• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI

PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN

SAMPANG JAWA TIMUR

Mahmud, Oktiyas Muzaki Luthfi

1-5

ANALISIS BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN SUKOLILO, PANTAI TIMUR SURABAYA

Yusrudin

6-10

ANALISIS BERAT DAGING DAN IKG (INDEKS KEMATANGAN GONAD) TIRAM Crassostrea iredalei BERDASARKAN FASE BULAN

Dini Febby Priyantini, Diana Arfiati, Andi Kurniawan

11-17

PERSENTASE PENUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Fahror Rosi, Insafitri, Makhfud Effendy

18-25

LAJU PERTUMBUHAN KARANG PORITES SP. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP

Moh. Imron Faqih, Mahfud Effendy, Insafitri

26-32

KARBON ORGANIK DI BAWAH PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN REHABILITASI MANGROVE, TAMAN HUTAN RAKYAT NGURAH RAI, BALI

I Gst. Agung Indah Mahasani, I Wayan Gede Astawa Karang, I Gede Hendrawan

33-42

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

Kuncoro Aji, Oktiyas Muzaky Luthfi

43-47

KARAKTERISTIK MINYAK IKAN MURNI SARDIN (Sardinella sp.) DAN CUCUT (Centrophorus sp.) SEBAGAI BAHAN SUPLEMEN MAKANAN KAYA OMEGA-3 DAN SQUALEN

Sugeng Heri Suseno, Muhamad Musbah, Nilam Puspa Ruspatti

48-56

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA

Mochamad Arief Sofijanto, Dwi Ariyoga Gautama, Bagus Ramadhan, Fernandes Kambu, Ananda R Taruna

57-63

RASIO JENIS KELAMIN DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) YANG TERTANGKAP OLEH PUKAT CINCIN DENGAN LAMPU SETAN DI PERAIRAN LAMONGAN

Mochamad Arief Sofijanto, Risti Kristina, Hari Subagio

64-69

LAJU PERTUMBUHAN KARANG JENIS GONIASTREA SP DI KEDALAMAN BERBEDA DI PULAU MANDANGIN SAMPANG

Wildanun Mukholladun, Insafitri, Makhfud Effendy

70-74

PENAMBAHAN KOMBINASI BAYAM DAN AIR KAPUR PADA PAKAN UNTUK MEMPERCEPAT DURASI MOULTING KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) JANTAN

Sumaryam, Muhammad Hayatul Fauzi

(3)

vi

KARAKTERISTIK DAN PENGARUH ARUS TERHADAP AKUMULASI LOGAM BERAT TIMBAL (PB) PADA SEDIMEN DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Ani Ma’rifah, Aries Dwi Siswanto, Agus Romadhon

82-88

KAJIAN PARAMETER OSEANOGRAFI DAN PERBANDINGAN KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DI PERAIRAN MENGARE GRESIK DAN PULAU TALANGO BAGIAN UTARA, MADURA

Aprilia Suryanti, Aries Dwi Siswanto, Agus Romadhon

89-94

STUDI DAN PENGARUH KONSENTRASI NITRAT TERHADAP KLOROFIL-A DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

M. Habibi Syaifullah Akbar, Aries Dwi Siswanto, Muhammad Zainuri

95-101

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Mifroul Tina Khotip, Aries Dwi Siswanto, Insafitri

102-108

KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP Syaifuddin, Aries Dwi Siswanto, Zainul Hidayah

109-114

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

Umroh, Aries Dwi Siswanto, Ary Giri Dwi Kartika

115-119

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Wiwid Prahara Agustin, Agus Romadhon, Aries Dwi Siswanto

120-125

JENIS SEDIMEN PERMUKAAN DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU GILI LABAK KABUPATEN SUMENEP

Septian Dwi Suryantya Putra, Aries Dwi Siswanto, Insafitri

126-133

TSUNAMI MENTAWAI 25 OKTOBER 2010 (SIMULASI COMCOT 1.7) DAN DAMPAKNYA KINI TERHADAP PANTAI BARAT MENTAWAI

Herdiana Mutmainah, Dominika Wara Christiana, Gunardi Kusumah

134-150

DISTRIBUSI SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN SUMATERA BARAT DIKAITKAN DENGAN KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) PADA MUSIM PERALIHAN (AGUSTUS-OKTOBER) (STUDI KASUS: PULAU PASUMPAHAN DAN SIBONTA)

Ulung Jantama Wisha, Try Al Tanto, Ilham

151-158

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DI PESISIR TENGGARA BALI (STUDI KASUS KABUPATEN GIANYAR DAN KLUNGKUNG)

I Nengah Jaya Nugraha, I Wayan Gede Astawa Karang, I.G.B. Sila Dharma

159-166

HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA

Muhammad Zainuri, Khoirul Anam, Aliffia Putri Susanti

167-172

VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR KABUPATEN REMBANG KAITANNYA DENGAN BENTUKLAHAN

Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Etik Siswanti, Edwin Maulana, I Wayan Wisnu Yoga Mahendra, Dwi Sri Wahyuningsih

173-179

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Firman Farid Muhsoni

(4)

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

vii

REKAYASA TEKNOLOGI POLIKULTUR IKAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) BERBASIS PENGGUNAAN PAKAN BUATAN YANG DIPERKAYA VITAMIN C UNTUK PERCEPATAN PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN DALAM MENUNJANG AGROMINA KOTA PEKALONGAN

Istiyanto Samidjan, Diana Rachmawati

189-201

REKAYASA TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN GABUS MELALUI PERKAWINAN SILANG INDUK IKAN GABUS (Channa striatus) DARI PERAIRAN RAWA PENING DENGAN INDUK DARI PERAIRAN UMUM UJUNG PANGKAH UNTUK MENGHASILKAN BENIH UNGGUL DENGAN PENDEKATAN KARAKTERISTIK GENETIK MIKROSATELIT

Istiyanto Samidjan, Diana Rachmawati, Agus Indarjo

202-208

PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN)

Zainul Hidayah

209-215

KAJIAN KORELASI ANTARA TINGGI TERBANG DAN RESOLUSI FOTO UDARA HASIL AKUSISI DENGAN UAV DI KAWASAN PESISIR (STUDI KASUS: PEMOTRETAN DI KANTOR PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK)

Anggara Setyabawana Putra, Wiwin Ambarwulan, Edwin Maulana, Theresia Retno Wulan, Nita Maulia, Mega Dharma Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Farid Ibrahim, Tri Raharjo

216-225

MEMANFAATKAN LIMBAH GARAM UNTUK KESEHATAN MANUSIA DAN HEWAN Iwan Setyabudi, Herry Agoes Hermadi

226-231

UJI AKURASI DATA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) FOTO UDARA DI KAWASAN PANTAI PELANGI, PARANGTRITIS, KRETEK, BANTUL

Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Anggara Setyabawana Putra, Edwin Maulana, Nita Maulia, Mega Dharma Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Farid Ibrahim, Tri Raharjo

232-240

PERANCANGAN KAPAL ANGKUT IKAN HIDUP (KAIH) UKURAN 300 GT SISTEM TERBUKA UNTUK IKAN KERAPU

Yulia Ayu Nastiti, Alam Baheramsyah, Sutopo Purwono Fitri

241-248

KELANGKAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN: MASALAH KEBUDAYAAN ATAU AKIBAT DARI PENETRASI KAPITALISME?

Kusnadi

249-254

EFEKTIVITAS UPAYA MITIGASI ABRASI BERBASIS EKOSISTEM DI KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dwi Sri Wahyuningsih, Edwin Maulana, Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Mega Dharma Putra, Farid Ibrahim, Zheni Setyaningsih, Anggara Setyabawana Putra

255-260

MITIGASI BENCANA BERBASIS POTENSI WISATA, STUDI KASUS: PANTAI PANDAWA, DESA KUTUH, KECAMATAN KUTU SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

Theresia Retno Wulan, Wiwin Ambarwulan, Dwi Sri Wahyuningsih, Edwin Maulana, Tri Raharjo, Farid Ibrahim, Mega Dharma Putra, Zheni Setyaningsih, Erwin Isna Megawati

261-266

STRATEGI PENGHIDUPAN MASYARAKAT PADA PERIODE KRISIS BENCANA BANJIR PADA LAHAN PERTANIAN DI PESISIR KABUPATEN BANTUL (STUDI KASUS: MASYARAKAT DUSUN DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Theresia Retno Wulan, Edwin Maulana,Nita Maulia, Wiwin Ambarwulan, Tri Raharjo, Farid Ibrahim, Mega Dharma Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Zheni Setyaningsih

(5)

viii

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN MANGROVE DI PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR, INDONESIA

Anita Dewi Moelyaningrum, Ellyke, Rahayu S Pujiati, Khoiron

276-284

APLIKASI TEKNOLOGI ENZIM PROTEASE PAPAIN DALAM PAKAN BUATAN SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN UPAYA PERCEPATAN PRODUKSI LELE SANGKURIANG DI KAWASAN KAMPUNG LELE DESA WONOSARI, KECAMATAN BONANG, KABUPATEN DEMAK

Diana Rachmawati, Johannes Hutabarat, Istiyanto Samidjan

285-289

ANALISIS HISTOPATOLOGI OTOT IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG TERINFEKSI KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA KOLAM PEMELIHARAAN IKAN MAS

Zulfa Rahmawati, Uun Yanuhar, Diana Arfiati

290-294

KUALITAS PENGOLAHAN IKAN KAYU DI KABUPATEN SIKKA Diani Susanti Liufeto, Y. S. Darmanto, Tri Winarni Agustini

295-300

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI POLIKULTUR IKAN NILA MERAH LARASATI (Oreochromis Nilaticus) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) BERBASIS PENGGUNAAN PROBIOTIK UNTUK PERCEPATAN PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN DALAM MENUNJANG AGROMINA KOTA PEKALONGAN

Istiyanto Samidjan, Diana Rachmawati, Agus Indarjo, Hadi Panggono

301-309

PENINGKATAN RASIO EFISIENSI PROTEIN, PERTUMBUHAN DAN

KELULUSHIDUPAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI PENAMBAHAN ENZIM FITASE DALAM PAKAN BUATAN

Diana Rachmawati, Istiyanto Samidjan, Heryoso Setiyoso

310-315

KAJIAN KANDUNGAN HITAMIN IKAN CAKALANG (Katuswonus Pelamis) SEGAR DAN ASAP PADA UNIT PENGOLAHAN IKAN ASAP DI KOTA AMBON

Christy Radjawane, Y. S. Darmanto, Fronthea Swastawati

316-320

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus Rubellus) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN KERAPU MACAN (Epinephelus Fuscoguttatus)

Diana Rachmawati, Istiyanto Samidjan, Sarjito

321-327

ANALISIS KADAR GLUKOSA DARAH IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DARI BENDUNG ROLAK SONGO HILIR SUNGAI BRANTAS

Zahrotun Nasichah, Putut Widjanarko, Andi Kurniawan, Diana Arfiati

328-333

IDENTIFIKASI SPESIES ALGA KOMPETITOR Eucheuma cottonii PADA LOKASI YANG BERBEDA DI KABUPATEN SUMENEP

Moh Hadi Hosnan, Apri Arisandi, Hafiludin

(6)

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

255

EFEKTIVITAS UPAYA MITIGASI ABRASI BERBASIS EKOSISTEM

DI KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dwi Sri Wahyuningsih1, Edwin Maulana1,2, Theresia Retno Wulan1,3,4, Wiwin Ambarwulan3,

Mega Dharma Putra1, Farid Ibrahim1, Zheni Setyaningsih1, Anggara Setyabawana Putra1

1Parangtritis Geomaritime Science Park, Yogyakarta

2Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3Badan Informasi Geospasial, Bogor

4Mahasiswa Doktor Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 5Ilmu Statistik Konsentrasi Manajemen Bencana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

E-mail: [email protected] ABSTRAK

Abrasi merupakan kejadian siklus tahunan yang terjadi di pesisir selatan Kabupaten Kulonprogo. Pengurangan dampak abrasi selalu diupayakan pemerintah bersama masyarakat Kulonprogo. Mitigasi bencana yang dilakukan berupa mitigasi struktural dan non struktural. Paper ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas upaya mitigasi struktural berbasis ekosistem alami dan buatan. Pengambilan data dilakukan dengan survei lapangan dan pemotretan dengan menggunakan UAV (Unmanned Aerrial Vehicle). Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis upaya mitigasi abrasi yang dilakukan di pesisir selatan Kulonprogo berbasis ekosistem alami lebih efektif dibandingkan dengan ekosistem buatan. Upaya pengurangan bencana abrasi berbasis ekosistem alami seperti memaksimalkan keberadaan laguna dan ekosistem di dalamnya. Ekosistem alami yang dapat diusahakan dapat berupa penanaman mangrove di muara-muara sungai di Kabupaten Kulonprogo. Upaya pengurangan bencana ekosistem buatan berupa penanaman cemara udang di sepanjang pantai di pesisir selatan Kabupaten Kulonprogo.

Kata Kunci: Abrasi, Efektivitas Mitigasi, Berbasis Ekosistem, Kabupaten Kulonprogo

PENDAHULUAN

Abrasi merupakan suatu peristiwa mundurnya garis pantai (Triatmodjo, 1999) pada wilayah pesisir pantai yang rentan terhadap aktivitas yang terjadi di daratan maupun di laut. Aktivitas seperti penebangan hutan mangrove, penambangan pasir, serta fenomena tingginya gelombang, dan pasang surut air laut menimbulkan dampak terjadinya abrasi atau erosi pantai. Pengikisan yang terjadi pada daratan wilayah pantai menyebabkan angkutan sedimen berpindah dari tempat asalnya dan menyusuri arah gelombang datang, sehingga mempengaruhi perubahan pada garis pantai (Hakim,2012). Abrasi menjadipermasalahanbagi ekosistem maupun pemukiman di wilayah kepesisiran. Dampak dari abrasi adalah terjadinya kemunduran garis pantai yang dapat mengancam bangunan maupun ekosistem yang berada di belakang wilayah garis pantai.

Upaya mitigasi perlu dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban, serta dampak dari potensi bencana, sehingga didapatkan langkah dan kesiapsiagaan sebelum terjadinya bencana (Mubekti dan Fauziah Alhasanah, 2008). Mitigasi bencana merupakan upaya sistematik untuk analisis risiko bencana baik secara struktural maupun non struktural (Coburn et al., 1994). Mitigasi struktural merupakan langkah fisik untuk mengurangi risiko abrasi. Beberapa mitigasi struktural yang dapat dilakukan antara lain membangun pemecah ombak, peredam abrasi, penahan sedimentasi (groin), pemukiman panggung, dan membuat zona evakuasi bencana. Beberapa mitigasi berbasis ekosistem buatan yang dapat dilakukanmeliputi penanaman mangrove atau penanaman cemara udang untuk wilayah pantai berpasir. Mitigasi non struktural merupakan usaha non fisik dalam mengurangi risiko bencana dengan pembuatan peraturan perundangan yang terkait mengenai sosialisasi upaya mitigasi bencana abrasi, serta menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) penyelamatan diri maupun masal (Bappenas, 2006). Sejauh ini pengelolaan mitigasi bencana abrasi di wilayah pesisir belum ditindak secara komprehensif. Kondisi tersebut dibuktikan dari belum optimalnya kebijakan pemerintah dalam sistem mitigasi abrasi. Penanganan bencana abrasi di kawasan pesisir dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara perbaikan kawasan pelindung pantai. Pemilihan ekosistem sebagai kawasan pelindung pantai sebaiknya dilakukan dengan terpadu dan terencana. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim et al. (2012) menyatakan bahwa penambahan bangunan pelindung pantai berupa groin mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam mereduksi terjadinya abrasi. Penambahan bangunan pantai juga mempunyai dampak yang signifikan dalam mengurangi luasan abrasi yang terjadi dipesisir Utara Semarang. Metode yang tepat untuk dilakukan pada wilayah yang memiliki potensi gelombang besar

(7)

256

serta abrasi yang tinggi adalah peredam abrasi (bank revetment), pembuatan groin, serta beach nourishment (Ruswandi et al., 2008).

Paper ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas upaya mitigasi struktural berbasis ekosistem alami dan buatan. Penelitian yang pernah dilakukan tentang efektivitas penanggulangan abrasi yang telah dilakukan sebelumnya di pantai pesisir Kota Semarang oleh Hakim (2012), dalam Penelitian ini didapatkan hasil bahwa tahun 2015 diperkirakan terjadi abrasi dilokasi penelitian seluas 116307 m2 dan akresi seluas 4293 m2, sedangkan pada tahun 2020 wilayah abrasi mengalami peningkatan yakni 174593 m2 dan akresi seluas 5423 m2 yang diukur dari kondisi eksisting pada tahun 2012. Penanggulangan abrasi dengan penambahan bangunan pelindung pantai mampu mengurangi luasan abrasi. hal ini dikarenakan penambahan bangunan pantai ini dapat menanangkap material sedimen dan menghambat Longshore transport di sepanjang pantai. kaitannya dengan keberadaan ekosistem mangrove di wilayah pesisir sangat penting terhadap penangkap sedimen dan penghambat Longshore transport, karena kerusakan ekosistem ini akan memicu adanya perubahan garis pantai dan meningkatkan potensi abrasi pantai.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Pesisir Selatan Kabupaten Kulonprogo. Pesisir Kulonprogo berada diantara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Purworejo, dimana lokasi penelitian berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Secara geografis, lokasi penelitian berada pada koordinat 7o 50' 29’’LS – 7o59' 3’’ LS dan 110o 0' 11"BT-110o 14' 42" BT. Waktu penelitian dilakukan pada Tahun 2016. Tipologi Pesisir Selatan Kulonprogo adalah tipe pesisir berpasir dengan dominasi pasir berwarna hitam. Potensi pasir berwarna hitam berasal dari asupan material alluvium Gunung Merapi dan Perbukitan Menoreh. Kondisi tersebut menyebabkan pesisir berpotensi memiliki kandungan pasir besi. Potensi bencana abrasi merupakan salah satu bencana yang paling berpotensi terjadi di kawasan pesisir di Kulonprogo. Adapun letak pesisir Kulonprogo dapat dilihat pada Gambar. 1.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)dan pesawat UAV (Unmanned Aerrial Vehicle). Citra SRTM digunakan untuk identifikasi pesisir yang terdapat di Kulonprogo. Melalui citra SRTM dapat dilakukan batasan wilayah kajian penelitian. Data UAV digunakan untuk mendukung analisis mengenai upaya mitigasi ekosistem berbasis alami dan buatan. Melalui data UAV dapat dimanfaatkan untuk memudahkan analisis wilayah dengan jangkauan lebih luas pada waktu yang relatif lebih cepat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Metode observasi dilakukan untuk menggali informasi mengenai kondisi wilayah penelitian. Observasi yang dilakukan adalah dengan cara mengenali beberapa upaya mitigasi struktural berbasis ekosistem alami dan buatan. Wawancara dilakukan sebagai upaya penguatan observasi lapangan yang telah dilakukan. Informasi yang didapatkan dari lapangan dapat dilakukan validasi berdasarkan keterangan beberapa narasumber. Beberapa narasumber yang memberikan keterangan terkait dengan abrasi beserta upaya mitigasi yang telah dilakukan terdiri dari nelayan, pedagang warung, petani, serta penggiat kelestarian penyu. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara mendalam (In-Depth-Interview). Wawancara tersebut diharapkan dapat menggali informasi yang banyak dan mendalam.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Pesisir Selatan Kulonprogo Sumber: SRTM 30meter

(8)

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

257

HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya Mitigasi Abrasi di Kabupaten Kulonprogo

Abrasi merupakan fenomena alami yang terjadi di wilayah pesisir, Abrasi didefinisikan sebagai pengikisan air laut di wilayah pesisir. Fenomena abrasi menjadi sebuah bencana terkait dengan beberapa kerugian yang diderita masyarakat terhadap adanya abrasi. Kawasan pesisir di Kabupaten Kulonprogo saat ini telah dilakukan upaya pembangunan beberapa fasilitas pendukung terhadap obyek wisata dan upaya peningkatan pendapatan nelayan. Fasilitas yang dibangun oleh masyarakat dan pemerintah adalah pembangunan beberapa warung, penginapan, tempat parkir, dan toilet pada kawasan pesisir Selatan Kulonprogo. Pembangunan beberapa fasilitas pendukung tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyaman kepada para wisatawan yang sedang berkunjung ke Kulonprogo. Beberapa fasilitas pendukung yang ada di pesisir Selatan Kulonprogo dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Warung di Pesisir Glagah, Kulonprogo Gambar 3. Penginapan di Pesisir Glagah, Kulonprogo Penenempatan beberapa fasilitas pendukung di pesisir Kulonprogo beberapa belum sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah mengenai peraturan sempadan pantai. Sesuai dengan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, menyebutkan bahwa pengelolaan zona sempadan pantai untuk Kabupaten Kulonprogo ditetapkan minimal 200 meter. Penempatan bangunan yang tidak sesuai dengan peraturan sempadan pantai mengakibatkan beberapa warung serta bangunan yang berada pada zona sempadan pantai mengalami kerusakan pada saat terjadi abrasi.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan terkait dengan mitigasi bencana abrasi yang dapat dilakukan adalah dengan metode mitigasi struktural. Upaya untuk minimalikan bencana abrasi berbasis struktural dibagi ke dalam mitigasi struktural alami mitigasi dan mitigasi struktural buatan. Mitigasi Struktural alami merupakan upaya struktural yang terbentuk secara alami tanpa ada campur tangan manusia. Beberpa upaya mitigasi alami yang diupayakan di Pesisir Selatan Kulonprogo meliputi terdapatnyalaguna dan tanaman mangrove associate (asosiasi mangrove). Laguna merupakan sekumpulan air asin yang terpisah dari laut dengan penghalang berupa pasir atau batu karang. Air yang berada di laguna merupakan air payau karena terjadi percampuran antara air tawar dan air asin. Laguna yang terdapat di pesisir Kulonprogo dapat dilihat pada Gambar 4.

(9)

258

Selain laguna, beberapa tanaman mangrove asosiasi dapat menjadi upaya mitigasi terhadap abrasi di Pesisir Kulonprogo adalah terdapatnya tanaman mangrove asosiasi. Adapun jenis mangrove asosiasi terdiri dari pandan laut (Pandanus Odorifer), kangkung-kangkungan (Ipomea pescaprea), dan widuri. (Calotropis gigantea). Tanaman mangrove asosiasi merupakan tumbuhan tropis yang tumbuh di daerah pasang surut yang hidup tidak bersama mangrove sejati akan tetapi bersama tumbuhan darat.

Gambar 5. Asosiasi Mangrove di Pesisir Kulonprogo

Upaya mitigasi struktural buatan yang diupayakan di Pesisir Selatan Kulonprogo adalah budidaya cemara udang (Casuarina equisetifolia). Cemara udang pada dasarnya merupakan tanaman pesisir yang tumbuh pada tanah berpasir dengan ketinggian di bawah 1300 m. Tanaman cemara udang di wilayah pesisir Selatan Jawa di merupakan tanaman budidaya. Pengusahaan tanaman cemara dimaksudkan sebagai tanaman perindang sekaligus sebagai upaya mitigasi bencana abrasi. Cemara merupakan tanaman pesisir yang mudah dibudidayakan. Tanaman cemara dipandang dapat menahan laju abrasi.

Gambar 6. Cemara Udang

Efektifitas Upaya Mitigasi Abrasi Berbasis Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo

Kejadian abrasi di Kulonprogo yang terjadi hampir setiap tahun mengancam ekosistem di Pesisir Selatan Kulonprogo, salah satu contohnya adalah Pantai Glagah (Gambar 7). Kejadian abrasi sebenarnya adalah kejadian alami dan secara logika hal tersebut merupakan siklus alam yang tidak dapat dicegah. Mengingat banyaknya potensi di Pesisir Selatan Kulonprogo maka abrasi harus ditangani secara serius agar tidak mengganggu ekosistem dan kegiatan manusia. Terlebih lagi ditahun 2016 pemerintah pusat mencanangkan mega project Jalur Lintas Selatan, sehingga harus ada barrier untuk mencegah abrasi.

(10)

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

259

Gambar 7. Peta Citra Pantai Glagah Kulonprogo

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat efektifitas mitigasi abrasi berbasis ekosistem alami lebih efektif sebagai pencegah abrasi daripada buatan. Realita tersebut dibuktikan dengan banyaknya pohon cemara udangyang rusak terbawa arus gelombang pasang. Cemara udang yang ditanam oleh pemerintah beserta warga yang ditanam di sepanjang pantai mengalami kerusakan bahkan terbawa arus gelombang laut. Cemara udang tidak terlalu kuat untuk menahan gelombang laut. Mitigasi abrasi berbasis ekosistem alami seperti laguna dan tanaman mangrove associate (Mangrove asosiasi) lebih efektif dalam menahan laju gelombang laut. Ekosistem laguna berfungsi sebagai dinding penahan laju gelombang, sedangkan mangrove asosiasi dapat menahan hempasan gelombang pada lapis kedua. Semakin luas laguna maka semakin kecil dampak kerusakan abrasi. Tanaman mangrove associate (Mangrove asosiasi) seperti Pandan laut, kangkung-kangkungan, dan widuri dapat mempertahankan dirinya terhadap terjangan ombak laut, sehingga kondisi tersebut memungkinkan untuk dilakukan pelestarian terhadap vegetasi mangrove asosiasi di kawasan pesisir Kulonprogo. Arus gelombang yang menimbulkan tenaga abrasi yang menuju laguna Kulonprogo bergeser menuju timur karena adanya sudut antara arah gelombang dengan garis pantai yang dicerminkan dengan terjadinya littoral drift, sehingga perlu adanya penangan yang tepat pada daerah pesisir sebelah timur Kulonprogo dalam mengatasi abrasi.

Saat ini kondisi yang terdapat di Pesisir Kulonprogo mengkhawatirkan. Luasan laguna menjadi sempit karena terjadi perubahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan laguna diubah menjadi perniagaan. Degradasi lahan yang terdapat di Pantai Kulonprogo terlihat pada saat terjadi hujan. Genangan terjadi pada lapak-lapak warung, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Pantai Glagah, Kulonprogo. Kondisi banjir di pesisir Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada Gambar 7.

(11)

260

Keuntungan dari mitigasi struktural alami dapat mencegah dari risiko abrasi tanpa harus merusak ekosistem alami yang ada di pantai. Partisipasi masyarakat dan kontribusi pemerintah dalam menjaga dan pengelolaan sangat berpengaruh dalam mewujudkan mitigasi struktural alami tersebut. Mitigasi struktural alami juga dapat berpotensi bagi kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai obyek wisata.

KESIMPULAN DAN SARAN

Abrasi merupakan kejadian siklus tahunan yang terjadi di pesisir selatan Kabupaten Kulonprogo. Pengurangan dampak abrasi selalu diupayakan pemerintah bersama masyarakat Kulonprogo. Mitigasi bencana yang dilakukan berupa mitigasi struktural dan non struktural. Pengambilan data dilakukan dengan survei lapangan dan pemotretan dengan menggunakan UAV (Unmanned Aerrial Vehicle). Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis upaya mitigasi abrasi yang dilakukan di pesisir selatan Kulonprogo berbasis ekosistem alami lebih efektif dibandingkan dengan ekosistem buatan. Upaya pengurangan bencana abrasi berbasis ekosistem alami seperti memaksimalkan keberadaan laguna dan ekosistem di dalamnya. Ekosistem alami yang dapat diusahakan dapat berupa penanaman mangrove di muara-muara sungai di Kabupaten Kulonprogo. Upaya pengurangan bencana ekosistem buatan berupa penanaman cemara udang di sepanjang pantai di pesisir selatan Kabupaten Kulonprogo.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada Badan Informasi Geospasial dan Parangtritis Geomaritime Science Park. Ucapan terima kasih diucapkan kepada Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi yang selalu membimbing penulis.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS (Badan Perencanaan Nasional). (2006). Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009.

BPS. (2015). Kulonprogo Dalam Angka. D.I. Yogyakarta Eryani, & Putu, I. G. A. (2015). Paduraksa. Jurnal, 4(1).

Cahyani, S. D. (2012). Deteksi Perubahan Garis Pantai dengan Metode BILKO dan AGSO (Studi Kasus Kawasan Pantai Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1997 Sampai Tahun 2012). Vol: 1, No. 1 tahun 2012

Coburn, A. W., Spence, R. J. S., & Pomonis. A. (1994). Mitigasi Bencana (Edisi Kedua) Program Pelatihan Manajemen Bencana. UNDP. Cambridge Architectural Research Limited. United Kingdom

Hakim, B. A. (2012). Efektifitas Penanggulangan Abrasi Menggunakan Bangunan Pantai Pesisir Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro

Mubekti, & Alhasanah, F. (2008). Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan Teknik Pemodelan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Teknik Lingkungan, 9(2), 121-129.

Ruswandi, et al. (2008). Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasi yang Paling Sesuai diterapkan di Pesisir Indramayu dan Ciamis. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 18(2), 1-19.

Tarigan, M. S. (2007). Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan Cisadane, Provinsi Banten. Jurnal Makara Sains, 11(1), 49-55.

Triatmodjo, B. (1999).Teknik Pantai. Yogyakarta:Beta Offset

Purwantara, Suhadi., et al., Karakteristik Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Konteks UUK DIY. Laporan Hibah Bersaing

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian Pesisir Selatan Kulonprogo  Sumber: SRTM 30meter
Gambar 4. Laguna di Pesisir Kulonprogo
Gambar 6. Cemara Udang
Gambar 8. Genangan air hujan yang terjadi di Laguna Panyai Glagah Kulonprogo

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pendapat para ulama ada diantaranya pendapat para ulama yang mengatakan bahwa jual beli kulit hewan kurban itu dilarang, akan tetapi para panitia

Penelitian pada Tugas Akhir bertujuan untuk ipsum dolor sit amet magna aliqua enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip

Garvie mengatakan pada Reuters Health, “menghasilkan peningkatan dalam pilihan rejimen pengobatan dan akses terhadap terapi yang lebih manjur untuk anak-anak yang sebelumnya

Untuk mengevaluasi tinggi muka air antara penampang saluran pada saat perencanaan (Design Note) dan pada penampang saluran pada saat setelah pengerjaan (As Built

Dengan  adanya  pengembangan  dan  pembangunan  di  kawasan  Baron,  khususnya  terkait  dengan  pengembangan  Obyek  dan  Daya  Tarik  Wisata  (ODTW)  yang 

Apabila tidak ada nama, dipilih nama kampung yang dianggap populer(terkenal), serta mempunyai aksesibilitas (sekolah dan fasilitas umum) terhadap mobilitas antarpermukiman.

!hampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan !hampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang

Setelah waktu rata-rata untuk penyelesaian 1 kamar dan data alokasi waktu kerja yang digunakan staf Room Attendant didapatkan, maka dapat dihitung jumlah staf yang dibutuhkan