Kantong (M. plana) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP).

Dalam penulisa Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Wagino, S.P., M.P selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

2. Bapak Guntoro, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Jurusan Budidaya Perkebunan

3. Bapak Ir. P. Sembiring selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Ahmad Saleh, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengerjakan tugas akhir dan memberi motivasi serta inspirasi bagi penulis.

4. Bapak Hardy Wijaya, S.P. dan Bapak Ir. W.A. Tambunan, M.P. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

5. Ayahanda Widodo dan Ibunda Kusmayanti yang telah mendukung dan memotivasi penulis tanpa henti.

6. Seluruh keluarga besar yang telah mendukung : Widya Sasika selaku kakak pertama dan adik saya Bela Tri Madona. Keponaan saya Amalia Dian Safitri, dan pacar saya yang selalu mendukung pengerjaan tugas akhir ini Marni Suma.

(9)

v

7. Sahabat sahabat M.alfarizi, M.syafrizal, M. ilham lbs yang telah bekerja sama memberikan dukungan selama ini serta sahabat sahabat BDP A angkatan 2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

8. PT. Perkebunan Nusantara IV yang telah memberi izin kepada saya untuk melakukan penelitian. Kepada karyawan Kebun Laras PT Perkebunan Nusantara IV, Asisten Afdeling I dan Mandor Panen Afdeling I yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya khususnya dalam Budidaya Kelapa Sawit. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini bermanfaat.

Medan, November 2016 Penulis

(10)

vi

RIWAYAT HIDUP

Teguh Wibowo dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Desember 1993, merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara dari Ayahanda Widodo dan Ibunda Kusmayanti. Penulis menyelesaikan pendidikan formal sebagai berikut.

1. Tahun 1999 – 2005 menempuh pendidikan di SD Negeri 104209 Saentis. 2. Tahun 2005 – 2008 menempuh pendidikan di SMP Negeri 3 Pst

3. Tahun 2008 – 2011 menempuh pendidikan di SMA PAB 8 Saentis 4. Tahun 2012 2016 menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Pertanian Agrobisnis Perkebunan dengan jurusan Bubidaya Perkebunan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di :

1. Kebun Pasir Mandoge PT. Perkebunan Nusantara IV 2. Kebun Batang Serangan PT. Perkebunan Nusantara II 3. Kebun Damar Condong PT. Mopoli Raya

4. Pengabdian masyarakat di Desa Tanjung Harap Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1. Akar kelapa sawit ... 5

2.2. Batang kelapa sawit ... 6

2.3. Daun kelapa sawit ... 7

2.4. Bunga betina dan bunga jantan ... 8

2.5. Buah kelapa sawit ... 9

2.6. Ulat kantong M. plana... 11

4.1. Grafik rata-rata curah hujan ... 22

4.2. Grafik rata-rata hari hujan ... 23

4.3. Grafik hama ulat kantong sebelum dan setelah pengendalian ... 29

4.4. Grafik mortalitas hama ulat kantong ... 30

4.5. Insektisida Manthene ... 32

4.6. Penginjeksian ... 34

(12)

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

2.1. Siklus hidup ulat kantong M. plana ... 14

4.1. Luas afdeling I kebun laras ... 20

4.2. Curah hujan dan hari hujan ... 20

4.3. Kriteria serangan ulat kantong M. plana ... 24

4.4. Sensus serangan ulat kantong pemberantasan Maret 2016. ... 26

4.5. Sensus serangan ulat kantong pemberantasan April 2016 ... 27

4.6. Sensus serangan ulat kantong pemberantasan Juli 2016 ... 27

4.7. Rekapitulasi sebelum dan setelah pemberantasan ... 28

4.8. Realisasi injeksi batang di afdeling I kebun laras ... 31

4.9. Penggunaan bahan insektisida maret 2016 ... 34

4.10. Penggunaan bahan insektisida april 2016 ... 35

4.11. Penggunaan bahan insektisida juli 2016 ... 35

4.12. Rekapitulasi penggunaa bahan insektisida ... 36

4.13. Tabel harga insektisida ... 36

4.14. Tabel lampiran 1 Maret 2016 ... 39

4.15. Tabel lampiran 2 April 2016 ... 40

(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah komoditas yang cukup penting di indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Hasil kelapa sawit terutama digunakan sebagai bahan pangan olahan dan campuran bahan kosmetik, sedangkan kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan (Hartanto, 2011).

Peningkatan jumlah kebutuhan dan semakin beragamnya pemanfaatan produk olahan kelapa sawit menyebabkan kelapa sawit terus berkembang. Bahkan tanaman penghasil minyak nabati ini menjadi penyumbang devisa non-migas terbesar ketiga setelah karet dan kopi (Hartanto, 2011).

Indonesia merupakan produsen crude oil palm (CPO) terbesar di dunia kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kebun kelapa sawit nasional dilakukan oleh perkebunan besar swasta (PBS), perkebunan rakyat (PR) dan perkebunan besar negara (PBN) telah menyebar di 19 provinsi (Sulistiyo, 2010).

Hama kelapa sawit akhir-akhir ini cenderung meningkat dan beragam. Tingkat serangan hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit, tidak sama antar daerah. Serangan UPDKS mengakibatkan kelapa sawit kehilangan daun dan akhirnya menurunkan produksi kelapa sawit (Prawirosukkarto, 2002).

Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) terdiri dari ulat api, ulat kantong dan ulat bulu. Jenis UPDKS yang sering menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit (Lubis, 2008). Hama ulat kantong (M. plana) merupakan jenis ulat kantong yang menyerang tanaman kelapa sawit, penyebarannya cepat sekali pada daerah yang monokultur. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga akan mengering yang digunakan sebagai bahan pembuatan kantong ulat tersebut (Hakim, 2007).

(14)

2

Menurut Hakim (2007), akibat serangan hama ulat kantong, anak-anak daun menjadi berlubang-lubang dan kemudian mengering. Kerusakan akibat hama ini dapat menimbulkan penyusutan produksi.

Untuk mengurangi atau menekan tingkat kerusakan oleh hama ulat kantong perlu dilakukan tindakan pengendalian injeksi batang untuk mengendalikan hama ulat kantong. Dengan menginjeksikan pada batang tanaman kelapa sawit dewasa. Alat ini mempunyai tingkat ke efektifan yang diharapakan dapat mengurangi dampak kerugian yang di timbulkan hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Berhubung sistem aplikasi fogging kurang efektif dalam pengendalian hama ulat kantong, maka pihak perusahaan menggunakan teknik injeksi batang.

1.2. Urgensi Penelitian

Budidaya tanaman kelapa sawit sering kali mengalami gangguan serangan hama, khususnya hama ulat kantong. Pengaruh dari serangan ulat kantong di tandai dengan kenampakan tanaman tajuk tanaman yang kering seperti terbakar. Pada semua umur tanaman rentan terhadap serangan hama ulat kantong.

Keadaan ini mungkin menimbulkan kemudahan penyebaran ulat kantong pada tanaman yang lebih tua karna antar perlepah daun sudah saling bersinggungan. Dengan daun yang habis akan sangat mengganggu proses fotosintesis tanaman kelapa sawit.

Secara umumulat kantong merupakan serangga perusak yang memakan daun tanaman, terutama tanaman kelapa sawit. Dalam hal ini, untuk menghindari terjadinya tingkat serangan yang lebih tinggi maka pihak perusahaan melakukan pengendalian hama ulat kantong dengan metode injeksi batang (Susanto, 2012).

(15)

3

1.3. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui efektivitas pengendalian hama ulat kantong dengan metode injeksi batang (Trunk Injection) pada tanaman kelapa sawit.

1.4. Target Temuan

Tujuan untuk mengetahui efektivitas pengendalian hama ulat kantong di perkebunan kelapa sawit dengan sistem perlakuan injeksi batang.

1.5. Kontribusi

 Sebagai bahan informasi dalam mengendalikan hama ulat kantong di perkebunan kelapa sawit.

(16)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu (disebut juga syarat tumbuh kelapa sawit) kondisi iklim,tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit (Sulistiyo, 2010).

Produksi tandan buah segar (TBS), minyak sawit, dan minyak inti sawit yang terkandung di dalam perbatang pohon kelapa sawit tidak sama setiap tahunnya, tetapi berkembang sesuai dengan umur tanamannya (Pardamean, 2011).

2.1. Morfologi Kelapa Sawit dan Hama Ulat Kantong

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU – 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembapan 80-90 persen. Sedangkan intensitas penyinaran matahari yang cocok untuk tanaman kelapa sawit adalah sekitar 5-7 jam per hari (Hartanto, 2011).

Tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi sebagai berikut: a. Kingdom : Spermatophyta b. Subkingdom : Aingospermae c. Class : Monocotyledoneae d. Phylum : Palmaceae e. Subphylum : Cocoideae f. Genus : Elaeis

(17)

5

2.1.1 Bagian Vegetatif dan Generatif Kelapa Sawit A. Akar

Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar–akar primer pada umumnya tumbuh kebawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah seperti pada (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Akar Kelapa Sawit

Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar – akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit.

Perakarannya yang paliang padat terdapat pada kedalalaman 25 cm. Panjang akar yang tumbuh kesamping dapat mencapai 6 meter. Tanaman sawit tidak bole terendam air. Oleh karena itu, permukaan air tanah harus di upayakan sekitar kedalaman 80-100 cm, teristimewa areal tanah gambut drainase harus lancar (Risza, 1995).

B. Batang

Kelapa sawit termasuk tanaman monocotil tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian batang. Diameter batang dapat mencapai 90 cm. Tinggi batang untuk tanaman komersial tidak lebih dari 12 meter. Jika tanaman telah mencapai ketinggian lebih dari 12 meter sudah sulit

(18)

6

dipanen, maka pada umumnya tanaman di atas umur 25 tahun sudah diremajakan seperti pada (Gambar 2.1).

Gambar 2.2. Batang Kelapa Sawit

Nenek moyang tanaman kelapa sawit sebanyak 4 batang di KEBUN RAYA BOGOR yang ditanam pada tahun 1848 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya mencapai 20 meter.

Batang sawit berfungsi sebagai penyimpanan dan pengangkutan bahan makanan untuk tanaman serta sebagai penyangga mahkota daun. Pelepah tumbuh secara teratur membentuk spiral yang biasanya 8 spiral. Selanjutnya di nyatakan bahwa kelapa sawit memiliki rumus daun 3/8. Spiral ada yang mengarah ke kiri ada yang ke kanan tergantung sifat genetisnya (Risza, 1995).

(19)

7

C. Daun

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun mencapai 120 cm. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu lebih kurang 7 tahun; jumlah pelepah dalam 1 pohon dapat mencapai 60 pelepah seperti pada (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Daun Kelapa Sawit

Untuk kemudahan panen digunakan sistem songgo dua, jumlah daun setelah tunas pemeliharaan di pertahankan sekitar 48-45 pelepah. Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 meter. Daun kelapa sawit berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan alat respirasi. Oleh karena itu pemangkasan pelepah daun sejauh mungkin dihindarkam, kecuali pemangkasan pendahuluan dan pangkas pemeliharaan yang hanya di benarkan sampai songgo dua.

Jika peleph dapat di pertahankan lebih lama berarti semakin lama pula proses fotosintesis berlangsung dan semakin banyak bahan makanan yang dikirim ke buah. Hal ini berarti tandan akan meningkat lebih berat (Risza, 1995)

(20)

8

D. Bunga

Kelapa sawit memulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan kelapa sawit termasuk monoccious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam 1 tandan terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga seperti itu disebut bunga banci (hermaprodit). Tanaman sawit dapat menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk sendiri seperti pada (Gambar 2.4).

(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Bunga Jantan dan (b) Bunga Betina a. Bunga Jantan

Bunga betina dalam 1 tandan juga dapat mencapai 200 spiklet. Tetapi dalam 1 spiklet hanya terdapat ± 20 bunga betina. Dalam 1 tandan bunga betina terdapat lebih kurang 3.000 bunga betina. Bentuk bunga betina seperti bunga cengkeh. Ex diverenciation terjadi 17-25 bulan sebelum masa receptive. b. Penyerbukan

Bunga jantan biasanya terbuka atau mekar selama 2-4 hari. Namun secara efektif dapat menyerbuki selama 2-3 hari dan selanjutnya hidup sudah menurun. Bunga jantan pada saat terbuka yaitu masa anthesis. Tepung sari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik yang di sukai serangga penyerbuk. Setelah lewat 4 hari berubah menjadi kecoklat coklatan.

(21)

9

Penyerbukan dapat dilakukan dengan angin , bantuan manusia atau serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk kelapa sawit yang sudah lama ada di indonesia antara lain. Trips Hawaiensis. Sex ratio dapat mencapai 50% - 90%. Serangga ini masih dianggap kurang aktif karena tidak secara sempurna dapat menyerbuki seluruh bunga betina sampai ke pangkal tandan yang terjepit pelepah dan lapisan bunga yang berada di bagian dalam. Oleh karena itu timbulah ide penyerbukan buatan yang dilakukan oleh manusia yang biasa disebut asisted pollination namun biayanya sangat mahal.

Pada saat ini asisted polination tidak diakukan lagi secara komersial, karena sudah ada serangga penyerbuk kelapa sawit Elaedobius kamerunicus yang telah di introduksi dari Afrika pada tahun 1981 ke malaysia dan ke indonesia pada tahun 1983. Serangga ini sangat aktif dan populasinya sangat cepat, sehingga sangat mempengaruhi peningkatan produktivitas kelapa sawit (Risza, 1995).

E. Buah

(22)

10

Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang ± 6 bulan. Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung dari

keadaan iklim setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat mencapai ± 2.000 buah seperti pada (Gambar 2.5).

Buah kelapa sawit pada waktu mudah bewarna hitam (Varitas Nigrescens), kemudian setelah berumur lebih kurang 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kekuningan. Pada saat perubahan warna tersebut terjadi proses pembentukan minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butir-butir minayak mengandung zat warna (corotein). Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3-4 minggu yaitu sampai tingkat morfologis. Yang disebut matang morfologis adalah buah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologis adalah buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni lebih kurang 1 bulan setelah mtang morfologis. Berat buah berkisar 10-20 gram. Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri dari 3 bagian, yakni:

1. Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar.

2. Lapisan tengah (Meso Carpium) disebut daging buah, mengandung minyak sawit.

3. Lapisan dalam (Endo Carpium) disebut inti, mengandung minyak inti. Di antara inti dan daging buah terapat lapisan tempurung(cangkang) yang keras. Biji kelapa sawit (Kernel) terdiri dari 3 bagian, yakni:

1. Kulit biji (Spermodermis) di sebut cangkang (shee). 2. Tali pusat (funiculus).

3. Inti biji (Nucleus seminis).

Di dalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru. (Risza, 1995).

(23)

11

2.2. Ulat Kantong M. plana

Ulat kantong termasuk dalam family psychidae. Tujuh spesies yang perna di temukan pada tanaman kelapa sawit adalah M. plana, Mahasena corbetti, Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp, dan Cryptothelea cardiophaga. Jenis ulat kantong yang paling merugikan diperkebunan kelapa sawit adalah M. plana dan M. corbetti. (Anonimus, 2011).

Gambar 2.6. Ulat Kantong M. plana

Dapat di lihat bentuk atau jenis hama ulat kantong M. plana seperti pada (Gambar 2.6)

Ulat kantong memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum : Arthropoda Subphylum : Mandibulata Class : Insecta Subelass : Dicondylia Ordo : Lepidoptora Genus : Metisa Spesies : M. plana

(24)

12

Ulat ini disebut ulat kantong karena berada di dalam “rumahnya” yang berbentuk kantong. Kantong terbuat dari sisa-sisa daun yang dimakannya dengan perpaduan benang liurnya. Serangga ulat kantong biasanya dilakukan setempat demi setempat (Soetedjo, 1989).

2.2.1. Siklus Hidup Ulat Kantong M. plana

A. Telur

Telur ulat kantong terjadi di dalam kantong imago betina dengan telur yang dihasilkan sebanyak 100-300 butir selama hidupnya. Telur diletakkan dalam kantong imago betina dan menetas dalam waktu 18 hari. Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk seperti tong yang mempunyai lapisan jorion yang halus. Telur akan berubah warna menjadi kecoklatan menjelang penetasan. Produktifitas M. plana relatif rendah jika dibandingkan dengan speies ulat kantong yang lain mencapai 2000-3000 telur per betina (Susanto, 2012).

B. Larva

Pembentukan kantung hampir sama pada semua instar. Setelah penetasan instar pertama pada kantong pupa induk dan keluar dari bagian anterior kantong. Kemudian larva tersebut memotong jaringan dari permukaan daun kemudian dikaitkan satu sama lain dengan sutera.

Meskipun dilapangan, pengukuran dapat mengalami kesulitan karena larvanya tersembunyi. Dalam situasi ini, pengukuran panjang kantong dan pengamatan morfologi kantong menjadi berguna (Susanto, 2012).

Ciri khas masing-masing instar adalah: instar I, permukaan kantong relatif lembut; instar II, sedikit kecil dan sekeliling potongan daun terikat dengan longgar pada bagian ujung anterior kantong; instr III, lebih besar, potongan daun-daun berbentuk persegi panjang (sampai 6 potong) terikat pada bagian ujung posterior kantong; instar IV, lebih banyak potongan daun berbentuk bulat sampai persegi panjang sampai terikat longgar, terlihat seperti semak;

(25)

13

instar V, kebanyakan potongan daun yang longgar menempel ke bawah, terlihat halus dan terdapat tanda putih yang menyempit; instar VI, semua potongan daun yang longgar menempel ke bawah dan tanda putih melebar sampai seperempat panjang kantong; instar VIII, sama dengan instar VI tetapi dengan tanda putih yang lebih lebar dan lebih panjang (Susanto, 2012).

C. Pupa

Dimorphisme seksual juga tercatat pada ukuran pupa (jantan lebih kecil dari betina). Panjang pupa jantan lebih pendek dibandingkan betina (18-12 mm vs 11-15 mm), pupa jantan menggantung seperti kait pada permukaan bawah daun. Waktu perkembangan pupa keseluruhan selama 25 hari (Susanto, 2012).

D. Imago

Jantan M. plana akan menjadi imago ngengat. Ngengat ulat kantong mempunyai rentang sayap hingga 12-20 mm. Sayap bewarna cokelat kehitaman dan dapat hidup 1-2 hari dalam kondisi laboratorium untuk melakukan popilasi. Ulat kantong betina dewasa tanpa sayap, dan menghabiskan telur sebanyak 100-300 butir serta akan mati setelah telur menetas (Susanto, 2012).

Tabel 2.1. Siklus Hidup Ulat Kantong (M. plana)

Stadia Lama (hari) Keterangan

Telur 18 Jumlah telur 100-300

Larva 50 Terdiri dari 7 instar, berada di dalam kantong

Pupa 25 Menggantung pada bagian permukaan daun bagian bawah

(26)

14

2.3. Gejala dan Kerusakan Akibat Hama Ulat Kantong (M. plana)

Penyebab kerusakan adalah pada fase larvanya (ulat). Ulat yang masih muda hanya memakan daging daunnya saja, tidak dengan epidermisnya. Sedangkan ulat yang tua memakan seluruh bagian helai anak daun (Hakim, 2007).

Akibat serangan ulat ini, anak-anak daun menjadi berlubang-lubang dan kemudian kering. Sifatnya yang menonjol, memakan helai daun dari daun yang satu kedaun yang lainnya, atau dari pohon yang satu kepohon yang lainnya (Hakim, 2007).

Kerusakan akibat hama ini dapat menimbulkan penyusutan produksi pada tahun pertama sampai 40%. Pada tahun berikutnya “recovery” masih belum sempurna (Hakim,2007).

Ulat kantong dapat menyerang pada semua umur kelapa sawit namun penyebaranya akan lebih tinggi pada tanaman berumur 8 tahun. Hal ini dikarenakan tajuk antara tanaman yang dengan tanaman yang lainnya sudah bersinggung (Hakim, 2007).

2.4. Pengendalian Hama Ulat Kantong M. plana Secara Kimiawi

Pengendalian hama ulat pemakan daun kelapa sawit, khusunya ulat kantong memiliki perilaku yang khusus. Hal ini dikarenakan ulat kantong memiliki kantong yang menyelimutinya. Kantong tersebut berguna untuk melindungi ulat dari ancaman predator. Jika hendaknya melakukan pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan racun yang bersifat sistemik. Racun sistemik adalah racun yang diserap melalui sistem organisme misalnya melalui akar atau daun kemudian di serap kedalam jaringan tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga mengakibatkan peracunan bagi hama. Pengendalian dapat menggunakan Injeksi batang (Susanto, 2012).

(27)

15

Yang dimaksud dengan pengendalian hama adalah usaha untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat ambang batas sehingga tidak merugikan secara ekonomi dan tidak melampaui batas kritis. Batas populasi kritis untuk hama ulat kantong yaitu 5 ulat/pelepah (Risza, 1995).

Pengendalian hama ulat kantong di Afdeling I Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV akan dilakukan dengan metode injeksi batang

yang dilakukan dengan cara:

a. Bor batang kelapa sawit dengan menggunakan alat bor sebanyak 2 lubang per pokok pada ketinggian 100 cm dari tanah sedalam 30 cm dengan sudut kemiringan 40°.

b. Suntikan insektisida ke batang tanaman kelapa sawit sebanyak 10ml/ lubang

c. Berikan tanda pada pohon yang sudah di aplikasikan insektisida menggunakan cat warna sebagai penanda.

Pihak perusahaan menggunakan insektisida contohnya yaitu : Manthene di pilih insektisida yang sistemik.

(28)

16

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Afdeling I Kebun Laras bulan Maret sampai dengan Juli tahun 2016.

3.2. Bahan Dan Alat 3.2.1. Bahan

 Insektisida Manthene 75 SP  Air

 Cat minyak warna  Tanah 3.2.2. Alat  Mesin bor  Spit suntik  APD  Ember  Kuas 3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode analisa deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder dari hasil pengendalian.

(29)

17

3.4. Cara Kerja

Pengendalian hama ulat kantong dengan metode injeksi batang dilakukan oleh petugas hama Afdeling I Kebun Laras :

1. Mengambil data sensus hama ulat kantong sebelum aplikasi dan sesudah aplikasi.

2. Pokok di bor pada ketinggian 1 m dari tanah dengan sudut kemiringan 45°. Setiap pokok di buat 2 lubang injeksi sedalam 30 cm dengan arah yang berlawanan.

3. Setelah di buat lubang, pekerja bertugas menyuntikan insektisida kedalam lubang tersebut dengan menggunakan alat suntik. Setiap 1 lubang diberi insektisida dengan dosis 13,5 cc insektisida Manthene dan 2 lubang setara dengan dosis 27 cc/phn setelah di larutankan dengan air.

4. Setelah insektisida di suntikan, pekerja berikutnya menyusul untuk menutup lubang-lubang tersebut dengan menggunakan tanah. Selanjutnya memberikan tanda dengan cat bewarna.

5. Sensus ulat kantong dilakukan 3 kali yaitu 3, 10, 17 hari setelah aplikasi injeksi batang.

3.5. Pengamatan Penelitian

Pada penelitian ini data yang diamati di kebun yaitu :

1. Pengambilan data sensus sebelum pengendalian pada tanaman yang terserang ulat kantong M. plana.

2. Pengambilan data hasil sensus setelah pengendalian pada tanaman yang terserang setelah penginjeksian batang.

(30)

18

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Informasi Umum

Penelitian ini telah selesai dilaksanakan di Afdeling I Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara.

4.1.1. Sejarah Singkat Kebun Laras

Pada mulanya perkebunan ini milik Perkebunan Belanda dengan nama H.V.A (Handels Vergining Amsterdam). Dengan budidaya yang ditanam pertama adalah Serat Nanas (Agave). Setelah belanda meninggalkan Indonesia pada tahun 1958, Perkebunan ini di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia (Nasionalisasi) dan diberi nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Baru. Pada tahun 1961 / 1962 terbentuk PPN Sumut dan Kebun Laras tergabung dalam PPN Sumut III. Kemudian pada tahun 1998 PPN Sumut III beralih menjadi PN. Perkebunan VII, sekaligus Tanaman Nanas dikonversi menjadi Tanaman Kelapa Sawit.

Pada Tahun 1972 Perkebunan Laras dengan Perkebunan Dolok Ilir digabung menjadi satu dipimpin o1leh seorang administrator dengan pembagian afdeling sebagai berikut.

 Perkebunan Laras terbagi menjadi 5 (Lima) Afdeling dengan seorang Asisten Kepala.

 Perkebunan Dolok Ilir terbagi 9 (Sembilan) Afdeling dengan 2 orang Asisten Kepala.

Pada tahun 1980 Perkebunan Laras dan Dolok Ilir dipisah dan berdiri sendiri, masing-masing dipimpin oleh seorang Administrator. Kebun Laras terdiri dari 5 Afdeling, dimana produksinya masih tetap diolah di Kebun Dolok Ilir.

(31)

19

Berdasarkan surat keputusan mentri No. 54/KNK/011/85, TGL. 13 Januari 1985 PNP VII dirubah menjadi PTP. VII (Persero), dengan visi dan misi Tri Darma Perkebunan, yaitu :

 Menambah Devisi Negara

 Memelihara Kesuburan Tanah dan Potensi Sumber Daya Alam  Memperluas Lapangan Kerja

Pada tanggal 14 Februari 1996 melalui peraturan pemerintah No. 9 tahun 1996, PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII digabung menjadi PTP. Nusantara IV (Persero)deengan kantor pusat di Bah Jambi.Sejak tanggal 01 Januari2003 Kantor Pusat PTP. Nusantara IV (Persero) pindah dari Bah Jambi ke Medan.

4.1.2. Letak Geografis

Perkebunan Laras berada pada ketinggian 130 mdpl, dengan jenis tanah S1 dan kondisi areal secara umum dengan rata.Pada bulan April 2010 terjadi Rasionalisasi Afdeling di Unit Kebun Laras dari 5 Afdeling menjadi 4 Afdeling tmt. 01 April 2010, yang terletak di 3 Kecamatan, yaitu :

 Kecamatan Gunung Maligas  Kecamatan Bandar Huluan  Kecamatan Gunung Malela Batas-batas Kebun Laras :

 Sebelah Utara berbatas dengan Kebun Bandar Betsy PTPN III.  Sebelah barat berbatasan dengan Kebun Dolok Ilir PTPN IV.  Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Bukit Maraja.  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kebun Bangun PTPN III.

4.1.3. Luas Areal

Untuk mengetahui lebih jelas luas Afdeling I Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV dilihat pada tabel berikut.

(32)

20 Tabel 4.1. Luas Afdeling I Kebun Laras

Tahun Tanam Luas (ha) Jumlah Pohon SPH

1992 8 944 118 1994 130 16.666 128 1997 516 65.048 126 1998 159 20.527 129 1999 88 10.111 144 2005 14 1.861 132 2011 78 10.906 139 2012 26 3.544 136 TOTAL 1.019 129.607 1.052 4.2. Curah Hujan

Tabel 4.2. Data hari hujan dan curah hujan di Afdeling I kebun Laras PTPN IV tahun 2013-2015.

Tabel 4.2. Curah Hujan dan Hari Hujan

Bulan 2013 2014 2015 Rata-rata 2016 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Jan 238 10 66 2 338 11 214 8 146 5 Feb 284 10 14 1 49 5 116 5 77 10 Mar 156 7 186 6 30 2 124 5 3 1 Apr 355 8 248 6 192 7 265 7 1 1 Mei 177 10 141 7 74 8 131 8 105 9 Jun 118 5 173 10 81 6 124 7 Jul 180 6 156 5 144 10 160 7 Agst 196 11 241 14 271 16 236 14 Sep 242 13 261 14 175 11 226 13 Okt 498 15 469 15 82 6 350 12 Nop 321 10 262 15 293 16 292 14 Des 339 10 266 14 64 4 223 9 Jumlah 3104 115 2483 109 1793 102 2460 109 2245 107 Rata-rata 259 10 207 9 149 9 205 9 187 9 Keterangan : CH = Curah Hujan, HH = Hari Hujan

(33)

21

Jumlah hari hujan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 115 hari, dengan jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 15 hari, dan jumlah hari hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebanyak 118 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 3.104 mm, dengan jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 498 mm dan jumlah curah hujan yang terendah pada bulan Juni sebanyak 177 mm.

Jumlah hari hujan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 109 hari, dengan jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober dan Nopember sebanyak 15 hari, dan jumlah hari hujan terendah terdapat pada bulan Februari sebanyak 1 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2.483 mm, dengan jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 469 mm dan jumlah curah hujan yang terendah pada bulan Februari sebanyak 14 mm.

Jumlah hari hujan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 102 hari, dengan jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Januari sebanyak 16 hari, dan jumlah hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret sebanyak 2 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 1.793 mm, dengan jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Januari sebanyak 338 mm dan jumlah curah hujan yang terendah pada bulan Maret sebanyak 30 mm.

Jumlah hari hujan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 107 hari, dengan jumlah hari hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Februari sebanyak 10 hari, dan jumlah hari hujan terendah pada bulan Maret dan April sebanyak 1 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 2.245 mm, dengan jumlah curah hujan yang tertinggi terdapat pada bulan Januari.

(34)

22

Gambar 4.1. Rata-Rata Hari Hujan Afdeling I Kebun Laras PTPN IV Tahun 2013-2015 dan 2016

Dari keterangan grafik (Gambar 4.1) dapat di lihat bahwa rata-rata curah hujan tahun 2013-2015 curah hujan terdapat pada bulan Oktober dan curah hujan terdapat pada bulan Februari, dan rata-rata curah hujan pada tahun 2016 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Januari dan curah hujan terendah terdapat pada bulan Maret dan April.

(35)

23

Gambar 4.2. Rata-Rata Hari Hujan Afdeling I Kebun Laras PTPN IV Tahun 2013-2015 dan 2016

Dari keterangan (Gambar 4.2) dapat di lihat bahwa rata-rata hari hujan tahun 2013-2015 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Agustus dan curah hujan terendah terdapat pada bulan Maret, dan rata-rata hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret dan April.

4.3. Kebijakan Perusahaan Tentang Pengendalian Hama Ulat Kantong

Dari data yang diperoleh di PTPN IV Kebun Laras Afedling I tentang pengendalian hama ulat kantong menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman kelapa sawit di setiap blok sangat bervariasi. Hama yang menyerang selalu berpindah-pindah dan tidak berada di satu tempat yang sama. Penyebaran ulat kantong yang cukup cepat menjadi salah satu hambatan. Pengendalian hama ulat kantung dilakukan dengan alat injeksi dengan menggunakan mesin still, dan insektisida yang digunakan, yaitu Manthene dengan dosis 12,5 gr/pokok. insektisida tersebut digunakan pada saat pengendalian dan bahan insektisida tergantung pada pihak kebun atau yang

(36)

24

tersedia di kebun. Hasil dari insektisida tersebut menunjukan mortalitas dan tingkat serangan yang menurun.

Dalam melakukan pengendalian hama ulat kantung, di awali dengn sensus populasi ulat perpelepah. Sensus terdiri dari sensus global dan sensus efektif. Sensus global dilakukan dengan pengambilan pohon sampel, jumlah pohon sampel pada sensus global 1 pohon/ha. Sensus efektif dilakukan dengan pengambilan pohon sampel sebanyak 5 pohon/ha. Sensus efektif dilakukan apabila hasil sensus global sudah melampui batas minimal (3-5 ekor perpelepah).

4.4. Tingkat Serangan Hama Ulat Kantong M. plana Di Afdeling I

Untuk mengetahui tingkat serangan hama ulat kantong M. plana dilakukan kegiatan pendahuluan berupa sensus pokok pada pokok sampel. Kegiatan

sensus dilakukan untuk mengetahui tingkat serangan hama ulat kantung M. plana yang terdapat di Afdeling I Kebun Laras. Sistem sensus yang

dilakukan menggunakan system sensus umum (global telling) dan sensus efektif (efektif telling).

4.4.1. Tingkat Serangan Ulat Kantong M. plana

Tabel 4.3. Kriteria Serangan M. plana

Kriteria Ulat Per Pelepah

Ringan < 5

Sedang 5 – 10

Berat >10

Pada tabel 4.3 dapat di lihat untuk menentukan kriteria tingkat serangan ulat kantong M. plana yaitu < 5 Ringan, 5-10 Sedang, > 10 Berat.

(37)

25

4.4.2. Ketentuan Titik Dan Baris Sensus

a. Baris Sensus (BS)

- Baris sensus dimulai dari baris ke 3, 15, 27 dan seterusnya dari batas blok. - Semua baris sensus ditandai dengan menggunakan cat minyak berwarna

kuning tua ditepi jalan blok dan batas blok, dengan muda (+). b. Titik Sensus (TS)

- Titik sensus dilapangan sebagai pusat dilakukan sensus ulat kantung - Penentuan titik sensus dimulai dari pokok ke 3, 15, 27 dan seterusnya

disetiap baris sensus

- Titik sensus ditandai dengan cat minyak berwarna kuning tua dibawah nomor TS dengan tanda (0).

c. Pokok Sensus

- Pokok – pokok sensus adalah pokok yang melingkari titik sensus yang berjumlah 6 pokok dan diberi nomor urut dimulai dari selatan searah jarum jam (dari kiri kekanan).

4.4.3. Cara Sensus

a. Dipotong 1 pelepah yang ditaksir banyak ulat atau kalau seandainya tidak ada serangan diambil pelepah pada nomor 25

b. Pada tanaman yang pelepahnya masih terjangkau cukup tundukan dan tidak perlu dipotong

c. Semua ulat yang hidup dihitung, kepompong dan tumpukan telur juga dicatat jenis dan jumlahnya

d. Bila populasi ulat yang tinggi (100-300 ulat/pelepah) sensus hanya dilakukan pada sebelah sisi pelepah saja, hasilnya kemudian dikalikan dua jika populasi ulat terlalu tinggi (>300 ulat/pelepah) sensus dilakukan pada setiap 10 anak daun dan hasilnya dikalikan 10.

e. Data hasil sensus langsung dituliskan dibawah pohon TS (titik sensus) yang bersangkutan didalam peta sensus.

f. Pekerjaan sensus harus dilakukan oleh orang yang sama sebelum dan sesudah pengendalian.

(38)

26

4.5. Sensus Sebelum dan Setelah Pengendalian

Tabel 4.4. Sensus Serangan Ulat Kantung Pengendalian di Bulan Maret 2016 Tahun Tanam Blok Jumlah Pokok Luas (Ha) Luas Serangan (Ha) Sensus Sebelum

Aplikasi Setelah Aplikasi Rata-rata Ulat/Pelepah Kriteria Serangan Rata-rata Ulat/Pelepah Kriteria Serangan 1999 A 1372 14 9 17.45 B 1.17 R C 1875 15 15 20.40 B 2.34 R E 1573 13 8 15.13 B 1.30 R 1998 F 515 5 5 88.48 B 1.84 R Q 2835 21 19 54.60 B 2.28 R T 1240 10 9 41.54 B 2.15 R 1997 AU 1521 13 13 52.13 B 2.84 R AX 2204 19 19 58.94 B 3.02 R AZ 2159 17 5 46.36 B 3.02 R BA 1722 14 5 43.04 B 3.06 R 1999 B 1508 13 12 58.70 B 2.72 R D 2596 22 10 66.58 B 2.56 R Jumlah 21120 176 129 28.3 Rata - rata 1760.00 14.67 10.75 46.95 B 2.36 R

Hasil sensus tingkat serangan ulat kantong M. plana sebelum pengendalian pada bulan Maret 2016 dengan total luas wilayah yang terserang 176 ha, dan total blok yang terserang 12 blok, jumlah pohon yang terserang 21.120 pohon dengan total ulat yang menyerang pada seluruh blok 1.760 ekor, dengan rata – rata ulat kantong 563,35 ekor perpelepah. Serangan tertinggi terdapat pada blok F dengan rata – rata ulat 88,48 ekor perpelepah, dan serangan terendah pada blok E dengan rata – rata ulat 15.13 ekor perpelepah.

Setelah dilakukan pengendalian rata-rata ulat per pelepah adalah 2,36 ulat kantong dengan kriteria serangan ringan. Tertinggi pada blok 1997 BA dengan 3,06 ulat per pelepah dan serangan terendah pada blok 1999 A dengan 1.17 ulat per pelepah.

(39)

27

Tabel 4.5. Sensus Serangan Ulat Kantong Pengendalian di Bulan April 2016

Tahun Tanam Blok Jumlah Pokok Luas (Ha) Luas Serangan (Ha) Sensus Sebelum

Aplikasi Setelah Aplikasi Rata-rata Ulat/ Pelepah Kriteria Serangan Rata-rata Ulat/ Pelepah Kriteria Serangan 1997 BB 2387 19 17 33.78 B 3.14 R BC 2067 16 14 28.51 B 2.08 R Jumlah 4454 35 31 5.22 Rata - rata 2227.00 17.50 15.50 31.15 B 2.61 R

Hasil sensus tingkat serangan ulat kantong M. plana sebelum pengendalian pada bulan April 2016 dengan total luas wilayah yang terserang 35 ha, dan total blok yang terserang 2 blok, jumlah pohon yang terserang 4.454 pohon dengan total ulat yang menyerang pada seluruh blok 2.227 ekor, dengan rata – rata ulat kantong 62,29 ekor perpelepah. Serangan tertinggi terdapat pada blok BB dengan rata – rata ulat 33,78 ekor perpelepah, dan serangan terendah pada blok BC dengan rata – rata ulat 28,51 ekor perpelepah.

Setelah dilakukan pengendalian rata-rata ulat per pelepah adalah 5,22 ulat kantong dengan kriteria serangan ringan. Tertinggi pada blok 1997 BB dengan 3,14 ulat per pelepah dan serangan terendah pada blok 1999 BC dengan 2,08 ulat per pelepah.

Tabel 4.6. Sensus Serangan Ulat Kantong Pengendalian di Bulan Juli 2016

Tahun Tanam Blok Jumlah Pokok Luas (Ha) Luas Serangan (Ha) Sensus Sebelum

Aplikasi Setelah Aplikasi Rata-rata Ulat/ Pelepah Kriteria Serangan Rata-rata Ulat/ Pelepah Kriteria Serangan 1999 D 2487 18 16 29.70 B 4.61 R E 6036 6 5 34.80 B 2.88 R G 1963 17 16 32.30 B 3.01 R H 742 7 7 31.80 B 2.71 R 1999 D 2596 22 12 31.55 B 4.18 R 1997 W 726 7 6 31.10 B 2.83 R Jumlah 14550 77 62 191.25 20.22 Rata - rata 2425.00 12.83 10.33 31.88 B 3.37 R

(40)

28

Dari tabel 4.6 hasil sensus tingkat serangan ulat kantong M. plana sebelum pengendalian pada bulan April 2016 dengan total luas wilayah yang terserang 77 ha, dan total blok yang terserang 6 blok, jumlah pohon yang terserang 14.550 pohon dengan total ulat yang menyerang pada seluruh blok ekor, dengan rata – rata ulat kantong 191,25 ekor perpelepah. Serangan tertinggi terdapat pada blok E dengan rata – rata ulat 34,80 ekor perpelepah, dan serangan terendah pada blok W dengan rata – rata ulat 31,10 ekor perpelepah. Setelah dilakukan pengendalian rata-rata ulat per pelepah adalah 20.22 ulat kantong dengan kriteria serangan ringan. Tertinggi pada blok 1999 D dengan 4,61 ulat per pelepah dan serangan terendah pada blok 1999 H dengan 2,71 ulat per pelepah.

Tabel 4.7. Rekapitulasi Ulat Kantong Sebelum dan Setelah Pengendalian

Dari tabel 4.7 dapat di lihat bahwa tingkat serangan ulat kantong M. plana pada tanaman kelapa sawit menghasilkan pada bulan Maret, April dan Juli sebelum dilakukan pengendalian tingkat serangannya berat. Hal ini disebabkan karena belum adanya pengendalian pada areal yang terkena serangan hama ulat kantong M. plana pada Afdeling I kebun Laras. Sebelum pengendalian pada bulan Maret rata-rata ulat per pelepah 46,95 ulat, bulan April 31,15 ulat per pelepah dan bulan Juli 31,88 ulat per pelepah.

Bulan

Luas

Serangan Rata - rata Ulat/ Pelepah (Ekor) Tingkat Serangan sebelum di injeksi Rata - rata Ulat/ Pelepah (Ekor) Tingkat Serangan Setelah di injeksi Mortalitas (%) Ha Pohon Maret 129 15469 46.95 B 2.36 R 94.98 April 31 3945 31.15 B 2.61 R 91.62 Juli 62 7344 31.88 B 3.37 R 89.43 Rata-rata 92.01

(41)

29

Setelah dilakukan pengendalian tingkat serangan ulat kantong M. plana pada tanaman kelapa sawit menghasilkan pada bulan Maret, April dan bulan Juli tingkat serangan menjadi ringan pada Afdeling I kebun Laras. Pada bulan Maret rata-rata ulat per pelepah 2,36 ulat, bulan April 2,61 ulat per pelepah dan bulan Juli 3,37 ulat per pelepah.

Gambar 4.3. Grafik Hama Ulat Kantong M. plana Sebelum Dan Setelah Pengendalian

Dari Gambar 4.3 dapat di lihat bahwa rata-rata ulat perpelepah sebelum pengendalian pada bulan Maret, April, Juli tingkat serangannya tinggi yaitu tingkat serangan (Berat), setelah di lakukan pengendalian pada bulan Maret, April, Juli tingkat serangannya menurun menjadi tingkat serangan (Ringan).

(42)

30

Gambar 4.4. Mortalitas Hama Ulat Kantong M. plana

Dari Gambar 4.4 dapat di lihat bahwa persentase tingkat mortalitas pengendalian hama ulat kantong M. plana pada bulan Maret sebesar 94,98% pada bulan April sebesar 91,62% dan pada bulan Juli sebesar 89,43%.

(43)

31

Tabel 4.8. Realisasi Injeksi Batang di Afdeling I Kebun Laras

Dari Tabel 4.8 luas ha keseluruhan 284 dengan jumlah pohon keseluruhan 40.124 Pada pohon yang terserang hama ulat kantong M. plana luas serangan/ha keseluruhan sebanyak 222 ha dengan jumlah pohon yang di injeksi sebanyak 26.758 pohon yang terserang

Bulan Tahun Tanam Blok Luas (Ha) Jumlah Pohon luas serangan (Ha) Pohon di Injeksi Maret 1999 A 14 1.372 9 882 C 15 1.875 15 1.875 E 13 1.573 8 968 1998 F 5 515 5 515 Q 21 2.835 19 2.565 T 10 1.240 9 1.116 1997 AU 13 1.521 13 1.522 AX 19 2.204 19 2.204 AZ 17 2.159 5 635 BA 14 1.722 5 615 1999 B 13 1.508 12 1.392 D 22 2.596 10 1.180 April 1997 BB 17 2.387 17 2.136 BC 14 2.067 14 1.809 Juli 1998 D 18 2.487 16 2.211 E 6 6.036 5 503 G 17 1.963 16 1.848 H 7 742 7 743 1999 D 22 2.596 12 1.416 1997 W 7 726 6 623 Jumlah 284 40.124 222 26.758

(44)

32

4.6. Insektisida Sistemik

Insektisida Manthene 75 SP yaitu insektisida sistemik, racun kontak dan lambung berwarna putih, berbentuk tepung yang dapat larut dalam air untuk mengendalikan hama pada tanaman kelapa sawit. Insektisida manthene mengandung bahan aktif asefat 75%, insektisida tersebut dapat disimulasikan dengan air untuk diijeksikan batang (Trunk Injection), jenis racun seperti ini cara kerjanya tak langsung membunuh hama, racun ini akan terserap kedalam jaringan tanaman melalui daun dan akar. Sebab ulat kantong lebih sulit dikendalikan dari pada ulat api, karena berada dalam kantong sebagai pelindungnya. Insektisida Manthene 75 SP memiliki dosis perlakuan 12,5 gr/ 27 cc/phn setelah di larutkan air atau 1 Kg Manthene 75 SP ditambahkan 3 liter air, untuk 100 pohon dapat di lihat pada (Gambar 4.5).

Gambar 4.5. Insektisida Manthene a. Kelebihan :

- Bahan kimia Asefat 75 SP berbentuk bubuk dan mudah dilarutkan didalam air.

- Bahan kimia Asefat 75 SP apabila di aplikasikan waktu obat tersebut bisa bertahan ± selama 3 bulan.

- Bahan kimia Asefat 75 SP sangat cocok untuk pengendalian hama ulat kantorng M. plana

(45)

33 b. Kelemahan

- Bahan kimia Asefat 75 SP baunya sangat menyengat.

- Bahan kimia Asefat 75 SP tidak biasa disimpan pada suhu yang sangat tinggi atau tempat yang panas

- Bahan kimia Asefat 75 SP apabila dilarutkan tidak bisa disimpan atau digunakan lagi.

4.7. Teknis Pelaksanaan Injeksi Batang

Injeksi batang dilakukan dengan menggunakan mesin bor elektrik yang mempunyai kapasitas tangki bahan bakar 0,5 Liter (gambar), injeksi digunakan pada tanaman yang umur diatas 7 tahun. Pelaksanaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Batang terlebih dahulu dilubangin dengan menggunakan mesin bor elektrik (mesin still)

2. Ketinggian lubang dari permukaan tanah 1 meter 3. Kedalaman lubang 30 – 35 cm

4. Kemiringan lubang 35 – 45 ºc

5. Insektisida diberi kedalam lubang dengan kesesuaian dosis yaitu 2,5 gr Manthene dalam bentuk tepung setelah di larutkan dengan air menjadi 27 cc/phn. 1 lubang di beri 13,5 cc jadi 2 lubang setara menjadi 27 cc/phn. 6. Perbandingan insektisida dengan air 1 : 3 yaitu 1 kg bahan insektisida

Manthene dicampurkan dengan air 3 liter.

7. 1 kg bahan insektisida bisa mencapai ± 80 pokok per ha

8. Insektisida yang diaplikasikan yaitu Manthene mengandung bahan aktif asefat 75%.

(46)

34

Gambar 4.6. Penginjeksian Gambar 4.7. Pemberian Insektida Sumber : Foto Langsung Afdeling I Kebun Laras

Pada gambar di atas (Gambar 4.6 dan 4.7) dapat di lihat cara teknis perlakuan dengan sistem injeksi batang untuk pengendalian hama ulat kantong M. plana di Afdeling I Kebun Laras.

4.8. Jumlah Pemakaian Insektisida

Tabel 4.9. Penggunaan Bahan Insektisida Maret 2016

Tahun

Tanam Blok Luas (Ha)

Jumlah pkk/blok Luas serangan (Ha) Aplikasi 2016 Phn di

injeksi Bahan Dosis/gr

Jlh Insektisida/kg 1999 A 14 1372 9 882 Manthene 12,5 11.025 C 24.15 1875 15 1875 Manthene 12,5 24.370 E 13 1573 8 968 Manthene 12,5 12.100 1998 F 5 515 5 515 Manthene 12.5 6.438 Q 21 2835 19 2565 Manthene 12.5 32.063 T 10 1240 9 1116 Manthene 12.5 13.950 1997 AU 13 1521 13 1522 Manthene 12.5 19.025 AX 19 2204 19 2204 Manthene 12.5 27.550 AZ 17 2159 5 635 Manthene 12.5 7.938 BA 14 1722 5 615 Manthene 12.5 7.688 1999 B 13 1508 12 1392 Manthene 12.5 17.400 D 22 2596 10 1180 Manthene 12.5 14.750 Jumlah Bahan 194.297

(47)

35

Pada tabel 4.9 dapat di lihat penggunaan bahan insektisida Manthene pada pengendalian bulan Juli jumlah insektisida yang digunakan sebanyak 92,002 kg dengan luas serangan 62 ha dan di injksi sebanyak 7,404 pohon.

Tabel 4.10. Penggunaan Bahan Insektisida Bulan April 2016

Tahun tanam Blok Lua s (Ha) Jumlah

pkk/blok serangan Luas (Ha) Aplikasi 2016 Jumlah pkk di injeksi Bahan Dosi s/gr Jumlah Obat 1997 BB 19 2307 17 2136 Manthene 12.5 26,7 BC 16 2067 14 1809 Manthene 12.5 22,6 Jumlah bahan Manthene 49,3

Pada tabel 4.10 dapat di lihat penggunaan bahan insektisida Manthene pada pengendalian bulan April jumlah insektisida yang digunakan sebanyak 49,312 kg dengan serangan 31 ha dan di injeksi sebanyak 3,945 pohon.

Tabel 4.11. Penggunaan bahan insektisida Juli 2016

Tahun tanam Blok Luas (Ha) Jumlah pkk/blok Luas serangan (Ha) Aplikasi 2016 Jumlah pkk di injeksi Bahan Dosis/ gr jumlah obat 1998 D 18 2487 16 2211 Manthene 12,5 27,6 E 6 6036 5 563 Manthene 12,5 6,2 G 17 1963 16 1848 Manthene 12,5 23,1 H 7 742 7 743 Manthene 12,5 9,2 1999 D 22 2596 12 1416 Manthene 12,5 17,9 1997 W 7 726 6 623 Manthene 12,5 7,7 Jumlah bahan Manthene 92,0

Pada tabel 4.11 dapat di lihat penggunaan bahan insektisida Manthene pada pengendalian bulan Juli jumlah insektisida yang digunakan sebanyak 92,0 kg dengan luas serangan 62 ha dan di injeksi sebanyak 7,404 pohon.

(48)

36

Tabel 4.12. Rekapitulasi Penggunaan Bahan Insektisida Rekapitulasi penggunaan Bahan Insektisida 2016

Aplikasi 2016

Pohon di

injeksi Jenis bahan/gr Jumlah obat (kg)

Maret 15.469 Manthene 194,297

April 3.945 Manthene 49,312

Juli 7.404 Manthene 92,002

Jumlah 26.818 355,61

Dari tabel 4.12 dapat di lihat bahwa tingkat serangan ulat kantung M. plana pada tanaman kelapa sawit menghasilkan pada bulan Maret, April dan Juli menggunakan sistem injeksi batang dengan menggunakan bahan insektisida Manthene yaitu 355,61 kg dengan pohon yang di injeksi sebanyak 26,818 pohon cukup efektif.

Tabel 4.13. Harga Insektisida Manthene 75 SP Insektisida Bahan Aktif Berat Isi Harga/Rp Insektisida kg/ha Total Harga/Rp Mortalitas % Manthene Asefat 75 SP 1 Kg 150.000 355,611 53.341.650 92,01%

Dari tabel 4.13 dapat di lihat bahwa harga insektisida Manthene dengan bahan aktif asefat 75 SP yaitu 150.000 Rupiah/1 Kg. insektisida yang digunakan sebanyak 355,611 Kg/Ha dengan mortalitas 92,01%. Jadi, dapat

disimpulkan pemakaian jumlah/ha keseluruhan total harganya Rp. 5.3341.651.

(49)

37

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dilaksanakan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.

1. Pengendalian hama ulat kantong M. plana dengan metode injeksi batang di Afdeling I Kebun Laras PTPN IV cukup efektif untuk menurunkan populasi hama ulat kantung M. plana.

2. Persentase mortalitas pengendalian ulat kantong M. plana dengan metode injeksi batang pada bulan Maret sebesar 94,98%, April sebesar 91,62%, Juli sebesar 89,43% dan persentase rata-rata mortalitas 92,01%.

5.2. Saran

Pengendalian hama ulat kantong M. plana dengan sistem injeksi batang sudah berjalan cukup efektif. Maka pengendalian secara injeksi batang ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan. Tujuannya untuk menjaga populasi hama ulat kantung agar tetap berada dibawah garis ambang ekonomis.

(50)

38

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2011. Ulat Kantung. http://klinik sawit.com/hama-sawit/ulat-kantung.html. Diakses pada tanggal 18 Juni 2016

Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit Teknik Agronomis Dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis Dan Praktis). Lembaga Pupuk Indonesia, Yogyakarta

Hartanto, H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa Sawit. Citra Media Publishing, Yogyakarta

Lubis, A.U. 2008. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Di Indonesia. Edisi Kedua.

Pardamean, M. 2011 Sukses Membuka Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit. Cet.1- Penebar Swadaya, Jakarta.

Prawirosukarto, S. 2002. Pengenalan & Pengendalian Hama Ulat Pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Risza, S 1995. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa sawit. Kanisius, Yogyakarta

Soetedjo, M, M. 1989. Hama Tanaman Keras Dan Alat Pemberantasannya. Bina Aksara, Jakarta

Susanto, A., A.E. Prasetyo D. Simanjuntak, T.A.P Rozziansha, H. Priwiratama, Shudarto, R.D.d Chenon, A. Sipayung, A.T.Widi. R.Y. Purba. 2012. EWS : Ulat Api, Ulat Kantong, Ulat Bulu. Medan: Pusat penelitian Kelapa sawit.

Sulistiyo, B, DH. Abubakar, S. Amir, P. Donald, S. Johan, E. 2010. Budidaya Kelapa Sawit.

(51)

39

Lampiran 1

Rekapitulasi Data Sensus Hama Ulat Kantong M. plana Afdeling I Kebun Laras Maret 2016

Tabel 4.14. Lampiran 1 Maret 2016

T.T Blok Luas (Ha)

Luas Serangan

(Ha)

Global telling Efektif telling

tgl jenis alat Pengendalian I Dosis phn/gr jlh obat Nateling I % Ulat mati Stadia Stadia Ha di injeksi Bahan kimia tgl rata2 ulat/ plh Tgl rata2 tgl rata2

1999 A 14 9 24-Feb 15,50 02-Mar 17,45 04-Mar BOR 9/882 Manthene 12,5 11.025 11-Mar 1,17 93%

C 15 15 24-Feb 17,25 01-Mar 20,40 03-Apr - 15/1875 Manthene 12,5 23.437 10-Mar 2,34 88%

E 13 8 24-Feb 11,00 02-Mar 15,13 05-Mar - 8/968 Manthene 12,5 12.100 12-Mar 1,3 91%

1998 F 5 5 16-Mar 23,00 24-Mar 88,48 28-Mar - 5/515 Manthene 12,5 6.437,5 06-Apr 1,84 98%

Q 21 19 18-Mar 33,00 22-Mar 54,60 06-Apr - 19/2565 Manthene 12,5 32.062,5 16-Apr 2,28 96%

T 10 9 18-Mar 27,50 22-Mar 41,54 06-Apr - 9/1116 Manthene 12,5 13.950 16-Apr 2,15 95%

1997 AU 13 13 18-Mar 37,60 23-Mar 52,13 08-Apr - 13/1522 Manthene 12,5 19.025 18-Apr 2,84 94%

AX 19 19 18-Mar 40,20 23-Mar 58,94 08-Apr - 19/2204 Manthene 12,5 27.550 18-Apr 3,02 94%

AZ 17 5 18-Mar 20,50 24-Mar 46,36 10-Apr - 5/635 Manthene 12,5 7.937,5 20-Apr 3,06 94%

BA 14 5 18-Mar 17,60 24-Mar 43,04 10-Apr - 5/615 Manthene 12,5 7.687,5 20-Apr 2,72 94%

1999 B 13 12 16-Mar 32,00 24-Mar 58,70 04-Apr - 12/1392 Manthene 12,5 17.400 14-Apr 2,56 95%

D 22 10 16-Mar 33,00 24-Mar 66,58 02-Apr - 10/1180 Manthene 12,5 14.750 12-Apr 3,52 95%

(52)

40

Lampiran 2

Rekapitulasi Data Sensus Hama Ulat Kantong M. plana Afdeling I Kebun Laras April 2016

Tabel 4.15. Lampiran 2 April 2016

T.T Blok Luas (Ha)

Luas Serangan (Ha)

Global telling Efektif telling

tgl jenis alat Pengendalian I Dosis phn/gr jlh obat Nateling I % Ulat mati Stadia Stadia Ha di injeksi Bahan kimia tgl rata2 ulat/ plh tgl rata2 Tgl rata2

1997 BB 19 17 22-Apr 6,50 25-Apr 33,78 28-Apr BOR 17/2136 Manthene 12,5 26700 19-Mei 3,14 95%

BC 16 14 22-Apr 6,75 25-Apr 28,51 29-Apr - 14/1809 Manthene 12,5 22612 09-Mei 2,08 93%

(53)

41

Lampiran 3

Rekapitulasi Data Sensus Hama Ulat Kantong M. plana Afdeling I Kebun Laras Juli 2016

Tabel 4.16. Lampiran 3 Juli 2016

T.T Blok Luas (Ha)

Luas Serangan (Ha)

Global telling Efektif telling

tgl jenis alat Pengendalian I Dosis phn/gr jlh obat Nateling I % Ulat mati Stadia Stadia Ha di injeksi Bahan kimia tgl rata2 ulat/ plh tgl rata2 tgl rata2

1998 D 18 16 14-Jul 17,50 18-Jul 29,70 21-Jul BOR 16/2211 Manthene 12,5 27.637,5 28-Jul 4,61 84%

E 6 5 14-Jul 25,50 19-Jul 33,80 21-Jul - 5/503 Manthene 12,5 6.287,5 28-Jul 2,88 91%

G 17 16 14-Jul 24,25 20-Jul 32,30 22-Jul - 16/1848 Manthene 12,5 23.100 29-Jul 3,01 90%

H 7 7 14-Jul 24,00 20-Jul 31,80 22-Jul - 7/743 Manthene 12,5 9.287,5 29-Jul 2,71 91%

1999 D 22 12 14-Jul 21,30 19-Jul 31,55 23-Jul - 12/1416 Manthene 12,5 17.900 30-Jul 4,18 86%

1997 W 7 6 14-Jul 26,00 18-Jul 31,10 23-Jul - 6/623 Manthene 12,5 7.787,5 30-Jul 2,83 90%

Gambar

Gambar 2.1. Akar Kelapa Sawit
Gambar 2.2. Batang Kelapa Sawit
Gambar 2.3. Daun Kelapa Sawit
Gambar 2.4. (a) Bunga Jantan dan (b) Bunga Betina  a.  Bunga Jantan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

[r]

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Bahan lainnya yang digunakan dalam kajian analisis regresi, analisis sistem, dan analisis keputusan multi kriteria adalah kuesioner, data jumlah penduduk Kota

Dengan menggunakan persamaan (8) maka setiap data hasil normalisasi mempunyai interval antara 1 dan 0, hal ini mengakibatkan bahwa nilai terbesar di setiap data adalah

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama

Keluaran Terpenuhinya Perbaikan Peralatan Kerja 1 Tahun Hasil Meningkatnya layanan Administrasi Perkantoran 0,77%. Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparatur

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan pengujian hipotesis yang dilakukan, didapatkan hasil perhitungan persentase sebesar 97,5% sehingga dapat disimpulkan bahwa